Category: Detik.com Kesehatan

  • Ketindihan saat Tidur Tanda ‘Ketiban Jin’? Dokter Ungkap Fakta Sesungguhnya

    Ketindihan saat Tidur Tanda ‘Ketiban Jin’? Dokter Ungkap Fakta Sesungguhnya

    Jakarta

    Ketindihan ketika tidur seringkali dikaitkan dengan fenomena mistis atau supernatural. Tak heran, pasien yang mengalami ketindihan biasanya juga melihat makhluk ‘gaib’ yang tidak berbentuk seperti manusia normal. Apakah benar kondisi ini memang berkaitan dengan hal gaib?

    Pakar kesehatan tidur dr Andreas Prasadja, RPSGT menegaskan, fenomena ketindihan tidak berkaitan dengan dunia mistis sama sekali. Menurutnya, fenomena ini bisa dijelaskan secara medis.

    dr Andreas menuturkan fenomena ketindihan berkaitan erat dengan kondisi hypnagogic hallucination. Ini adalah halusinasi singkat yang biasanya membuat pasien tersebut melihat gambar pola, bentuk, atau kilatan cahaya.

    “Itu mitos. Jadi ketindihan pada saat tidur atau erep-erep kita sebut sebagai hypnagogic hallucination dan sleep paralysis. Jadi artinya ada gelombang otak terjaga yang tumpang tindih dengan gelombang otak REM (rapid eye movement) atau tahap tidur mimpi,” kata dr Andreas dikutip dari 20detik, Minggu (29/6/2025).

    Kondisi ini membuat pasien yang mengalami ketindihan berada di ‘persimpangan’ setengah sadar dan setengah mimpi. Pada saat inilah, pasien bisa melihat makhluk gaib.

    Menurut dr Andreas, kejadian ini sebenarnya umum di seluruh dunia. Tapi, penampakan yang dilihat biasanya akan tergantung dari latar belakang budaya pasien.

    Lantas, mengapa tubuh tidak bisa bergerak? dr Andreas menjelaskan dalam tahap tidur REM, ada semacam sistem pengamanan agar tubuh tetap ‘terkunci’ ketika bermimpi.

    Tujuannya, agar tubuh tidak ikut bergerak mengikuti mimpi selama tidur. Halusinasi dan tubuh yang terkunci selama setengah sadar menjadi kombinasi yang menyeramkan saat ketindihan.

    “Nah, kenapa ini (ketindihan) bisa terjadi? Karena kurang tidur yang parah, sedemikian parahnya kurang tidur sehingga tumpang tindih,” tandasnya.

    (avk/suc)

  • Tikus Ini Disuntik ‘Gen Bahasa’ Manusia, Jadi Bisa Berbicara?

    Tikus Ini Disuntik ‘Gen Bahasa’ Manusia, Jadi Bisa Berbicara?

    Jakarta

    Dalam sebuah penelitian eksperimental, para ilmuwan menyuntikkan ‘gen bahasa’ manusia ke dalam tubuh tikus. Hasilnya, modifikasi genetik ini memberikan dampak signifikan terhadap pola vokalisasi tikus.

    Anak tikus yang membawa versi gen tersebut menunjukkan pola suara yang berbeda dibandingkan tikus biasa. Saat memanggil induknya, mereka mengeluarkan cuitan dengan nada lebih tinggi serta variasi bunyi yang lebih kompleks dibandingkan tikus normal.

    “Semua bayi tikus membuat suara ultrasonik untuk memanggil ibunya, dan para peneliti bahasa mengelompokkan berbagai suara ini ke dalam empat ‘huruf’ yaitu S, D, U, dan M. Kami menemukan bahwa saat kami ‘mentransliterasi’ suara tikus dengan varian gen bahasa manusia, hasilnya berbeda dengan tikus liar biasa. Beberapa ‘huruf’ tersebut berubah,” ujar penulis studi, sekaligus kepala Lab Neuro-Onkologi Molekuler Rockefeller University, Robert B Darnell, dikutip dari IFL Science, Minggu (29/6/2025).

    Ketika sudah dewasa, bayi tikus itu mengalami perubahan yang lebih mencolok. Saat mencoba menarik pasangan, tikus jantan menghasilkan suara bernada tinggi yang lebih kompleks dibanding tikus biasa.

    “Mereka ‘berbicara’ berbeda kepada tikus betina. Bisa dibayangkan bagaimana perubahan dalam vokalisasi ini dapat berdampak besar dalam evolusi,” jelas Darnell.

    Semua ini berawal dari protein NOVA1, yang disebut memiliki peran penting dalam perkembangan otak. Peneliti menggunakan teknologi pengeditan gen CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) untuk menggantikan protein NOVA1 milik tikus dengan varian yang hanya dimiliki manusia.

    Awalnya, peneliti menemukan varian NOVA1 milik manusia tidak mengubah cara protein berinteraksi dengan RNA yang berkaitan dengan perkembangan otak atau kontrol gerakan. Artinya, protein tersebut bekerja sama seperti versi asli pada tikus.

    Namun, mereka kemudian menemukan hal yang tak terduga. Varian NOVA1 manusia ternyata memengaruhi pengikatan RNA pada gen-gen yang terkait dengan kemampuan vokalisasi.

    “Kami berpikir, wow. Kami tidak menyangka itu. Ini adalah salah satu momen yang sangat mengejutkan dalam sains,” tandas Darnell.

    (avk/suc)

  • Cara Mengatasi Cemas Saat mau Tidur

    Cara Mengatasi Cemas Saat mau Tidur

    Jakarta

    Kecemasan adalah respons alami tubuh ketika muncul stres yang ditandai dengan perasaan khawatir, gelisah, atau takut pada hal yang belum tentu terjadi. Meskipun wajar dalam waktu tertentu, kecemasan berlebihan atau berlangsung lama bisa sangat mengganggu.

    Beberapa gejala kecemasan lain yang mungkin muncul seperti detak jantung cepat, napas pendek, sulit konsentrasi, otot tegang, rasa gelisah terus-menerus, serta gangguan tidur.

    Cara Mengatasi Cemas saat Mau Tidur

    Banyak orang mengalami kecemasan saat mau tidur, utamanya ketika pikiran mulai aktif karena suasana menjadi tenang dan minim distraksi. Kekhawatiran soal pekerjaan, keuangan, atau masalah pribadi seringkali menjadi pemicu kecemasan di malam hari.

    Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kecemasan saat mau tidur:

    1. Melakukan Meditasi

    Dikutip dari Healthline, meditasi dapat menjernihkan pikiran dan membuat pikiran lebih fokus pada saat ini. Penelitian menunjukkan meditasi mengurangi stres seiring waktu dan memperbaiki suasana hati secara keseluruhan.

    Meditasi tepat sebelum tidur bisa menjadi cara yang baik untuk menenangkan kecemasan malam hari.

    2. Melatih Pernapasan

    Teknik pernapasan yang baik merupakan cara efektif untuk mengurangi stres dan kecemasan. Bernapas secara dalam dan perlahan dapat memperlambat detak jantung dan menstabilkan tekanan darah.

    Jika mengalami serangan panik di malam hari, cobalah melakukan pernapasan dalam untuk membantu meredakannya.

    3. Membuat To-do list

    Jika kecemasan yang muncul berkaitan dengan aktivitas harian yang akan dilakukan esok hari, maka cara ini bisa menjadi solusi. Membuat to-do list apa saja yang dilakukan besok membantu memetakan hal-hal yang akan dilakukan esok hari.

    Langkah ini membuat pikiran menjadi lebih terorganisir dan membantu meredakan kecemasan.

    4. Merapikan Tempat Tidur

    Menerapkan kebiasaan sehat seperti menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan membuat jadwal tidur yang konsisten bisa menjadi salah satu langkah untuk meredakan kecemasan saat mau tidur.

    Jangan lupa rapikan kasur sebelum tidur, gunakan bantal yang nyaman, dan atur posisi senyaman mungkin. Jadikan kamar tidur ruang pribadi untuk tidur lebih tenang, aman, dan nyaman.

    Penyebab Cemas Sebelum Tidur

    Penyebab kecemasan sebelum tidur bisa bervariasi pada setiap orang. Menurut Presiden American Psychiatric Association, Dr Ramaswamy Viswanathan malam sebelum tidur menjadi waktu yang lebih rentan karena pada saat itu, distraksi sudah menurun dan kondisi sekitar lebih tenang.

    Kecemasan soal hari esok juga menjadi penyebab paling banyak kecemasan sebelum tidur.

    “Di malam hari, ketika gangguan lebih sedikit, lebih mudah untuk merenungkan kejadian sehari-hari dan memikirkan kekhawatiran seperti masalah pekerjaan, keluarga, atau keuangan,” ujar Viswanathan.

    Ia mengingatkan, konsumsi stimulan seperti kafein atau obat-obatan tertentu mendekati waktu tidur juga dapat mengganggu proses relaksasi dan memicu aktivitas mental yang berlebihan.

    Alih-alih minum minuman berkafein, sebaiknya konsumsi minuman yang membuat tubuh rileks dan tidur lebih nyenyak. Misalnya seperti susu hangat, air jahe, atau jus tomat segar. Jika masih ingin minum minuman berkafein seperti kopi, disarankan untuk tidak minum setidaknya 6 jam sebelum waktu tidur.

    (avk/tgm)

  • Kisah Pria Irlandia Selamat usai Jatuh di Rinjani, Bertahan 5-6 Jam dengan Luka-luka

    Kisah Pria Irlandia Selamat usai Jatuh di Rinjani, Bertahan 5-6 Jam dengan Luka-luka

    Jakarta

    Pada Oktober 2024, pendaki gunung asal Irlandia bernama Paul Ferrell pernah terjatuh ketika mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Kisahnya kembali menjadi sorotan setelah belum lama ini pendaki asal Brasil bernama Juliana Marins meninggal setelah jatuh di Rinjani.

    Farrell menceritakan kondisinya saat terjatuh ke medan curam setinggi 200 meter. Farrell mengatakan saat itu ia sedang melepaskan sepatu dan sarung tangan karena ada kerikil yang mengganggu.

    Tiba-tiba angin kencang muncul dan meruntuhkan tanah pijakan Farrell. Ia akhirnya terjatuh dan terpaksa masuk dalam mode ‘bertahan hidup’.

    “Saya mencoba menancapkan kuku dan tangan saya ke apa saja, hanya untuk memperlambat. Sampai saya melihat sebuah batu besar dan saya mencoba mengalihkan jalan saya ke arah batu itu. Saya menabrak batu itu, tetapi untungnya saya berhasil menghentikan laju jatuh,” ceritanya dikutip dari BBC Brasil, Minggu (29/6/2025).

    Ketika berada dalam jurang, ia berusaha mengatur napasnya. Meski jatuh ratusan meter, untungnya Farrell hanya mengalami beberapa luka dan goresan ringan di tubuhnya.

    Meski begitu, ia tetap harus tetap waspada karena tempatnya tidak aman dan Farrell bisa terpeleset lagi kapan saja. Seorang wanita asal Prancis yang melihat kejadian itu berusaha kembali ke camp untuk mendapatkan bantuan.

    Ia bertahan di batu selama 5-6 jam sampai akhirnya bantuan datang. Ia menggambarkan pengalaman itu sebagai hal yang sangat menyeramkan. Ferrell hanya bisa berharap untuk keluar dari situasi mengerikan itu.

    “Sejujurnya, saya rela mematahkan lengan, kaki, atau semua tulang saya untuk keluar dari situasi itu. Jika saya perlu membuat perjanjian dengan Tuhan atau Iblis untuk keluar dari sana hidup-hidup, saya akan melakukannya,” ceritanya.

    Setelah diselamatkan, Farrell merasa sangat lega. Ia mengaku sangat bersyukur bisa selamat dan hampir kapok untuk naik gunung lagi.

    “Saya suka adrenalin dan olahraga ekstrem, tetapi situasi ini hampir membuat saya jera,” tandasnya.

    (avk/suc)

  • Tanda-tanda Ginjal Bengkak yang Perlu Diwaspadai, Bisa Terasa di Perut dan Urine

    Tanda-tanda Ginjal Bengkak yang Perlu Diwaspadai, Bisa Terasa di Perut dan Urine

    Jakarta

    Ginjal bengkak atau hidronefrosis adalah kondisi saat ada sesuatu yang menghalangi urine mengalir dari ginjal ke kandung kemih. Apabila hal ini terjadi, salah satu atau kedua ginjal bisa membengkak.

    Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba atau kronis, sebagian atau total, satu sisi atau bilateral (kedua sisi). Jika hanya satu ginjal yang terkena, kondisi ini disebut hidronefrosis unilateral. Jika kedua ginjal terkena, kondisi ini disebut hidronefrosis bilateral. Tingkat keparahannya juga dapat bervariasi dari pembengkakan ringan hingga pembengkakan parah.

    Hidronefrosis dapat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal atau gagal ginjal. Namun, penanganan yang tepat dapat mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

    Adapun fungsi utama saluran kemih adalah membuang limbah dan cairan dari tubuh. Saluran kemih terdiri dari:

    Dua ginjal. Ginjal membersihkan racun dan limbah dari darah.Dua ureter. Ureter adalah saluran yang menyalurkan air seni dari ginjal ke kandung kemih.Kandung kemih. Kandung kemih adalah organ yang menyimpan air seni Anda.Uretra. Uretra adalah saluran yang memungkinkan air seni keluar dari tubuh Anda.

    Seringkali, penyumbatan atau hambatan antara ginjal dan ureter menjadi penyebab hidronefrosis.

    Tanda-tanda Ginjal Bengkak

    Gejala ginjal bengkak biasanya tergantung pada penyebabnya. Sering kali, tidak ada gejala apa pun. Ginjal bengkak atau hidronefrosis antenatal pada bayi biasanya tidak menimbulkan gejala setelah lahir.

    Gejala yang muncul dapat berupa:

    Rasa nyeri yang tiba-tiba atau hebat pada sisi tubuh, perut, atau punggung.Mual atau muntahSakit saat buang air kecilDarah dalam kencingInfeksi saluran kemih (ISK)Tidak mampu mengosongkan kandung kemih sepenuhnyaBuang air kecil lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya

    Peluang terkena ISK meningkat jika seseorang mengidap hidronefrosis karena urine ‘terperangkap’ di dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan bakteri tumbuh di saluran kemih. Gejala ISK meliputi:

    Demam, menggigil dan merasa lelahRasa nyeri atau terbakar saat buang air kecilKencing yang keruh (tidak bening)

    Penyebab ginjal bengkak juga bervariasi, termasuk masalah saraf atau otot, kehamilan, batu ginjal, tumor, obstruksi ureter, pembesaran kelenjar prostat, hingga penyempitan saluran kemih.

    (suc/suc)

  • Sering Bangun Tengah Malam? Ini Sinyal Awal Diabetes

    Sering Bangun Tengah Malam? Ini Sinyal Awal Diabetes

    Jakarta

    Diabetes merupakan kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak mampu mengatur kadar gula darah dengan baik. Ini disebabkan karena tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau tidak menggunakan insulin secara efektif.

    Jika diabetes tidak dikendalikan, penyakit ini bisa memicu masalah kesehatan lain seperti kerusakan ginjal, mata, saraf, dan jantung.

    Diabetes secara umum dibagi menjadi tipe satu dan dua. Diabetes tipe satu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel penghasil insulin di pankreas, sehingga tubuh hampir tidak memproduksi insulin. Sedangkan diabetes tipe dua terjadi karena tubuh tidak menggunakan insulin secara efektif atau tidak cukup memproduksinya.

    Kaitan Diabetes dan Tidur

    Tidur cukup dan berkualitas penting dalam menjaga kesehatan, khususnya pengidap diabetes. Masalahnya, sulit bagi pengidap diabetes mendapatkan tidur yang nyenyak.

    Dikutip dari Diabetes UK, perubahan kadar gula darah saat malam mengganggu kualitas tidur. Komplikasi akibat diabetes seperti neuropati (kerusakan saraf) serta nyeri pada kaki juga membuat tidur lebih sulit atau sering terbangun.

    Oleh karena itu, kenali lebih dalam gangguan tidur yang menjadi sinyal awal diabetes. Berikut ini beberapa gejala diabetes yang seringkali muncul di malam hari dan mengganggu tidur:

    1. Bolak-balik Buang Air Kecil

    Ketika kadar gula darah tinggi, ginjal akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkannya dari tubuh. Ini membuat frekuensi buang air kecil meningkat, khususnya di malam hari.

    Akibatnya tidur terganggu karena sering terbangun untuk ke kamar mandi. Gula darah tinggi juga bisa menyebabkan sakit kepala, haus berlebihan, dan kelelahan sehingga membuat sulit untuk tidur.

    2. Keringat Malam

    Diabetes mengganggu cara tubuh berkeringat dan mengatur suhu. Ini biasanya mencakup keringat malam, keringat saat makan, dan keringat meski cuaca sedang sejuk. Keringat berlebih akibat diabetes biasanya berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon, stres, kerusakan saraf, masalah pada kardiovaskular, serta obat-obatan.

    Keringat malam seringkali disebabkan oleh kadar gula darah rendah atau hipoglikemia. Kondisi ini lebih sering dialami oleh pasien yang menggunakan insulin atau obat diabetes golongan sulfonilurea.

    Ketika kadar gula darah turun terlalu rendah, tubuh memproduksi adrenalin secara berlebihan, yang memicu keringat. Keringat yang keluar bisa begitu banyak hingga membuat pakaian tidur atau sprei basah, sehingga terbangun di malam hari.

    3. Hipoglikemia dan Hiperglikemia

    Gula darah tinggi (hiperglikemia) dan gula darah rendah (hipoglikemia) pada pengidap diabetes, sama-sama mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Kondisi ini memicu insomnia dan kelelahan pada keesokan harinya.

    Sama seperti dengan penyakit kronis lain, stres dan depresi karena penyakit itu sendiri juga membuat orang lebih sulit untuk tidur nyenyak di malam hari.

    4. Nyeri atau Sensasi Aneh di Kaki

    Diabetes kronis berpotensi menyebabkan kerusakan saraf atau diabetic neuropathy, khususnya di area kaki. Kadar gula darah yang terlalu tinggi akibat diabetes, seiring waktu dapat merusak saraf di seluruh tubuh.

    Kondisi ini biasanya ditandai dengan sensasi terbakar, kesemutan, atau nyeri saat malam hari. Ketika keluhan ini muncul, tidur menjadi terganggu dan memicu rasa kantuk berlebih ketika siang hari.

    Fenomena Diabetes di Usia Muda

    Dokter spesialis penyakit dalam, dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD menuturkan diabetes kini bukanlah ‘penyakit orang tua’. Menurutnya, anak muda usia 20-an juga tidak terlepas dari risiko penyakit diabetes.

    Ini disebabkan oleh perilaku hidup zaman sekarang yang cenderung tidak sehat, seperti makan berlebihan yang memicu obesitas, hingga kebiasaan merokok. Padahal di usia muda, risiko komplikasi akibat penyakit diabetes menjadi lebih cepat dibandingkan orang usia lanjut.

    “Mereka komplikasinya lebih cepat, kematiannya juga lebih cepat. Jadi memang konsentrasi kita pada mereka yang muda ini antara 15 sampai 40 tahun. Banyak sekali diabetes tipe 2 semakin hari semakin banyak dengan perilaku anak muda seperti sekarang,” kata Prof ketut.

    Jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin sebagai langkah deteksi dini penyakit diabetes.

    (avk/tgm)

  • Dikira Asam Lambung Naik, Ternyata Wanita Usia 28 Ini Kena Kanker Lambung Stadium 4

    Dikira Asam Lambung Naik, Ternyata Wanita Usia 28 Ini Kena Kanker Lambung Stadium 4

    Jakarta

    Georgia Gardiner, seorang wanita dari Leeds, Inggris, membagikan pengalamannya yang berjuang melawan kanker lambung di usia muda, yakni 28 tahun. Georgia awalnya mengalami gejala berupa mual terus-menerus, kram perut, dan kehilangan nafsu makan. Gejala tersebut dialaminya pada musim panas tahun 2024.

    Awalnya dokter menganggap gejala yang dialami Georgia dipicu oleh asam lambung naik dan meresepkan antasida. Namun, kondisinya semakin memburuk dan tak kunjung membaik. Georgia bahkan sampai kehilangan banyak berat badan dalam hitungan bulan dan tak bisa menahan makanan.

    Meskipun ia telah melakukan hingga sembilan kali kunjungan ke dokter umum dan rumah sakit setempat, Georgia secara konsisten diyakinkan bahwa kondisi yang dialami berkaitan dengan gangguan pencernaan.

    Sayangnya, kondisinya terus memburuk. Ia akhirnya dirujuk untuk menjalani tes lebih lanjut seperti endoskopi. Pemindaian tersebut mengungkap fakta mengerikan, Georgia mengidap linitis plastica, atau kanker perut yang langka dan agresif.

    Penyakit tersebut terkadang disebut sebagai ;perut botol kulit;, kanker ini menyebabkan lapisan perut menebal dan perut tidak berfungsi.

    Saat didiagnosis pada 13 Juni 2024, kanker yang diidap Georgia telah menyebar ke kelenjar getah bening dan organ lainnya. Ia mengatakan, dokter menyebut penyakitnya sudah berada pada stadium akhir atau stadium 4 dan memvonis usianya hanya tersisa 12 bulan.

    Menurut penjelasan tim medis, perawatan yang diberikan bertujuan untuk mengendalikan gejala dan meningkatkan kualitas hidupnya.

    “Saya merasa tak terkalahkan. Saya tidak pernah menyangka akan mengidap kanker di usia 28 tahun. Dunia saya hancur saat saya diberi tahu bahwa penyakit itu tidak dapat disembuhkan,” kata Georgia.

    Georgia kini fokus untuk memanfaatkan waktu yang tersisa bersama tunangannya Callum Scott dan putra mereka yang berusia dua tahun Arlo. Pasangan itu telah memajukan rencana pernikahan mereka, menyadari bahwa waktu adalah hal terpenting. Georgia bertekad untuk menciptakan kenangan, bukan penyesalan.

    “Hal yang membuat saya sedih adalah betapa saya akan kehilangan Arlo. Dia memberi saya tujuan hidup,” katanya.

    “Jika saya ditangani dengan serius lebih awal, mungkin kami bisa menghentikannya sejak awal sebelum menyebar. Saya hanya ingin orang lain juga bisa mengetahuinya lebih awal,” jelasnya.

    (suc/suc)

  • Pengakuan Mahasiswa Usia 20-an di Vietnam Kena Gagal Ginjal, Ini Gejala yang Dialami

    Pengakuan Mahasiswa Usia 20-an di Vietnam Kena Gagal Ginjal, Ini Gejala yang Dialami

    Jakarta

    Semakin banyak anak muda di Vietnam yang mengalami gagal ginjal stadium akhir akibat gaya hidup tidak sehat. Banyak dari mereka tidak menyadari bahaya tersembunyi di balik kebiasaan makan yang buruk dan pola tidur yang tidak teratur.

    Misalnya, Duy, seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang terkena gagal ginjal stadium akhir dan perlu segera menjalani dialisis atau cuci darah. Ia memiliki gaya hidup yang sama dengan banyak anak muda lain, begadang untuk belajar ujian, makan larut malam, minum teh susu dan minuman ringan. Mahasiswa laki-laki itu tidak menyangka gaya hidup yang tampaknya normal berujung pada gagal ginjal.

    Ia baru mengetahui mengidap gagal ginjal kronis stadium IV tahun lalu, tetapi karena sibuk dengan ujian kelulusan universitasnya, ia berpuas diri, tidak melakukan pemeriksaan rutin, dan bahkan berhenti minum obat.

    Namun, kondisi Duy semakin memburuk. Ia mulai mengalami kelelahan dan mual yang parah, sehingga memutuskan kembali ke rumah sakit. Saat itulah ia mengetahui fungsi ginjalnya telah memburuk hingga mencapai tahap akhir.

    Kini, Duy terbaring di ranjang rumah sakit dengan jarum yang tertancap di pembuluh darahnya, sementara mesin dialisis berdengung di sampingnya, menemani proses cuci darah yang harus dijalankan tiga kali dalam seminggu.

    “Jika aku dapat memutar balik waktu, aku akan lebih merawat tubuhku. Namun sekarang sudah terlambat,” kata Duy, dikutip dari Vn Express.

    Selain Duy, Hoai yang juga seorang mahasiswa, didiagnosis mengalami gagal ginjal stadium akhir.

    “Tapi saya baru berusia 20 tahun,” ujarnya dengan suara tergagap, tak percaya dengan kenyataan yang harus dihadapinya.

    Sebagai mahasiswa, Hoai mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai desainer grafis. Di kalangan teman-temannya, ia dikenal sebagai ‘ratu tenggat waktu’. Hidupnya berputar dalam siklus yang melelahkan, seperti belajar di siang hari, bekerja di malam hari, dan bertahan hidup dengan makanan cepat saji seperti roti, sosis, serta mi instan.

    Kopi selalu setia menemani di samping laptopnya, sementara air putih hanya diminum saat rasa haus benar-benar tak tertahankan.

    “Saya masih muda dan harus mengejar tenggat waktu, tidur itu urusan orang tua,” begitu ia sering meyakinkan dirinya sendiri.

    Ketika pertama kali merasakan nyeri saat buang air kecil, Hoai mengira itu hanyalah efek dari stres.

    Ia pun membeli obat dari apotek tanpa resep. Namun, seiring waktu, gejala lain mulai muncul, seperti mual, kelelahan, insomnia, hingga perubahan pada indra pengecap.

    Barulah saat itu ia memutuskan untuk mencari pertolongan medis di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Dokter kemudian mendiagnosisnya dengan gagal ginjal stadium akhir, dengan fungsi ginjal di bawah 10 persen. Hoai juga membutuhkan transplantasi ginjal sesegera mungkin.

    Di sisi lain, Vietnam saat ini memiliki lebih dari 10 juta orang dengan penyakit ginjal kronis, yang mencakup sekitar 12,8 persen dari populasi orang dewasa. Yang lebih memprihatinkan adalah tren nyata penyakit ginjal yang menyerang orang yang lebih muda.

    “Sekitar 8.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun, dengan 800.000 pasien memerlukan dialisis. Namun, hanya ada 5.500 mesin dialisis di negara ini yang hanya dapat melayani 33.000 pasien, memenuhi kurang dari 30 persen permintaan,” kata Kementerian Kesehatan Vietnam.

  • Kenali Gejala Awal Virus Hanta yang Mulai Muncul di Bandung

    Kenali Gejala Awal Virus Hanta yang Mulai Muncul di Bandung

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada 19 Juni 2025, melaporkan pihaknya telah menemukan 8 kasus terkonfirmasi virus hanta tipe Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS) melalui surveilans. Kasus ditemukan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.

    Pada 20 Mei 2025, Dinas Kesehatan Jawa Barat menemukan 1 kasus virus Hanta di Kabupaten Bandung Barat. Pasien sempat dirawat di RSUP Hasan Sadikin Bandung, sebelum akhirnya dinyatakan sembuh dan kembali beraktivitas.

    Apa Itu Virus Hanta?

    Dikutip dari laman Kemenkes, Hantavirus merupakan virus yang ditularkan melalui hewan rodensia atau pengerat, terutama tikus, dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia. Penularannya biasanya melalui kontak dengan liur, urine, atau kotoran tikus yang terinfeksi.

    Penyebab penyakit virus hanta adalah genus Orthohantavirus. Jenis tikus yang terkonfirmasi sebagai reservoir virus Hanta di Indonesia adalah Rattus norvegicus (tikus got) dan R.tanezumi (tikus rumah).

    Infeksi virus Hanta dibagi menjadi dua jenis berdasarkan gejalanya, yaitu HFRS yang umum ditemukan di Indonesia dan Hantavirus pulmonary syndrome (HPS).

    Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS)

    HFRS merupakan tipe yang paling umum di dunia, khususnya benua Eropa dan Asia. Masa inkubasi biasanya 1-2 minggu dengan angka kematian 5-15 persen. Beberapa gejalanya meliputi:

    Demam.Sakit Kepala.Nyeri Punggung.Mual.Mata kemerahan.Ruam.

    Pada kondisi tahap lanjut, pasien HFRS bisa mengalami oliguria, anuria, perdarahan sistem pencernaan, dan gangguan sistem saraf, serta sistem pernapasan.

    Hantavirus pulmonary syndrome (HPS)

    Gejala HPS akibat infeksi virus Hanta lebih umum terjadi di benua Amerika. Masa inkubasi berkisar 14-17 hari dengan angka kematian 60 persen. Beberapa gejalanya meliputi:

    Demam.Nyeri badan.Malaise (lemas).Batuk.Sesak napas.Sakit perut.Muntah.Diare.

    Seiring berkembangnya penyakit, kondisi ini memicu kerusakan jaringan dan penumpukan cairan di paru-paru. HPS juga memicu gangguan serius pada paru dan jantung, serta memunculkan gejala batuk, sulit bernapas, tekanan darah rendah, dan detak jantung tidak teratur.

    Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan

    Infeksi virus Hanta sebenarnya bisa dicegah. Kemenkes membagikan beberapa langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah penyebaran virusnya:

    Terapkan Hidup Bersih di Rumah

    Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kunci utama pencegahan penyakit. Dalam hal penyebaran hantavirus, pastikan kebersihan rumah tetap terjaga, khususnya ruangan-ruangan yang lama tak dipakai, seperti loteng dan rumah bawah tanah. Ini untuk mencegah hewan pengerat masuk ke rumah.

    Jangan lupa juga untuk mengelola sampah dengan benar. Sampah yang menumpuk dan memicu munculnya hewan pengerat.

    Hindari Hewan Pengerat

    Tempatkan perangkap tikus di sekitar rumah atau tempat kerja untuk mengurangi populasi rodensia. Hindari menyentuh tikus mati atau hidup secara langsung.

    Pakai Pelindung Diri Jika Berisiko

    Orang-orang yang bersinggungan dengan hewan pengerat, seperti petani, buruh bangunan, tenaga laboratorium, dan dokter hewan, sebaiknya menggunakan alat pelindung.

    Hingga saat ini, belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit virus Hanta. Pengobatan yang tersedia bersifat suportif dan simtomatis atau sesuai dengan gejala yang dialami pasien.

    (avk/tgm)

  • Kisah Pria Irlandia Selamat usai Jatuh di Rinjani, Bertahan 5-6 Jam dengan Luka-luka

    Cerita Pria Irlandia Pernah Terjatuh di Gunung Rinjani, Begini Caranya Bertahan Hidup

    Jakarta

    Seorang pria asal Irlandia, Paul Farrell, membagikan pengalamannya yang pernah terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Gunung ini belakangan menjadi sorotan setelah seorang wanita asal Brasil, Juliana Marins, dilaporkan tewas usai terjatuh dari gunung tersebut.

    Pada Oktober tahun 2024, pria berusia 32 tahun itu mengalami kecelakaan saat melakukan pendakian di gunung tersebut. Ia terjatuh dari ketinggian sekitar 200 meter di medan yang curam dan berbahaya.

    Farrell masih mengingat jelas saat ia bangun pagi-pagi sekali di base camp untuk memulai pendakian. Menurutnya, bagian awal pendakian terasa mudah, namun medan menuju puncak jauh lebih menantang.

    “Tanah di sana berbeda, tempat yang membuat Anda seolah melangkah maju satu langkah dan mundur dua langkah. Karena kami berada di gunung berapi, medannya berpasir dan Anda bisa menenggelamkan kaki,” ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan BBC News Brasil, dikutip Minggu (29/6/2025).

    Setelah mencapai puncak gunung, Farrell merasa terganggu oleh kerikil-kerikil kecil di dalam sepatu kets yang dikenakannya.

    “Karena tidak nyaman, saya memutuskan untuk melepas sepatu kets untuk mengeluarkan kerikil. Saya juga melepas sarung tangan agar leluasa mencopot sepatu,” kata Paul Farrell.

    Tiba-tiba, embusan angin menerbangkan sarung tangannya ke arah kawah gunung berapi. Saat itu, Farrell sedang dalam posisi berlutut. Tanah tempat ia berpijak mendadak runtuh.

    Ia pun terjatuh dari tebing. Menurut Farrell, sejak saat itu dirinya langsung masuk ke dalam ‘mode bertahan hidup’.

    “Kecepatan saya jatuh makin cepat, adrenalin terpompa. Saya segera menyimpulkan bahwa saya bisa mati kapan saja.”

    Pria asal Irlandia itu mengatakan dalam situasi genting tersebut, satu-satunya pilihannya hanyalah mencari batu besar yang bisa dijadikan pegangan agar tidak terus meluncur turun di tebing curam.

    “Saya mencoba menancapkan kuku dan tangan saya ke apa saja, hanya untuk memperlambat. Sampai saya melihat sebuah batu besar dan saya mencoba mengalihkan jalan saya ke arah batu itu.”

    “Saya menabrak batu itu, tetapi untungnya saya berhasil menghentikan laju jatuh.”

    Kondisi Farrell saat Terjatuh

    Farrell akhirnya terhenti di kedalaman sekitar 200 meter di dalam jurang. Di sana, ia sempat mengatur napas dan menyadari bahwa meskipun telah terjatuh ratusan meter, tubuhnya hanya mengalami beberapa luka dan goresan ringan.

    “Meski begitu, saya tidak aman. Di tempat itu, saya bisa terpeleset kapan saja.”

    Menurut Farrell, ia mendaki bersama satu kelompok. Namun pada saat itu, hanya ada satu perempuan Perancis di dekatnya yang menyaksikan seluruh kejadian.

    “Saya berteriak sekuat tenaga agar dia mencari anggota tim lainnya dan meminta bantuan. Kemudian dia berlari kembali ke base camp dan memperingatkan orang-orang,” jelasnya.

    NEXT: Mengaku Bertahan Hidup di Batu Selama 5-6 Jam

    Pria Irlandia itu memperkirakan dirinya bertahan di batu itu selama sekitar lima hingga enam jam, sampai pertolongan tiba.

    “Itu jelas pengalaman yang sangat menakutkan. Saya berdoa kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana hidup-hidup, atau hanya dengan beberapa tulang yang patah.”

    “Sejujurnya, saya rela mematahkan lengan, kaki, atau semua tulang saya untuk keluar dari situasi itu. Jika saya perlu membuat perjanjian dengan Tuhan atau Iblis untuk keluar dari sana hidup-hidup, saya akan melakukannya.”

    Farrell mengatakan, tim pendaki profesional mencoba membuat tali darurat dari pakaian-pakaian yang diikat menyambung untuk mencoba mengangkatnya. Setelah lima jam, tim penyelamat yang bekerja di wilayah tersebut akhirnya berhasil mengangkatnya dari lokasi kejadian.

    Menurut keterangan tim penyelamat kepada Farrell, mereka berada di dekat lokasi kejadian karena sedang mengangkat tubuh korban kecelakaan lainnya.

    Ketika akhirnya terbebas dari situasi tersebut, pria Irlandia itu mengatakan ia merasa “benar-benar lega”.

    “Saya sangat bersyukur dan bersemangat,” ungkapnya.

    “Saya suka adrenalin dan olahraga ekstrem, tetapi situasi ini hampir membuat saya jera,” tambah Farrell.