Category: Detik.com Kesehatan

  • Wanti-wanti BPOM Buat yang Mau Belanja Makanan-Kosmetik di PRJ

    Wanti-wanti BPOM Buat yang Mau Belanja Makanan-Kosmetik di PRJ

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Taruna Ikrar meminta pengunjung jakarta fair kemayoran (JFK) atau pekan raya jakarta (PRJ) tidak asal membeli produk saat berbelanja di sana. Mengingat, tercatat lebih dari ratusan produk yang dijual baik dalam bentuk kosmetik, makanan, maupun obat-obatan.

    Taruna merinci makanan dengan ciri-ciri tidak layak konsumsi. Salah satu yang terpenting adalah memastikan kondisi kemasan.

    “Jangan asal beli, Bapak/Ibu harus lihat dengan cermat Cek KLIK, cek kemasannya rusak atau tidak, labelnya, apakah ada klaim-klaim yang di luar nalar pada labelnya, izin edar BPOM-nya, atau jika masih level industri rumah tangga, lihat P-IRT-nya. Dan yang juga penting, tanggal kedaluwarsanya. Jadi kalau di sini ada yang menjual tidak sesuai aturan, jangan dibeli ya,” terang Taruna, dalam kunjungannya ke PRJ, Kamis (10/7/2025).

    Menurutnya, cara melihat produk sesuai ketentuan atau tidak juga bisa dengan memanfaatkan aplikasi BPOM Mobile.Terdapat fitur scan 2D barcode yang menampilkan detail produk serta informasi obat dan makanan lain.

    “Kami juga memiliki aplikasi BPOM Mobile, jadi jika Bapak/Ibu mau beli produk-produk seperti obat, makanan ringan, kosmetik di sini, saya harap silakan mengunduh aplikasi BPOM Mobile. Nanti bisa melakukan scan langsung pada produk yang akan dibeli, dan bisa ketahuan apakah itu sudah terdaftar di BPOM atau jangan-jangan BPOM-nya palsu,” beber dia.

    Para pengunjung PRJ juga kerap berburu barang promo lantaran banyak produk yang dijual murah hanya terdapat pada acara tersebut.

    Taruna kembali mengingatkan agar tidak mudah tergiur dengan promosi semata dan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memilih produk.

    “Jangan hanya tergiur promo, tetap lakukan Cek KLIK: Cek Kemasan, Cek Label, Cek Izin Edar BPOM, dan tanggal kedaluwarsanya,” pungkas Taruna.

    (naf/naf)

  • Video Menteri PPPA: Pola Asuh Jadi Faktor Penyebab Kekerasan Perempuan-Anak

    Video Menteri PPPA: Pola Asuh Jadi Faktor Penyebab Kekerasan Perempuan-Anak

    Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menggelar rapat tingkat menteri untuk memperluas Inpres No. 5 Tahun 2014 menjadi Gerakan Nasional Anti Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan. Seusai pertemuan itu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifatul Choiri Fauzi mengungkap jumlah total kekerasan yang terjadi pada perempuan-anak.

    Sejak awal tahun hingga bulan Juli ini, setidaknya ada 13 ribu kekerasan pada perempuan dan anak. Pola asuh di keluarga menjadi faktor penyebab adanya kekerasan pada perempuan-anak.

    Tonton video-video menarik lainnya di 20detik.

    (/)

  • Jenis Kanker yang Rentan Menyerang Usia Muda, Gen Z Juga Bisa Kena

    Jenis Kanker yang Rentan Menyerang Usia Muda, Gen Z Juga Bisa Kena

    Jakarta

    Saat ini kanker juga berpotensi menyerang usia muda. Mereka yang berada di umur 20-30 tahun bisa terserang kanker.

    “Saya melihat semakin banyak pasien berusia 20-an dan 30-an yang didiagnosis kanker,” kata Dr Jonathan Mizrahi, onkolog di Ochsner MD Anderson Cancer Center di New Orleans.

    Para peneliti dalam studi oleh American Cancer Society mengkaji data insiden kanker nasional dari lebih dari 23 juta pasien yang didiagnosis dengan 34 jenis kanker berbeda antara tahun 2000 dan 2019. Untuk membandingkan tingkat kanker antar generasi, para peneliti menghitung tingkat kanker berdasarkan usia dalam interval lima tahun, dari tahun 1920 hingga 1990.

    Mereka menemukan tingkat insiden kanker meningkat pada generasi Milenial dan Gen Z untuk sembilan jenis kanker, termasuk kanker payudara, kanker endometrium, kanker kolorektal, kanker lambung non-kardia, kanker kandung empedu, kanker ovarium, kanker testis, kanker anus pada pria.

    Di antara berbagai jenis kanker, tingkat insiden untuk generasi Milenial (kelompok kelahiran 1990) berkisar antara 12 persen lebih tinggi untuk kanker ovarium hingga 169 persen lebih tinggi untuk kanker endometrium. Khususnya, angka kematian meningkat pada kelompok kelahiran muda bersamaan dengan angka kejadian kanker hati (hanya perempuan), kanker endometrium, kanker kandung empedu, testis, dan kolorektal.

    “Peningkatan angka kanker di kalangan generasi muda ini menunjukkan pergeseran generasi dalam risiko kanker dan sering kali menjadi indikator awal beban kanker di masa mendatang di negara ini,” ujar Dr Ahmedin Jemal, penulis senior studi American Cancer Society.

    Para ilmuwan sedang meneliti faktor risiko kanker di usia muda ini mulai dari nutrisi, perubahan pola makan, gaya hidup tidak aktif, penggunaan obat-obatan, dan konsumsi makanan olahan.

    (kna/naf)

  • Pakai Pelembap Sebelum Tidur Cegah Kulit Gatal Saat Musim Hujan

    Pakai Pelembap Sebelum Tidur Cegah Kulit Gatal Saat Musim Hujan

    Jakarta

    Selama musim hujan, risiko kaki gatal biasanya akan meningkat. Ini disebabkan oleh kelembapan area kaki yang muncul akibat basah dari air hujan atau genangan di tanah.

    Sepatu yang basah saat menginjak genangan air dapat menyebabkan rasa gatal hingga perih. Selain itu, air kotor yang mengandung bakteri bisa masuk ke dalam tubuh jika memiliki luka kecil di kaki.

    Awas Kulit Gatal Selama Musim Hujan

    Ada banyak faktor yang dapat memicu kaki gatal selama hujan. Beberapa di antaranya seperti alergi dingin, alergi air hujan, kondisi medis lain seperti dermatitis (peradangan kulit), hingga yang paling populer seperti kondisi tinea pedis akibat jamur dermatofita.

    Tinea pedis biasanya menunjukkan gejala seperti kulit gatal, bersisik, kering, dan muncul sensasi terbakar. Kondisi ini paling sering terjadi ketika menggunakan kaos kaki dan sepatu yang lembap, seperti di musim hujan.

    “Kondisi ini (kelembapan berlebih pada sepatu) sering kali memicu infeksi jamur superfisial, terutama tinea pedis atau yang lebih dikenal sebagai athlete’s foot. Gejala infeksi ini mencakup gatal, kemerahan, kulit yang mengelupas, dan bahkan lesi vesikular yang bisa menyebabkan nyeri,” kata spesialis kulit dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK dalam sebuah wawancara.

    Kontak kulit kaki dengan kelembapan secara terus menerus dapat merusak lapisan pelindung terluar kulit, disebut stratum korneum. Ini meningkatkan risiko kulit pecah-pecah dan infeksi sekunder oleh bakteri.

    Manfaat Pelembap Kaki Sebelum Tidur

    Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi gatal selama musim hujan adalah menggunakan pelembap sebelum tidur. Berikut manfaat penggunaan pelembap kaki:

    1. Menjaga Kelembapan Kulit

    Tujuan penggunaan pelembap sebelum tidur adalah menjaga kelembapan yang sehat. Kondisi ini tidak sama dengan kelembapan yang diakibatkan oleh air hujan.

    Kelembapan yang disebabkan oleh air hujan dapat menyebabkan kulit mengelupas, rusak, dan menjadi tempat yang baik untuk patogen berkembang. Berbeda dengan penggunaan pelembap kulit, yang justru penting untuk menjaga kulit tetap lembut dan tidak retak.

    2. Memperkuat Perlindungan Alami

    Kandungan urea atau gliserin yang ada dalam pelembap memperkuat lapisan pelindung kulit. Ini mencegah terjadinya infeksi jamur dan bakteri, pemicu gatal pada kaki.

    3. Mencegah Pecah dan Lecet

    Penggunaan pelembap mencegah kulit pecah-pecah dan lecet. Kondisi kulit kaki pecah-pecah dan lecet meningkatkan risiko infeksi dan gatal-gatal ketika musim hujan.

    4. Menenangkan Kulit yang Sudah Gatal

    Pelembap juga dapat menenangkan kondisi kulit yang sudah ada, serta meredakan rasa gatal akibat infeksi ringan. Spesialis kulit dr Fitria Amalia Umar mengingatkan untuk lebih menjaga kesehatan kulit kaki selama musim hujan.

    Infeksi jamur juga dapat memicu aroma tidak sedap dan mengganggu kenyamanan. Aplikasikan pelembap sebelum tidur, dengan keadaan kaki yang bersih dan kering.

    “Untuk perlindungan yang lebih baik, bisa juga gunakan moisturizer (pelembap) di area kulit kaki secara rutin. Aplikasikan pelembap ini dalam keadaan kaki bersih,” jelas spesialis kulit dr Fitria Amalia Umar, SpKK dalam sebuah wawancara.

    Tips Kaki Bebas Gatal Selama Musim Hujan

    Selain menggunakan pelembap sebelum tidur, beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah kaki gatal selama musim hujan meliputi:

    1. Jaga Kebersihan Kaki

    Jaga kebersihan kaki dengan mencucinya secara rutin menggunakan sabun antibakteri. Setelah dicuci, pastikan kondisi kaki langsung kering.

    2. Jaga Kulit Kering

    Penyebab utama kaki gatal selama musim hujan adalah kelembapan berlebihan. Gunakan handuk untuk mengeringkan kaki setelah mandi atau mencuci kaki. Hindari penggunaan sepatu yang basah dan segera ganti jika terkena air.

    3. Hindari Menggaruk

    Menggaruk area gatal dapat memperburuk ruam dan memicu infeksi lebih parah. Meredakan gatal bisa dilakukan dengan kompres dingin atau krim anti-gatal yang dijual bebas.

    (avk/tgm)

  • Ternyata Begini Asal Muasal Golongan Darah Paling Langka di Dunia Terungkap

    Ternyata Begini Asal Muasal Golongan Darah Paling Langka di Dunia Terungkap

    Jakarta

    Para ilmuwan Prancis berhasil mengidentifikasi golongan darah terbaru dan terlangka di dunia. Seperti yang diketahui, golongan darah ini didapatkan dari seorang wanita dari Guadeloupe, Karibia.

    Saat itu golongan darahnya begitu unik, sehingga dokter tidak dapat menemukan satupun donor yang cocok. Penemuan golongan darah ke-48 ini dikenal yang dengan ‘Gwada-negatif’.

    Penemuan ini dimulai saat plasma darah wanita tersebut bereaksi terhadap setiap sampel donor potensial yang diuji, termasuk dari saudara kandungnya sendiri. Akibatnya, mustahil menemukan donor yang cocok untuknya.

    Proses Mengungkap Golongan Darah Terlangka

    Untuk mengungkap misteri ketidakcocokan darah wanita itu, para ilmuwan beralih ke analisis genetik mutakhir. Ini dilakukan dengan menggunakan pengurutan eksom utuh, sebuah teknik yang memeriksa lebih dari 20 ribu gen manusia. Sampai akhirnya, menemukan mutasi pada gen yang disebut PIGZ.

    Gen ini menghasilkan enzim yang bertanggung jawab untuk menambahkan gula tertentu ke molekul penting pada membran sel. Dikutip dari Science Alert, gula yang hilang mengubah struktur molekul pada permukaan sel darah merah.

    Perubahan ini menciptakan antigen baru, fitur kunci yang mendefinisikan golongan darah, yang menghasilkan klasifikasi yang sangat baru, yaitu Gwada-positif (memiliki antigen) atau negatif (kekurangan antigen).

    Dengan menggunakan teknologi penyuntingan gen, tim mengonfirmasi penemuan mereka dengan menciptakan kembali mutasi tersebut di laboratorium. Jadi, sel darah merah dari semua donor darah yang diuji adalah Gwada-positif dan pasien Guadeloupe tersebut adalah satu-satunya orang yang diketahui Gwada-negatif di dunia.

    Implikasi dari penemuan ini melampaui transfusi darah. Pasien tersebut mengalami kondisi disabilitas intelektual ringan.

    Tragisnya, pasien itu kehilangan dua bayi saat lahir. Ini mungkin terkait dengan mutasi genetik langka yang dimilikinya.

    Enzim yang diproduksi oleh gen PIGZ beroperasi pada tahap akhir pembentukan molekul kompleks yang disebut GPI atau glikosilfosfatidilinositol.

    Dari penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang dengan defek pada enzim lain yang dibutuhkan untuk perakitan GPI dapat mengalami masalah neurologis, mulai dari keterlambatan perkembangan hingga kejang. Bayi yang lahir meninggal juga umum terjadi pada wanita dengan kelainan bawaan ini.

    Meskipun pasien tersebut merupakan satu-satunya orang di dunia yang memiliki golongan darah langka ini, kondisi neurologis termasuk keterlambatan perkembangan, disabilitas intelektual, dan kejang telah ditemukan pada orang lain dengan defek pada enzim yang dibutuhkan sebelumnya dalam jalur perakitan GPI.

    Penemuan Gwada menyoroti keajaiban sekaligus tantangan keragaman genetik manusia. Golongan darah berevolusi sebagian sebagai perlindungan terhadap penyakit menular, seperti bakteri, virus, dan parasit menggunakan molekul golongan darah sebagai titik masuk ke dalam sel.

    Ini berarti golongan darah manusia dapat mempengaruhi kerentanannya terhadap penyakit tertentu.

    Namun, kelangkaan yang ekstrem pada golongan darah ini menciptakan dilema medis. Para peneliti Prancis mengakui bahwa mereka tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi jika darah yang tidak cocok dengan golongan darah Gwada ditransfusikan ke wanita Guadeloupe tersebut.

    Bahkan, jika ada orang lain yang negatif terhadap golongan darah Gwada, mereka akan sulit ditemukan. Belum jelas juga apakah mereka bisa menjadi donor darah.

    Realitas ini mengarah pada solusi futuristik, yakni sel darah yang ditumbuhkan di laboratorium. Para ilmuwan telah berupaya menumbuhkan sel darah merah dari sel punca yang dapat dimodifikasi secara genetik agar sesuai dengan golongan darah yang sangat langka.

    Dalam kasus Gwada, para peneliti dapat menciptakan sel darah merah negatif Gwada secara artifisial dengan memutasi gen PIGZ.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Langka! Golongan Darah P Ditemukan di China”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Ikan Waduk Cirata Tercemar Merkuri, Apa Bahayanya? Ini Penjelasan Pakar IPB

    Ikan Waduk Cirata Tercemar Merkuri, Apa Bahayanya? Ini Penjelasan Pakar IPB

    Jakarta

    Ikan di Waduk Cirata, Jawa Barat, disebut sudah tidak layak konsumsi karena tercemar merkuri tinggi. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat ini tengah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menyelesaikan permasalahan di waduk tersebut.

    “Waduk Cirata itu sebenarnya sudah tidak layak dimakan, ikannya itu sudah tidak layak. Karena kandungan merkurinya sangat tinggi dan itu sangat tidak sehat untuk masyarakat,” ungkapnya dalam Penandatanganan Nota Kesepakatan Dukungan Rencana Program Revitalisasi Tambak Pantura di KKP, Jakarta Pusat, Rabu (25/6/2025).

    Menanggapi temuan tersebut, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Prof Dietriech Geoffrey Bengen, DEA mengatakan pernyataan yang disampaikan Menteri KP sudah didasarkan pada kajian ilmiah dan mencerminkan kompleksitas pencemaran di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

    Ia menerangkan bahwa merkuri dapat masuk ke perairan melalui berbagai jalur, seperti limbah industri (termasuk dari penambangan emas skala kecil), limbah domestik (misalnya baterai rusak), dan residu pertanian.

    Di lingkungan air, merkuri akan berubah menjadi metilmerkuri, bentuk paling toksik yang mudah terakumulasi dalam rantai makanan, terutama pada ikan.

    “Proses bioakumulasi dan biomagnifikasi membuat ikan predator atau yang berumur panjang memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi,” jelas Prof Dietriech dalam keterangannya dikutip dari IPB University, Kamis (10/7).

    Terkait dampak kesehatan yang ditimbulkan, Prof Dietriech menyoroti karakteristik merkuri yang dikenal sebagai neurotoksin kuat. Dampaknya dapat merusak sistem saraf pusat, menyebabkan sakit kepala, tremor, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal, gangguan imun, hingga radang saluran cerna.

    “Ancaman ini sangat serius jika ikan terkontaminasi dikonsumsi rutin dalam jumlah besar,” tegasnya.

    Untuk mengatasi persoalan tersebut, Prof Dietriech mendorong pendekatan multidimensi. Ia menyarankan lima strategi yang perlu dilakukan, yakni komunikasi risiko secara transparan. Menurutnya, pemerintah perlu menyampaikan data kadar merkuri secara terbuka dan edukasi alternatif sumber protein.

    Selain itu, langkah yang tidak kalah penting adalah memantau kondisi kesehatan warga, terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak. Selain itu, dia menegaskan perlunya mengatasi sumber masalah, termasuk penegakan hukum terhadap industri pencemar dan tambang emas ilegal di hulu Citarum, serta pengurangan drastis jumlah keramba.

    “Pengurangan drastis keramba yang melebihi daya dukung krusial untuk mengurangi beban organik,” katanya.

    (kna/kna)

  • Jadi ‘Biang Kerok’ Obesitas-Diabetes, Makanan Ini Paling Banyak Dikonsumsi Warga +62

    Jadi ‘Biang Kerok’ Obesitas-Diabetes, Makanan Ini Paling Banyak Dikonsumsi Warga +62

    Jakarta

    Kasus penyakit tidak menular (PTM) obesitas hingga diabetes terus meningkat signifikan. Bahkan, keduanya menjadi faktor risiko utama pemicu penyakit jantung, stroke, hingga masalah ginjal.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi merinci insiden kasus obesitas sentral misalnya, meningkat pesat dari semula 18,8 persen menjadi 36,8 persen pada 2023. Obesitas sentral didefinisikan pada wanita yang memiliki lingkar perut lebih dari 80 sentimeter, dan pria lebih dari 90 sentimeter.

    Sejalan dengan hasil cek kesehatan gratis (CKG) yang menunjukkan obesitas sentral menempati posisi kedua teratas yang diidap masyarakat sebagai pemicu penyakit jantung hingga stroke. Walhasil, beban pembiayaan BPJS Kesehatan terus meningkat dengan jantung menyumbang 70 persen dari utilisasi atau penggunaan dari total Rp 174,90 triliun.

    Bukan tanpa sebab, hal ini dilandasi pergeseran tren pola hidup dan kebiasaan makan yang terjadi nyaris di banyak negara. Menyusul AS dan Eropa, Indonesia juga kini terbiasa mengonsumsi makanan ultraproses dan makanan cepat saji.

    “Tren ini terjadi di banyak negara, AS, Eropa itu sudah mengalami transisi pola konsumsi yang kita tahu banyak sekali mengkonsumsi makanan siap saji yang kemudian kalau dilihat dari sisi kalori garam, gula, lemak, (GGL) sebagian besar melebihi daripada yang seharusnya,” sorot dr Nadia dalam webinar hasil diseminasi pemasaran makanan tidak sehat, Kamis (10/7/2025).

    “Ini yang kemudian kita lihat di negara kita, kita juga melihat salah satu dari studi keluarga dengan pendapatan sosial ekonomi menengah ke bawah mendapatkan pangan yang siap saji jauh lebih tinggi dibandingkan pada keluarga kelompok pendapatan lebih tinggi,” bebernya.

    Artinya, menurut dr Nadia, lebih banyak masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah yang tidak lagi mengolah pangan di rumah, tetapi lebih sering mengonsumsi makanan siap saji maupun kemasan, dengan alasan aksesnya lebih mudah, juga murah.

    Kemudahan akses membeli pangan secara online juga menjadi penyebab pergeseran kebiasaan makan. “Sehingga ini mendorong konsumsi pangan siap saji dan pangan olahan itu lebih banyak lagi,” tandas dia.

    Berikut data tren konsumsi pangan berisiko atau tinggi GGL:

    1. Makanan manis

    Tren konsumsi makanan manis meningkat 6,5 persen dari semula di 2018 sebanyak 59,8 persen menjadi 66,3 persen di 2023 menurut data survei kesehatan indonesia (SKI) 2023.

    2. Minuman manis

    Pola peningkatan juga terjadi pada minuman manis, meski tidak terlalu signifikan yakni bertambah 3,8 persen dibandingkan 2018, saat ini ada 52,5 persen.

    3. Makanan berlemak tinggi kolesterol jahat (gorengan)

    Semakin banyak warga Indonesia yang mengonsumsi makanan tersebut dengan peningkatan dilaporkan mencapai 4,5 persen, menjadi 62,7 persen di 2023.

    4. Makanan dengan bumbu penyedap

    Makanan dengan penyedap tinggi juga kerap dipilih masyarakat sebagai konsumsi sehari-hari. Tren kenaikannya tidak kalah tinggi mencapai 3,8 persen, dari 22,4 menjadi 26,2 persen.

    5. Mi instan, makanan instan

    Bila dibandingkan dengan seluruh aspek makanan tinggi GGL, mi instan dan makanan instan menjadi pilihan terbanyak masyarakat sebagai pilihan konsumsi dengan konsisten berada di atas 90 persen. Ada sekitar 94 persen masyarakat yang terbiasa mengonsumsi mi instan dan makanan instan di 2023.

    (naf/kna)

  • 5 Penyakit Serius yang Kini Banyak Menyerang Usia 20-an di Indonesia

    5 Penyakit Serius yang Kini Banyak Menyerang Usia 20-an di Indonesia

    Jakarta

    Dulu beberapa masalah kesehatan, seperti diabetes dan penyakit jantung, seringkali disebut sebagai ‘penyakit orang tua’. Nyatanya, kini ada semakin banyak anak muda yang mengidap penyakit-penyakit kronis tersebut.

    Kondisi ini disebabkan oleh adanya pergeseran gaya hidup tidak sehat, makanan serba instan, hingga tingkat stres yang semakin tinggi. Ini belum ditambah kurangnya aktivitas fisik yang menjadi salah satu faktor besar pencegahan penyakit serius.

    Penyakit pada Anak Muda

    Setidaknya ada lima masalah kesehatan yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Masalah kesehatan ini menjadi sorotan, lantaran juga semakin banyak anak muda yang mengalaminya. Berikut penjelasan lengkapnya:

    1. Hipertensi

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum di Indonesia. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan benar, maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal.

    Menurut data Survei Kesehatan Nasional (SKI) 2023, angka prevalensi hipertensi di Indonesia untuk orang-orang berusia 15 tahun ke atas berada di angka 29,2 persen.

    Jika fokus pada kelompok anak muda, prevalensi hipertensi untuk usia 15-24 tahun di angka 9,3 persen dan usia 25-34 dengan 17,4 persen.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Berlian Idriansyah Idris, SpJP menuturkan masalah hipertensi memang semakin banyak dialami anak muda. Secara umum, masalah tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala yang jelas.

    Oleh karena itu, menurutnya pemeriksaan tekanan darah secara rutin perlu dilakukan.

    “Bila sudah didiagnosis hipertensi, pemeriksaan diperlukan untuk melihat dampaknya pada organ, terutama jantung dan ginjal,” kata dr Berlian dalam sebuah wawancara.

    2. Penyakit Jantung

    Menurut SKI 2023, prevalensi kasus penyakit jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter ada di angka 0,85 persen. Untuk kelompok usia 15-24 tahun dan 25-34 tahun prevalensinya sama-sama 0,11 persen.

    dr Berlian menambahkan masalah kardiovaskular, seperti penyakit jantung, juga semakin rentan dialami anak muda. Ini menurutnya berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup tidak sehat dan beban stres lebih tinggi.

    Kondisi ini bisa diperparah dengan kenyataan banyak anak muda masih jarang yang rutin memeriksakan kondisi jantungnya ke dokter.

    “Masalah jantung kini banyak dialami anak muda karena gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang gerak, diet tinggi garam, lemak, dan gula,” jelas dr Berlian.

    “Sangat mungkin anak muda sering begadang, kurang tidur, yang diketahui berhubungan dengan masalah jantung,” sambungnya.

    3. Stroke

    Stroke adalah kondisi medis serius yang terjadi saat pasokan darah ke otak terganggu, baik karena sumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Jika tidak ditangani segera, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan bicara, bahkan kematian.

    Stroke tak hanya dialami oleh orang tua. Nyatanya menurut SKI 2023, diungkapkan prevalensi stroke pada kelompok usia 15-24 tahun berada di angka 0,1 persen, sedangkan kelompok usia 25-34 persen di angka 0,5 persen.

    Ini berarti, 1 dari 1.000 anak muda usia 15-24 tahun mengalami stroke, sedangkan untuk kelompok 25-34 tahun ada 5 kasus tiap 1.000 orang.

    Secara keseluruhan, prevalensi stroke untuk pasien di atas usia 15 tahun di Indonesia mencapai 8,3 persen.

    Spesialis saraf dr Reza Aditya Arpandy, SpS menuturkan masalah stroke di usia muda rentan terjadi karena gaya hidup buruk dan faktor risiko yang tidak terkontrol. Padahal, penyakit stroke sebenarnya sangat mungkin dicegah.

    “Stroke, termasuk pada usia muda, umumnya berkaitan dengan faktor risiko yang bisa dicegah, tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi (dislipidemia), gula darah tinggi (diabetes), merokok, obesitas, hingga kurangnya aktivitas fisik,” katanya.

    4. Diabetes Melitus

    Kini juga semakin banyak ditemukan kasus diabetes melitus di Indonesia. Menurut SKI 2023, total prevalensi diagnosis diabetes melitus di Indonesia berada di angka berada di angka 2,2 persen. Sedangkan, dari pemeriksaan kadar gula darah, prevalensinya mencapai 11,7 persen.

    Berdasarkan diagnosis diabetes dari dokter, kelompok usia 15-24 tahun memiliki prevalensi kurang dari 0,05 persen dan kelompok 25-34 tahun berada di angka 0,2 persen.

    Sedangkan, berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah, untuk kelompok usia 15-24 tahun prevalensinya di angka 1,8 persen, dan untuk kelompok 25-34 tahun di angka 5,3 persen.

    Sama halnya dengan penyakit tidak menular lain, penyakit diabetes melitus, khususnya tipe dua, di usia muda berkaitan erat dengan pola hidup tidak sehat.

    “Faktor pencetusnya memang obesitas dengan perilaku. Jadi semakin banyak orang diabetes dengan perilaku kesehatan kurang bagus. Dalam hal ini, konsumsi kalori berlebihan. Kalau bicara kalori tentu semua berasal dari karbohidrat, lemak, di antaranya gula simpel. Itu semua ada takarannya,” kata dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD.

    5. Penyakit Ginjal Kronis

    Prevalensi kasus penyakit ginjal kronis di Indonesia menurut SKI 2023 ada di angka 0,18 persen. Sedangkan, untuk prevalensi penyakit ginjal kronis kelompok usia 15-24 ada di angka 0,02 persen, dan kelompok 25-34 dengan 0,07 persen.

    Data juga menunjukkan proporsi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis atau cuci darah. Sebanyak 16,2 persen pasien kelompok 15-24 tahun menjalani cuci darah, sedangkan untuk pasien kelompok usia 25-34 ada di angka 31,4 persen.

    Beberapa waktu lalu sempat viral, kisah pria di Cianjur bernama Ridwan Fadhil mengidap gagal ginjal di usia 20 tahun pada 2022. Semenjak saat itu, ia harus menjalani prosedur cuci darah untuk mempertahankan kualitas hidupnya.

    Ketika berbincang dengan detikcom, ia mengaku dulunya sangat suka minum manis. Ia juga sering begadang, jarang berolahraga, dan mengonsumsi junk food.

    “Intinya jaga pola makan, pola minum sering-sering minum air putih, hindari minuman manis. Juga begadang itu juga ngaruh,” katanya mengingatkan orang-orang untuk tidak melakukan hal yang serupa.

    (avk/tgm)

  • RI Hadapi Tripledemic! Waspadai Penyakit yang Picu Risiko Fatal, Kerap Disangka Flu

    RI Hadapi Tripledemic! Waspadai Penyakit yang Picu Risiko Fatal, Kerap Disangka Flu

    Jakarta

    Indonesia saat ini menghadapi tripledemic, masyarakat bisa terkena tiga serangan wabah sekaligus. Influenza hingga COVID-19 yang belum usai, juga penyakit pernapasan lain dengan beban kasus 8,7 juta infeksi dan 78 ribu di antaranya memerlukan rawat inap.

    “Memang sekarang kita menghadapi tantangan tripledemic, tidak hanya infeksi saluran pernapasan secara umum, tapi COVID-19 masih ada, meski tidak banyak kasusnya dan tidak terlalu infeksius kecuali pada kelompok orang rentan, juga infeksi influenza, dan RSV,” tutur spesialis penyakit dalam Dr dr Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

    Dari ketiga penyakit tersebut, infeksi respiratory syncytial virus (RSV) paling sering diabaikan, yakni pemicu utama infeksi saluran pernapasan akut, termasuk infeksi saluran pernapasan bawah.

    Padahal, risikonya bisa berdampak fatal hingga kematian khususnya pada lansia. Terlebih, gejala RSV yang muncul mirip dengan influenza yakni flu biasa hingga demam.

    “Dan RSV ini lebih menular ketimbang COVID-19,” tandasnya.

    Mengutip suatu riset, dr Sally menjelaskan RSV diprediksi memicu 24,5 juta insiden infeksi saluran pernapasan akut di Asia Tenggara, sementara di Indonesia mencapai 9,7 juta insiden kasus ISPA dalam 5 tahun.

    “Gejalanya pilek, batuk, demam, sakit tenggorokan, bersin, sakit kepala, mengi, sampai kesulitan bernapas. Sehingga sulit dibedakan dari virus pernapasan lainnya seperti influenza atau COVID-19,” kata dia.

    Sayangnya, pada orang dengan sistem imun lemah, infeksi RSV bisa menyebar ke saluran pernapasan bagian bawah dan menyebabkan infeksi sedang sampai berat, seperti pneumonia atau bronkiolitis.

    Pada lansia, kasus RSV bahkan bisa memicu komplikasi masalah jantung hingga gagal jantung. Risikonya lebih besar ketimbang saat terpapar influenza.

    “Saya melihat langsung bagaimana infeksi RSV memperburuk kondisi pasien lansia dengan penyakit penyerta jantung, lansia dengan komplikasi jantung dan pasien gagal jantung memiliki risiko rawat inap akibat RSV 7 kali lebih tinggi, dibandingkan tanpa infeksi virus,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Krek! Ngeri Banget, Alat Kelamin Pria Ini ‘Patah’ saat Berhubungan Intim

    Krek! Ngeri Banget, Alat Kelamin Pria Ini ‘Patah’ saat Berhubungan Intim

    Jakarta

    Seorang pria di Polandia dilarikan ke unit gawat darurat (UGD) dengan perdarahan hebat dari uretra, tabung tempat pria buang air kecil. Insiden ini terjadi saat pria 28 tahun itu berhubungan seks dengan pasangannya.

    Para petugas medis memperkirakan akan melihat memar, bengkak, atau batang penis yang bengkok atau dikenal dengan ‘eggplant deformity’ atau tanda klasik fraktur penis.

    “Cedera mengerikan ini dapat terjadi selama posisi seksual akrobatik atau bahkan saat berolahraga. Alih-alih melihat kerusakan yang jelas, penis pasien itu tampak normal secara eksternal,” tulis para peneliti yang dipublikasikan di Jurnal Cureus.

    Dikutip dari The Sun, satu-satunya tanda bahwa ada sesuatu yang salah secara serius adalah darah yang mengalir dari ujung penis. Khawatir ada yang tidak beres, petugas medis di Rumah Sakit Spesialis Provinsi Janusz Korczak, di Słupsk, tempat pria itu dirawat, memutuskan untuk melakukan operasi.

    Sesampainya di rumah sakit, tim medis menemukan robekan tersembunyi di bagian bawah penisnya. Itu merupakan cedera langka yang berbahaya yang telah merobek rongga ereksi dan uretra.

    Kulitnya dikupas dan batang penisnya dibilas dengan larutan garam untuk menentukan kerusakannya, sebelum dokter bedah menjahitnya kembali. Pria itu dipulangkan tiga hari kemudian, dengan kateter terpasang dan pulih sepenuhnya.

    Para dokter menyatakan sebagian besar fraktur penis biasanya menyebabkan suara berderak semacam ‘krek’, nyeri, dan pembengkakan. Hal itu karena penis terbuat dari jaringan ereksi yang terbungkus lapisan keras yang disebut tunika albuginea.

    Saat ereksi, lapisan ini meregang kencang. Jika jaringan robek saat berhubungan seks yang tidak disengaja, akan menimbulkan suara berderak dan menyebabkan cedera.

    “Namun, sebanyak 20 persen kasus juga melibatkan cedera uretra. Hal yang patut dicurigai jika terdapat perdarahan dari uretra atau kesulitan buang air kecil,” jelas peneliti.

    “Meskipun jarang terjadi, ruptur gabungan uretra dan korpus kavernosa setelah hubungan seksual dapat terjadi dan memerlukan diagnosis dan perbaikan bedah yang cepat,” sambungnya.

    Jika tidak ditangani, cedera ini dapat menyebabkan masalah jangka panjang seperti disfungsi ereksi dan jaringan parut.

    Dalam kasus yang jarang terjadi, bakteri dapat masuk melalui robekan dan menyebabkan infeksi serius yang disebut urosepsis. Ini dimulai di saluran kemih, tetapi dapat dengan cepat berkembang menjadi sepsis yang mengancam jiwa saat tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi.

    (sao/kna)