Category: Detik.com Kesehatan

  • Ratusan Warga Inggris Alami Efek Samping Serius usai Pakai Obat Diet GLP-1

    Ratusan Warga Inggris Alami Efek Samping Serius usai Pakai Obat Diet GLP-1

    Jakarta

    Ratusan orang melaporkan masalah dengan pankreas yang serius seusai menggunakan obat penurun berat badan yang awalnya ditujukan untuk menangani diabetes. Beberapa kasus pankreatitis akut ini dilaporkan terkait dengan penggunaan obat diet GLP-1.

    Pankreatitis akut adalah peradangan tiba-tiba pada pankreas, kelenjar yang terletak di belakang perut yang membantu pencernaan. Gejalanya termasuk sakit parah di perut, mual dan demam.

    Diberitakan The Guardian, sampai saat ini, Medicines and Healthcare products Regulatory Agency’s (MHRA) di Inggris telah menerima hampir 400 laporan pankreatitis akut dari pasien yang telah menggunakan Mounjaro, Wegovy, Ozempic dan liraglutide, dengan hampir setengahnya (181) melibatkan tirzepatide (Mounjaro).

    Meskipun tidak ada yang terbukti disebabkan langsung oleh obat GLP-1, yang juga digunakan untuk mengobati diabetes, ada kekhawatiran bahwa tidak cukup diketahui tentang hubungan tersebut, mendorong pejabat kesehatan untuk meluncurkan studi baru tentang efek samping yang berbahaya.

    “Obat-obatan GLP-1 seperti Ozempic dan Wegovy telah menjadi berita utama, tetapi seperti semua obat-obatan ada risiko efek samping yang serius,” tutur Profesor Matt Brown dari Genomik Inggris.

    MHRA meminta orang-orang yang menggunakan obat GLP-1 yang telah dirawat di rumah sakit karena pankreatitis akut untuk menyerahkan laporan ke skema Kartu Kuningnya. Ketika laporan diterima, MHRA akan menghubungi pasien untuk menanyakan apakah mereka bersedia mengambil bagian dalam penelitian.

    Pasien akan diminta untuk mengirimkan informasi lebih lanjut dan sampel air liur yang akan dinilai untuk mengeksplorasi apakah beberapa orang berisiko lebih tinggi terkena pankreatitis akut ketika mengonsumsi obat-obatan ini karena gen mereka.

    Obat GLP-1 dapat menurunkan kadar gula darah pada orang yang hidup dengan diabetes tipe 2 dan juga dapat diresepkan untuk mendukung beberapa orang dengan penurunan berat badan.

    (kna/kna)

  • 5 Risiko Kelahiran Caesar yang Jarang Dibahas

    5 Risiko Kelahiran Caesar yang Jarang Dibahas

    Jakarta

    Caesar merupakan prosedur pembedahan, di mana bayi dilahirkan melalui sayatan di perut dan rahim. Dalam dunia medis modern, operasi caesar seringkali dianggap sebagai solusi cepat dan aman untuk proses persalinan yang rumit.

    Seringkali, operasi caesar dipilih saat persalinan normal tidak memungkinkan dilakukan. Namun, di balik kemudahanya ada sejumlah risiko tinggi dari operasi caesar yang mungkin luput dari perhatian. Risiko ini bisa dialami oleh ibu ataupun bayi yang dilahirkan.

    5 Risiko Kelahiran yang Lebih Tinggi dari Caesar tapi Jarang Dibahas

    Dikutip dari laman National Health Service, operasi caesar bisa memberikan infeksi pada luka atau lapisan rahim. Tak hanya itu, ada juga beberapa risiko lebih besar dari operasi caesar yang mungkin jarang diketahui. Berikut di antaranya:

    1. Perdarahan Berlebihan

    Operasi caesar bisa menyebabkan pendarahan hebat setelah melahirkan. Dikutip dari laman Mayo Clinic, dalam kondisi ini, pasien mungkin memerlukan transfusi darah pada kasus yang parah.

    2. Trombosis Vena Dalam (DVT)

    Caesar juga bisa meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah di dalam vena dalam, terutama di kaki atau panggul. Jika gumpalan darah mengalir ke paru-paru dan menyumbat aliran darah (emboli paru), kerusakannya bisa mengancam jiwa.

    3. Kerusakan pada Kandung Kemih

    Kerusakan pada kandung kemih atau saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih bisa dialami ketika menjalani operasi caesar. Pasien yang mengalami kondisi ini mungkin memerlukan pembedahan lebih lanjut.

    4. Peningkatan Risiko selama Kehamilan Berikutnya

    Operasi caesar bisa meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan berikutnya dan operasi lainnya. Semakin banyak operasi caesar yang dilakukan, semakin tinggi risiko plasenta previa dan kondisi di mana plasenta menempel pada dinding rahim.

    Operasi ini juga meningkatkan risiko robeknya rahim di sepanjang garis bekas luka saat mencoba melahirkan normal di kehamilan selanjutnya.

    5. Masalah Pernapasan atau Luka pada Kulit Bayi

    Bayi yang lahir melalui operasi caesar yang dijadwalkan lebih mungkin mengalami masalah pernapasan. Hal ini bisa membuat bayi bernapas terlalu cepat selama beberapa hari setelah lahir.

    Selain itu, luka sayatan yang tidak disengaja bisa terjadi selama operasi. Meski demikian, hal ini jarang terjadi.

    Mengapa Operasi Caesar Dilakukan?

    Dokter mungkin merekomendasikan operasi caesar karena beberapa kondisi. Berikut di antaranya:

    1. Distosia

    Dikutip dari laman repository Universitas Andalas, distosia merupakan persalinan sulit yang ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kondisi ini menjadi salah satu alasan paling umum untuk persalinan caesar.

    2. Bayi dalam Keadaan Tertekan

    Saat bayi dalam keadaan yang tertekan, operasi caesar mungkin dilakukan. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran akan perubahan detak jantung bayi.

    3. Bayi Berada dalam Posisi yang Tidak Biasa

    Operasi caesar dianggap menjadi cara yang paling aman untuk melahirkan bayi dengan kaki atau bokong yang memasuki jalan lahir terlebih dahulu (sungsang). Begitu pula dengan bayi yang sisi atau bahunya masuk terlebih dahulu (melintang).

    4. Kehamilan Kembar

    Wanita yang mengandung bayi kembar dua, kembar tiga atau lebih juga mungkin dilakukan tindakan caesar. Terutama, jika persalinan dimulai terlalu dini atau posisi kepala bayi tidak berada di bawah.

    5. Ada Masalah dengan Plasenta

    Dalam kasus tertentu, plasenta bisa menutupi pembukaan serviks. Hal ini membuat operasi caesar mungkin direkomendasikan.

    6. Pernah Menjalani Operasi Caesar atau Operasi Lain pada Rahim

    Seringkali, memungkinkan saja untuk melahirkan secara normal setelah operasi caesar. Namun, penyedia layanan kesehatan mungkin menyarankan operasi caesar.

    Selain itu, kemungkinan beberapa ibu hamil meminta operasi caesar untuk menghindari komplikasi dari persalinan normal atau ingin merencanakan waktu persalinan. Kendati demikian, menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, hal ini mungkin bukan menjadi pilihan yang baik bagi wanita yang berencana memiliki beberapa anak. Sebab, semakin banyak operasi caesar dilakukan, maka semakin ada risiko di kehamilan berikutnya.

    (elk/elk)

  • Prabowo Minta Pendidikan Dokter Spesialis Jangan Terkendala Aturan Kuno

    Prabowo Minta Pendidikan Dokter Spesialis Jangan Terkendala Aturan Kuno

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto menyoroti lambatnya proses pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Ia menilai sistem yang ada saat ini masih terbelenggu oleh aturan-aturan lama yang tidak lagi relevan dengan tantangan zaman.

    “Kita harus tambah pendidikan spesialis dengan efisien dan jangan terlalu terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno,” beber Prabowo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali, Rabu (25/6/2025).

    Menurut Prabowo, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara lama yang tidak efisien dan boros dalam manajemen. Ia menegaskan bahwa rakyat membutuhkan pelayanan kesehatan yang cepat dan berkualitas.

    “Rakyat Indonesia tidak mau dengan sistem seperti itu. Mereka menuntut pemerintah yang efisien dan pelayanan yang baik,” lanjutnya.

    Untuk itu, Prabowo menginstruksikan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi agar segera menambah jumlah fakultas kedokteran, akademi keperawatan, dan kuota pendidikan spesialis. Tujuannya adalah mempercepat pemenuhan kebutuhan tenaga medis, terutama di daerah-daerah yang masih kekurangan dokter.

    “Kita masih banyak kekurangan dokter. Karena itu Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan harus segera tambah fakultas kedokteran, akademi perawatan, dan pendidikan spesialis,” beber Prabowo.

    Prabowo juga mengingatkan pembangunan sistem kesehatan tidak hanya bertumpu pada teknologi dan infrastruktur, tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor medis.

    “Indonesia negara yang mau berkembang pesat. Kita harus mengejar bangsa-bangsa lain. Kita tidak bisa pakai cara-cara yang lama, cara-cara yang tidak efisien, cara-cara yang boros, manajemen yang tidak benar, tinggalkan itu.”

    “Tidak ada tempat, rakyat Indonesia tidak mau dengan sistem-sistem yang seperti itu. Rakyat Indonesia menuntut pemerintah yang efisien, pelayanan yang baik, pertanggungjawabkan setiap uang rakyat tidak boleh disalahgunakan,” tegas Presiden.

    (naf/kna)

  • Ternyata Ada Golongan Darah yang Lebih Berisiko Kena Stroke, Studi Ini Buktinya

    Ternyata Ada Golongan Darah yang Lebih Berisiko Kena Stroke, Studi Ini Buktinya

    Jakarta

    Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara golongan darah dengan risiko stroke. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology pada 2022 ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang bagaimana susunan biologis dapat mempengaruhi kesehatan.

    Peneliti menganalisis data dari 48 studi genetik, yang mencakup sekitar 17 ribu pasien stroke dan hampir 600 ribu kontrol non-stroke. Semua peserta berusia antara 18 dan 59 tahun.

    Hasil Temuan Penelitian

    Hasil temuan mereka mengungkapkan adanya hubungan yang jelas antara gen yang bertanggung jawab atas subkelompok darah A1 dan stroke dini. Dalam pencarian genom secara luas mengungkap dua lokasi yang sangat terkait dengan risiko stroke sebelumnya.

    Salah satunya bertepatan dengan tempat gen golongan darah berada.

    Analisis kedua dari jenis gen golongan darah tertentu kemudian menemukan orang-orang yang genomnya mengkodekan variasi golongan darah A, memiliki peluang 16 persen lebih tinggi mengalami stroke sebelum usia 60 tahun. Ini lebih tinggi dibandingkan populasi golongan darah lainnya.

    Bagi mereka yang memiliki gen golongan darah O1, memiliki risiko mengalami stroke dini lebih rendah hingga 12 persen. Tetapi, para peneliti mencatat bahwa risiko tambahan stroke pada orang dengan golongan darah A kecil.

    “Kami masih belum tahu mengapa golongan darah A memberikan risiko yang lebih tinggi,” kata penulis senior dan ahli saraf vaskular Steven Kittner dari Maryland University, dikutip dari ScienceAlert.

    “Namun, kemungkinan ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel-sel yang melapisi pembuluh darah serta protein sirkulasi lainnya, yang semuanya berperan dalam perkembangan bekuan darah,” tulis peneliti.

    Meskipun temuan studi ini mungkin tampak mengkhawatirkan, tetapi golongan darah dapat mengubah risiko stroke dini. Orang-orang yang terlibat dalam studi ini juga tinggal di beberapa negara, seperti Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia.

    “Kita jelas membutuhkan lebih banyak studi lanjutan untuk memperjelas mekanisme peningkatan risiko stroke,” ungkap Kittner.

    Temuan penting lain dari penelitian ini didapat dari perbandingan orang yang terkena stroke sebelum usia 60 tahun dengan mereka yang mengalaminya setelah 60 tahun.

    Untuk ini, para peneliti menggunakan kumpulan data sekitar 9.300 orang yang berusia di atas 60 tahun yang mengalami stroke, dan sekitar 25.000 orang kontrol berusia di atas 60 tahun yang tidak terkena stroke.

    Mereka menemukan bahwa peningkatan risiko stroke pada golongan darah A menjadi tidak signifikan pada kelompok stroke yang terjadi pada usia lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa stroke yang terjadi di awal kehidupan mungkin memiliki mekanisme yang berbeda dibandingkan dengan stroke yang terjadi di kemudian hari.

    “Stroke pada orang yang lebih muda cenderung tidak disebabkan oleh penumpukan lemak di arteri atau proses yang disebut aterosklerosis. Itu lebih mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pembentukan bekuan darah,” tulis para peneliti.

    Penelitian ini juga menemukan bahwa orang dengan golongan darah B sekitar 11 persen lebih mungkin terkena stroke dibandingkan dengan orang kontrol yang tidak terkena stroke, terlepas dari usia mereka.

    Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bagian genom yang mengkode golongan darah, yang disebut ‘lokus ABO’, dikaitkan dengan kalsifikasi arteri koroner, yang membatasi aliran darah, dan serangan jantung.

    Urutan genetik golongan darah A dan B juga dikaitkan dengan risiko pembekuan darah yang sedikit lebih tinggi di vena, yang disebut trombosis vena.

  • Laki-laki Lebih Rentan Kena Batu Ginjal Dibanding Perempuan, Ini Alasannya

    Laki-laki Lebih Rentan Kena Batu Ginjal Dibanding Perempuan, Ini Alasannya

    Jakarta

    Penyakit batu ginjal memang tak mengenal gender, baik pria dan wanita bisa saja mengalaminya. Namun, laki-laki lebih berisiko terkena batu ginjal dibanding perempuan.

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS mengatakan bahwa kemungkinan perbedaan hormon dan aktivitas merupakan faktor yang mengakibatkan risiko batu ginjal mereka lebih tinggi daripada perempuan.

    “Biasanya laki-laki ada perbedaan hormon itu ya. Bisa juga karena aktivitas laki-laki mungkin lebih banyak juga kan, jadi mungkin potensi dehidrasi lebih tinggi,” kata dr Widi kepada detikcom, Rabu (25/6/2025).

    “Kurang lebih 1,3 kali lipat lebih tinggi (risikonya) dibandingkan perempuan,” sambungnya.

    Sebenarnya, lanjut dr Widi, faktor-faktor yang menyebabkan munculnya batu ginjal, baik pada laki-laki dan perempuan bisa dikatakan sama.

    “Faktor genetik berperan, turunan. Kedua, misalnya gaya hidupnya jarang minum, kurang minum terus, ketiga pola makannya yang kurang bagus. Makanan atau minumnya itu yang tinggi kalsium, terus suka yang asin-asin,” kata dr Widi.

    “Lalu yang tinggi protein juga, itu berisiko bikin batu asam urat. Paling banyak batu itu batu kalsium, jadi itu tadi terlalu asin, yang tinggi kalsium misalnya susu, yogurt, keju, jeroan, itu berisiko bikin batu,” lanjutnya.

    Terkait makanan atau minuman, dr Widi mengatakan ada kandungan pada buah yang bagus untuk mencegah munculnya batu ginjal, yakni sitrat.

    “Sitrat ini adalah suatu zat yang bisa menghambat pembentukan batu kalsium karena dia mengikat kalsium. Kalau kalsium sama oksalat di kencing itu dia timbul batu kristal, tapi kalau kalsium ini ketemu sitrat maka kalsium tidak akan berikatan dengan oksalat,” kata dr Widi.

    “(Bisa ditemukan) di sejenis jeruk-jerukan ya, kayak jeruk lemon, limau itu dia banyak mengandung sitrat,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Sarapan Ini Ternyata Bikin Asam Lambung Cepat Kambuh

    Sarapan Ini Ternyata Bikin Asam Lambung Cepat Kambuh

    Jakarta

    Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan kondisi ketika asam lambung naik terus-menerus ke kerongkongan yang dapat memicu gejala rasa terbakar (heartburn) dan gangguan pencernaan. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya katup antara lambung dan kerongkongan disebut sfingter esofagus

    Sarapan berperan penting dalam membantu mengatasi masalah asam lambung sejak pagi, karena perut yang kosong terlalu lama dapat memicu kenaikan asam lambung. Pola makan teratur, termasuk sarapan membantu mencegah gejala GERD muncul atau memburuk.

    Sarapan yang Bikin Masalah Asam Lambung Kambuh

    Memilih menu makan dan minum saat sarapan merupakan hal krusial bagi pengidap GERD. Berikut ini adalah beberapa makanan yang sebaiknya dihindari bagi pengidap masalah asam lambung:

    1. Kopi

    Dikutip dari Healthline, kafein dalam kopi dapat melemaskan sfingter esofagus bagian bawah yang meningkatkan risiko munculnya GERD dan gejala heartburn. Selain itu, kopi juga disebut dapat merangsang produksi asam lambung yang memperburuk gejala heartburn.

    Meski bukti lebih lanjut soal kaitan kopi dan GERD masih diperlukan, konsumsi kopi seringkali tidak dianjurkan pada pengidap GERD. Untuk mencegah hal tersebut, disarankan untuk membatasi asupan kopi saat sarapan, khususnya ketika perut masih kosong.

    2. Roti Putih

    Seseorang dengan GERD sebaiknya membatasi konsumsi roti putih untuk sarapan. Roti putih dibuat dengan gandum olahan biasanya lebih sulit dicerna oleh tubuh karena kandungan seratnya yang lebih rendah.

    Dikutip dari Medical News Today, roti terbaik untuk orang dengan GERD adalah roti gandum utuh yang kaya akan serat dan membantu proses pencernaan. Gejala heartburn akibat GERD juga bisa diantisipasi dengan roti gandum utuh.

    3. Makanan Pedas

    Penelitian menunjukkan makanan pedas dapat memicu gejala nyeri atau sensasi terbakar pada ulu hati. Senyawa capsaicin pada makanan pedas dapat mengiritasi kerongkongan dan memicu refluks asam lambung.

    Sebuah studi pada 2017 di Korea Selatan, menemukan sup pedas dapat memicu gejala GERD pada lebih dari setengah kasus yang diteliti. Secara umum, paling aman untuk membatasi atau menghindari makanan pedas jika memiliki GERD, khususnya ketika perut masih kosong.

    “Makanan pedas merupakan salah satu jenis makanan yang bisa memicu asam lambung. Tidak hanya pedas, tapi juga makanan kecut, santan, susu, kopi, gorengan atau makanan tinggi lemak. Terutama jika dikonsumsi dalam frekuensi yang berlebihan,” kata spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD beberapa waktu lalu.

    4. Gorengan atau Makanan Berlemak

    Makanan berlemak umumnya menurunkan tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah dan memperlambat pengosongan lambung. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, ini dapat meningkatkan risiko munculnya gejala GERD.

    Untuk mencegah munculnya masalah asam lambung, coba kurangi asupan lemak secara keseluruhan, khususnya ketika sarapan. Beberapa makanan tinggi lemak seperti gorengan, mentega, keju, es krim, saus cocolan, hingga daging lemak tinggi.

    5. Jus Sitrus

    Jus dari buah-buah sitrus seperti jeruk dan lemon juga kurang disarankan bagi pengidap GERD untuk menu sarapan. Tidak diketahui secara pasti kenapa demikian, diduga ini karena sifat asam pada buah jeruk yang dapat mengiritasi lapisan pencernaan.

    Makanan atau minuman asam dinilai dapat memperburuk gejala GERD yang sudah ada.

    Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mengingatkan makan terlalu cepat juga kurang baik untuk pengidap GERD. Makan terlalu cepat membuat kinerja lambung menjadi lebih berat, sehingga risiko GERD muncul lebih besar.

    “Bila makanan lebih lama di lambung, maka kemungkinan terjadinya gangguan asam lambung semakin besar. Apabila disertai dengan kelemahan sfingter atas lambung, maka isi lambung mungkin bisa refluks ke atas,” kata dr Aru ketika dihubungi detikcom terpisah.

    (avk/tgm)

  • Cerita Dokter Tangani Kasus Langka, Bocah 5 Tahun Jantungnya Horizontal

    Cerita Dokter Tangani Kasus Langka, Bocah 5 Tahun Jantungnya Horizontal

    Jakarta

    Seorang anak perempuan berusia 5 tahun menjadi pasien kedua yang berhasil hidup dengan kondisi jantung yang langka. Fatma Nur Yolaldı di Turki terlahir dengan kondisi jantung langka dan kompleks yang dikenal sebagai sindrom Topsy-Turvy.

    Fatma pun harus menjalani operasi inovatif untuk mengoreksi posisi jantungnya yang tidak normal dan mengurangi tekanan pada paru-parunya. Ia lahir dengan letak jantung yang horizontal di dadanya.

    Posisi ini sangat tidak biasa yang menyebabkan arteri utama yang memasok paru-paru tertekan. Penekanan ini menyebabkan gagal total paru-paru kirinya tahun lalu, dan bisa membahayakan nyawanya.

    Meskipun operasi diperlukan untuk menyelamatkannya, tindakan itu dianggap terlalu berbahaya dan tidak ada rumah sakit di Turki yang bersedia melakukannya.

    Hal itu berubah saat tim yang dipimpin oleh Profesor Dr Afksendiyos Kalangos, kepala Bedah Kardiovaskular Anak dan Bawaan di Fakultas Kedokteran Universitas Koç, dan dokter bedah Dr Yılmaz Zorman melakukan prosedur yang belum pernah terjadi sebelumnya di Turki, yang membuat gadis muda itu kembali sehat.

    Kondisi Lain yang Dialami Fatma

    Fatma adalah anak kedua dari Fadile dan Mustafa Yolaldı, penduduk Ankara, Turki. Selain sindrom Topsy-Turvy, ia juga lahir dengan anomali yang sangat langka, yakni sebuah lubang di antara dinding arteri yang memberi makan paru-parunya dan aorta, arteri utama yang mendistribusikan darah ke seluruh tubuh.

    Perjalanan pengobatannya dimulai dengan operasi kritis pada usia 30 hari untuk menutup lubang ini. Tetapi, saat usia 1 tahun, posisi jantungnya tidak normal yakni posisi horizontal yang hampir berputar 90 derajat. Kondisi ini membuatnya kesulitan bernapas yang semakin meningkat.

    Arteri yang tertekan yang mengalirkan darah ke paru-parunya memburuk. Meski sudah dilakukan intervensi, seperti pemasangan stent untuk membuka saluran udaranya, paru-paru kirinya rusak permanen, sehingga tidak bisa berfungsi lagi.

    Selama empat tahun berikutnya, hidup Fatma dihabiskan untuk berpindah-pindah rumah sakit, kondisinya semakin memburuk karena paru-paru kanannya juga terancam karena tekanan yang diberikan oleh jantung yang salah tempat. Satu-satunya harapan adalah operasi rumit untuk mengubah posisi arteri, prosedur yang belum pernah dilakukan sebelumnya di Turki.

    Keluarganya menghubungi Dr Kalangos, yang sangat terkenal karena menangani kasus jantung yang paling menantang.

    “Tanpa operasi, dia akan meninggal. Sindrom Topsy-Turvy itu parah. Biasanya, jantung terletak miring, tetapi jantung Fatma Nur benar-benar horizontal, menekan dua arteri besar yang mengalirkan darah ke paru-paru di belakang dan di bawahnya,” jelas Dr Kalangos yang dikutip dari Daily Sabah, Rabu (25/6/2025).

    “Ada juga kelainan jantung bawaan kedua, yaitu jendela aortopulmonal, lubang langka di antara arteri utama yang telah tertutup saat ia berusia satu bulan. Tetapi, pernapasannya memburuk setelah enam bulan, dan paru-paru kirinya sangat menderita,” lanjutnya.

    NEXT: Perjuangan dokter menyelamatkan Fatma

    Perjuangan Dokter Menyelamatkan Fatma

    Dr Kalangos mengatakan kondisi klinis Fatma harus segera ditangani. Satu-satunya harapan adalah membuat arteri baru untuk mengurangi tekanan dan menyelamatkan paru-paru kanan, yang berarti menyelamatkan nyawanya.

    Menurut Dr Kalangos, ini adalah operasi yang rumit. Timnya harus memotong dan mengubah posisi arteri, membuat lengkungan aorta baru dengan memperluasnya ke rongga dada kiri.

    Tim medis juga menggunakan pembuluh darah dari donor berukuran 11 cm. Sayangnya, paru-paru kiri Fatma terlalu rusak akibat infeksi dan harus diangkat seluruhnya.

    “Ini adalah operasi pertama yang berhasil di Turki. Kami menerapkan teknik bedah langka, termasuk mendinginkan tubuhnya hingga 20 derajat Celsius (hipotermia dalam) untuk mencegah kerusakan otak selama operasi,” beber Dr Zorman

    “Kami menghabiskan waktu berhari-hari di rumah sakit sambil menunggu dan berharap. Bahkan liburan pun dihabiskan di sana sebagai satu tim,” lanjutnya.

    Bagi ibu Fatma, perjalanan ini penuh dengan patah hati dan harapan. Ia mengungkapkan pada usia kehamilan 4,35 bulan, USG menunjukkan adanya kelainan jantung.

    Orang tua Fatma diberi tahu bahwa sindrom itu satu dari sejuta dan kelangsungan hidupnya akan sulit. Bahkan, dokter memperingatkan mereka untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

    “Kami menghabiskan 40 hari di rumah sakit setelah kelahirannya. Hingga usia 1 tahun, kondisinya baik-baik saja, tetapi kemudian masalah pernapasan mulai muncul. Kami diberi tahu bahwa usianya tidak akan mencapai 4 atau 5 tahun. Kami mengetuk setiap pintu, tetapi tidak ada rumah sakit yang menerima operasi itu karena terlalu berisiko,” terang ibu Fatma.

    “Dia tidak bisa bernapas dengan baik dan bahkan tidak bisa bermain di luar. Sekarang kami sangat menantikan dia untuk mulai bersekolah. Kami berharap kisah kami dapat memberi harapan kepada orang lain. Dia seperti mengalami dua keajaiban,” pungkasnya.

  • Soal Dugaan Malpraktik Dokter Senior RSCM, Ini Tanggapan Kemenkes RI

    Soal Dugaan Malpraktik Dokter Senior RSCM, Ini Tanggapan Kemenkes RI

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI mengaku sudah mendapatkan informasi laporan orangtua terduga korban malpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan, Azhar Jaya, belum bisa memastikan langkah apa yang kemudian dilakukan Kemenkes RI sebagai evaluasi pemerintah dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit vertikal.

    Investigasi kasus tersebut masih berlanjut dan tengah diproses dalam sidang etik di Majelis Disiplin Profesi (MDP).

    Sebelumnya diberitakan, anak di bawah satu tahun (J) disebut mengalami kebocoran usus imbas permintaan endoskopi dokter senior, tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Orangtua (J), Adam Harits, merasa terduga pelaku lalai hingga mengabaikan potensi kebocoran usus anaknya. Padahal, semula, si anak disebut hanya mengeluhkan masalah sulit masuknya makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

    Meski belum bisa memastikan tindakan lebih lanjut, Azhar memastikan Kemenkes RI akan melakukan evaluasi penuh bila tindakan tersebut terbukti malpraktik. Termasuk soal usulan dari keluarga terduga korban terkait pencabutan izin praktik dokter senior inisial P.

    “Peristiwa ini sudah menjadi perhatian dari MDP (Majelis Disiplin Profesi). Biar mereka yg menentukan apakah ini kategori pelanggaran atau malpraktek atau tidak. Kita tunggu hasilnya ya,” sebutnya saat dihubungi detikcom Rabu (25/6/2025).

    “Kalau MDP menyatakan bersalah maka akan kita evaluasi semua,” tegas dia.

    Hal yang juga disoroti adalah perlakuan ‘meremehkan’ dokter senior yang diceritakan keluarga terduga korban. Sebelum menjalani endoskopi, Adam sempat mempertanyakan alasan tindakan tersebut.

    NEXT: Sikap meremehkan

    Terlebih, kala itu anaknya belum genap berusia satu tahun. Ia bahkan sempat meminta dokter tersebut menunggu untuk melakukan tindakan semacam ini sampai anaknya sudah berusia satu tahun.

    “Saya tanya, se-urgent apa kondisi ini untuk endoskopi? Gimana kalau menunggu sampai J umur satu tahun sambil coba dulu pengobatan GERD berdasarkan hasil THT?” tanya Adam.

    Namun, Adam mengaku kaget saat mendapatkan respons dari dokter senior tersebut. “Bapak lihat saja sendiri se-urgent apa ini. Ini pertanggungjawaban Bapak di akhirat. Kenapa? Bapak nggak punya uang? Pinjam saja sama engkongnya. Pinjaman lunak,” kata Adam menuturkan jawaban dokter saat itu.

  • Waspadai Gejala Diabetes Ringan di Usia 20-an

    Waspadai Gejala Diabetes Ringan di Usia 20-an

    Jakarta

    Pengidap diabetes kini semakin muda. Bukan hanya pada orang orang tua, nyatanya kini semakin banyak kasus diabetes di usia 20-an.

    Salah satunya pernah diceritakan oleh warganet di Tasikmalaya, Irfan Ferlanda yang didiagnosis diabetes tipe dua pada usia 28 tahun, di tahun 2023. Pada saat itu, ia terkejut dengan hasil diagnosisnya karena tak pernah mengira akan kena diabetes tipe dua.

    Irfan menuturkan bahwa gaya hidupnya yang tidak sehat menjadi faktor utama diagnosis diabetesnya.

    “Bulan Mei 2023 kemarin berat masih 90 kg dan tinggi 165 cm, nge-vape, kerjaannya cuma duduk, nggak pernah olahraga, dan hampir tiap hari minum manis-manis khususnya teh manis kemasan. Benar-benar hampir setiap hari,” jelas Irfan pada detikcom beberapa waktu lalu.

    “Selama mengidap diabetes ini tiga gejala klasik muncul ya. Mulai dari mudah lapar, haus, dan sering buang air kecil. Selain itu ada juga sedikit masalah dengan kelingking kaki saya yang terasa sedikit kebas sampai sekarang,” sambungnya.

    Apa Itu Diabetes Ringan?

    Diabetes melitus secara umum merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Kondisi ini menyebabkan kadar gula darah menjadi terlalu tinggi.

    Sebenarnya, ‘diabetes ringan’ bukanlah sebuah istilah medis yang resmi. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, tingkat keparahan diabetes bisa dibagi menjadi:

    1. Normal

    – Gula darah sewaktu di bawah 200 mg/dL
    – Gula darah puasa di bawah 100 mg/dL
    – Kadar A1C di bawah 5,7 persen

    2. Pradiabetes

    – Gula darah sewaktu di bawah 200 mg/dL
    – Gula darah puasa 100-125 mg/dL
    – Kadar A1C antara 5,7 persen hingga 6,4 persen

    3. Diabetes

    – Gula darah sewaktu di atas 200 mg/dL
    – Gula darah puasa 126 mg/dL ke atas dalam 2 kali pemeriksaan
    – Kadar A1C 6,5 persen ke atas

    Gejala Diabetes Ringan

    Pradiabetes merupakan kondisi ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi belum cukup dianggap sebagai diabetes. Tanpa perubahan gaya hidup, risiko untuk menjadi diabetes tipe dua sangatlah besar.

    Jika yang dimaksud dengan ‘diabetes ringan’ adalah pradiabetes, maka gejalanya tidak terlalu nampak. Salah satu tanda yang mungkin muncul dan diabaikan adalah kulit yang menghitam di area tertentu, seperti leher, ketiak, dan selangkangan.

    Kulit bisa menghitam akibat pradiabetes karena kadar insulin yang tinggi merangsang pertumbuhan sel kulit berlebihan. Kondisinya juga bisa disebut akantosis nigrikans.

    Adapun tanda gejala klasik yang menunjukkan pradiabetes sudah berkembang menjadi diabetes tipe dua adalah sebagai berikut:

    1. Mudah Haus

    Mudah haus (polidipsia) terjadi karena kadar glukosa darah tinggi memicu ginjal mengeluarkan lebih banyak urine. Akibatnya, tubuh kehilangan banyak cairan dan otak merespons dengan memberi sinyal haus.

    Polidipsia seringkali menjadi gejala awal diabetes.

    2. Mudah Kebelet Buang Air

    Orang dengan poliuria bisa menghasilkan lebih dari 3 liter urine per hari, padahal normalnya 1-2 liter. Ketika kadar gula darah terlalu tinggi, tubuh mencoba membuang kelebihan glukosa melalui urine.

    Ginjal akan menyaring lebih banyak air, sehingga meningkatkan frekuensi buang air kecil atau yang disebut poliuria.

    3. Gampang Lapar

    Gampang lapar (polifagia) muncul karena glukosa tidak bisa masuk ke sel untuk dijadikan energi akibat gangguan insulin. Tubuh jadi merasa kekurangan energi dan terus mengirim sinyal lapar. Meskipun sudah makan, rasa lapar tetap bisa muncul.

    Dokter spesialis penyakit dalam dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD menjelaskan gaya hidup tak sehat memang menjadi faktor terbesar dalam masalah diabetes. Diet buruk dan aktivitas fisik rendah dapat memicu obesitas yang menjadi salah satu faktor risiko utama diabetes.

    “Gaya hidup yang kurang disadari dapat menyebabkan diabetes itu gaya hidup sedentary ya atau malas gerak. Selain itu juga makan berlebih, hingga terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat,” ujar dr Ketut.

    “Konsumsi makanan tinggi lemak dan garam bisa meningkatkan risiko diabetes juga. Merokok atau nge-vape, tidur kurang, tidak teratur, sedentary lifestyle juga akan meningkatkan risiko diabetes,” pungkasnya.

    (avk/tgm)

  • Dugaan Kasus Malpraktik Pasien Anak di RSCM, Korban Disebut Alami Kebocoran Usus

    Dugaan Kasus Malpraktik Pasien Anak di RSCM, Korban Disebut Alami Kebocoran Usus

    Jakarta

    Anak di bawah satu tahun (J) diduga menjadi korban kasus malpraktik salah satu dokter senior di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Orangtua J, Adam Harits, menceritakan, anaknya sempat mengalami kebocoran usus dan perlu dirawat intensif lebih dari satu bulan.

    Insiden tersebut diduga terjadi karena tindakan endoskopi yang dilakukan dokter (P). Mulanya, J mendatangi fasilitas kesehatan dengan keluhan tidak mau mengonsumsi makanan pendamping air susu ibu (MPASI), 28 Agustus 2024.

    Dengan keluhan tersebut, J sempat disarankan untuk bertemu dokter spesialis rehabilitasi medik pada 11 Oktober 2024. “Dari sana (rehabilitasi medik), kami dirujuk ke spesialis THT (telinga, hidung, tenggorokan) yang didampingi langsung oleh dokter rehab medik,” beber Adam.

    Hasil pemeriksaan THT menunjukkan adanya bulir-bulir di tenggorokan J atau cobblestone appearance. Merujuk hasil tersebut, J disarankan untuk dibawa ke dokter senior di RSCM, yang belakangan dituding menjadi pelaku malpraktik, yakni dokter P. Pemeriksaan lanjutan dilakukan dokter P pada 23 Oktober 2024.

    Menurut Adam, dokter yang juga menyandang gelar profesor itu menyarankan tindakan endoskopi tanpa adanya pemeriksaan terlebih dulu.

    “Hanya duduk di meja sambil mengetik dan melihat hasil dari THT,” curhat Adam.

    Meski tak menolak saran profesor, Adam sempat bertanya alasan di balik keputusan endoskopi anaknya yang belum genap berusia satu tahun.

    “Saya tanya, se-urgent apa kondisi ini untuk endoskopi? Gimana kalau menunggu sampai J umur satu tahun sambil coba dulu pengobatan GERD berdasarkan hasil THT?” tanya Adam.

    Namun, jawaban yang didapat disebut tidak memuaskan Adam. “Bapak lihat saja sendiri se-urgent apa ini. Ini pertanggungjawaban Bapak di akhirat. Kenapa? Bapak nggak punya uang? Pinjam saja sama engkongnya. Pinjaman lunak,” kata Adam menuturkan jawaban dokter saat itu.

    Kala itu, Adam menjawab dengan memastikan tidak meminjam uang untuk proses tersebut dan langsung mengiyakan endoskopi. Pasca tindakan tersebut, J melakukan kontrol rutin dan rawat jalan dengan dokter, kondisinya masih relatif baik, tetapi pekan kedua hingga ketiga pasca endoskopi keluhan kembali muncul, yakni sering muntah.

    Adam meminta pemeriksaan lanjutan, tetapi dokter tersebut kemudian menyarankan endoskopi kedua. Singkat cerita, kondisi J terus memburuk pasca endoskopi kedua. Adam menyebut J sering muntah setiap kali diberikan susu.

    Setelah dilakukan serangkaian tes medis, tim dokter yang menangani J menduga adanya kebocoran usus, sehingga perlu dilakukan tindakan darurat sebelum terlambat.

    “Operasi kemudian dilakukan dan terkonfirmasi memang terjadi kebocoran pada usus,” ujar Adam.

    Setelah operasi dilakukan, Adam mendapat kabar bahwa J mengalami sepsis berat dengan indikasi gagal jantung, gagal paru dan gagal ginjal. Kondisi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan terakhir, yakni cuci darah nonstop selama 72 jam guna membantu ginjal dan membersihkan darah dari racun.

    Adam menyebut J menjalani perawatan total selama kurang lebih 40 hari di RSCM. “Total ada 4 kali operasi,” ungkapnya. Tindakan endoskopi tersebut serta lalainya dokter P dalam mengantisipasi kebocoran usus J sampai akhirnya terjadi beberapa kegagalan organ dan harus menjalani berkali-kali operasi yang dipersoalkan Adam sehingga mengadukannya ke Majelis Disiplin Profesi (MDP).

    Sidang kemudian digelar hari ini, Rabu (25/5/2025). Pihaknya berharap yang bersangkutan memungkinkan untuk dicabut izin praktiknya.

    NEXT: Konfirmasi RSCM

    Humas RSCM mengonfirmasi dokter senior P benar berpraktik di RSCM. Pihaknya juga mengetahui laporan tersebut sudah dilimpahkan pada MDP untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

    “RSCM menghormati dan akan mengikuti proses pemeriksaan terhadap dokter senior P yang dilaksanakan di MDP dan menunggu hasil dari pemeriksaan tersebut,” tutur RSCM dalam keterangan tertulis.

    Soal permintaan kemungkinan mencabut surat tanda registrasi (STR) maupun izin praktik dokter senior P, Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) masih menunggu hasil keseluruhan proses sidang.

    Dihubungi terpisah, juru bicara KKI Mohammad Syahril menekankan belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut, sampai hasil dari MDP diterima oleh KKI.

    “Karena prosesnya seperti itu, hasil dari MDP nanti diberikan terlebih dahulu ke KKI, baru bisa kita proses,” tuturnya kepada detikcom, Rabu (25/6).