Category: Detik.com Kesehatan

  • Dokter RSCM Ungkap Alasan Masih Banyak WNI Berobat ke LN, Singgung Teknologi Robotik

    Dokter RSCM Ungkap Alasan Masih Banyak WNI Berobat ke LN, Singgung Teknologi Robotik

    Jakarta

    Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyebut masih banyak masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri.

    Setidaknya, ada sekitar satu juta orang terbang ke luar negeri untuk mendapatkan penanganan medis. Imbasnya, Indonesia mengalami ‘kebocoran’ devisa hingga Rp 200 T per tahun.

    Lantas, mengapa masih banyak pasien yang memilih untuk berobat ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, alih-alih di ‘rumah’ sendiri?

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Agus Rizal A.H. Hamid, SpU(K), FICRS, PhD mengatakan salah satu alasannya karena adanya perbedaan kelengkapan alat.

    “Beberapa tahun yang lalu, sebelum ada layanan robotik di Indonesia, itu pasien memilih untuk (berobat) ke luar negeri,” kata Prof Rizal kepada detikcom saat ditemui di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).

    dr Rizal merupakan salah satu dokter Indonesia yang memiliki banyak sertifikasi pengoperasian robotic surgery. Sejak 2013 silam, dirinya sudah melakukan pelatihan tindakan operasi menggunakan robot di beberapa negara seperti Jerman, India, Singapura, hingga Korea Selatan.

    Namun, sayangnya operasi dengan bantuan robot ini masih belum optimal dilakukan di Indonesia.

    “Memang saat ini masih RS swasta yang memiliki robot, yang sudah ter-install ada tiga RS swasta dan pada perkembangannya saya dengar sudah mulai membeli (robot) tapi belum ter-install,” katanya.

    “Dan tentunya pihak RS pemerintah ini sangat menunggu dari bantuan pemerintah, baik Kementerian Kesehatan, pemerintah pusat, maupun Pemerintah Daerah untuk membantu adanya pelaksanaan dalam robotic surgery,” lanjutnya.

    NEXT: Menguntungkan dokter maupun pasien

    Menurut dr Rizal, operasi dengan bantuan robot dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik si dokter itu sendiri maupun pasien.

    “Menurut saya, saya yakin banyak masyarakat kita yang jika terpaksa operasi, mereka ingin dikerjakan di ‘rumah’-nya, di negaranya,” kata Prof Rizal.

    “Dan saya rasa ini terjadi di seluruh negara ya. Jika layanan itu tidak ada di negaranya sendiri, pasti dia (pasien) akan mencari alternatif ke negara sekitarnya,” tutupnya.

  • Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Infeksi hantavirus atau virus hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) baru-baru ini. Meski infeksi tersebut bisa memicu komplikasi yang lebih fatal, pasien saat ini dilaporkan sudah sembuh.

    “Saat ini kasus sudah dinyatakan sembuh dan sudah kembali bekerja,” tulis Kementerian Kesehatan RI, menyinggung kasus di KBB, dalam laporan yang dipublikasikan pada Sabtu (21/6/2025).

    Kasus infeksi hantavirus di KBB dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada 20 Mei 2025. Kasus konfirmasi ditemukan di RSUP Hasan Sadikin Kota Bandung.

    Selain kasus di KBB, Kemenkes RI hingga 19 Juni 2025 juga mencatat total 8 kasus infeksi hantavirus di 4 provinsi yakni:

    DI YogyakartaJawa BaratNusa Tenggara TimurSulawesi UtaraApakah Hantavirus Berbahaya?

    Laman The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC) menyebut hantavirus merupakan kelompok virus yang dapat memicu penyakit serius dan bahkan mematikan. Kelompok virus tersebut dapat memicu komplikasi sebagai berikut:

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    Kemenkes RI menyebut, seluruh kasus yang ditemukan di Indonesia memiliki manifestasi klinis HFRS.

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)

    Dikutip dari Mayo Clinic, kasus HPS dapat secara cepat mengancam nyawa. Kondisi keparahan pada HPS dapat dipicu oleh kegagalan jantung memompa oksigen ke seluruh tubuh. Tingkat kematian beragam tergantung jenis virusnya, salah satunya yang ditularkan oleh tikus rusa atau deer mice (Peromyscus) memicu kematian hingga 30-50 persen.

    Gejala yang menyertai HPS dapat muncul pada 4-10 hari sejak fase awal, antara lain:

    fatigue atau kelelahandemamnyeri ototsakit kepalapusingmenggigilgangguan lambung seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut.

    Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    HFRS dapat berakibat fatal karena mempengaruhi fungsi ginjal. Gejala biasanya muncul dalam 1-2 pekan sejak paparan, dan dalam kasus langka dalam 8 pekan. Gejala awalnya antara lain:

    sakit kepala intensnyeri punggung dan perutdemam dan menggigilmualmata buram.

    Gejala lanjutan dapat berupa:

    tekanan darah rendahaliran darah berkurang (syok akut)perdarahan internal (kebocoran pembuluh darah)gagal ginjal akut.

    Tingkat kematian bervariasi tergantung jenis virus yang menginfeksi. Virus Hantaan dan Dobrava bisa memiliki tingkat kematian hingga 5-15 persen.

    Pengobatan Hantavirus

    US CDC menyebut tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hantavirus. Pasien cukup diberi perawatan suportif, mencakup istirahat, hidrasi, dan perawatan sesuai gejala.

    Pencegahan Infeksi

    Infeksi virus hanta menular melalui kontak dengan urine, tinja, liur, dan bahkan tempat bersarang rodentia atau hewan pengerat. Pencegahannya adalah dengan menghindari kontak.

    menerapkan perilaku bersih dan sehatmenjaga kebersihan rumah dan tempat-tempat yang lama tidak dipakaihindari menyentuh rodentia, baik hidup maupun matimengelola sampah dengan benarmenempatkan perangkap tikus untuk mengurangi populasi rodentiamenggunakan alat pelindung diri jika bekerja di lingkungan yang berisiko kontak dengan rodentia.

    (up/up)

  • Cegah Anemia, Ratusan Ribu Ibu dan Anak Jalani Skrining

    Cegah Anemia, Ratusan Ribu Ibu dan Anak Jalani Skrining

    Foto Health

    Andhika Prasetia – detikHealth

    Sabtu, 28 Jun 2025 18:00 WIB

    Jakarta – Ikatan Bidan Indonesia melakukan skrining anemia terhadap ratusan ribu ibu hamil-menyusui dan anak. Hal ini dilakukan untuk menekan kasus anemia di Indonesia.

  • Singapura Revisi Batas Usia Donor Darah Buntut Populasi Menua-Stok Menipis

    Singapura Revisi Batas Usia Donor Darah Buntut Populasi Menua-Stok Menipis

    Jakarta

    Demi memperluas jumlah donor darah, otoritas kesehatan Singapura menaikkan batas usia maksimum donor darah untuk pertama kalinya. Dari semula 60 menjadi 65 tahun, demikian pengumuman Menteri Kesehatan Ong Ye Kung pada Sabtu (28/6/2025). Kebijakan ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2026.

    Menurut Ong, langkah tersebut sejalan dengan meningkatnya angka harapan hidup serta kualitas kesehatan masyarakat lansia di Singapura. Ia menjelaskan data lokal justru menunjukkan risiko efek samping dari donor darah cenderung menurun seiring bertambahnya usia.

    “Tidak ada alasan kuat untuk menganggap bahwa setelah usia 60, risiko efek samping donor darah tiba-tiba meningkat secara signifikan,” ujar Ong dalam peringatan Hari Donor Darah Sedunia di Marina Bay Sands.

    Saat ini, warga yang ingin mendonorkan darah untuk pertama kali harus berusia 60 tahun atau lebih muda. Sementara itu, yang sudah rutin donor dapat terus menyumbangkan darahnya hingga usia 65 tahun atau lebih, asalkan masih memenuhi kriteria kesehatan.

    Dengan adanya revisi kebijakan ini, masyarakat sehat berusia hingga 65 tahun dapat menjadi donor baru, menyamakan Singapura dengan negara-negara seperti Hong Kong, Taiwan, Irlandia, Belanda, Korea Selatan, dan Inggris.

    Populasi Menua

    Menteri Ong, yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Kebijakan Sosial, mengungkapkan Singapura menghadapi tantangan serius dalam menjaga kestabilan pasokan darah nasional.

    “Populasi menua mendorong peningkatan permintaan terhadap produk darah, sementara jumlah donor yang memenuhi syarat semakin berkurang,” jelasnya.

    Jumlah donor baru tercatat menurun, semula lebih dari 20.000 orang pada 2013, kini hanya sekitar 18.000 pada 2024. Di sisi lain, kebutuhan darah justru terus meningkat. Pada 2024, lebih dari 35.000 pasien menerima transfusi darah, termasuk untuk operasi, pengobatan kanker, serta komplikasi saat persalinan.

    “Setiap kantong darah yang disumbangkan bisa menyelamatkan hingga tiga nyawa,” tegas Ong. Ia memperingatkan bahwa jika stok darah tidak mencukupi, berbagai layanan medis penting bisa tertunda, bahkan mengancam nyawa pasien.

    Singapura juga harus menghadapi fluktuasi musiman dalam suplai darah, terutama saat hari libur, musim perayaan, atau akhir pekan panjang, ketika banyak orang bepergian ke luar negeri. Pada awal 2024, misalnya, stok darah golongan O sempat turun ke tingkat kritis, hanya cukup untuk enam hari.

    Namun, setelah Menteri Ong secara langsung mengimbau masyarakat untuk mendonor, stok darah berhasil meningkat hampir 2,3 kali lipat hanya dalam waktu seminggu. Hal ini menunjukkan masyarakat siap bergerak ketika dibutuhkan.

    Di luar perubahan kebijakan, Menteri Ong juga berbagi cerita pribadinya. Ia mengaku tidak bisa donor darah selama bertahun-tahun karena pernah tinggal di Inggris pada 1980-an, saat terjadi wabah penyakit sapi gila (vCJD), gangguan otak langka yang ditularkan melalui daging sapi terkontaminasi.

    Namun kini, dengan pembaruan pedoman donor, Ong akhirnya dapat menyumbangkan darah melalui metode aferesis yaitu proses saat hanya komponen darah tertentu, seperti plasma atau trombosit, yang diambil, sementara sisanya dikembalikan ke tubuh pendonor. Menurutnya, risiko penularan vCJD melalui metode ini sangat kecil hingga dapat diabaikan.

    Meskipun kebijakan dan sistem terus diperbarui, Ong menegaskan keberhasilan program donor darah nasional tetap bergantung pada semangat gotong royong masyarakat.

    “Mendonor itu memberi kebahagiaan,” kata Ong.

    “Mari kita teruskan misi penting ini untuk memastikan pasokan darah Singapura tetap aman dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang,” tutupnya.

    (naf/up)

  • Kondisi Juliana Marins Pasca Jatuh, Dokter Forensik: Organ Rusak-Perdarahan Hebat

    Kondisi Juliana Marins Pasca Jatuh, Dokter Forensik: Organ Rusak-Perdarahan Hebat

    Jakarta

    Juliana Marins (27), turis asal Brasil yang mengalami kecelakaan tragis di Gunung Rinjani, dinyatakan meninggal akibat luka berat yang dialaminya setelah terjatuh ke dalam jurang. Hasil autopsi menunjukkan kematian Juliana bukan disebabkan hipotermia, melainkan benturan keras yang berakhir kerusakan serius pada organ tubuhnya.

    Menurut Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, ada tanda-tanda kekerasan tumpul hebat. Tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha dilaporkan patah, yang kemudian menyebabkan kerusakan organ dalam serta perdarahan masif.

    “Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan perdarahan,” ujar Alit dalam konferensi pers di Rumah Sakit Bali Mandara, Jumat (27/6/2025).

    Selain patah tulang, hampir seluruh tubuh Juliana juga dipenuhi luka lecet geser yang menunjukkan adanya gesekan keras dengan benda-benda tumpul selama ia terjatuh dari ketinggian.

    Juliana diketahui terjatuh ke jurang sedalam 200 meter saat mendaki menuju puncak Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025). Meski sempat terlihat masih hidup melalui rekaman drone pada Senin (23/6/2025), dokter forensik memperkirakan Juliana hanya mampu bertahan hidup sekitar 20 menit setelah insiden tragis itu.

    “Dari kondisi luka dan hasil pemeriksaan jaringan, korban diperkirakan meninggal tidak lama setelah terjatuh, sekitar 20 menit,” ungkap Alit.

    Dugaan Juliana meninggal karena hipotermia dibantah tim forensik. Menurut Alit, tidak ditemukan ciri khas kematian akibat suhu ekstrem, seperti perubahan warna pada ujung jari atau penyusutan limpa.

    “Suhu di lokasi memang dingin, tetapi kami tidak menemukan tanda-tanda khas hipotermia. Yang kami temukan justru kerusakan organ karena benturan keras,” jelasnya.

    Jenazah Juliana baru berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025), setelah sempat tertahan akibat cuaca buruk dan visibilitas rendah. Ia ditemukan berada di kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir keberadaannya yang diketahui.

    (naf/up)

  • Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Jakarta

    Tangan sering dingin kerap diartikan sebagai gejala penyakit jantung. Ada benarnya sedikit, tapi lebih banyak tidak tepatnya. Begini penjelasannya secara medis.

    Terkait gejala penyakit jantung, dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, menegaskan tangan sering terasa dingin bukan gejala yang spesifik. Artinya, ada banyak kemungkinan penyebab di luar penyakit jantung.

    “Tidak ada keterkaitan ilmiah bahwa telapak tangan sering basah atau sering dingin itu pasti ada hubungannya dengan penyakit jantung. Tidak ada bukti ilmiah,” tegasnya dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    Memang, tidak menutup kemungkinan tangan dingin tersebut memang dialami oleh pasien penyakit jantung. Namun untuk memastikan kondisi tersebut merupakan indikasi jantung bermasalah, tidak ada bukti kuat untuk mendukungnya.

    “Hal itu bisa saja terjadi. Tangannya basah, tangannya dingin, dan sebagainya, sebagai dampak dari penyakit jantungnya,” jelasnya, menegaskan bahwa keterkaitan antara keduanya tidak bisa dipastikan.

    Menurut dr Vireza, ada banyak kemungkinan penyebab tangan dingin selain penyakit jantung. Di antaranya gangguan tiroid dan riwayat diabetes mellitus.

    Penyebab Tangan Terasa Dingin

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada banyak penyebab tangan terasa dingin, terlebih jika hanya sesekali dirasakan. Sesimpel habis berada di ruangan yang dingin atau sejuk bisa menjadi penyebabnya, yang menandakan tubuh berusaha mengontrol temperaturnya.

    Namun demikian, tangan yang selalu dingin bisa jadi menandakan ada masalah pada aliran darah di tangan. Dikutip dari Cleveland Clinic, darah mengalir dari jantung ke tangan melalui ulnar artery dan radial artery di lengan bawah. Saat terpapar dingin, otot di sekitar pembuluh darah berkontraksi sehingga aliran darah dikonsentrasikan ke organ dalam seperti jantung.

    Terkadang, pembuluh darah menyempit atau konstriksi secara tiba-tiba meski tidak sedang kedinginan. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut vasospasm. Mekanisme ini membuat tangan terasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal. Pada kasus langka, vasospasm yang terlalu sering bisa memicu kerusakan jaringan dan melukai kulit.

    Gejala penyerta yang perlu diwaspadai

    Umumnya, tangan terasa dingin tidak menjadi persoalan serius. Namun sebaiknya periksa jika disertai gejala lain yakni:

    luka (ulcers)nyerikesemutanmengalami perubahan pada kulit, terutama jika terasa kencang atau mengeras, atau berubah warnasering terasa dingin juga di kaki dan jari-jari.Bisa Juga Dipicu Penyakit

    Beberapa penyakit atau kondisi kesehatan juga dapat disertai gejala tangan sering terasa dingin. Di antaranya:

    1. Raynoud’s syndrome

    Sindrom ini menyebabkan pembuluh darah di jari dan jempol mengalami konstriksi mendadak. Kulit tangan dan jari juga akan berubah warna menjadi biru, putih, atau ungu.

    2. Hipotiroidisme

    Terjadi ketika kelenjar tiroid tidak melepas hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Dampaknya, metabolisme melambat sehingga tubuh gampang merasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal.

    3. Lupus

    Merupakan gangguan autoimun yang dapat memicu radang di berbagai bagian tubuh. Dapat pula terjadi di kulit dan pembuluh darah sehingga menjadi sensitif terhadap temperatur.

    4. Scleroderma

    Scleroderma juga termasuk gangguan autoimun yang menyebabkan kulit di jemari dan tangan lebih tebal dari seharusnya. Pengidapnya umumnya juga memiliki riwayat Raynoud’s syndrom.

    Mengatasi Tangan Selalu Dingin

    Berdasarkan pemeriksaan, dokter mungkin bisa meresepkan obat atau terapi untuk mengatasi penyebab. Sedangkan untuk mengatasi gejala tangan terasa dingin, beberapa tips berikut bisa diikuti.

    mengurangi paparan suhu dinginmemakai sarung tangan atau semacamnyamengelola stres dan anxiety atau kegelisahanmembatasi asupan alkohol, atau menghindari sama sekali akan lebih baikmelakukan perawatan kulit.

    (up/up)

  • Pernah Jatuh-Terselamatkan di Jurang Rinjani, Ini Pengakuan Pendaki Irlandia

    Pernah Jatuh-Terselamatkan di Jurang Rinjani, Ini Pengakuan Pendaki Irlandia

    Jakarta

    Belakangan, Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi perbincangan publik. Ini karena insiden terjatuhnya Juliana Marins, pendaki asal Brasil. Marins meninggal 20 menit usai terperosok ke dalam jurang.

    Hal itu diungkap oleh Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar. Menurutnya, perempuan 27 tahun tersebut mengalami luka parah akibat benturan keras di beberapa bagian tubuh.

    “Perkiraan 20 menit,” ujarnya terkait perkiraan lamanya korban bertahan hidup, seperti dikutip dari detikBali, Jumat (27/6/2025).

    Jauh sebelum insiden yang dialami Marins, Paul Farrel, pendaki asal Irlandia juga sempat terperosok di jurang gunung dengan ketinggian 3.762 mdpl ini. Paul terjatuh pada Oktober 2024 silam.

    “Tanah di sana (Gunung Rinjani) berbeda, tempat yang membuat Anda seolah melangkah maju satu langkah dan mundur dua langkah. Karena kami berada di gunung berapi, medannya berpasir dan Anda bisa menenggelamkan kaki,” kata Paul, dikutip dari BBC, Sabtu (28/6/2025).

    Paul mengaku dirinya harus melakukan apa saja untuk bertahan hidup usai terjatuh di jurang. Termasuk bersembunyi di bawah batu besar di kedalaman sekitar 200 meter.

    “Meski begitu, aku tidak aman. Di tempat itu, kau bisa terpeleset kapan saja,” katanya.

    “Itu jelas sangat menakutkan. Saya berdoa kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana dalam keadaan hidup, atau hanya dengan beberapa tulang yang patah,” sambungnya.

    Beruntung, setelah sekitar lima jam tim penyelamat berhasil menemukan lokasinya. Paul mengaku sangat lega ketika benar-benar bisa keluar dari jurang tersebut.

    “Saya menyukai adrenalin dan olahraga ekstrem, tetapi situasi ini sudah sangat mendekati batas,” katanya.

    Medan pendakian Gunung Rinjani memang bisa dikatakan tidak ramah untuk para pemula, sehingga dibutuhkan fisik kuat dan tetap fokus selama mendaki. Menurut Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) area puncak gunung itu terbilang rawan karena berpasir dengan kanan kiri adalah jurang.

    (dpy/up)

  • WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa semua kemungkinan asal usul pandemi COVID-19 masih terbuka, termasuk teori kebocoran laboratorium. Hal ini disampaikan setelah penyelidikan selama empat tahun belum juga membuahkan kesimpulan, akibat keterbatasan akses data penting.

    Dalam konferensi pers, Jumat (27/6/2025), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan belum ada satu pun teori yang bisa dipastikan.

    “Semua hipotesis masih harus berada di atas meja, termasuk penularan dari hewan dan kebocoran laboratorium,” ujar Tedros, dikutip dari CNA.

    Sebuah laporan dari Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (SAGO) menyebutkan, berdasarkan bukti ilmiah yang tersedia, penularan dari hewan ke manusia masih menjadi teori yang paling kuat. Namun, ketua SAGO Marietjie Venter menekankan bahwa asal usul virus belum bisa dipastikan tanpa data tambahan.

    “Selama belum ada informasi tambahan atau bukti baru, asal-usul SARS-CoV-2 dan bagaimana virus ini menjangkiti manusia akan tetap belum bisa disimpulkan,” katanya.

    Teori kebocoran laboratorium, lanjut Venter, juga belum bisa ditelusuri lebih jauh karena kurangnya data penting. Tedros secara terbuka menyebut kurangnya kerja sama dari pihak China, sebagai hambatan besar dalam penyelidikan ini.

    “China belum memberikan ratusan urutan genetik dari pasien awal, data detail tentang hewan di pasar Wuhan, maupun informasi soal penelitian dan keamanan laboratorium di Wuhan,” tegasnya.

    WHO juga telah meminta akses ke laporan intelijen dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, yang pada masa pemerintahan Donald Trump sempat mendukung teori kebocoran lab sebagai sumber pandemi.

    Tedros menyebut mengungkap asal usul COVID-19 adalah kewajiban moral untuk menghormati jutaan korban jiwa dan mencegah wabah di masa depan.

    “Virus ini terus bermutasi, mengambil nyawa, dan meninggalkan beban panjang seperti long COVID,” ujar Tedros.

    SAGO sendiri berkomitmen untuk terus mengevaluasi bukti ilmiah terbaru. Namun, laporan menyebut permintaan data ke negara lain seperti Jerman dan AS juga belum membuahkan hasil.

    Menariknya, laporan SAGO kali ini juga diwarnai dinamika internal. Satu anggota mengundurkan diri dan tiga lainnya meminta namanya dihapus dari laporan.

    (naf/up)

  • Warga Bandung Waspada Virus Hanta! Ini Gejalanya Mirip Flu Biasa

    Warga Bandung Waspada Virus Hanta! Ini Gejalanya Mirip Flu Biasa

    Jakarta

    Infeksi Hantavirus atau Virus Hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, baru-baru ini. Pria 52 tahun warga Desa Bojongkoneng, Ngamprah, dinyatakan positif terpapar berdasarkan hasil uji laboratorium.

    Kepala Dinkes Bandung Barat, Ridwan Abdullah, menjelaskan gejala awal yang dialami pasien mencakup:

    pusingdemamnyeri lambung.

    Pasien berinisial O tersebut mengalami gejala sejak 2 Mei 2025. Hasil penelusuran menunjukkan, pasien sempat digigit tikus saat bekerja di proyek bangunan di Ciwidey, Kabupaten Bandung.

    Kemenkes Catat 8 Kasus di 4 Provinsi

    Hingga Juni 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat ada 8 kasus hantavirus tersebar di 4 provinsi sebagai berikut:

    DI YogyakartaJawa BaratNusa Tenggara TimurSulawesi Utara.

    Temuan kasus Hantavirus dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) antara lain jika ditemukan 2 kasus konfirmasi atau lebih dalam satu masa inkubasi yakni 2 pekan.

    “Kasus di Bandung Barat belum memenuhi kriteria KLB,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, dikutip dari Antara, Sabtu (21/6/2025).

    Sementara itu, laman Kemenkes RI menyebut hingga saat ini hanya ditemukan kasus hantavirus dengan manifestasi klinis Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) di Indonesia.

    Kemenkes RI melaporkan, 8 kasus yang tercatat seluruhnya saat ini sudah sembuh. Termasuk satu kasus di Kabupaten Bandung Barat, saat ini pasien sudah sembuh dan kembali bekerja.

    Gejala Infeksi Hantavirus

    Hantavirus merupakan keluarga virus yang menyebabkan penyakit serius dan bisa memicu kematian.

    Laman The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC) menyebut infeksi hantavirus dapat menular melalui kontak dengan hewan pengerat seperti tikus. Paparan urine dan liur dapat menularkan virus, demikian juga gigitan atau cakaran meski relatif langka.

    Infeksi hantavirus dapat menyebabkan dua sindrom sebagai berikut:

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    Gejala HPS

    HPS merupakan penyakit yang potensial mematikan dan menyerang paru-paru. Gejala muncul 1-8 pekan setelah kontak dengan hewan penular.

    Gejala awal meliputi:
    fatigue atau kelelahandemamnyeri ototsakit kepalapusingmenggigilgangguan lambung seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut

    HPS dapat mematikan. Sebanyak 38 persen pasien HPS yang mengalami gejala pernapasan dapat meninggal dunia.

    Gejala HFRS

    Jika HPS menyerang pernapasan, HFRS sesuai namanya menyerang renal atau ginjal. HFRS juga bisa mematikan, gejalanya muncul 1-2 pekan setelah paparan.

    Beberapa gejala yang bisa muncul adalah sebagai berikut:

    sakit kepala intensnyeri punggung dan perutdemam dan menggigilmualmata buram.

    Gejala lanjutan dapat berupa:

    tekanan darah rendahaliran darah berkurang (syok akut)perdarahan internal (kebocoran pembuluh darah)gagal ginjal akut.

    (up/up)

  • Menkes soal Arahan Prabowo Perbanyak Dokter: Presiden Minta Tak Pakai Aturan Kuno

    Menkes soal Arahan Prabowo Perbanyak Dokter: Presiden Minta Tak Pakai Aturan Kuno

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyambut baik arahan Presiden RI Prabowo Subianto untuk menambah jumlah fakultas kedokteran di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai upaya menjawab masalah kekurangan tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis.

    Menurut Budi, dirinya akan segera berkoordinasi dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) guna membahas reformasi sistem pendidikan kedokteran, termasuk menghapus prosedur birokratis yang dinilai sudah usang.

    “Pak Presiden tahu bahwa masalah utama kita adalah jumlah dokter yang masih sangat kurang, apalagi dokter spesialis. Karena itu, saya diminta untuk membuat terobosan. Jangan lagi pakai cara-cara birokratis dan kuno,” ujar Budi Gunadi usai memberikan pembekalan kepada kepala daerah di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (26/6).

    Budi menegaskan penambahan fakultas kedokteran untuk meningkatkan jumlah dokter tidak mengenyampingkan mutu lulusan. Ia juga memastikan akan mengatur pemerataan, distribusi dokter di seluruh wilayah Indonesia.

    “Inisiatif ini diharapkan mampu menambah jumlah dokter secara agresif, menjaga kualitas pendidikan, dan memastikan penyebarannya merata,” lanjutnya.

    Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menyuarakan keprihatinan krisis dokter di Indonesia. Ia menilai sistem pendidikan kedokteran saat ini masih terlalu terbelit oleh birokrasi, sehingga tidak cukup adaptif terhadap tantangan sektor kesehatan masa kini.

    Prabowo juga mendorong peningkatan jumlah dokter spesialis secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2024, saat ini Indonesia memiliki 49.670 dokter spesialis. Namun, menurut perhitungan Bappenas, rasio ideal dokter spesialis adalah 0,28 per 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia masih kekurangan sekitar 29.179 dokter spesialis.

    “Kita harus tambah juga akademi-akademi perawatan dan kita harus tambah pendidikan spesialis dengan efisien dan jangan terlalu terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno. Peraturan-peraturan yang sudah tidak bisa menjawab kesulitan dan tantangan masa kini,” beber Prabowo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur dan Bali International Hospital di Denpasar, Rabu (25/6).

    (naf/up)