Category: Detik.com Kesehatan

  • Autopsi Brasil Ungkap Detik-detik Terakhir Juliana Marins, Sempat Bertahan 32 Jam

    Autopsi Brasil Ungkap Detik-detik Terakhir Juliana Marins, Sempat Bertahan 32 Jam

    Jakarta

    Hasil pemeriksaan terbaru mengungkapkan perkiraan pasti meninggalnya Juliana Marins. Perempuan berusia 26 tahun yang meninggal pasca terjatuh di Gunung Rinjani tersebut dinyatakan sempat bertahan hidup hingga 32 jam.

    Melalui konferensi pers di Rio de Janeiro, Brasil, institut kedokteran forensik setempat menyebut hasilnya didapat dari pemeriksaan entomologi. Studi ini terkait temuan utama investigasi Brasil, soal larva yang terdapat di tubuh korban.

    Menurut salah satu anggota tim pemeriksaan medis Reginaldo Franklin Pereira dari Kepolisian Sipil Rio, ada larva di kulit kepala dan dada Juliana.

    Dengan dukungan entomolog forensik Janyra Oliveira Costa, yang dianggap sebagai salah satu pakar terkemuka di di Brasil, kematian dapat diperkirakan secara retroaktif berdasarkan spesies, bertelur, dan waktu perkembangan.

    “Diperkirakan Juliana meninggal sekitar tengah hari pada tanggal 22 Juni waktu Indonesia. Karena jatuh terjadi pada pukul 04.00 pagi tanggal 21, ia mungkin masih hidup hingga 32 jam,” kata Reginaldo, dikutip dari CNN.

    Penyebab kematian dipastikan trauma multipel, dengan cedera benturan yang luas. Menurut para ahli, jatuh terakhir kali akan menyebabkan cedera fatal, dan Juliana diperkirakan bertahan hidup maksimal 15 menit setelah tahap ini, dengan kematian yang sangat menyakitkan.

    Prosesnya sangat menyakitkan, dengan gangguan pernapasan yang ekstrem. Alveoli paru-paru terisi darah, yang mencegah oksigen mencapai paru-paru.

    “Mengalami gangguan pernapasan, dan kemudian kematian terjadi,” jelas ahli di Brasil, Nelson Massini.

    Juliana jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, di Pulau Lombok, pada tanggal 21 Juni. Menurut para saksi, ia terdengar berteriak minta tolong selama lebih dari 14 jam setelah terjatuh.

    Namun, proses penyelamatan memakan waktu sekitar empat hari. Jenazah baru dikeluarkan dari gunung pada tanggal 25, dengan bantuan relawan dan tim lokal. Autopsi pertama dilakukan di Indonesia, tetapi hasilnya dianggap tidak meyakinkan mengenai waktu kematian. Keluarga meminta analisis baru di Brasil, yang disahkan oleh Pengadilan Federal.

    Laporan forensik terbaru dipresentasikan di kantor pusat DPU di pusat kota Rio, dalam konferensi pers yang dihadiri oleh Pembela Umum Federal Taísa Bittencourt Leal, Queiroz, para ahli, dan keluarga perempuan muda tersebut. Para ahli menegaskan kembali bahwa perkiraan tersebut kurang akurat, tetapi didukung oleh referensi ilmiah internasional dan metodologi forensik yang umum digunakan.

    “Kami menentukan waktu kematian berdasarkan sains, bukan asumsi. Entomologi forensik memberi kami dukungan teknis ini,” pungkas Reginaldo.

    Kasus ini masih dalam penyelidikan oleh otoritas Brasil.

    (naf/naf)

  • Cara Simpan MPASI Rumahan agar Tak Cepat Basi, Ini Tips dari Dokter Anak

    Cara Simpan MPASI Rumahan agar Tak Cepat Basi, Ini Tips dari Dokter Anak

    Jakarta

    Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang mudah dikonsumsi dan dicerna bayi. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, MPASI harus menyediakan nutrisi tambahan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang bertumbuh.

    Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi membutuhkan lebih banyak vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Kebutuhan gizi yang tinggi ini tak bisa didapatkan hanya dari ASI. Bukan berarti menghentikan pemberian ASI, MPASI hanya sebagai sarana untuk melengkapi ASI.

    MPASI rumahan menjadi pilihan banyak orang tua karena dinilai alami dan bergizi. Penting untuk mengetahui cara simpan MPASI agar tidak cepat basi dan terbuang sia-sia.

    Cara Simpan MPASI Rumahan agar Tidak Basi

    Dokter anak konsultan nutrisi metabolik, dr Yoga Devaera, Sp.AK menyarankan untuk menyimpan MPASI di freezer atau di kulkas.

    “Frozen atau simpan dalam kulkas, panaskan saat akan digunakan,” kata dr Yoga kepada detikcom, Sabtu (12/7/2025).

    Senada dengan hal tersebut, dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), makanan seperti daging, ikan, telur, susu, kedelai, nasi, pasta, dan sayur-sayuran harus disimpan di lemari pendingin dengan suhu kurang dari 5 derajat celsius. Sebab bakteri penyebab kontaminasi bisa tumbuh di makanan-makanan tersebut. Makanan beku yang ada di lemari pendingin bisa dipanaskan dengan microwave.

    Sementara itu, dikutip dari laman Bump, juru bicara American Academy of Pediatrics sekaligus dokter anak, Dina Dimaggio, MD dan Anthony F, Porto, MD, MPH menyarankan untuk membekukan pure seperti buah di wadah cetakan es batu. Sebagai informasi, menurut Academy of Nutrition and Dieteticd, pure adalah makanan berteksur halus yang disajikan sebagai makanan padat pertama bayi.

    Tuang dua sendok pure per wadah. Setelah dibekukan, pindahkan pure ke kantong freezer berlabel. Makanan bisa dibekukan hingga 1 bulan.

    Pure sayuran dengan kadar nitrat tinggi, serta daging, unggas, ikan, dan telur yang telah disaring bisa disimpan di lemari es selama satu hari atau dibekukan selama satu bulan.

    Tips Memberikan MPASI kepada Anak

    Ada sejumlah tips dalam memberikan MPASI kepada anak. Berikut di antaranya.

    1. Jangan Bingung dalam Memberikan Makanan Pertama ke Anak

    Tidak ada satupun makanan yang tepat untuk memulai. Bahkan beberapa dokter anak mungkin berbeda pendapat tentang saran yang diberikan kepada orang tua.

    IDAI menyarankan untuk memulai MPASI dengan makanan yang dihaluskan, sehingga menjadi pure. Adapun banyaknya energi tambahan yang diperlukan dari MPASI adalah sebanyak 200 kkal per hari.

    Mengenai jenis makanannya, Dina Dimaggio, MD dan Anthony F, Porto, MD, MPH memberi saran untuk memulai dengan buah dan sayuran utuh sederhana yang biasa dikonsumsi keluarga. Misalnya, pisang, apel, labu, wortel, atau ubi jalar.

    Jika suka makan alpukat, haluskan alpukat matang dengan ASI atau susu formula sampai halus dan memiliki konsistensi seperti sup. Berikan sedikit atau sebanyak yang diinginkan bayi.

    2. Ketahui Makanan yang Perlu Dihindari

    Bayi memang bisa menikmati beragam makanan, namun ada juga beberapa yang harus dihindari. Bayi di bawah 1 tahun tidak boleh diberikan madu atau makanan yang mengandung madu karena risiko botulisme.

    Botulisme adalah keracunan yang disebabkan oleh Clostridium botulinum. Makanan yang tidak dipasteurisasi seperti susu, daging, telur, ikan, atau ayam yang kurang matang juga harus dihindari karena bisa mengandung bakteri berbahaya.

    Biasanya, dokter anak akan menyarankan untuk menunda pemberian makanan yang berpotensi alergi sampai usia satu tahun. Contoh makanan yang berpotensi alergi yaitu kacang tanah, kacang kedelai, telur, gandum, ikan, kerang, dan lain sebagainya.

    Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa penting untuk memberi bayi makanan yang berpotensi alergi lebih awal. Dengan asumsi bayi tidak berisiko tinggi alergi makanan, setelah usia enam bulan, bicarakan dengan dokter tenang memasukkan makanan-makanan ini ke menu makan bayi.

    4. Ketahui Tanda-tanda Alergi

    Beberapa tanda-tanda alergi yang perlu diwaspadai, yaitu:

    Pembengkakan mulut atau lidah, pembengkakan mata, gatal di seluruh tubuh, eksim yang semakin parahMuntah atau diareBatuk, tersedak, atau kesulitan bernapasBibir, mulut atau jari kebiruan, atau denyut nadi lemahHilangnya kesadaranMPASI Kemasan Vs MPASI Rumahan

    Dikutip dari laman IDAI, MPASI komersial atau kemasan dibuat berdasarkan ketentuan khusus yang ditetapkan oleh lembaga kesehatan dunia (WHO). Ketentuan ini meliputi standar keamanan, higienitas dan kandungan nutrisinya. MPASI komersial juga mengandung zat pengawet yang aman bagi bayi, dibuat dengan steril, dan memiliki kandungan makro dan mikronutrien yang sesuai kebutuhan nutrisi bayi.

    dr Wiyani Pambudi SPA, IBLC juga mengatakan bahwa MPASI kemasan sudah diproduksi dengan aman dan mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain itu, MPASI kemasan mungkin juga lebih praktis.

    “Cuma concern-nya, sebisa mungkin ini sebagai alternatif aja. Karena kalau kita lihat, MPASI yang dibuat sendiri di rumah itu aset keluarga lho,” kata dr Wi, dikutip dari pemberitaan detikHealth sebelumnya.

    Aset keluarga yang dimaksud, yaitu dengan membuat MPASI home made, ibu akan mendapat pengetahuan dalam bahan makanan untuk menu rumahan sebagai bahan MPASI. Pengetahuan ini juga bisa diturunkan kepada anak.

    MPASI buatan sendiri juga memiliki kekayaan tekstur, aroma, rasa, dan kandungan gizi yang lebih terjamin. Keragaman pangan saat bayi makan MPASI yang dibuat di rumah juga memberi pengalaman makan yang lebih kaya dan kemudahan dalam proses pembelajaran makan bayi selanjutnya.

    (elk/tgm)

  • Harus Jalan Berapa Langkah Tiap Hari? Idealnya Sih Begini Menurut Riset

    Harus Jalan Berapa Langkah Tiap Hari? Idealnya Sih Begini Menurut Riset

    Jakarta

    Memperbanyak aktivitas demi tubuh bugar tidak melulu berkaitan dengan olahraga intensitas berat, cukup dengan rutin jalan kaki setiap hari. Secara umum, orang dewasa disarankan untuk menempuh 8.000 hingga 10.000 langkah per hari. Rekomendasi ini berasal dari meta-analisis 2022 yang mengkaji 15 studi.

    US Center for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyatakan 10.000 langkah setara dengan sekitar 8 kilometer per hari. Sayangnya, rata-rata orang di AS hanya melangkah sekitar 4.774 langkah per hari, tergolong gaya hidup sedentari atau kurang gerak.

    Tren di Indonesia jauh lebih rendah, mengacu studi 2022 yang dianalisis para peneliti Stanford University, rata-rata orang Indonesia hanya berjalan sekitar 3.513 langkah per hari. Jauh di bawah rata-rata global sekitar 5.000 langkah per hari.

    Padahal, beragam manfaat jalan kaki termasuk meningkatkan kekuatan otot, melancarkan aliran darah, mencegah penyakit jantung, menjaga fleksibilitas tubuh, mengurangi kekakuan sendi, hingga bisa membantu menjaga berat badan ideal.

    Berjalan kaki juga dapat membantu mencegah berbagai kondisi, seperti obesitas, osteoporosis, dan penurunan fungsi memori akibat usia. Sebuah studi tahun 2022 menunjukkan semakin banyak langkah yang ditempuh, semakin rendah risiko kematian akibat berbagai sebab.

    Jumlah langkah kaki yang dibutuhkan pria dan wanita, apakah berbeda?

    Tidak ada bukti kuat bahwa jenis kelamin memengaruhi jumlah langkah ideal. Karenanya, 10.000 langkah per hari adalah target yang relevan untuk laki-laki dan perempuan.

    Bahkan selama kehamilan, berjalan kaki dalam intensitas sedang tetap aman dan dianjurkan. CDC merekomendasikan 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang per minggu untuk ibu hamil.

    Namun, bila dikategorikan berdasarkan usia, aktivitas fisik memang bisa berbeda, berikut panduan CDC:

    Anak usia 3 – 5 tahun:

    Dianjurkan aktif sepanjang hari melalui aktivitas bermain. Tidak ada angka pasti langkah, tapi aktivitas fisik harus berlangsung setiap hari.

    Usia 6 – 17 tahun:

    Disarankan melakukan aktivitas fisik aerobik dan penguatan otot minimal 60 menit per hari. Ini setara dengan sekitar 11.290-12.512 langkah, jadi target 12.000 langkah per hari bisa menjadi panduan yang baik.

    Dewasa muda dan lansia:

    Studi tahun 2022 menemukan bahwa manfaat maksimal bisa didapat dengan 6.000-8.000 langkah per hari. Target 7.000 langkah sudah cukup untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang signifikan.

    Namun, perlu dicatat bahwa studi tersebut bersifat observasional dan sebagian besar dilakukan pada populasi berpenghasilan tinggi, sehingga hasilnya mungkin tidak mewakili semua kelompok masyarakat.

  • BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Masih Mengintai Sepekan ke Depan, Soroti Wilayah Ini

    BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Masih Mengintai Sepekan ke Depan, Soroti Wilayah Ini

    Jakarta

    Meski secara klimatologis Indonesia sudah memasuki musim kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah.

    Hingga akhir Juni 2025, baru 30 persen zona musim di Indonesia yang benar-benar mengalami kemarau. Sebaliknya, wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua justru masih berisiko diguyur hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang dalam sepekan ke depan.

    “Dinamika atmosfer global dan regional masih cukup aktif, sehingga potensi hujan lebat dan cuaca ekstrem masih tinggi, meski kita berada di musim kemarau,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan resminya, Jumat (11/7/2025).

    BMKG mencatat sejumlah fenomena atmosfer seperti gelombang Rossby, Kelvin, serta zona konvergensi dan sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik masih memicu terbentuknya awan konvektif yang menyebabkan hujan lebat.

    Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras dilaporkan mengguyur beberapa wilayah. Pada 9 Juli, intensitas hujan di atas 50 mm tercatat di Nabire dan Kalimantan Barat, sementara sehari sebelumnya hujan sangat lebat terjadi di Papua Barat, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Maluku, dan Papua.

    Akibatnya, terjadi sejumlah bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, genangan, hingga pohon tumbang dan kerusakan infrastruktur.

    BMKG memprediksi potensi cuaca ekstrem masih tinggi dalam periode 12-18 Juli 2025. Hujan lebat diperkirakan terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, hingga Papua Selatan, dengan status siaga telah diberlakukan.

    Sementara itu, angin kencang diperkirakan melanda dari barat ke timur Indonesia, termasuk wilayah Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTT, hingga Maluku.

    Tak hanya darat, laut pun diprediksi terdampak. Gelombang tinggi akibat angin kencang (>25 knot) berpotensi terjadi di sejumlah perairan, seperti Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Flores, Laut Arafuru, hingga Samudera Hindia selatan Jawa dan NTT.

    Dwikorita mengingatkan masyarakat agar tidak terlena dengan kalender musim kemarau. Ia menekankan, kondisi cuaca masih sangat labil dan bisa berubah cepat.

    “Masyarakat harus tetap waspada. Jangan anggap remeh cuaca ekstrem. Hindari tempat terbuka saat petir, jauhi pohon atau bangunan tua saat angin kencang, dan tetap jaga kesehatan karena panas terik juga masih bisa terjadi,” tegasnya.

    (naf/naf)

  • Tips Cegah Batuk Flu Anak Saat Musim Pancaroba Tanpa Obat

    Tips Cegah Batuk Flu Anak Saat Musim Pancaroba Tanpa Obat

    Jakarta

    Musim pancaroba, di mana ketika cuaca berubah-ubah kerap menjadi momen yang rawan bagi anak terkena batuk dan flu. Kondisi ini bisa membuat orang tua khawatir, apalagi jika anak mudah terserang penyakit.

    Untuk mencegah anak terkena batuk dan flu, ada sejumlah pencegahan yang dapat dilakukan, tanpa harus minum obat. Dengan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan, risiko batuk dan flu bisa diminimalisir.

    Tips Cegah Batuk Flu Anak Saat Musim Pancaroba Tanpa Obat

    Untuk mencegah batuk dan flu saat musim pancaroba, tingkatkan sistem kekebalan tubuh anak dengan memberi nutrisi seimbang hingga melakukan aktivitas olahraga. Penting juga untuk menjaga kebersihan untuk meminimalisir penularan penyakit.

    1. Berikan Nutrisi Seimbang

    Dikutip dari laman Families Fighting Flu, sistem kekebalan tubuh yang kuat bisa membantu anak melawan penyakit secara lebih efektif. Salah satu cara untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh adalah dengan memberikan nutrisi yang tepat.

    Berikan makan seimbang yang kaya buah, sayur, protein rendah lemak, dan biji-bijian utuh. Vitamin C, yang terdapat dalam buah seperti jeruk, stroberi, dan paprika dan Vitamin D, yang ada di telur, susu, dan sereal bisa mendukung fungsi kekebalan tubuh.

    2. Pastikan Anak Mendapatkan Tidur yang Cukup

    Anak-anak membutuhkan jam tidur yang disesuaikan dengan usianya. Dikutip dari laman Connection Academy, umumnya, anak dengan usia pra sekolah disarankan untuk tidur 10-13 jam, anak sekolah dasar 9-12 jam, dan sekolah menengah pertama dan di atas 8-10 jam.

    3. Jaga Kebersihan

    Anak-anak sering menyentuh wajah mereka. Sehingga, virus mudah masuk ke tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. Ajarkan anak untuk mencuci tangan, seperti saat sebelum makan, setelah batuk atau bersin, setelah menggunakan toilet, dan setelah berada di tempat umum.

    Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol dengan kadar minimal 60 persen. Tapi, ingatkan anak-anak untuk mencuci tangan dengan benar sesegera mungkin.

    4. Kurangi Stres

    Dikutip dari laman IOWA Health Care, meningkatkan hormon stres bisa menyebabkan penurunan kekebalan tubuh. Berikan anak-anak banyak waktu untuk beristirahat dan bermain kreatif untuk membantu menurunkan tingkat stres dan mencegah mereka jatuh sakit.

    5. Hindari Berbagi Barang yang Mengandung Kuman

    Berbagi barang yang sering digunakan bersama bisa menjadi tempat berkembang biaknya kuman. Ajari anak untuk tidak berbagi sedotan, gelas, atau menggunakan barang apapun yang bersentuhan dengan mulut atau wajah mereka.

    6. Lakukan Aktivitas Fisik

    Olahraga sedang secara teratur juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa berolahraga intensitas sedang bisa mengurangi frekuensi pilek. Dikutip dari laman WebMd, aktivitas tersebut mencakup hal-hal seperti berjalan kaki 20-30 menit setiap hari atau bersepeda beberapa kali dalam seminggu.

    7. Batasi Kontak dengan Orang Sakit

    Dikutip dari laman Hopkins Medicine, jika memungkinkan, batasi kontak anak dengan orang yang terinfeksi. Selain itu, minta anak untuk memakai masker saat berkontak dengan banyak orang.

    Apakah Anak Perlu Diberikan Vaksin Influenza?

    Dikutip dari laman Healthy Children, setiap anak usia 6 bulan ke atas memerlukan vaksin influenza setiap tahun. Menurut Prof dr Cissy B. Kartasasmita, PhD., MSc.m Sp.A (K), dalam laman Kementerian Kesehatan, sekitar 20-30 persen influenza terjadi pada anak-anak, sementara pada orang dewasa hanya 5-10 persen. Sehingga, vaksin influenza direkomendasikan berbagai badan kesehatan dunia, seperti World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

    Vaksinasi influenza bisa menurunkan laju infeksi, perawatan rumah sakit, dan kematian anak-anak. Menurut dr Cissy, dengan melakukan vaksinasi, berarti anak sudah terlindungi dari virus. Tak hanya orang tua, keluarga, atau teman si anak juga akan terlindungi.

    (elk/tgm)

  • Menyamar Jadi Wanita, Pria China Tiduri Ribuan Pria dan Sebarkan HIV

    Menyamar Jadi Wanita, Pria China Tiduri Ribuan Pria dan Sebarkan HIV

    Jakarta

    Polisi di China mengungkap penipuan dari seorang pria yang menyamar sebagai wanita di dunia maya. Dia dilaporkan telah berhubungan seks dengan lebih dari 1.600 pria.

    Pria bernama Jiao ini sering muncul di dunia maya dengan wig dan riasan wajah. Untuk menipu korbannya, dia akan menggunakan filter suara saat berbicara secara daring sebelum memulai hubungan seksual.

    Ketika bertemu langsung, pria yang menggunakan nama samaran Sister Red ini merekam hubungan seksual tersebut dan menjualnya secara daring. Beberapa laporan dari media China menyatakan bahwa meski ada beberapa pra yang menyadari kalau suster red ini adalah seorang pria, mereka tetap melanjutkan hubungan seksual tersebut.

    Dikutip dari laman World of Buzz, Sister Red berhasil menarik banyak pelanggan setia yang kembali kepadanya berkali-kali. Video yang disebar secara tidak terduga juga membuka peluang bagi orang lain untuk mengidentifikasi pasangan yang berselingkuh.

    Polisi Nanjing mengonfirmasi bahwa total pria yang menjadi korban Sister Red dan melakukan aktivitas seksual dengannya sebanyak 1.691 orang. Menurut laporan dari China Press, banyak dari pria yang menjadi korban didiagnosis HIV setelah pertemuan dengan Sister Red.

    Polisi menangkap pria ini pada 5 Juli 2025 dan menahannya di tahanan kriminal keesokan harinya atas dugaan penyebaran materi cabul. Sementara, dinas kesehatan setempat menyatakan bahwa pihak berwenang akan mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi orang lain yang mungkin terinfeksi, serta mendorong orang-orang yang khawatir untuk datang dan menjalani tes.

    Dalam hal ini, polisi setempat mengingatkan masyarakat hukum Tiongkok. Jika seseorang dengan sengaja mengidap HIV atau penyakit menular seksual lainnya dan secara sengaja melakukan hubungan seks tanpa pengaman dengan banyak orang, sehingga menimbulkan risiko penularan meluas tanpa menimbulkan akibat serius, mereka bisa diancam hukuman minimal tiga tahun dan maksimal 10 tahun penjara.

    (elk/kna)

  • Batas Waktu Aman Minuman Botol Setelah Dibuka Menurut BPOM, Jangan Sampai Salah

    Batas Waktu Aman Minuman Botol Setelah Dibuka Menurut BPOM, Jangan Sampai Salah

    Jakarta

    Siapa yang pernah mengonsumsi minuman kemasan botol, lalu menyimpan sisanya dalam kulkas? Kebiasaan ini cukup umum dilakukan masyarakat ketika minuman belum habis dan rasanya masih enak.

    Sayangnya, tidak banyak orang tahu menyimpan minuman botol terlalu lama setelah dibuka bisa memengaruhi kualitasnya. Lantas, berapa lama batas waktu aman yang dianjurkan?

    Berapa Batas Waktunya?

    Pakar teknologi pangan sekaligus Ketua Umum Pergizi Pangan Prof Dr Ir Hardinsyah, MS menjelaskan ketahanan minuman botol tergantung dari jenis minuman yang disimpan, serta penanganan minuman selama produksi. Menurutnya, minuman-minuman botol yang sudah dibuka sebaiknya tidak dikonsumsi lebih dari 2 hari setelah dibuka.

    “Tapi kalau dia misalnya minum teh dalam botol merknya apapun terserah, di kulkas paling maksimum 2 hari,” kata Prof Hardinsyah ketika dihubungi detikcom.

    “Kalau susu harus dalam 24 jam, itu dihabiskan jangan disimpan lagi, kalau sudah dibuka gampang tercemar bakteri,” sambungnya.

    Risiko Kontaminasi

    Minuman botol yang sudah dibuka lebih rentan terkontaminasi. Risiko kontaminasi semakin besar, ketika minuman botol diminum langsung melalui mulut. Menurut Prof Hardinsyah, bakteri yang ada di mulut bisa berpindah ke dalam minuman.

    “Iya (kalau sudah dibuka rentan kontaminasi), apalagi langsung menempel ke bibir kan, di bibir kita kan banyak bakteri. Kecuali mungkin pakai sedotan, terus sedotannya dibuang ya terus sisanya taruh di kulkas ya mungkin (lebih rendah risiko kontaminasinya),” jelasnya.

    “Tapi kalau susu tetap sebaiknya hari itu juga, kalau air putih, teh, masih bisa bertahan 2 hari lah,” tambah Prof Hardinsyah.

    Jenis Minuman yang Rentan Kontaminasi

    Prof Hardinsyah menuturkan jus dan susu, menjadi dua jenis minuman yang paling rentan mengalami kontaminasi. Selain itu, minuman-minuman yang mengandung santan juga rentan kontaminasi dan lebih cepat menurun kualitasnya setelah kemasan dibuka.

    Ketika kualitas menurun, maka ini akan memengaruhi rasa dan bahkan menurunkan nutrisinya, meski dalam jumlah yang cenderung kecil.

    “Selain perubahan cita rasa, bisa berpengaruh pada kandungan vitamin, seperti vitamin B. Ini terjadi kalau minuman tadi diletakkan di suhu ruangan tanpa pendingin,” tandasnya.

    Aturan BPOM Soal Batas Aman Minuman Botol

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tidak menjelaskan secara spesifik aturan batas aman minuman botol setelah dibuka.

    Meski demikian, BPOM melalui Pedoman Label Pangan Olahan mewajibkan produsen untuk mencantumkan keterangan cara penyimpanan dan batas waktu keamanan produk setelah dibuka. Ini lebih dikhususkan pada produk pangan yang tidak habis dalam sekali konsumsi.

    Dengan begitu, masyarakat bisa mengetahui masa simpan produk pangan, termasuk minuman, setelah kemasan dibuka.

    “Susu pasteurisasi, petunjuk penyimpanan, selalu simpan dalam suhu 0,4 derajat celsius. Setelah dibuka, sebaiknya dikonsumsi dalam waktu 4 hari,” tulis BPOM mencontohkan label yang dipasang pada kemasan.

    Perlu diingat, memerhatikan label kedaluwarsa sama pentingnya. Makanan atau minuman kedaluwarsa yang dikonsumsi dapat memicu berbagai masalah kesehatan, salah satunya keracunan makanan yang memicu gangguan pencernaan.

    (avk/tgm)

  • Ini yang Terjadi pada Tubuh Anda Jika Berjalan Sejauh 1,6 Km Setiap Hari

    Ini yang Terjadi pada Tubuh Anda Jika Berjalan Sejauh 1,6 Km Setiap Hari

    Jakarta

    Banyak orang yang tidak menyadari bahwa berjalan kaki juga merupakan latihan menahan beban. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari jalan kaki, meski hanya sekitar 1 mil atau 1,6 km per hari.

    “Berjalan adalah latihan menahan beban, meskipun Anda tidak sedang mengangkat beban atau memakai pemberat pergelangan kaki, itu tetaplah latihan menahan beban,” kata wakil presiden pemrograman dan pendidikan di Stride, Steve Stonehouse.

    Saat berjalan kaki, seseorang tak hanya mendapatkan manfaat kardio dan pernapasan, tapi juga otot juga karena harus menopang berat badan.

    Dikutip dari laman Well+Good, Steve dan seorang pelatih pribadi bernama Amy Schemper membagikan beberapa manfaat dari berjalan kaki 1,6 km. Berikut di antaranya.

    1. Memperkuat Otot

    Meski berjalan tidak sama dengan latihan kekuatan, olahraga ini bisa membangun kekuatan dengan melibatkan otot-otot di seluruh tubuh.

    “Kita menganggap jalan kaki terutama sebagai latihan kardiovaskular-dan memang demikian! Namun, jalan kaki juga melatih seluruh tubuh bagian bawah, termasuk kaki, betis, dan pinggul,” kata Amy Schemper.

    Secara umum, jalan kaki membutuhkan stabilitas inti yang signifikan, sehingga otot perut terlibat di setiap langkah. Sementara , berjalan menanjak akan melatih otot bokong dan paha belakang.

    Sebab jalan kaki menjaga inti tubuh tetap aktif, manfaat jalan 1,6 km sehari juga mungkin mencakup postur tubuh yang lebih baik.

    2. Meningkatkan Kesehatan Tulang

    Tulang merespon gerakan yang dilakukan, terutama jika gerakan tersebut menahan beban, seperti berjalan sejauh 1,6 km. Menurut National Institute of Health, jaringan tulang merespons dan tubuh lebih kuat ketika berolahraga. Memprioritaskan olahraga, seperti berjalan kaki sejauh 1,6 km juga bisa membantu mencegah pengeroposan tulang seiring bertambahnya usia.

    3. Meningkatkan Kesehatan Kardiorespirasi

    Menurut studi tahun 2019 dalam Preventing Chronic Disease, berjalan sejauh 1,6 km atau jarak berapapun akan meningkatkan detak jantung, yang merupakan dorongan besar bagi kesehatan jantung.

    Setiap kali bergerak, tubuh harus mendorong darah dan cairan ke seluruh sistem tubuh lebih banyak dibandingkan tidak berjalan. Dorongan tersebut membuat jantung bekerja lebih aktif. Bahkan, berjalan kaki bisa menurunkan risiko penyakit jantung hingga 30 persen.

    4. Menetapkan Rutinitas yang Sehat

    Berjalan kaki bisa menjadi cara yang bagus untuk menghirup udara segar dan menikmati waktu untuk diri sendiri. Selain manfaat fisik, berjalan kaki memberi waktu untuk berpikir, mendengarkan lagu, atau mengobrol dengan teman,

    Tips Mencegah Cedera dari Berjalan Kaki

    Salah satu masalah yang sering ditemui Stonehouse pada klien yang dilatihnya adalah rasa sakit da gangguan akibat terlalu memaksakan diri saat berolahraga, terutama jika sebelumnya tidak aktif. Padahal, berjalan sejauh 1,6 km saja sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing dan tingkatkan secara bertahap.

    Pastikan juga menggunakan otot yang tepat saat berjalan. Postur tubuh yang tidak benar bisa memunculkan cedera. Jalan dengan bahu dan pinggul sejajar satu sama lain. Stonehouse juga menyarankan agar lengan terus bergerak.

    Secara alami kaki akan bergulir ke bagian tengah lalu ke depan. Jadi, idealnya gerakan berjalan mengikuti urutan tumit, tengah kaki, lalu jempol kaki.

    (elk/kna)

  • Ahli Forensik Jelaskan Perubahan yang Terjadi pada Tubuh Manusia Setelah Meninggal

    Ahli Forensik Jelaskan Perubahan yang Terjadi pada Tubuh Manusia Setelah Meninggal

    Jakarta

    Dokter Forensik dari Kent University, Dr Devin Finaughty mengatakan, setelah kematian, tubuh menjadi bagian dari ekosistem dekomposisi. Dikutip dari mana IFL Science, kondisi ini merupakan serangkaian proses saat tubuh dan selnya pecah, sehingga tersisa kerangka.

    Rata-rata tubuh yang terkubur dalam peti mati biasanya akan mulai rusak dalam satu tahun. Kendati demikian, tubuh membutuhkan waktu sampai satu dekade untuk terurai dan menyisakan kerangka.

    Ilmuwan Forensik, M Lee Goff dalam laman Medical News Today mengungkapkan bahwa proses pembusukan dimulai pada titik kematian dan berakhir ketika tubuh menjadi kerangka. Dia mencatat ilmuwan lain yang membagi tahap dekomposisi menjadi tahap yang berbeda. Tapi, dia menyarankan untuk mempertimbangkan lima tahap dekomposisi setelah kematian sebagai berikut:

    Pertama, mengacu pada tubuh setelah kematian. Saat itu hanya ada sedikit tanda-tanda pembusukan yang terlihat. Adapun beberapa proses yang mungkin dimulai, yaitu perubahan warna kehijauan, livor mortis, dan tache noire.

    Kedua, tahap penggelembungan, ketika pembusukan dimulai. Gas yang menumpuk di perut membuat pembengkakan dan menyebabkan tubuh terlihat kembung.

    Ketiga, tahap pembusukan. Pada tahap ini kulit pecah akibat pembusukan dan aksi belatung, sehingga gas yang terkumpul bisa keluar. Ini menjadi salah satu alasan tubuh mengeluarkan bau yang kuat dan khas.

    Selanjutnya adalah pasca pembusukan, saat tubuh direduksi menjadi kulit, tulang rawan, dan tulang. Saat ini, beberapa jenis kumbang akan datang untuk menghilangkan jaringan lunak dan menyisakan tulang.

    Terakhir, adalah tahap kerangka, yaitu ketika hanya ada kerangka dan terkadang rambut yang tersisa.

    (elk/kna)

  • Kebiasaan Sepele yang Ternyata Bisa Bikin Otak Menyusut, Wajib Hindari

    Kebiasaan Sepele yang Ternyata Bisa Bikin Otak Menyusut, Wajib Hindari

    Jakarta

    Sebuah jurnal medis Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the Alzheimer’s Association menerbitkan sebuah studi tentang hubungan potensial antara sedentary behavior atau perilaku sedentari dan risiko penyakit alzheimer. Dikutip dari lama Science, alzheimer seringkali menyebabkan otak menyusut seiring berkembangnya penyakit.

    Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, sedentary behavior sendiri didefinisikan sebagai perilaku duduk atau berbaring sepanjang hari, di luar waktu tidur.

    Dalam studi ini, para peneliti memilih 404 peserta yang berusia minimal 50 tahun. Sebagian peserta tidak mengalami gangguan kognitif saat studi dimulai, namun sepertiganya memiliki setidaknya satu salinan gen yang meningkatkan risiko terkena penyakit alzheimer.

    Berdasarkan data yang dikumpulkan, tim peneliti mencatat bahwa sebagian besar pasien (87%) melakukan setidaknya aktivitas fisik sedang hingga berat setiap minggu. Jumlah latihan yang dilakukan setiap hari bisa bervariasi, asalkan jumlah total mingguan terpenuhi. Studi ini tidak merinci aktivitas sedang hingga berat.

    Namun, para ahli mengatakan bahwa aktivitas fisik aerobik intensitas sedang berarti seseorang bekerja cukup keras untuk bernapas lebih keras, meningkatkan detak jantung, dan berkeringat. Dikutip dari laman The Healthy, olahraga yang dimaksud bisa berupa jalan cepat, bersepeda, atau mendorong mesin pemotong rumput.

    Sementara, aktivitas intensitas tinggi digambarkan sebagai aktivitas saat seseorang tidak akan mampu berbicara lebih dari beberapa kata tanpa berhenti sejenak untuk mengambil napas. Aktivitas ini mencakup latihan seperti joging, lari, berenang, serta bersepeda di perbukitan

    Hasilnya, meski 87 persen peserta melakukan aktivitas fisik sedang hingga berat minimal 150 menit per minggu, tapi rata-rata mereka tetap duduk selama 13 jam per hari.

    Adapun yang mengejutkan adalah, peningkatan jumlah olahraga tidak mampu sepenuhnya mengimbagi efek buruk dari duduk terlalu lama. Sehingga, walaupun rutin berolahraga setiap hari, risiko penyusutan otak tetap ada jika terlalu banyak duduk dalam keseharian.

    Dalam studi, peserta dengan gen penyebab alzheimer menunjukkan penurunan volume materi abu-abu di area frontal dan parietal otak. Hal tersebut dipercaya bisa menyebabkan gangguan dalam mengingat dan memproses informasi.

    Menurut penulis utama dalam studi, Marissa Gogniat, mengurangi risiko Alzheimer bukan hanya tentang olahraga harian. Mengurangi duduk, meski sudah rutin olahraga bisa menurunkan kemungkinan terkena alzheimer.

    (elk/kna)