Category: Detik.com Kesehatan

  • Ke Mana Nyamuk Aedes Aegypti Saat Siang Hari?

    Ke Mana Nyamuk Aedes Aegypti Saat Siang Hari?

    Jakarta

    Nyamuk seringkali dianggap sebagai hewan yang mengerikan. Meski ukurannya kecil, tapi nyamuk tertentu bisa menyebabkan penyakit yang membahayakan.

    Salah satu nyamuk yang membawa penyakit adalah aedes aegypti. Jika biasanya nyamuk banyak berkeliaran di malam hari, nyamuk aedes aegypti lebih suka menggigit saat siang hari. Di mana habitat nyamuk berbahaya ini?

    Apa Itu Nyamuk Aedes Aegypti?

    Nyamuk aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang membawa virus dengue, penyebab penyakit demam berdarah. Secara historis, nyamuk ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis di daerah berhutan. Namun, dengan urbanisasi, aedes aegypti bisa bertahan hidup dalam berbagai wadah buatan, beradaptasi dengan habitat wadah akuatik di dalam maupun luar ruangan.

    Dikutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ahli Muda Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Tri Ramadhani mengatakan, aedes aegypti memiliki pola berbentuk garis putih yang berjumlah dua di punggung dan pola garis-garis pendek berwarna putih yang cukup banyak. Hal ini yang menyebabkan nyamuk aedes aegypti terlihat memiliki motif belang-belang.

    Ke Mana Nyamuk Aedes Aegypti Saat Siang Hari

    Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Pevention (CDC), nyamuk aedes aegypti lebih sering menggigit di siang hari dibanding malam hari. Spesies ini paling aktif sekitar dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.

    Dijelaskan lebih lanjut oleh Tri, nyamuk aedes aegypti menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali. Mereka suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah, termasuk kamar tidur, kamar mandi, maupun dapur. Aedes aegypti menyukai tempat tinggal manusia karena menyediakan kemungkinan untuk beristirahat dan mencari inang. Serta sebagai hasilnya, dengan mudah memasuki bangunan.

    Nyamuk ini sangat bergantung pada wadah yang menyimpan air untuk bertelur. Mangkuk, cangkir, ban, tong, vas, bisa menjadi tempat berkembang biak yang baik untuk nyamuk aedes aegypti. Spesies ini juga ditemukan di kumpulan air bawah tanah, seperti septictank yang terbuka atau tidak tertutup rapat, saluran pembuangan air hujan, sumur, dan meteran air.

    Dikutip dari laman Universitas Airlangga, kondisi curah hujan tinggi yang meningkatkan kelembaban dan suhu juga mendukung aktivitas nyamuk untuk berkembang biak. Vektor Aedes aegepty berkembang optimal di suhu 20-28 derajat celsius.

    Indonesia, sebagai negara tropis dengan suhu 16-32 derajat celsus dan kelembaban udara 60-80 persen menjadi empat ideal untuk mendukyng perkembangan nyamuk ini. Terlebih, hujan deras seiring terjadi diserai angin kencang di malam hari dan panas menyengat di siang hari.

    “Secara biologis, cuaca yang tidak menentu ini berperan penting dalam penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti,” kata Guru Besar Universitas Airlangga, Prof. Dr. Ririh Yudhastuti. drh., M.Sc.

    Cara Mencegah Perkembangbiakan Nyamuk Aedes Aegypti

    Untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang bisa menyebabkan penyakit demam berdarah dengue, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan dan CDC berikut di antaranya:

    Bersihkan dan kuras secara rutin tempat penampungan air, seperti bak mandi, toren air, bak penampung air, dan lainnya yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya jentik nyamuk.Jika ada wadah kosong, letakkan secara terbalik atau tutup sehingga tidak memungkinkan air mengisinyaManfaatkan kembali barang-barang bekas yang bernilai ekonomis. Limbah barang bekas yang tidak didaur ulang berpotensi menjadi sarang nyamuk.Perbaiki saluran dan talang air yang mampetBudidayakan ikan pemakan jentik nyamukPasang kawat kasa pada ventilasi dan jendela kamar dan ruanganPeriksa tempat penampungan airLetakkan baju bekas pakai dalam wadah tertutupJaga kebersihan lingkungan secara bergotong-royongLetakkan larvasida pada penampungan air yang sulit dibersihkanPelihara tanaman pengusir nyamuk, seperti lavender

    (elk/tgm)

  • Waspada Varian Baru COVID ‘Stratus’ yang Merebak di Inggris, Picu Gejala Tak Biasa

    Waspada Varian Baru COVID ‘Stratus’ yang Merebak di Inggris, Picu Gejala Tak Biasa

    Jakarta

    Para ahli di Inggris memperingatkan kemunculan varian baru COVID-19 bernama ‘Stratus’. Secara ilmiah, varian ini dikenal sebagai XFG dan dianggap lebih menular dibandingkan varian sebelumnya karena mutasi yang memungkinkannya menghindari sistem kekebalan tubuh.

    Menurut data dari UK Health Security Agency (UKHSA), strain ini kini menjadi varian COVID-19 yang dominan di Inggris. Proporsinya meningkat dari sekitar 10 persen pada Mei menjadi hampir 40 persen dari seluruh kasus pada pertengahan Juni.

    Kedua strain Stratus, yakni XFG asli dan varian turunannya XFG.3, disebut ‘menyebar dengan cepat’, kata Profesor Lawrence Young, seorang ahli virologi dari Universitas Warwick, kepada MailOnline, dikutip dari Times of India.

    “Mengingat kekebalan terhadap COVID semakin menurun di masyarakat akibat rendahnya cakupan vaksin booster musim semi dan berkurangnya infeksi COVID dalam beberapa bulan terakhir, maka lebih banyak orang akan rentan terinfeksi XFG dan XFG.3,” ujarnya.

    “Hal ini bisa memicu gelombang infeksi baru, meski sejauh mana penyebarannya masih sulit untuk diprediksi,” tambahnya.

    Sebagian besar gejala varian Stratus mirip dengan varian COVID-19 sebelumnya. Menurut NHS, gejala-gejala tersebut meliputi sesak napas, kehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa, kelelahan, demam atau menggigil, hidung tersumbat atau berair, nyeri otot, batuk terus-menerus, sakit tenggorokan, sakit kepala, diare, hilangnya nafsu makan, dan mual.

    Namun, menurut dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, salah satu gejala khas varian Stratus adalah suara serak atau parau.

    dr Khan menambahkan, secara umum gejala Stratus cenderung ringan hingga sedang. Meski begitu, jika seseorang dinyatakan positif, ia sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi karena varian ini sangat menular.

    (suc/suc)

  • Shindong ‘SUJU’ Buka-bukaan Sempat Pakai Obat Diet GLP-1, Tapi Nggak Ngefek

    Shindong ‘SUJU’ Buka-bukaan Sempat Pakai Obat Diet GLP-1, Tapi Nggak Ngefek

    Jakarta

    Penurunan berat badan selalu menjadi topik yang sensitif di industri hiburan. Dari diet ekstrem hingga kelelahan di pusat kebugaran, berbagai tren ini cukup umum di antara para idol.

    Namun, baru-baru ini anggota grup K-pop Super Junior, Shindong, buka-bukaan tentang perjalanan penurunan berat badannya. Ia menceritakan detail yang mengejutkan tentang diet yang dia jalani.

    Dalam episode terbaru dari acara ‘Problem Child in House’, ia berbicara tentang dietnya untuk menurunkan berat badannya. Shindong mengatakan telah berhasil menurunkan berat badan dari 116 kg menjadi 79 kg.

    Shindong memilih untuk hanya mengonsumsi nasi merah dan memadukannya dengan sedikit ikan teri yang dibungkus daun selada.

    Mengaku Pakai Suntikan Penurun Berat Badan

    Kemudian, Shindong juga mengakui bahwa ia juga mencoba suntikan penurun berat badan yang populer, Wegovy, yang mengandung hormon Glucagon-Like Peptide 1 atau GLP-1, yang saat ini populer untuk program diet.

    Saat berbicara tentang prosesnya, ia berbagi bahwa meskipun ia mencobanya dengan penuh harapan, suntikan itu tetap tidak efektif meski dengan dosis tinggi dan tak ada hasil yang nyata setelah digunakan.

    “Saya menerima suntikan secara bertahap. Saya mencoba hingga tujuh tahap, tetapi tidak ada efek,” beber Shindong yang dikutip dari Times of India, Minggu (6/7/2025).

    “Dokter berkata ‘mungkin sulit untuk makan karena pencernaan Anda tidak baik kan?’ Tetapi saya mencerna (makanan) dengan sangat baik,” sambungnya.

    Sebaliknya, Shindong akhirnya mengalami sesuatu yang disebut ‘efek yo-yo’. Kondisi itu membuat bertambah berat badan lebih banyak daripada yang ia turunkan.

    Selama wawancara, Shindong berbagi cerita pada suatu waktu soal kebiasaan makannya. Ia menghabiskan hampir 14.490.000 KRW atau sekitar 172 juta rupiah untuk mengorder makanan lewat aplikasi.

    Ketika ditanya tentang bagaimana seseorang dapat mencapai jumlah ini sebagai satu orang yang memesan satu hidangan, Shindong berbagi filosofinya. Jika seseorang memesan hidangan makanan, harus ada sesuatu untuk melengkapinya, seperti daging babi goreng dan sup atau rebusan.

    (sao/kna)

  • Waspadai Gejala Tipes dan DBD Saat Cuaca Ekstrem

    Waspadai Gejala Tipes dan DBD Saat Cuaca Ekstrem

    Jakarta

    Demam berdarah dengue (DBD) dan tipes merupakan dua jenis penyakit yang seringkali muncul di cuaca ekstrem, seperti musim hujan. Kelompok rentan seperti anak-anak tak jarang menjadi korbannya.

    Kondisi lingkungan yang lembab dan kebersihan menurun memudahkan penyebaran bakteri serta virus pemicu DBD dan tipes. Khusus pada DBD, musim hujan dan munculnya genangan bisa menjadi waktu terbaik bagi nyamuk untuk berkembang biak.

    “Memang di musim penghujan ini kasusnya meningkat. Bisa dibilang tiap hari ada kasus,” kata Ketua Tim Arbovirosis Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Fadjar SM Silalahi dalam sebuah wawancara.

    Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)

    DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kondisi ini biasanya terjadi di cuaca ekstrem, seperti musim hujan. Dikutip dari laman Kemenkes, berikut ini beberapa gejala yang harus diwaspadai:

    1. Demam Tinggi Mendadak

    Demam tinggi secara tiba-tiba merupakan gejala awal yang umum pada pasien DBD. Suhu tubuh bisa mencapai hingga 40 derajat celsius.

    Tidak seperti flu biasa, demam ini biasanya tidak disertai batuk atau bersin. Kondisi ini bisa berlangsung selama beberapa hari dan sulit diturunkan dengan obat demam biasa.

    2. Nyeri Otot dan Sendi

    Setelah demam muncul, pengidap DBD biasanya mulai merasakan nyeri di beberapa bagian tubuh. Rasa sakit dapat terjadi pada otot, sendi, tulang, hingga area di belakang mata.

    Gejala ini bisa cukup menyakitkan dan membuat tubuh terasa kaku. Karena itu, DBD juga sering dijuluki ‘breakbone fever’ atau demam tulang.

    3. Sakit Kepala Parah

    Sakit kepala umumnya terasa di area dahi atau sekitar pelipis. Rasa sakitnya bisa berdenyut dan berlangsung terus-menerus. Gejala ini sering membuat pasien sulit berkonsentrasi atau tidur.

    4. Mual dan Muntah

    Infeksi virus dengue dapat memengaruhi sistem pencernaan. Gejala ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman di perut hingga ke bagian punggung. Jika berlangsung terus-menerus, kondisi ini bisa menyebabkan dehidrasi.

    5. Kelelahan Parah

    Tubuh akan merasa sangat lelah akibat DBD. Nafsu makan biasanya juga menurun, sehingga energi tubuh juga ikut melemah.

    Rasa lesu dan tidak bertenaga ini bisa berlangsung beberapa hari. Istirahat total sangat dibutuhkan dalam fase ini untuk mempercepat pemulihan.

    Gejala Tipes

    Tipes atau demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penularan biasanya terjadi melalui kontak dengan kotoran yang mengandung bakteri tersebut dengan masa inkubasi selama 3-60 hari.

    Bakteri ini bisa masuk ke makanan melalui lalat terkontaminasi yang hinggap. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko tipes antara lain tinggal di wilayah yang sanitasinya buruk, usia anak-anak, dan mengonsumsi air yang tercemar.

    1. Demam Panjang

    Demam akibat tipes biasanya berlangsung lebih dari seminggu dan tidak merespons obat penurun panas. Demam dapat meningkat tiap harinya dan berlangsung 3 pekan jika tidak diobati.

    2. Kelelahan Parah

    Pengidap tipes seringkali merasa kelelahan akibat infeksi sistemik yang menguras energ tubuh. Kelelahan ini bisa mengganggu aktivitas harian secara signifikan dan disertai gejala lain seperti demam dan mual.

    3. Perut Kembung atau Nyeri

    Infeksi bakteri Salmonella Typhi dapat mengganggu saluran pencernaan dan memicu rasa kembung pada perut atau nyeri.

    4. Diare atau Sulit Buang Air Besar

    Gangguan pencernaan akibat infeksi bisa memicu diare berair atau justru sembelit. Kondisi ini bisa bervariasi tergantung individu.

    Anak-anak lebih sering mengalami diare, sementara orang dewasa bisa mengalami konstipasi. Kedua kondisi ini memperburuk rasa tidak nyaman di perut.

    5. Batuk

    Meski bukan gejala utama, pasien tipes seringkali mengalami gejala batuk kering. Kondisi biasanya muncul pada minggu-minggu awal.

    Langkah Pencegahan

    Dokters spesialis anak dr Ari Prayogo, SpA menuturkan peralihan musim atau cuaca ekstrem membuat daya tahan tubuh menurun. Sebagai langkah pencegahan berbagai penyakit, dr Prayogo mengimbau untuk selalu menjaga kebersihan dan pola hidup sehat.

    “Untuk mencegah sebenarnya yaitu perilaku hidup bersih dan sehat itu tetap harus digaungkan kembali. Satu adalah cuci tangan, pastikan alat makan makanan yang digunakan, pengolahan makanan itu semua bersih,” katanya dalam sebuah wawancara.

    “Kedua untuk demam berdarah jangan lupa 3M plus, terus juga jangan lupa mengubur, membersihkan, mengeringkan air genangan-genangan air,” pungkasnya.

    (avk/up)

  • Dilema Menitipkan Orang Tua ke Panti Jompo, Pantas atau Tidak?

    Dilema Menitipkan Orang Tua ke Panti Jompo, Pantas atau Tidak?

    Belakangan ini, fenomena menitipkan orang tua ke panti jompo bukan lagi hal tabu. Namun, tetap ada perbedaan pendapat ketika membahas fenomena ini. Seperti, apakah pantas menitipkan orang tua ke panti atau ini justru jadi cara seseorang merawat orang tuanya?

    Psikolog dan sosiolog pun angkat bicara untuk menjelaskan terkait fenomena ini. Simak berikut ini…

    Jangan lupa klik di sini untuk menonton video-video lainnya ya!

  • Cerita Pasutri Berhasil Punya Anak Setelah 18 Tahun Berkat AI, Begini Kisahnya

    Cerita Pasutri Berhasil Punya Anak Setelah 18 Tahun Berkat AI, Begini Kisahnya

    Jakarta

    Pasangan suami istri di New York, Amerika Serikat (AS), telah menanti kehadiran buah hati setelah 18 tahun menikah. Setelah sekian lama menunggu, mereka berhasil punya momongan berkat bantuan artificial intelligence (AI).

    Teknologi AI ini mendeteksi sperma ‘tersembunyi’ pada air mani sang suami yang awalnya didiagnosis azoospermia.

    Sebagian besar air mani yang sehat mengandung jutaan sperma. Tetapi, hingga 15 prima pria yang tidak subur seperti mengalami azoospermia, yang berarti tidak ada sperma yang ditemukan.

    “Sampel air mani mungkin tampak sangat normal. Tetapi ketika Anda melihat di bawah mikroskop, Anda hanya menemukan lautan serpihan sel, tanpa sperma yang terlihat,” jelas Dr Zev Williams, direktur Pusat Fertilitas Universitas Columbia, dikutip dari NYPost, Minggu (6/7/2025).

    Hingga saat ini, pria dengan azoospermia memiliki sedikit cara untuk mengatasi kekurangan sperma.

    “Pilihan yang ada biasanya menggunakan sperma donor atau mencoba menjalani operasi yang menyakitkan, di mana sebagian testis diangkat dan mereka memeriksa testis untuk mencoba menemukan sperma,” sambungnya.

    Dengan bantuan teknologi AI, para peneliti menghabiskan waktu lima tahun untuk mengembangkan sistem STAR atau Sperm Tracking and Recovery. Teknologi ini berfungsi untuk mencari kehidupan dari jenis yang berbeda.

    Saat diuji pada sampel yang telah diteliti oleh embriolog selama dua hari, tidak ada hasilnya. Tetapi, teknologi STAR ini berhasil menemukan 44 sperma hanya dalam satu jam.

    “Kami menggunakan teknologi yang sama yang digunakan untuk mencari kehidupan di alam semesta untuk membantu menciptakan kehidupan baru di bumi ini,” terang Williams.

    Kasus Pertama yang Ditangani

    Pada Maret 2025, seorang wanita yang menggunakan nama samaran Rosie menjadi orang pertama yang hamil dengan teknologi STAR. Ini adalah kehamilan pertama yang sudah dinantikan Rosie dan suaminya selama 18 tahun, dengan suami yang didiagnosis mengalami azoospermia.

    “Tidak ada yang lain di luar sana. Terutama karena saya jauh lebih maju beberapa tahun dari yang seharusnya (dalam hal kesuburan),” jelas wanita 38 tahun itu.

    “Saya tidak setua itu, tetapi dalam hal kesuburan (dalam hal sel telur) saya sudah mencapai akhir,” lanjutnya.

    Bagi suami Rosie, prosesnya sangat sederhana. Hal yang harus dia lakukan hanya memberikan sampel sperma.

    Para peneliti kemudian memindai sampel dengan pencitraan berkekuatan tinggi, menangkap lebih dari 8 juta gambar dalam waktu kurang dari satu jam. Dengan menggunakan AI, mereka dapat mendeteksi tiga sel sperma yang sehat.

    Setelah ditemukan, sperma sehat itu segera diekstraksi oleh robot, menghindari kerusakan dari metode tradisional seperti sentrifugasi, yang memutar sampel dan dapat merusak sel-sel.

    Williams menggambarkan proses ini seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami hanya dalam waktu kurang dari dua jam. Secepat itulah sistem STAR.

    Setelah diekstraksi, sperma dapat langsung digunakan untuk fertilisasi in vitro atau dibekukan untuk percobaan berikutnya. Dalam kasus Rosie, dokter berhasil membuahi sel telurnya dalam waktu dua jam setelah mengambil sampel dari suaminya.

    Beberapa hari kemudian, embrio dipindahkan ke rahimnya. Sekarang, Rosie hamil lima bulan dan merasa semua ini seperti tidak nyata.

    “Saya masih bangun di pagi hari dan tidak percaya apakah ini benar atau tidak,” kata Rosie.

    Diperkirakan, bayi Rosie dan suaminya akan lahir pada bulan Desember.

    Masih Diragukan Para Ahli

    Sistem STAR saat ini hanya tersedia di Columbia University Fertility Center, tempat beberapa pasien lain sudah dalam ‘tahap penyimpanan’. Meskipun teknologi baru ini menawarkan harapan, beberapa ahli bersikap skeptis.

    “Secara kasat mata, ini tampak menjanjikan. Tetapi, seperti halnya teknologi baru dalam bidang kedokteran, terutama dalam perawatan reproduksi, kita perlu mengikuti data dan mempelajarinya lebih lanjut,” jelas Robert Brannigan, presiden terpilih American Society for Reproductive Medicine, dalam sebuah wawancara.

    Pengembangan sistem STAR terjadi di tengah meningkatnya infertilitas pria secara global. Satu studi menemukan bahwa jumlah sperma pada pria Barat anjlok 52,4 persen antara tahun 1973 dan 2011.

    Ilmuwan masih berupaya untuk menentukan penyebabnya. Tetapi, diduga paparan lingkungan dan faktor gaya hidup seperti obesitas, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik juga berperan.

    Seiring meningkatnya angka infertilitas, semakin banyak pasangan yang beralih ke reproduksi berbantuan seperti IVF dan sistem STAR untuk mendapatkan kesempatan memiliki anak.

    “Dengan metode kami, banyak pria yang diberi tahu bahwa mereka tidak memiliki peluang untuk memiliki anak biologis kini memiliki peluang itu,” pungkas Williams.

  • Mata Kanan Dewi Yull Tak Berfungsi Akibat Ablasi Retina, Masih Bisa Sembuh?

    Mata Kanan Dewi Yull Tak Berfungsi Akibat Ablasi Retina, Masih Bisa Sembuh?

    Jakarta

    Penyanyi senior Dewi Yull mengaku mata kanannya tidak bisa melihat karena ablasi atau ablasio retina. Kondisi ini baru disadarinya sejak 2023, dengan minus mata yang tinggi.

    Mata kanan Dewi Yull minusnya mencapai 25 dan minus 19 pada mata kirinya. Hal ini yang menjadi salah satu pemicu dari kondisi ablasi mata.

    Lantas, apakah kondisi seperti ini masih bisa disembuhkan?

    Dokter spesialis mata dr Elvioza, SpM(K), menjelaskan orang dengan minus mata tinggi, di atas lima, sangat berisiko mengalami ablasio mata. Semakin bertambahnya usia, retina akan semakin rapuh. Akibatnya, saat robekan pada retina terjadi, bagian itu dapat rusak secara permanen.

    “Ablasio retina dikategorikan penyakit yang emergency atau harus segera mendapat pertolongan. Karena penyakit ini sangat berhubungan dengan waktu,” terangnya yang dikutip dari detikcom, Minggu (6/7/2025).

    dr Elvioza mengungkapkan saat seseorang mengalami ablasio retina pada salah satu matanya, mata lainnya juga berisiko atau dalam dunia medis disebut sebagai fellow eye. Itu merupakan mata lain dari mata yang sedang mengalami masalah.

    Pada kasus ablasio retina, fellow eye ini bisa saja terjadi. Artinya, saat mata kanan mengalami ablasio retina, mata lainnya juga memiliki risiko yang serupa.

    “Dia mempunyai risiko seperti mata sebelahnya sekitar 20 atau 30 persen. Jadi, masih kita harus berhati-hati kalau ablasio retina ini bisa kena mata sebelahnya. Walaupun yang kena mata kanan, mata kiri juga harus diperiksa,” jelas dr Elvioza.

    Menurut dr Elvioza, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi ablasio retina ini hanya dengan tindakan operasi. Tentunya di rumah sakit yang mempunyai fasilitas operasi retina yang baik. Kalau operasinya tidak maksimal, hasilnya tidak akan maksimal.

    “(Operasi) harus dilakukan oleh dokter mata dengan kualifikasi subspesialis retina,” katanya.

    Tindakan operasi yang dilakukan bertujuan untuk mengembalikan retina yang terlepas ke posisinya. Jadi, ditempelkan kembali dengan cara ini.

    “Ya kita tempelkan kembali dengan cara operasi, dengan harapan kalau dia kembali pada tempatnya. Ya dia (retina) bisa tumbuh lagi, bisa berfungsi lagi,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Panda, Kalkun, dan Deretan Hewan Dengan IQ Terendah di Dunia

    Panda, Kalkun, dan Deretan Hewan Dengan IQ Terendah di Dunia

    Jakarta

    Menilai kecerdasan hewan bukanlah hal yang mudah. Meski demikian, ada beberapa indikator umum yang sering digunakan untuk mengevaluasi kognitif hewan, seperti kemampuan belajar, kesadaran akan diri sendiri, pemecahan masalah, ingatan, hingga kemampuan mengambil keputusan.

    Walaupun ada sejumlah hewan yang dikenal cerdas, seperti lumba-lumba dan burung gagak, ada juga yang dianggap kurang cerdas. Berikut sejumlah hewan yang dikatakan paling tidak cerdas, atau jika menurut standar manusia adalah yang memiliki IQ terendah.

    Deretan Hewan dengan IQ Terendah di Dunia

    Deretan hewan-hewan yang dianggap memiliki IQ rendah di antaranya panda, kalkun, hingga kungkang. Dikutip dari Planet Natural dan Wild Explained, berikut informasinya.

    1. Panda

    Panda adalah mamalia besar yang beradaptasi dengan kehidupan di alam liar. Anggota ordo karnivora ini memiliki cakar yang kuat dan gigi yang tajam.

    Alih-alih menggunakan cakar dan giginya untuk menangkap mangsa, panda justru suka mengunyah bambu sebagai makanannya. Mereka harus mengonsumsi lebih dari 20-30 pon bambu setiap harinya hanya untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

    Tanpa protein dan lemak dari bambu, hewan malas ini tidak memiliki energi untuk berburu, memanjat pohon, bahkan kawin. Hal itu yang menyebabkan jumlah panda di alam liar menurun.

    Karena sifat kecanggungannya, mereka sering jatuh dari pohon karena tidak seimbang. Meski lucu, tapi perilaku ini bisa membahayakan.

    2. Kalkun

    Wild Turkey, (Meleagris gallopavo), Germany, captive Foto: GettyImages/ModernFarmer

    Kalkun mengenali hal pertama yang mereka lihat saat menetas adalah induknya. Sehingga seekor kalkun bisa mengikuti manusia, anjing, ataupun benda mati dan mempercayainya sebagai induknya. Hal ini merupakan indikasi kurangnya kompleksitas kognitif.

    Beberapa peternak melaporkan kalkun mereka sering menatap langit saat hujan dengan paruh terbuka. Dan saat mereka menikmati pemandangan hujan itu air hujan mengalir ke tenggorokan dan menyebabkan hewan ini mati.

    Selain itu, kalkun memiliki karakter yang ramah. Namun inilah yang membuat mereka sering mendapat masalah. Sebab sangat lambat dan seringkali memiliki bobot yang berat, burung-burung ini menjadi sasaran empuk para predator.

    3. Kakapo

    Atatu atau burung kakapo (Strigops habroptilus) Foto: Getty Images/iStockphoto/Imogen Warren

    Kakapo adalah burung yang tidak bisa terbang dan menyerupai burung hantu. Di Selandia Baru, mereka berhabitat di lingkungan dengan persediaan banyak makanan tanpa predator. Jadi, burung-burung ini belum megembangkan naluri untuk mengenali bahaya dan bertahan hidup.

    Namun, dengan adanya pemukiman di wilayah Selandia Baru, hewan yang lebih cakap dan cerdas berdatangan. Hal tersebut membuat kakapo menjadi mangsa empuk bagi mereka.

    Salah satu perilaku yang membingungkan dari kakapo adalah ritual kawinnya. Kakapo jantan akan mengeluarkan suara keras berfrekuensi rendah untuk menarik perhatian betina. Suaranya bisa terdengar hingga lima kilometer jauhnya. Sehingga, hal itu juga memberitahu predator akan kehadiranya.

    4. Koala

    Koala (Phascolarctos cinereus) memakan daun eucalyptus. Foto: Getty Images/iStockphoto/Freder

    Meski terlihat imut, kemampuan intelektual koala agak terbatas. Alasan utama kurangnya kecerdasan mereka adalah pola makan mereka yang hampir seluruhnya terdiri dari daun eukaliptus.

    Daun-daun ini rendah nutrisi dan mengandung banyak racun, sehingga menjadi tantangan besar bagi sistem pencernaan koala. Otak mereka sangat kecil, dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.

    Bahkan otak koala merupakan yang terkecil dari otak semua mamalia. Otak mereka juga sangat halus, suatu sifat yang terkait dengan proses berpikir yang kurang kompleks. Hewan ini kikuk dan lemah, sehingga mereka tidak mencoba melarikan diri saat terancam.

    5. Flamingo

    Flamingo (Phoenicopterus minor). Foto: Getty Images/GomezDavid

    Burung flamingo terkenal dengan penampilannya yang cantik dan posturnya yang fotogenic. Namun, dalam hal kecerdasan, mereka kalah dibandingkan dengan spesies burung lainnya,

    Burung ini memiliki proses berpikir yang sangat sederhana. Otak mereka terutama bekerja untuk naluri bertahan hidup dasar, seperti makan, kawin, dan menghindari predator.

    Mereka tidak memiliki kemampuan kognitif untuk memecahkan masalah, belajar dari pengalaman, atau menunjukkan perilaku sosial yang kompleks.

    Keterbatasan kecerdasan flamingo bisa dilihat dari cara mereka makan. Flamingo memakan alga dan invertebrata kecil yang mereka saring dari air dengan paruhnya.

    Cara makan seperti ini bukan hanya tidak efisien, tapi juga membuat mereka terpapar berbagai risiko. Mereka harus menghabiskan banyak waktu dengan kepala terendam air, sehingga rentan terhadap predator. Sikap mereka berdiri dengan satu kaki juga tidak memiliki tujuan yang signifikan.

    6. Burung Sekretaris

    Secretarybird atau burung sekretaris. Foto: Getty Images/phototrip

    Kemampuan terbang merupakan anugerah alamiah dalam dunia burung. Sayap memungkinkan mereka berburu dengan lebih efisien dan terhindar dari pemangsa.

    Meski begitu, burung yang memiliki sayap besar ini jarang terbang. Mereka seringkali memanfaatkan kemampuan terbangnya untuk mencapai sarang.

    Mereka juga menangkap mangsanya sambil berjalan di tanah. Padahal, cara itu mengurangi penglihatan meeka secara signifikan dan justru berisiko menjadi mangsa. Saat menangkap reptil atau hewan pengerat, burung ini malah menggunakan paruh bukan cakarnya.

    7. Kungkang

    Sloth atau kungkang. Foto: Getty Images/iStockphoto/Jonathan Ross

    Kungkang merupakan salah satu hewan yang ada dalam karakter film Ice Age. Jika di dalam film, Sid si kungkang begitu jenius, di dunia nyata malah sebaliknya.

    Kungkang memiliki sifat yang lamban, sering ceroboh, dan tidak peduli dengan lingkungan. Hewan ini juga menghabiskan sebagian hari mereka untuk tidur. Terkadang, mereka tertidur sangat lelap sampai-sampai terjatuh tanpa sadar dan mati. Tidak jarang, kungkang juga salah mengira dahan pohon sebagai anggota tubuhnya.

    (elk/tgm)

  • Mengapa Anak Zaman Dulu Lebih Pendek dibanding Sekarang?

    Mengapa Anak Zaman Dulu Lebih Pendek dibanding Sekarang?

    Jakarta

    Secara rata-rata, tubuh anak-anak atau manusia zaman sekarang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya. Dalam sebuah penelitian di tahun 2016, peningkatan yang terjadi bervariasi untuk setiap negara.

    “Selama satu abad terakhir, tinggi badan orang dewasa telah berubah secara substansial dan tidak merata di negara-negara di dunia,” menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal eLife dikutip dari CNN.

    Tinggi Badan Anak Meningkat

    Penelitian dilakukan oleh Non-Communicable Diseases Risk Factor Collaboration (NCD-RisC), sebuah jaringan ilmuwan kesehatan yang bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka menggunakan 1.500 data survei populasi global untuk memperkirakan tinggi badan orang di seluruh dunia yang lahir antara 1896 hingga 1996 atau selama 100 tahun.

    Peneliti menuliskan ada beberapa manfaat menjadi orang yang tinggi. Misalnya seperti harapan hidup lebih panjang, risiko penyakit jantung dan pernapasan yang lebih rendah, serta menurunnya risiko komplikasi saat melahirkan bagi perempuan.

    Namun, peneliti juga mencatat orang dengan tinggi badan yang lebih besar dikaitkan dengan risiko kanker usus besar, payudara, dan ovarium yang lebih besar.

    Alasan Anak Lebih Tinggi

    Ada banyak faktor yang memicu peningkatan rata-rata tinggi badan anak zaman sekarang. Menurut studi tersebut, beberapa di antaranya disebabkan oleh faktor pertumbuhan dan nutrisi janin, nutrisi yang diberi, hingga infeksi selama masa kanak-kanak.

    Menurut peneliti, anak yang mengalami infeksi atau penyakit tertentu ketika kecil, memiliki risiko untuk untuk pendek ketika dewasa.

    “Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh faktor genetik, tetapi sebagian besar perbedaan tinggi badan antarnegara memiliki penyebab lain. Misalnya, anak-anak dan remaja yang kekurangan gizi, atau yang menderita penyakit serius, umumnya akan lebih pendek saat dewasa,” tulis peneliti.

    Pada masa lalu, khususnya negara Asia dan Afrika, akses untuk makanan sehat tinggi protein tidak sebaik sekarang. Selain itu, dulu ibu hamil sering kekurangan gizi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Ini membuat proses persalinan masa kini cenderung lebih aman dan baik untuk kesehatan bayi.

    Beberapa faktor lain yang memicu pergeseran ini adalah pengendalian penyakit yang lebih baik, kesadaran gizi yang meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik.

    Negara dengan Penduduk Tertinggi dan Terpendek

    Menurut studi, berikut ini adalah sederet negara dengan rata-rata tinggi badan tertinggi dan terpendek di dunia:

    Negara dengan Pria TertinggiBelanda – sekitar 182,5 cmBelgia – lebih dari 181 cmEstonia – lebih dari 181 cmLatvia – lebih dari 181 cmDenmark – lebih dari 181 cm

    Dari keseluruhan negara, total kenaikan rata-rata tinggi berkisar antara 10-12 cm dalam waktu 100 tahun.

    Negara dengan Pria TerpendekTimor-Leste – sekitar 160 cmYaman – sekitar 160 cmLaos – sekitar 160 cmMadagaskar – lebih dari 160 cmMalawi – Lebih dari 160 cm

    Dari keseluruhan negara, total kenaikan tinggi mencapai 5-8 cm dalam waktu 100 tahun.

    Negara dengan Wanita TertinggiLatvia – lebih dari 168 cmBelanda – lebih dari 168 cmEstonia – lebih dari 168 cmCeko – lebih dari 168 cmSerbia – sekitar 168 cm

    Kenaikan rata-rata tinggi badan yang kurang lebih berada di angka 8-10 cm dalam 100 tahun.

    Negara dengan Wanita TerpendekGuatemala – sekitar 149,4 cmFilipina – kurang dari 151 cmBangladesh – kurang dari 151 cmNepal – kurang dari 151 cmTimor-Leste – kurang dari 151 cm

    Kenaikan tinggi badan berada di angka 5-9 cm dalam waktu 100 tahun.

    Indonesia Gimana?

    Berdasarkan data yang sama, rata-rata tinggi badan orang Indonesia berada di angka 165 cm pada pria dan 153,3 cm pada wanita.

    Dalam waktu 100 tahun sampai tahun 1996, telah terjadi peningkatan rata-rata tinggi badan orang Indonesia sebanyak 6,2 cm pada pria (dari sebelumnya 158,8 cm) dan 4,4 cm pada wanita (dari sebelumnya 148,9 cm).

    Sedangkan menurut World Data, rata-rata tinggi badan pria mencapai 166 cm dan dan wanita 154 cm. Ini membuat Indonesia berada di peringkat 116 dari 127 negara untuk laki-laki dan peringkat 118 dari 126 untuk perempuan.

    (avk/tgm)

  • Cerita Dokter soal Kematian Akibat Kanker, Banyak yang Baru Ketahuan saat Autopsi

    Cerita Dokter soal Kematian Akibat Kanker, Banyak yang Baru Ketahuan saat Autopsi

    Jakarta

    Pada 2025, diperkirakan lebih dari 600 ribu orang akan meninggal karena kanker di Amerika Serikat (AS). Tetapi, di antara jumlah tersebut, ada beberapa yang hingga akhir hayatnya tidak tahu bahwa mereka mengidap kanker.

    Baru-baru ini, seorang ahli patologi menemukan beberapa orang yang meninggal tanpa pernah menyadari dirinya mengidap penyakit mematikan tersebut. Dr Wolfe, yang telah melakukan banyak autopsi membagikan tiga kisah dari beberapa bulan terakhir.

    Dalam video, ia menceritakan telah melakukan beberapa autopsi dari kelompok usia yang berbeda. Dr Wolfe menemukan bahwa penyebab kematian mereka bukanlah seperti yang awalnya dipikirkan oleh para dokter.

    1. Pasien Pertama

    Ia mulai membahas salah satu pasiennya, seorang pria yang mengeluhkan batuk kronis sebelum ia meninggal. Dokter menduga penyebab kematiannya adalah kebiasaan merokoknya.

    “Akhirnya kondisinya menjadi sangat parah, sampai-sampai dia tidak bisa berhenti batuk. Sekarang dia batuk darah, dibawa ke UGD dan tim medis melakukan CT scan yang menunjukkan bahwa paru-parunya benar-benar putih,” terang Dr Wolve yang dikutip dari Daily Mail, Minggu (6/7/2025).

    “Dia kemudian mengalami gejala dan meninggal. Jenazahnya sampai ke meja autopsi dan saya mendapati dia mengidap pneumonia yang parah, salah satu pneumonia terburuk yang pernah saya lihat,” lanjutnya.

    Namun, saat Dr Wolfe memeriksa bagian paru-parunya, dia menyadari alasan lain yang menjadi penyebab meninggalnya pasien tersebut.

    “Itu karena ada kanker, karsinoma sel kecil di paru-paru yang membungkus saluran napas. Jadi, yang terjadi adalah tumor itu tumbuh ke saluran napas dan menutup saluran napas, sehingga menyebabkan pneumonia pasca obstruktif sekunder akibat keganasan,” jelas Dr Wolve.

    Dr Wolve menjelaskan bahwa pneumonia bukanlah penyebab kematian pasien itu, tetapi ‘titik akhir’ dari penyebab sebenarnya, yakni kanker.

    “Tanpa tumor kanker yang menyumbat saluran napas, Anda tidak akan mengalami pneumonia,” tambahnya.

    2. Pasien Kedua

    Dr Wolve memberikan contoh lain yaitu pasien pria berusia awal 20-an yang mengalami sakit perut selama berbulan-bulan, penurunan berat badan, demam, dan keringat malam. Tetapi, ia menolak pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisinya.

    “Kemudian rasa sakitnya menjadi begitu hebat, sehingga ia akhirnya pergi ke UGD dan mereka mengira itu adalah semacam radang usus buntu atau organ yang pecah,” bebernya.

    Sayangnya, pemuda itu bahkan tidak sempat menjalani CT scan dan akhirnya meninggal. Nyawa pemuda itu tidak bisa diselamatkan.

    Ketika pasien tersebut dibawa kepadanya untuk diautopsi, Dr Wolve mendapati pasiennya dipenuhi kanker.

    “Saya membedahnya dan menemukan kanker pada hampir setiap organ dari tulang selangka hingga panggulnya, juga di dinding perut dan omentum (jaringan yang menutupi usus),” kenangnya.

    Dr Wolve mengatakan kematian pasien pria itu karena kasus limfoma non-Hodgkin. Menurutnya, beban tumor menjadi sangat tinggi, sehingga mengacaukan elektrolit pasien dan kemudian mengalami aritmia jantung.

    3. Pasien Ketiga

    Pasien terakhir adalah seorang pria berusia 65 tahun yang memiliki gejala kanker usus. Tetapi, ia meninggal sebelum sempat menjalani kolonoskopi.

    “Saya (melakukan) autopsi untuk menentukan penyebab kematian dan ternyata ia benar-benar menderita kanker usus besar stadium empat yang telah menyebar luas ke seluruh perutnya, dan juga ke paru-parunya dan pada dasarnya telah tumbuh melalui dinding usus besar,” ungkap Dr Wolve.

    Menurut Healthline, tidak ada jangka waktu pasti seseorang dapat mengidap kanker tanpa menyadarinya. Bahkan, beberapa kanker dapat muncul selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum terdeteksi.

    (sao/kna)