Category: Detik.com Kesehatan

  • Cara Konsumsi Buah Sebelum Makan yang Aman untuk Lambung

    Cara Konsumsi Buah Sebelum Makan yang Aman untuk Lambung

    Jakarta

    Buah mengandung berbagai vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Serat dalam buah membantu melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit.

    Konsumsi buah secara rutin dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan menurunkan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung dan kanker. Buah juga membantu menjaga keseimbangan cairan dan mendukung fungsi organ tubuh agar lebih optimal.

    Sebenarnya aman nggak sih konsumsi buah sebelum makan besar? Begini penjelasan lengkapnya.

    Cara Makan Buah Sebelum Makan

    Pada dasarnya buah bisa dimakan sepanjang hari. Mengonsumsi buah yang tinggi serat sebagai makanan pembuka bisa memperlambat proses pencernaan dan membuat rasa kenyang lebih lama.

    Mengonsumsi buah sebelum makan juga membantu penyerapan nutrisi yang lebih baik. Buah mengandung gula alami yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna. Jika dibandingkan dengan makan buah setelah makan berat, tentu makan buah sebelum makan berat akan lebih cepat penyerapan nutrisinya.

    “Sistem pencernaan kita sudah diciptakan dengan sempurna. Maka makan buah dapat kapan saja, baik sebelum atau sesudah makan,” kata spesialis gizi Dr dr Samuel Oetoro, SpGK dalam sebuah wawancara.

    Jika masih was-was makan buah dalam keadaan perut kosong bisa berpengaruh ke lambung, berikut ini beberapa tips yang bisa diterapkan dikutip dari berbagai sumber:

    1. Pilih Buah yang Tepat

    Ada beberapa buah yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan lambung. Misalnya, buah-buahan yang bersifat asam seperti lemon, jeruk nipis, dan nanas.

    Daripada mengonsumsi buah-buahan seperti itu, coba pilih buah pisang, pepaya, semangka, apel, atau melon. Selain memiliki manfaat yang besar untuk kesehatan tubuh, buah-buah ini juga lebih ‘ramah’ untuk lambung.

    Pisang misalnya merupakan sumber kalium, serat, vitamin C, antioksidan, dan fitonutrien yang baik untuk tubuh. Serat yang ada dalam pisang mampu meningkatkan fungsi pencernaan dan mengurangi risiko refluks asam di lambung.

    2. Pastikan Buah dalam Keadaan Matang

    Buah yang matang lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan. Ini disebabkan oleh contohnya enzim alami papain pada buah pepaya.

    Papain merupakan enzim proteolitik yang membantu memecah protein menjadi peptida dan asam amino, sehingga mendukung pencernaan lebih efisien, mengurangi gejala kembung, dan sembelit.

    Pada studi in vitro, pepaya matang menunjukkan aktivitas enzim papain yang lebih tinggi dan menghasilkan disolusi ‘meat bolus’ yang maksimal. Artinya, pepaya matang lebih efektif membantu memecah makanan dalam lambung dibanding pepaya muda.

    Sebaliknya, pepaya muda mengandung latex dan papain dalam kadar tinggi dapat mengiritasi esofagus dan lambung.

    3. Atur Porsinya

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi sayur dan buah minimal 400 gram sehari. Agar seimbang dengan sayuran, konsumsi buah bisa dilakukan dalam 2-3 porsi sehari (80 gram per porsi).

    Untuk orang yang sehat dan aktif, jumlah konsumsi buah bisa ditingkatkan menjadi 4-5 porsi. Tapi untuk orang dengan masalah lambung sensitif bisa mengonsumsi sesuai buah dengan porsi standar WHO, yaitu 2-3 porsi sehari.

    (avk/tgm)

  • Minum Obat Darah Tinggi Bikin Ginjal Rusak? Begini Faktanya Menurut Dokter

    Minum Obat Darah Tinggi Bikin Ginjal Rusak? Begini Faktanya Menurut Dokter

    Jakarta

    Orang dengan penyakit tekanan darah tinggi akan dianjurkan mengonsumsi obat hipertensi setiap hari. Hanya saja banyak pasien hipertensi ragu untuk minum obat secara teratur karena takut efek samping jangka panjang, terutama pada ginjal.

    Menurut dr Djoko Wibisono, SpPD KGH, seorang spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, anggapan bahwa obat hipertensi merusak ginjal adalah mitos. Faktanya, minum obat darah tinggi secara teratur bisa melindungi ginjal dari kerusakan.

    “Yang merusak ginjal itu bukan obatnya tapi tekaan darah tingi yg tidak terkendali. hipertensi itu kan penyakit PTM, obatnya long life. Minum obat seterusnya, agar hidupnya sehat,” kata dr Djoko saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Alasan obat tensi bisa cegah ginjal rusak

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis yang membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Seiring waktu, tekanan yang konstan dan tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di seluruh tubuh, termasuk yang ada di ginjal.

    Obat darah tinggi, kata dr Djoko, justru dirancang untuk mengontrol kondisi tersebut agar tetap stabil. Dengan tekanan darah yang terkontrol, beban kerja ginjal menjadi lebih ringan dan mencegah kerusakan.

    “Kenapa harus minum obat? Karena bisa naik lagi, mungkin bukan besok tapi bulan depan ketika pasien sudah nggak aware,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Makan Kaktus Lagi Ngetren di Jepang, Superfood yang Kaya Manfaat

    Makan Kaktus Lagi Ngetren di Jepang, Superfood yang Kaya Manfaat

    Jakarta

    Tren makanan unik sedang berkembang di Jepang. Terbaru, warga Jepang mulai melirik kaktus sebagai makanan alternatif yang diminati.

    Jenis kaktus yang banyak dikonsumsi yakni jenis kaktus pir berduri atau opuntia ficus-indica karena kaya akan mineral, serat makanan, dan nutrisi lainnya. Rasanya ringan dan menyegarkan, bahkan dapat dinikmati tanpa dimasak.

    Diberitakan SCMP, ada beberapa bukti yang mendukung label ‘superfood’ kaktus ini. Pada tahun 2024, Universitas Chubu Jepang mendirikan Pusat Inisiatif Penelitian untuk Penelitian Tanaman Kaktus dan Sukulen di kota Kasugai, tempat budidaya kaktus hias pertama kali dimulai di Jepang.

    Para peneliti di pusat tersebut mengonfirmasi bahwa tikus yang diberi makanan yang dicampur dengan bubuk kaktus pir memiliki kadar musin yang lebih tinggi, protein yang menutupi permukaan usus dan memblokir virus, serta meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.

    “Saya yakin bahwa kaktus memiliki potensi besar sebagai makanan fungsional,” kata Mamoru Tanaka, seorang profesor madya bidang pangan dan nutrisi di universitas yang ikut serta dalam penelitian tersebut.

    Petani di Kasugai mulai memproduksi kaktus hias sekitar tahun 1953, dan sejak saat itu kota tersebut telah berkembang menjadi salah satu pusat tanaman terkemuka di Jepang.

    Para ahli di Jepang dan luar negeri juga berfokus pada potensi kaktus yang dapat dimakan sebagai tindakan pencegahan terhadap pertumbuhan populasi dunia dan perubahan iklim.

    Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pernah mengangkat pentingnya kaktus pir berduri dalam laporan tahun 2017. Dalam laporan itu, FAO menekankan bahwa tanaman ini mampu bertahan di wilayah kering dan rawan kekeringan, menjadikannya sumber makanan, air, dan pakan ternak yang berkelanjutan.

    (kna/kna)

  • Video Kisah Dokter Didi Operasi Istri Sendiri dengan Teknik Laparoskopi

    Video Kisah Dokter Didi Operasi Istri Sendiri dengan Teknik Laparoskopi

    Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan MND Clinic, dr. Ardian Suryo Anggoro, Sp.OG ceritakan pengalamannya terlibat dalam tindakan laparoskopi istrinya yang juga seorang dokter, dr. Zoreanajmi Zamzamessalina. Sang istri mengidap penyakit adenomiosis tingkat akut dan harus diangkat rahimnya.

    Nah di video ini, dr. Ardian menceritakan bagaimana perasaannya yang kala itu campur aduk saat melewati momen-momen menentukan itu. Kebayang kan gimana deg-degannya?

    detikers, jangan lupa klik di sini untuk melihat video-video 20Detik lainnya!

  • Kenapa Warna Hijau Bikin Pikiran Lebih Segar? Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Kenapa Warna Hijau Bikin Pikiran Lebih Segar? Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Jakarta

    Warna bukan hanya soal estetika atau keindahan visual. Rupanya, warna memiliki pengaruh besar terhadap suasana hati, emosi, hingga cara orang berpikir dalam kehidupan sehari-hari.

    Kadang tak disadari, ada warna-warna di sekitar yang memberikan efek menenangkan. Salah satu yang dikaitkan dengan pikiran lebih segar adalah warna hijau.

    Warna Hijau Menyegarkan Pikiran

    Warna hijau kerap diasosiasikan dengan alam, daun, dan ketenangan. Bukan hanya sekadar enak dipandang, warna ini ternyata memiliki pengaruh positif terhadap psikologis manusia.

    Peneliti meyakini warna hijau mampu menenangkan karena mata manusia berada pada puncak kemampuannya dalam menangkap panjang gelombang yang sesuai dengan warna hijau. Karena mata tidak perlu bekerja keras menangkap warna hijau, sistem saraf pun bisa lebih rileks saat melihatnya.

    Dalam sebuah studi di Britania Raya pada tahun 2013, ditemukan tingkat ruang hijau yang lebih tinggi di komunitas urban dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih rendah dan penurunan hormon stres kortisol yang lebih baik.

    Terdapat beberapa teori yang dikemukakan ahli kenapa ini bisa terjadi, salah satunya teori stress recovery theory (STR). Teori ini menyatakan paparan lanskap alami seperti ruang hijau memicu respons fisiologis otomatis yang menenangkan, tanpa perlu proses kognitif sadar. Efeknya mencakup penurunan tekanan darah, penurunan detak jantung, hingga penurunan sistem stres yang meliputi kortisol.

    Selain itu, apa saja sih dampaknya melihat warna hijau bagi manusia? Dikutip dari VeryWell Mind, berikut ini beberapa manfaat warna hijau dari sisi psikologis:

    1. Efek Menenangkan

    Nuansa warna hijau dapat membantu orang merasa nyaman di tempat baru. Karena alasan ini, desainer seringkali menggunakan warna hijau di tempat umum seperti rumah sakit, sekolah, dan lingkungan kerja.

    Sebuah studi menemukan efek yang disebut green exercise effect pada responden yang berolahraga di dalam ruangan sambil menonton video pemandangan alam dengan lapisan warna hijau. Mereka mengalami gangguan suasana hati yang lebih rendah dan merasa olahraganya lebih ringan dibanding saat melihat video sama dengan lapisan warna merah atau abu-abu.

    2. Efek Menyehatkan

    Hijau memberikan kesan sehat dan penuh vitalitas. Spesialis rehabilitasi psikososial Kendra Cherry, MS menuturkan sudah ada banyak penelitian yang mendukung dampak positif warna hijau untuk kesehatan.

    “Sebagai contoh, orang yang menghabiskan lebih banyak waktu di alam terbuka, yang dipenuhi vegetasi hijau, memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak melakukannya,” kata Cherry.

    3. Efek Menyegarkan

    Beberapa peneliti percaya asosiasi positif warna hijau sudah tertanam dalam otak manusia sejak masa evolusi. Dalam mitologi kuno, hijau seringkali melambangkan kesuburan.

    Karena warna hijau sangat erat dengan alam, manusia cenderung menganggap sesuatu yang hijau itu sebagai sebagai sehat dan alami, meski mungkin sebenarnya tidak demikian.

    “Sebuah studi menunjukkan bahwa orang lebih mungkin menganggap cokelat batangan dengan kemasan warna hijau sebagai pilihan yang lebih sehat dibanding dengan cokelat dengan kemasan merah, padahal kandungan nutrisinya sama persis,” ungkap Cherry.

    4. Efek Motivasi

    Dalam sebuah studi, orang dengan ‘kebutuhan pencapaian tinggi’ cenderung lebih sering memilih warna hijau dibanding warna merah. Para peserta juga mengaitkan kata-kata yang berhubungan dengan kegagalan dengan warna merah, sedangkan kata-kata yang berhubungan dengan kesuksesan dikaitkan dengan warna hijau.

    “Penelitian juga menunjukkan bahwa kreativitas cenderung meningkat ketika seseorang dikelilingi oleh tanaman hijau atau memiliki pemandangan alam yang hijau. Bahkan, warna hijau sendiri terbukti dapat menginspirasi kreativitas,” jelas Cherry.

    Dalam sebuah studi lain, lingkungan yang diterangi cahaya hijau meningkatkan kemampuan membaca peserta, sementara warna merah justru menurunkannya.

    5. Efek Memori Lebih Baik

    Cherry menuturkan warna juga memengaruhi memori. Dalam sebuah studi, peserta diperlihatkan daftar kata-kata bermuatan emosional yang ditulis dalam berbagai warna.

    Mereka kemudian diminta mengingat kata-kata tersebut. Hasilnya, kata-kata positif yang ditulis dengan warna hijau lebih mudah diingat oleh peserta.

    “Para peneliti pun menyimpulkan bahwa warna hijau membawa konotasi emosional yang lebih positif, sehingga bisa memicu bias optimisme dalam mengingat informasi,” tandas Cherry.

    (avk/tgm)

  • Lima Tahun Berlalu, Tim Investigasi WHO Belum Pecahkan Misteri Asal-Usul COVID-19

    Lima Tahun Berlalu, Tim Investigasi WHO Belum Pecahkan Misteri Asal-Usul COVID-19

    Jakarta

    Kelompok Penasihat Ilmiah WHO untuk Asal-usul Patogen Baru atau The WHO Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (SAGO), sebuah panel yang terdiri dari 27 pakar independen, internasional, dan multidisiplin, menerbitkan laporannya tentang asal-usul SARS-CoV-2, virus yang bertanggung jawab atas pandemi COVID-19.

    SAGO telah memajukan pemahaman tentang asal-usul COVID-19, tetapi dalam laporannya, banyak informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi sepenuhnya semua hipotesis belum tersedia.

    “Saat ini, semua hipotesis harus tetap dipertimbangkan, termasuk penularan zoonosis dan kebocoran laboratorium. Kami terus mengimbau China dan negara lain mana pun yang memiliki informasi tentang asal-usul COVID-19 untuk membagikan informasi tersebut secara terbuka, demi melindungi dunia dari pandemi di masa mendatang,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam keterangannya dikutip dari laman resmi WHO, Senin (30/6/2025).

    Marietjie Venter, ketua kelompok tersebut, mengatakan bahwa sebagian besar data ilmiah mendukung hipotesis bahwa virus corona baru berpindah ke manusia dari hewan.

    Namun, ia menambahkan bahwa setelah lebih dari tiga tahun bekerja, SAGO tidak dapat memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi apakah COVID merupakan hasil dari kecelakaan laboratorium, meskipun telah berulang kali meminta informasi terperinci kepada pemerintah China.

    “Oleh karena itu, hipotesis ini tidak dapat diselidiki atau dikecualikan,” katanya, namun menambahkan, “Hipotesis ini dianggap sangat spekulatif, berdasarkan opini politik dan tidak didukung oleh sains.”

    Venter juga mengatakan tidak ada bukti yang membuktikan bahwa COVID telah dimanipulasi di laboratorium, juga tidak ada indikasi bahwa virus tersebut telah menyebar sebelum Desember 2019 di mana pun di luar China.

    Pekerjaan untuk memahami asal-usul SARS-CoV-2 masih belum selesai. WHO menyambut baik bukti lebih lanjut tentang asal-usul COVID-19, dan SAGO tetap berkomitmen untuk meninjau informasi baru jika tersedia.

    (kna/kna)

  • Pantang Menyerah Lawan Stroke, Sempat Lumpuh Kini Bisa Finish Half Marathon

    Pantang Menyerah Lawan Stroke, Sempat Lumpuh Kini Bisa Finish Half Marathon

    Jakarta

    Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa (46), membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Meski sempat lumpuh akibat kondisi tersebut, Alfa pantang menyerah untuk bisa bangkit kembali dan pulih. Bahkan kini dirinya berhasil menyelesaikan half marathon yang diadakan oleh BTN Jakarta International Marathon (JAKIM) 2025 pada Minggu (29/6).

    Kepada detikcom, Alfa menceritakan kronologi terkena serangan stroke akibat tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

    Awalnya, Alfa menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check up. Hasil menunjukkan dirinya memiliki tekanan darah tinggi. Namun, pada saat itu, Alfa menolak untuk mengonsumsi obat lantaran dirinya merasa menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga hingga menjaga makan.

    “Kan saya orangnya aktif, saya olahragawan gitu. Maksudnya bukan orang yang mager gitu kan. Kemudian ya udah dijaga makanan ya,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

    Pada saat itu, dokter menganjurkan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi. Akhirnya, dokter menyarankan agar ia mengonsumsi obat. Sayangnya, Alfa tidak meminumnya secara rutin.

    “Pada akhirnya tekanan darah saya memang tidak teratur gitu kan. Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, ‘wah habis minum kopi nih pagi’. ‘Wah, nggak usah deh besok aja dah,” lanjutnya lagi.

    Tak hanya itu, Alfa juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu peningkatan tekanan darah.

    Beberapa waktu kemudian, saat mencoba menjaga kebugaran dengan berolahraga pada masa pandemi, Alfa mengaku berlari sekitar 3 hingga 5 kilometer di sekitar rumahnya.

    Usai berlari tanpa jeda, ia langsung melanjutkan aktivitas fisik dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya saat itu meningkat tajam hingga menyentuh angka 160 bpm.

    Tak lama kemudian, Alfa merasakan pusing hebat seperti vertigo. Tubuhnya tak stabil dan ia segera menyender ke tembok balkon sebelum akhirnya duduk perlahan di lantai. Saat hendak berpindah ke dalam rumah, ia menyadari tubuh bagian kirinya tidak lagi dapat digerakkan. Tangan dan kaki kiri lumpuh, sementara kemampuan bicaranya juga terganggu, mulut menjadi perot dan suara hanya keluar lirih.

    Dengan sisa tenaga, Alfa menyeret tubuh menggunakan kaki kanan untuk masuk ke dalam rumah dan tergeletak di ruang tamu. Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

    “Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, ‘gila lo ya’. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam,” ucap Alfa.

    “Saya melewati hampir 12 jam terkapar di dalam rumah. Waktu itu di dekat ruang tamu gitu kan. Dan saya dari pagi sampai siang itu, sampai malam itu hanya yang bisa saya lakukan adalah doa dan doa,” lanjutnya lagi.

    Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya. Pada saat itu, posisi Alfa tengah berada di kota Surabaya. Alfa langsung menjalani MRI dan hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter. Dokter menyarankan tindakan operasi segera, namun sang istri sempat meminta opsi lain.

    Untuk menilai kelayakan operasi, dokter melakukan pemeriksaan memori dan kesadaran terhadap Alfa. Pria yang kini berusia 46 tahun itu masih bisa menyebut nama sang istri dan menjawab berbagai pertanyaan terkait memori jangka pendek maupun panjang dengan tepat.

    Setelah melihat hasil pemeriksaan tersebut, dokter akhirnya memutuskan Alfa untuk tidak dioperasi, tetapi tetap harus menjalani perawatan intensif di ruang ICU.

    Selama dirawat di ICU selama tiga minggu, kondisi Alfa terus menunjukkan perbaikan. Volume pendarahan yang semula 60 mililiter berkurang menjadi sekitar 40 mililiter pada hari ketujuh, 30 mililiter pada hari ke-14, dan mendekati 15 mililiter di hari ke-21. Setelah dinyatakan stabil dan pendarahan berkurang signifikan, ia pun dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

    “Dan dokter langsung bilang, ini kondisinya membaik dan perdarahannya sudah berkurang, sehingga bapak besok pindah ke ruangan biasa,” ucapnya.

    Alfa kemudian dipindahkan ke ruang perawatan biasa untuk pemantauan lanjutan. Selama tujuh hari dirawat, kondisinya dinyatakan cukup stabil sehingga diperbolehkan pulang. Pada saat itu, ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya belum bisa berjalan dan hanya bisa berpindah menggunakan kursi roda.

    NEXT: Masa-masa awal pasca stroke

    Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

    “Kamu bukannya nggak bisa jalan, tapi kamu belum bisa jalan,” begitu kata-kata afirmatif yang terus diulang oleh istrinya.

    Dengan semangat yang dipupuk lewat kata-kata positif itu, Alfa memulai proses rehabilitasi medis secara intensif. Karena situasi pandemi, ia menjalani fisioterapi di rumah dengan bantuan tenaga kesehatan yang datang langsung (home care). Perlahan tapi pasti, perkembangan positif mulai terlihat.

    Dalam waktu tiga bulan sejak serangan stroke, Alfa akhirnya berhasil berdiri dan berjalan tanpa bantuan kursi roda maupun tongkat. Semangatnya semakin terpacu ketika sang istri, yang akan berulang tahun, hanya meminta satu hadiah yakni Alfa bisa berjalan tepat di hari ulang tahunnya.

    Permintaan itu menjadi motivasi besar. Dengan tekad dan latihan keras, satu minggu sebelum hari ulang tahun istrinya, Alfa berhasil berjalan tanpa alat bantu. Ia bahkan merekam momen tersebut sebagai hadiah video, yang kemudian ia kirimkan sebagai ‘early gift’. Momen itu pun menjadi titik emosional yang menguatkan semangat keduanya.

    Tak berhenti di situ, Alfa terus melanjutkan proses pemulihannya. Ia tidak hanya kembali berjalan, tetapi juga berlari. Tahun 2022, ia kembali mengikuti ajang lari 5K dalam Mangkunegaran Run. Setahun kemudian, ia menaklukkan jarak 10K di Borobudur Marathon 2023. Dan pada 2025, ia berhasil mencapai garis finis di kategori Half Marathon pada BTN Jakarta International Marathon.

    Perjalanan panjang dari terkapar di ruang tamu hingga kembali berlari sampai ke garis finish menjadi bukti bahwa tekad, dukungan, dan semangat tak pernah sia-sia. Bagi Alfa, setiap langkah hari ini adalah kemenangan dari perjuangan yang dulu nyaris membuatnya menyerah.

  • Jangan Sering Minum Kopi Saat Perut Kosong, Ini Risikonya

    Jangan Sering Minum Kopi Saat Perut Kosong, Ini Risikonya

    Jakarta

    Kopi merupakan salah satu minuman populer di dunia. Biasanya kopi diminum di pagi hari untuk meningkatkan tenaga dan fokus sebelum beraktivitas.

    Kandungan kafein di dalamnya dapat meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi, serta mengurangi rasa lelah dan membuat tubuh lebih segar. Konsumsi kafein jangka panjang juga dikaitkan dengan suasana hati yang baik, meningkatkan performa fisik, serta mental.

    Bahaya Minum Kopi saat Perut Kosong

    Meski memiliki banyak manfaat, minum kopi ketika perut masih kosong kurang disarankan. Ini khususnya bagi orang-orang yang memiliki masalah pencernaan.

    Salah satunya seperti yang dialami penyanyi Monita Tahalea. Semenjak memiliki masalah Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), ia bahkan memutuskan untuk berhenti minum kopi sama sekali, meski sudah minum kopi sejak lama.

    “Dulu aku peminum kopi, dulu sekali, jaman aku kuliah, tapi terus aku memang punya riwayat asam lambung, jadi merasa harus mencari minuman yang lebih lighter,” kata Monita ketika ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

    Berikut ini sederet risiko masalah kesehatan yang dapat muncul ketika seseorang minum kopi saat perut kosong:

    1. Membuat GERD Kambuh

    Penelitian menunjukkan adanya peningkatan gejala GERD setelah orang mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi. Kopi meningkatkan produksi asam lambung serta melemaskan katup esofagus, yang memperburuk gejala GERD.

    Kombinasi tersebut menyebabkan refluks asam atau isi lambung naik ke kerongkongan.

    “Jika seseorang minum kopi saat perut kosong, hal itu bisa membuat perutnya semakin asam. Hal ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama bagi mereka yang menderita esofagitis,” jelas asisten profesor gastroenterologi di Tufts Medical Center, Harmony Allison dikutip dari Health.

    2. Memicu Gastritis

    Menurut sebagian bukti medis, kopi dapat memperburuk kondisi gastritis (radang lambung). Kopi mempengaruhi lambung secara signifikan karena kandungan kafeinnya.

    Kafein dapat memicu kontraksi yang lebih sering di saluran pencernaan. Kafein juga bersifat asam sehingga meningkatkan keasaman lambung dengan merangsang produksi asam lambung yang lebih banyak.

    Minum kopi, khususnya dalam keadaan perut kosong, dapat memicu peradangan pada dinding lambung. Meski sebagian peneliti berbeda pendapat, orang yang memiliki lambung sensitif lebih disarankan untuk menghindari kopi sama sekali.

    3. Hormon Stres Meningkat

    Tidak hanya pada pencernaan, minum kopi saat perut kosong juga dapat mengganggu kortisol atau hormon stres. Ketika baru bangun, kadar kortisol berada di titik tertinggi dan akan selalu meningkat selama 30-45 menit setelah bangun. Minum kopi di waktu-waktu tersebut dapat membuat tubuh lebih stres.

    Efek stimulasi dari kopi memang menyegarkan sistem tubuh. Tapi bagi sebagian orang lain, ini justru memicu rasa cemas, mudah marah, stres, dan gelisah.

    Tips Minum Kopi saat Perut Kosong

    Ada beberapa penyesuaian kecil yang bisa dilakukan agar bisa minum kopi saat perut kosong. Caranya adalah dengan menambahkan sedikit susu atau krimer dalam kopi untuk mengurangi kadar keasamannya.

    “Untuk orang yang memiliki masalah intoleransi laktosa, alternatif susu nabati juga bisa digunakan,” kata Allison.

    Jika mengalami gejala gemetar, asam lambung naik, atau keluhan lain akibat kafein, disarankan untuk mengurangi jumlah kopi atau beralih ke kopi tanpa kafein.

    Secara umum, minum kopi dalam keadaan perut kosong sebenarnya tidak menjadi masalah. Namun, jika setelah berbagai penyesuaian keluhan pencernaan masih muncul, maka sebaiknya hindari kopi sama sekali.

    “Setiap orang punya sensitivitas yang berbeda. Kalau kamu merasa sering mengalami sensasi asam di perut setelah minum kopi, bisa jadi kamu memang termasuk orang yang sangat sensitif terhadapnya,” tandas Allison.

    (avk/tgm)

  • Duh! Ilmuwan Ketar-ketir usai Temukan Virus Otak Mematikan pada Kelelawar China

    Duh! Ilmuwan Ketar-ketir usai Temukan Virus Otak Mematikan pada Kelelawar China

    Jakarta

    Ilmuwan baru-baru ini menemukan 20 virus yang sebelumnya tak diketahui pada ginjal kelelawar dari provinsi Yunnan, China. Dua dari virus ini sangat mirip dengan virus Nipah dan Hendra yang mematikan. Kedua virus itu juga diketahui menyebabkan peradangan otak parah dan gagal napas pada manusia.

    Penelitian yang dipublikasikan di PLOS Pathogens ini menarik perhatian bukan hanya pada virus yang ditemukan, tetapi juga pada lokasi penemuannya, yakni organ yang memproduksi urine. Temuan tersebut memicu kekhawatiran baru tentang potensi jalur penularan virus.

    Dikutip dari Times of India, antara 2017 dan 2021, para ilmuwan mengumpulkan sampel jaringan ginjal dari 142 kelelawar di lima lokasi berbeda di Yunan. Pengurutan genetik mengungkap jaringan mikroba kompleks, atau ‘infeksi’, yang mencakup 22 virus.

    Dari jumlah tersebut, 20 virus di antaranya benar-benar baru bagi dunia sains. Yang paling menonjol adalah dua henipavirus yang diberi nama Yunnan bat henipavirus 1 dan 2. Keduanya menunjukkan kemiripan hingga 71 persen dengan virus Hendra dan Nipah pada protein penting.

    Ini bukan virus biasa. Henipavirus termasuk dalam keluarga virus kecil namun mematikan, yang dikenal dapat menyebabkan radang otak dan gangguan pernapasan pada manusia maupun hewan.

    Dengan tingkat kematian yang dapat mencapai 75 persen, wabah Nipah di Malaysia dan Bangladesh, serta infeksi Hendra di Australia, telah menunjukkan betapa mematikannya virus ini. Penemuan kerabat dekat mereka pada kelelawar di China telah menimbulkan tanda bahaya di kalangan ilmuwan.

    Meski begitu, penting ditegaskan bahwa hingga kini belum ada wabah yang disebabkan oleh virus-virus baru yang ditemukan ini.

    Temuan ini juga tidak menunjukkan adanya keadaan darurat kesehatan masyarakat. Banyak kerabat henipavirus yang telah diidentifikasi sejauh ini belum terbukti bisa menginfeksi manusia atau hewan secara langsung. Namun, para ahli menekankan perlunya uji laboratorium lanjutan untuk mengetahui apakah henipavirus baru ini dapat berikatan dengan sel manusia atau hewan.

    Fakta bahwa virus tersebut memiliki materi genetik serupa dengan virus mematikan tentu tidak bisa diabaikan. Meski belum ditemukan kasus infeksi pada manusia, potensi penularan tetap ada, terutama di wilayah habitat manusia dan kelelawar saling bersinggungan.

    (suc/suc)

  • Ngulik Menu Latihan Pelari Jakarta International Marathon 2025

    Ngulik Menu Latihan Pelari Jakarta International Marathon 2025

    Berlari half marathon hingga marathon tak bisa dipersiapkan secara singkat. Seperti dua peserta Jakarta International Marathon 2025 ini.

    Perlu latihan berbulan-bulan bagi mereka agar bisa finish strong di event marathon. Kita kulik yuk menu latihannya.

    Tonton video-video menarik lainnya di 20detik.