Category: Detik.com Kesehatan

  • 10 Tes Otak Sederhana untuk Mengukur Kecerdasan dan Konsentrasi

    10 Tes Otak Sederhana untuk Mengukur Kecerdasan dan Konsentrasi

    Jakarta

    Pernah mencoba mengerjakan tes asah otak dan merasa tertantang dengan soal-soalnya? Tes otak bisa menjadi salah satu cara menarik dan menyenangkan untuk mengukur daya pikir seseorang.

    Dengan berbagai bentuk soal yang unik, tes otak bisa menjadi sarana untuk melatih ketajaman pikiran. Coba jawab beberapa soal tes otak berikut ini.

    Contoh Tes Otak

    1. 1+7 (4-2)=??

    2. Ayahku menginjak piring di situ. Ada berapa huruf i dalam kata itu?

    3. Perhatikan soal berikut:

    2+2=6
    3+3=9
    4+4=12
    5+5=?

    4. Sekarang pukul 10.40 WIB. Berarti 135 menit lalu adalah pukul…
    5. Perhatikan gambar berikut ini.

    Dapatkah kalian menemukan dia dalam waktu 5 detik? Foto: detikcom/Bayu Ardi Isnanto

    Ini adalah gambar sekumpulan burung flamingo. Namun, di antara burung-burung berwarna merah muda ini, ada seorang gadis yang bersembunyi. Apakah kamu bisa menemukannya dalam waktu lima detik?

    6. Hitung ada berapa banyak korek api di atas meja berikut ini. Jangan terkecoh dengan pantulan gambarnya.

    Hitung ada berapa batang korek api di meja tersebut. Tapi awas jangan terkecoh dengan pantulan gambarnya. Foto: detikcom/Bayu Ardi Isnanto

    7. Hubungkan semua lingkaran dengan 3 garis

    Coba hubungkan keempat lingkaran tersebut hanya dengan tiga garis lurus tanpa mengangkat tangan kalian. Foto: detikcom/Bayu Ardi Isnanto

    8. Temukan angka yang berbeda

    Tes Ketajaman Mata, Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    9. 12, 24, 22, 21, 84, …,… Berapakah angka selanjutnya?

    10. Hitung soal matematika dengan gambar buah-buahan berikut ini

    Tes Otak Super Mudah, Jadi Susah kalau Sambil Bayangin Es Buah Foto: Salsa Dila Fitria Oktavianti/detikHealth

    Jawaban Tes Otak

    Berikut jawaban dari tes otak. Apakah jawabanmu benar?

    1. 16
    2. Satu, dalam kata “itu” hanya ada satu i
    3. 15, karena
    2+2=6
    3+3=9
    4+4=12
    maka, 5+5+5+5=15
    4. 135 menit yang lalu adalah pukul 08.25 WIB
    5. Ternyata dia bersembunyi di sini

    Ternyata gadis itu berada di sini. Warnanya yang merah muda dan kuning pasti membuat banyak orang terkecoh. Foto: detikcom/Bayu Ardi Isnanto

    6. Ada delapan korek api

    Jawabannya ada 8 batang korek api. Coba lihat pada gambar ini. Foto: detikcom/Bayu Ardi Isnanto

    7. Buat segitiga seperti ini untuk menghubungkan semua lingkaran

    Ternyata jawabannya begini. Betul nggak jawaban kalian? Foto: detikcom/Bayu Ardi Isnanto

    8. Ada angka 7 di antara angka 2

    Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    9. Angka selanjutnya adalah 18 dan 664.

    Tes Otak Menuju Waktu Buka, Gula Darah Masih Aman? Foto: Salsa Dila Fitria Oktavianti/detikHealth

    10. Jadi nanas, ditambah kiwi, dan nanas adalah 42.

    Tes Otak Super Mudah, Jadi Susah kalau Sambil Bayangin Es Buah Foto: Salsa Dila Fitria Oktavianti/detikHealth

    Halaman 2 dari 4

    (elk/up)

  • Digigit Tawon? Ini 7 Obat Alami yang Ampuh Redakan Nyeri dan Bengkak

    Digigit Tawon? Ini 7 Obat Alami yang Ampuh Redakan Nyeri dan Bengkak

    Jakarta

    Sengatan tawon mengandung racun yang masuk ke tubuh manusia saat hewan ini menyengat. Sengatan tersebut biasanya memicu rasa sakit dan iritasi yang cukup signifikan.

    Gejala umum yang muncul meliputi rasa sakit tajam, sensasi terbakar, perubahan warna kulit, pembengkakan, dan rasa gatal. Meskipun tampak ringan, kondisi ini tetap perlu diwaspadai.

    Sengatan tawon dan lebah memang menunjukkan gejala yang mirip, namun ada perbedaan penting di antara keduanya. Lebah hanya bisa menyengat sekali, karena sengatnya akan tertinggal di kulit dan menyebabkan lebah mati. Sebaliknya, tawon dapat menyengat berkali-kali, karena sengatnya tidak tertinggal dan tetap utuh.

    Pada umumnya, sengatan tawon atau lebah bisa diatasi secara mandiri di rumah, terutama jika gejalanya ringan. Namun, bagi orang yang memiliki reaksi alergi terhadap sengatan serangga, kondisi ini bisa berbahaya dan memerlukan penanganan medis segera.

    Obat Alami untuk Atasi Sengatan Tawon

    Beberapa jenis pengobatan alami mungkin tidak sepenuhnya didukung bukti ilmiah, tapi metode ini diwariskan secara turun-menurun dan masih digunakan hingga saat ini.

    Dikutip dari Healthline, berikut ini beberapa pengobatan alami yang bisa dilakukan.

    1. Madu

    Sebuah tinjauan riset tahun 2021 melaporkan madu kelas medis, seperti madu Manuka, terbukti dapat menurunkan peradangan dan memiliki sifat antimikroba yang kuat. Artinya, madu ini dapat melawan bakteri dan jamur. Belum jelas apakah madu biasa memiliki efek serupa.

    Madu juga diyakini melepaskan oksigen ke dalam luka untuk membantu proses penyembuhan dan membersihkan jaringan mati. Cara penggunaannya tinggal oleskan sedikit madu ke kulit yang tersengat, tutup dengan perban longgar, dan biarkan selama satu jam.

    2. Bawang Putih

    Bawang putih dipercaya membantu meredakan rasa sakit dan pembengkakan akibat sengatan tawon. Cara menggunakannya, cukup hancurkan satu siung bawang putih, lalu oleskan sarinya langsung ke area tersengat.

    Bawang putih disebut memiliki efek anti-inflamasi yang baik untuk meredakan gigitan tawon.

    3. Baking soda

    Pasta dari baking soda dan air bisa membantu mengatasi gigitan dan sengatan serangga. Baking soda diyakini dapat menetralkan racun tawon dan lebah, sehingga mengurangi rasa gatal dan pembengkakan.

    Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC) menyebut pasta baking soda bisa digunakan untuk mengatasi sengatan tawon, lebah, dan bahkan gigitan nyamuk. Cara membuatnya dengan mencampurkan satu sendok teh air dengan baking soda secukupnya, untuk membentuk pasta kental.

    Oleskan pasta ke area sengatan, diamkan selama 10 menit, lalu bilas dengan air sampai bersih.

    4. Cuka apel

    Cuka sari apel digunakan untuk berbagai tujuan kesehatan. Beberapa di antaranya seperti perawatan kulit hingga membantu mengatur kadar gula darah. Meskipun belum semua manfaatnya terbukti, cuka apel diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu di laboratorium.

    Cara menggunakannya, rendam area sengatan dalam larutan cuka apel yang telah diencerkan selama beberapa menit. Cara lain bisa dengan membasahi kain atau perban dengan cuka lalu tempelkan ke area sengatan. Hentikan pemakaian jika menimbulkan iritasi.

    5. Lidah buaya

    Beberapa bahan alami seperti lidah buaya (aloe vera) terkenal dapat membantu penyembuhan luka dan meredakan gejala sengatan lebah. Lidah buaya sering digunakan untuk menenangkan kulit yang iritasi.

    Caranya, patahkan salah satu lidah buaya, lalu oleskan secara langsung gelnya ke area yang tersengat.

    6. Bunduk dukun

    Tanaman bunduk dukun, bunduk poyang, atau witch hazel (hamamelis) adalah astringent atau zat yang memicu kontraksi untuk mengurangi perdarahan ringan dan antiseptik alami. Bunduk dukun merupakan semak daun atau pohon kecil yang tumbuh setinggi 3-7,5 meter. Daunnya tersusun berselang-seling, lonjong, dengan panjang sampai 15 cm, lebar 2,5-10 cm, dengan tepi licin atau bergelombang.

    Ini adalah salah satu obat alami yang bisa digunakan untuk berbagai jenis gigitan atau sengatan serangga. Penggunaan bunduk dukun dianggap mencegah infeksi, mengurangi bengkak, dan nyeri.

    7. Es batu

    Es batu adalah salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai pertolongan pertama sengatan tawon atau lebah. Setelah sengat sudah dikeluarkan dari kulit, kompres area kulit itu dengan es selama 20 menit dan ulangi tiap satu jam sesuai kebutuhan.

    Caranya, bungkus es dengan handuk atau beri kain antara es dan kulit agar tidak mengalami radang dingin.

    (avk/suc)

  • COVID-19 Stratus Dominan di RI, Masih Mempan Dilawan Vaksin? Ini Kata Kemenkes

    COVID-19 Stratus Dominan di RI, Masih Mempan Dilawan Vaksin? Ini Kata Kemenkes

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI melaporkan varian baru COVID-19 bernama XFG atau dikenal Stratus, kini menjadi varian dominan di Indonesia. Pada Mei 2025, varian Stratus tercatat menyumbang 75 persen kasus COVID-19 di Tanah Air. Angka ini meningkat drastis hingga mencapai 100 persen pada Juni. Varian XEN juga sempat terdeteksi dengan kontribusi sebesar 25 persen pada Mei.

    Meski begitu, Kemenkes menegaskan varian yang saat ini beredar di Indonesia masih termasuk dalam kategori risiko rendah. Masyarakat diminta tetap tenang dan tidak panik, tetapi tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, terutama bagi kelompok yang rentan seperti lansia dan pengidap penyakit penyerta.

    “Varian dominan COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah, sehingga tidak perlu panik, namun tetap penting menjaga protokol kesehatan,” demikian laporan Kemenkes RI, dikutip Senin (28/7/2025).

    “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal Spread di mana per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara (paling banyak dari Eropa dan Asia) per Juni 2025,” lanjut laporan tersebut.

    Adapun varian Stratus diketahui masuk ke dalam varian yang dipantau WHO atau variant under monitoring (VUM) sejak 25 Juni 2025. Sama seperti COVID-19 varian Nimbus yang ditetapkan masuk kategori tersebut di 23 Mei.

    Di sisi lain, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama juga mengatakan laporan terbaru Kemenkes menandakan COVID-19 memang belum sepenuhnya lenyap.

    “Dengan itu, maka kita harus terima kenyataan bahwa dari waktu ke waktu akan ada saja laporan varian atau sub varian baru dari SARS-COV-2, baru2 ini ada Nimbus dan sekarang ada Stratus,” beber Prof Tjandra, yang juga seorang profesor pulmonologi, saat dihubungi detikcom Senin (28/7/2025).

    Apakah Vaksin Saat Ini Efektif Lawan Varian Stratus?

    Terkait efektivitas vaksin, Prof Tjandra menegaskan vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini masih dapat digunakan, terutama dalam mencegah gejala berat dan kasus yang bersifat simtomatik.

    Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian kesehatan RI (Kemenkes), Aji Muhawarman. Menurutnya, XFG atau Stratus masih merupakan turunan dari varian Omicron, dengan demikian vaksin yang ada masih efektif digunakan.

    “Dengan demikian vaksin yang ada masih bisa digunakan dan ampuh untuk membangun imunitas tubuh terhadap COVID,” tuturnya saat dihubungi detikcom, Senin (28/7).

    Meski begitu, jumlah vaksin gratis yang disediakan saat ini sudah sangat terbatas. Di luar program pemerintah, vaksin COVID-19 masih bisa didapatkan secara mandiri.

    Dikutip dari laman Kemenkes RI, penerima vaksin gratis program pemerintah terbagi ke beberapa kelompok per 1 Januari 2024, yakni masyarakat lanjut usia, lanjut usia dengan komorbid, dewasa dengan komorbid, tenaga kesehatan yang bertugas di garda terdepan, ibu hamil, serta remaja usia 12 tahun ke atas dan kelompok usia lainnya dengan kondisi immunocompromised (orang yang mengalami gangguan sistem imun) sedang-berat.

    Sementara itu, sesuai Surat Edaran Dirjen Farmalkes HK.02.02/E/2571/2023 tentang Penyediaan Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksin COVID-19 Pilihan, bagi masyarakat yang tidak masuk dalam kriteria di atas, imunisasi COVID-19 menjadi imunisasi pilihan secara mandiri, dan bisa didapatkan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan vaksinasi COVID-19.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/naf)

    Varian Stratus Intai RI

    12 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Terungkap Lewat Studi, Makan Telur 2 Kali Sehari Bantu Turunkan Kolesterol ‘Jahat’

    Terungkap Lewat Studi, Makan Telur 2 Kali Sehari Bantu Turunkan Kolesterol ‘Jahat’

    Jakarta

    Selama bertahun-tahun, aturan terkait konsumsi telur harian masih belum ada yang konsisten. Beberapa studi menunjukkan sarapan dengan telur bisa berbahaya bagi kesehatan.

    Namun, studi lainnya justru mendukung sarapan dengan telur sebagai sumber protein dan nutrisi lain yang sangat baik untuk tubuh.

    Sebuah studi baru yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition memperkuat bukti mengonsumsi telur sangat baik untuk tubuh. Penelitian ini mengamati pengaruh terpisah dari lemak jenuh dan kolesterol terhadap kadar lipoprotein densitas rendah atau low-density lipoprotein (LPL), atau kolesterol ‘jahat’ di dalam tubuh.

    “Telur telah lama disalahgunakan oleh saran diet yang sudah ketinggalan zaman. Telur memang unik, tinggi kolesterol, ya. Tetapi, masih rendah lemak jenuh,” terang ilmuwan olahraga Jonathan Buckley dari University of South Australia, dikutip dari ScienceAlert, Senin (28/7/2025).

    “Namun, kadar kolesterolnya yang sering membuat orang mempertahankan perannya dalam pola makan sehat,” sambungnya.

    Dalam studi ini, peneliti memisahkan efek kolesterol dan lemak jenuh. Peneliti menemukan kolesterol tinggi dari telur, saat dikonsumsi sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh, sebenarnya tidak meningkatkan kadar kolesterol jahat.

    Sebaliknya, lemak jenuhlah yang menjadi pemicu utama peningkatan kolesterol.

    Para peneliti merekrut 61 orang dewasa dengan kadar kolesterol LDL awal yang sama. Mereka diberikan tugas untuk menjalani tiga diet yang berbeda, masing-masing selama lima minggu.

    Sebanyak 48 peserta menyelesaikan tiga diet tersebut. Pertama adalah diet tinggi kolesterol dan rendah lemak jenuh, yang mencakup dua telur per hari.

    Kedua adalah diet rendah kolesterol dan tinggi lemak jenuh, tanpa telur. Terakhir, adalah diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh, yang mencakup satu telur per hari.

    Hasil penelitian menunjukkan diet tinggi lemak jenuh berkorelasi dengan peningkatan kadar kolesterol LDL.

    Namun, diet tinggi kolesterol dan rendah lemak jenuh menghasilkan penurunan kadar kolesterol LDL. Hal ini menunjukkan bahwa telur tidak bertanggung jawab atas terjadinya kolesterol jahat.

    “Bisa dibilang kami telah memberikan bukti nyata yang mendukung asupan telur,” kata Buckley.

    “Jadi, dalam hal sarapan matang, bukan telurnya yang perlu Anda khawatirkan. Tetapi, porsi bacon tambahan atau sosis yang lebih mungkin mempengaruhi kesehatan jantung Anda,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Tanda-tanda Seseorang Alami Kolesterol Kambuh”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini mengungkapkan COVID-19 varian XFG atau Stratus sudah terdeteksi di Indonesia. Bahkan, disebutkan Stratus saat ini menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Temuan ini diungkapkan berdasarkan pemantauan rutin yang dilakukan Kemenkes terkait penyakit pernapasan di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan.

    “Pada bulan Juni varian dominan di Indonesia adalah XFG dengan 75 persen pada Mei dan 100 Mei pada Juni. Lalu ada XEN sebesar 25 persen pada Mei,” ujar pihak Kemenkes belum lama ini.

    Sebenarnya apa yang berbeda dari Stratus dibanding varian yang sudah ada sebelumnya?

    Menurut dokter umum di Harvey Street dan Hannah Clinic London, Dr Kaywaan Khan varian Stratus memiliki karakteristik khusus yang membuatnya lebih rentan menginfeksi.

    Meski begitu, ia mengingatkan dampak infeksi dari varian Stratus tidak lebih fatal bila dibandingkan dengan varian Omicron yang juga sempat bikin heboh sebelumnya. Vaksin yang sudah disetujui juga tetap disarankan untuk mencegah keparahan gejala.

    “Berbeda dengan varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike yang membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi,” ujar Khan dikutip dari Cosmopolitan, Senin (28/7/2025).

    “Meski demikian, penting diingat Stratus tampaknya tidak lebih parah dibandingkan varian Omicron sebelumnya dalam hal tingkat keparahan penyakit, rawat inap, atau kematian,” sambungnya.

    Gejala Varian Stratus

    Secara umum COVID-19 Stratus menimbulkan gejala yang mirip dengan varian-varian sebelumnya. Misalnya, hilangnya indera penciuman dan pengecap.

    Namun, varian ini juga memiliki gejala khas, yaitu suara serak atau parau. Dr Khan menuturkan pemeriksaan COVID-19 perlu dilakukan bila mengalami gejala-gejala tersebut.

    “Salah satu gejala yang paling terlihat dari varian Stratus adalah suara serak, termasuk suara yang kasar atau parau,” ujar Dr Khan.

    Senada, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan gejala Stratus dapat berupa suara parau atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Selain itu, gejala lain dari infeksi COVID-19 varian Stratus menurut Menurut National Health Service (NHS) Inggris meliputi:

    Suhu tubuh tinggiMenggigilKehilangan atau perubahan indera penciuman dan pengecapSesak napasKelelahanBadan pegal-pegalSakit kepalaSakit tenggorokanHidung tersumbat atau berairHilang nafsu makanDiareMual dan muntah

    Pencegahan Infeksi COVID-19 Stratus

    Berkaitan dengan dengan dominasi varian Stratus di Indonesia, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Pastikan juga untuk menerapkan etika batuk atau bersin untuk menghindari risiko penularan pada orang lain.

    Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Jika sedang sakit dan mengalami gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Terlebih bila ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Penggunaan masker juga sangat disarankan apabila mengalami masalah kesehatan seperti batuk, pilek, atau demam.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Video Wamenkes: 2-3 Nyawa Meninggal Setiap Menit Akibat Hepatitis

    Video Wamenkes: 2-3 Nyawa Meninggal Setiap Menit Akibat Hepatitis

    Video Wamenkes: 2-3 Nyawa Meninggal Setiap Menit Akibat Hepatitis

  • Olahraga Sederhana Ini Bisa Bikin Umur Panjang hingga 6 Tahun, Mau Coba?

    Olahraga Sederhana Ini Bisa Bikin Umur Panjang hingga 6 Tahun, Mau Coba?

    Jakarta

    Menjalani hidup tanpa penyakit adalah impian setiap orang. Umur panjang bukan hanya soal berapa lama seseorang hidup, tetapi juga bagaimana menjaga kualitas kesehatannya. Jika ingin hidup lebih lama dan lebih sehat, olahraga adalah hal yang tak bisa diabaikan.

    Sebuah studi tahun 2012 yang dipimpin oleh para peneliti dari Copenhagen City Heart menemukan bahwa satu jenis olahraga tertentu dapat meningkatkan harapan hidup seseorang. Temuan ini dipublikasikan di jurnal ScienceDirect. Studi tersebut menemukan pria yang rutin jogging dapat hidup 6,2 tahun lebih lama, sementara wanita berpotensi mendapatkan tambahan usia hingga 5,6 tahun.

    “Hasil penelitian kami memungkinkan kami untuk menjawab pertanyaan pasti tentang apakah jogging baik untuk kesehatan Anda. Kami dapat mengatakan dengan yakin bahwa jogging secara teratur meningkatkan umur. Kabar baiknya adalah Anda sebenarnya tidak perlu melakukan banyak hal untuk mendapatkan manfaatnya,” kata kepala kardiolog dari Copenhagen City Heart Study, Schnohr, dikutip dari Times of India.

    Perdebatan mengenai jogging terhadap kesehatan pertama kali muncul pada tahun 1970-an, saat pria paruh baya mulai tertarik pada aktivitas ini.

    “Setelah beberapa pria meninggal saat berlari, berbagai surat kabar menyatakan bahwa joging mungkin terlalu berat bagi orang paruh baya pada umumnya,” kenang Schnohr.

    Studi jangka panjang dilakukan sejak tahun 1976, itu meninjau data lebih dari 20.000 pria dan wanita berusia 20 hingga 93 tahun. Untuk sub-studi jogging, para peneliti membandingkan tingkat mortalitas antara 1.116 pelari pria dan 762 pelari wanita dengan non-pelari.

    Partisipan diminta untuk menjawab pertanyaan terkait jumlah waktu yang dihabiskan untuk jogging setiap minggu dan menilai persepsi mereka tentang kecepatan.

    “Dengan rentang usa peserta yang begitu luas, kami merasa bahwa skala intensitas subjektif adalah pendekatan yang paling tepat,: kata Schnohr.

    Data pertama dikumpulkan mulai tahun 1976-1978, daa kedua dari tahun 1981-1983, data ketiga dari tahun 1991-1994, dan data keempat dari tahun 2001-2003. Partisipan dilacak menggunakan nomor ID unik.

    Apa Hasilnya?

    Peneliti menemukan ada sebanyak 10.158 kematian di antara mereka yang tidak jogging dan 122 kematian di antara mereka yang jogging dalam periode tindak lanjut maksimal 35 tahun. Para peneliti menemukan, risiko kematian berkurang sebesar 44 persen bagi pelari pria dan pelari wanita.

    Data lebih lanjut menunjukkan bahwa jogging menambah 6,2 tahun harapan hidup pada pria dan 5,6 tahun pada wanita. Hasil terbaiknya terlihat pada orang yang jogging selama 1-2 setengah jam setiap minggu, yang dibagi dalam 2-3 sesi, terutama dengan kecepatan lambat atau sedang.

    “Anda harus berusaha untuk merasa sedikit sesak napas, tapi tidak terlalu sesak napas,” tambahnya.

    Jogging dapat meningkatkan penyerapan oksigen, meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki profil lipid, menurunkan tekanan darah, hingga meningkatkan fungsi jantung dan kekebalan tubuh.

    “Peningkatan kesejahteraan psikologis ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa orang-orang memiliki lebih banyak interaksi sosial saat jogging,” kata Schnohr.

    (elk/suc)

  • Wanti-wanti Kemenkes soal COVID-19 Varian ‘Stratus’ yang Mewabah di RI

    Wanti-wanti Kemenkes soal COVID-19 Varian ‘Stratus’ yang Mewabah di RI

    Jakarta

    Melalui laporan sistem surveilans penyakit pernapasan di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI melaporkan adanya varian baru COVID-19 di Indonesia yakni XFG atau dikenal Stratus.

    Berdasarkan data terbaru, varian XFG mencatat dominasi sebesar 75 persen pada Mei, dan meningkat menjadi 100 persen pada Juni 2025. Sementara itu, varian XEN menyumbang 25 persen pada Mei.

    Meski demikian, Kemenkes menyebutkan varian dominan COVID-19 yang merebak di Indonesia tergolong dalam kategori risiko rendah (low risk). Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun tetap menjaga protokol kesehatan, terutama bagi kelompok rentan.

    “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal Spread di mana per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara, paling banyak dari Eropa dan Asia per Juni 2025,” demikian laporan Kemenkes, dikutip Senin (28/7/2025).

    Di sisi lain, Kemenkes juga melaporkan dominansi global varian turunan dari LF.7.9 juga telah terpantau di 41 negara, dengan sebaran utama di kawasan Amerika dan Asia.

    Subvarian LF.7.9.1 dan LP.7 memiliki karakteristik yang serupa dengan varian JN.1, yang hingga kini masih dikategorikan sebagai Variants of Interest (VoI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak pertama kali ditetapkan pada Desember 2023.

    “JN.1 masih menjadi Variants of Interest (VoI) sejak ditetapkan pada Desember 2023. Berdasarkan penilaian risiko, JN.1 merupakan varian yang berisiko rendah (low) di tingkat global,” tutur Kemenkes.

    “Tidak ada indikasi subvarian ini lebih menular atau menyebabkan keparahan dibandingkan subvarian sebelumnya, namun perlu kewaspadaan bagi para lansia dan/atau orang yang memiliki komorbid,” lanjutnya.

    Imbauan Kemenkes RI

    Sebagai kewaspadaan, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk menerapkan sejumlah hal berikut.

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain.Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi masyarakat jika jika berada di kerumunan atau sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.Bagi pelaku perjalanan jika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/bandar udara/PLBN (Pos Lintas Batas Negara) setempat.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kemenkes Ungkap Data Tren COVID-19 Dirawat di RS-ICU, Kasus Terbanyak di Usia Ini

    Kemenkes Ungkap Data Tren COVID-19 Dirawat di RS-ICU, Kasus Terbanyak di Usia Ini

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI melaporkan tren pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit relatif stabil. Meski begitu, kondisi ini bersifat sementara dan bisa berubah di kemudian hari, sehingga masyarakat tetap perlu waspada.

    Berdasarkan data dari 35 rumah sakit sentinel SARI pada minggu ke-29 tahun 2025, terdapat penurunan pasien yang dirawat inap. Nihil penambahan kasus COVID-19 rawat inap dalam dua pekan terakhir.

    Meski begitu, kelompok usia balita yakni 0-4 tahun dan lansia 59 tahun ke atas, menjadi kasus COVID-19 yang paling sering ditemukan di pekan terakhir minggu ke-27 tahun 2025.

    Sementara secara umum, jumlah kasus COVID-19 yang dirawat di ICU cenderung stabil pada 2025.

    “Bahkan, nihil kasus COVID-19 baru yang dirawat ICU selama 2 bulan terakhir,” demikian laporan Kemenkes RI dalam ringkasan kasus terbaru, dikutip Senin (28/7/2025).

    Sebagai kewaspadaan, masyarakat diimbau untuk terus melakukan pencegahan demi menghindari kemungkinan terpapar, seperti berikut:

    Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehatMenerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lainCuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan
    hand sanitizerMenggunakan masker bagi masyarakat jika jika berada di kerumunan atau sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demamSegera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risikoBagi pelaku perjalanan jika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/ bandar udara/ PLBN (Pos Lintas Batas Negara) setempat.

    (naf/up)

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Jakarta

    Varian baru COVID-19 ‘Stratus’ atau XFG belakangan disorot setelah terdeteksi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui hasil surveilans penyakit pernapasan yang mencakup influenza, COVID-19, dan penyakit pernapasan lainnya.

    Surveilans ini dilakukan secara rutin melalui fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi sentinel, yakni 39 puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan di pintu masuk negara.

    Laporan tersebut mengatakan varian baru COVID XFG atau ‘Stratus’ kini menjadi varian paling dominan di Indonesia.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar Varian Baru COVID Stratus

    Dikutip dari Health Site, kelompok yang paling berisiko terinfeksi varian baru COVID-19, termasuk Stratus adalah mereka yang termasuk dalam kategori rentan, seperti anak-anak, lansia, serta individu dengan penyakit penyerta (komorbid) atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Para ahli menjelaskan menurunnya kekebalan tubuh menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penyebaran varian ini semakin meluas. Efektivitas vaksin booster juga disebut menurun seiring waktu, sementara infeksi alami yang dulu memberikan kekebalan kini mulai jarang terjadi.

    Kondisi ini membuat semakin banyak orang kembali rentan terhadap infeksi COVID-19, termasuk terhadap varian baru seperti Stratus. Para ahli memperingatkan ancaman ini bisa menjadi pemicu gelombang baru infeksi, terutama di kalangan masyarakat yang belum mendapatkan vaksin booster atau memiliki daya tahan tubuh rendah.

    dr Kaywaan Khan, dokter umum di Harley Street dan pendiri Hannah London Clinic juga memperingatkan orang-orang dari semua kelompok usia dan jenis kelamin mungkin rentan jika varian tersebut terus menyebar tanpa terkendali.

    “Tidak seperti varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike, yang dapat membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya,” kata dr Khan, dikutip dari Financial Express.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya