Category: Detik.com Kesehatan

  • Kisah Munira Abdulla Bangkit dari Koma 27 Tahun, Keajaiban Medis di Dunia Nyata

    Kisah Munira Abdulla Bangkit dari Koma 27 Tahun, Keajaiban Medis di Dunia Nyata

    Jakarta

    Seorang wanita di Uni Emirat Arab (UEA), Munira Abdulla mengalami koma setelah kecelakaan lalu lintas. Dia baru sadar setelah ‘tertidur’ selama 27 tahun.

    Dikutip dari laman BBC, Munira mengalami cedera otak parah setelah mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan bus. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1991.

    Anaknya yang bernama Omar Webair saat itu baru berusia empat tahun. Dia yang duduk di kursi belakang bersama ibunya hanya menderita memar di kepala.

    “Ibu saya duduk bersama saya di kursi belakang. Ketika ia melihat tabrakan itu akan terjadi, ia memeluk saya untuk melindungi saya dari benturan,” kata Omar

    Setelah kecelakaan tersebut, Munira yang mengalami luka serius tidak mendapat perawatan selama berjam-jam. Dia dibawa ke rumah sakit dan dipindahkan ke London. Di sana Munira dinyatakan tidak responsif, tapi bisa merasakan sakit.

    Dia kemudian dikembalikan ke kota Al Ain d UEA yang berbatasan dengan Oman, tempatnya tinggal. Dia dipindahkan ke berbagai fasilitas medis, sesuai dengan persyaratan asuransi.

    Selama beberapa tahun, Munira diberi makan melalui selang. Dia menjalani fisioterapi untuk memastikan otot-ototnya tidak melemah karena kurangnya gerakan.

    Pada tahun 2017, Munira dipindahkan ke Jerman. Dia menjalani sejumlah operasi untuk memperbaiki otot lengan dan kakinya. Dia juga diberi obat untuk memperbaiki kondisinya.

    Bangun dari Koma

    Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2018, Omar terlibat pertengkaran di rumah sakit karena kesalahpahaman. Tak lama kemudian, ibunya terbangun dari koma.

    “Terjadi kesalahpahaman di kamar rumah sakit dan dia merasa saya dalam bahaya, yang membuatnya terkejut,” kata Omar.

    “Dia mengeluarkan suara-suara aneh dan saya terus memanggil dokter untuk memeriksanya, mereka mengatakan semuanya normal.

    Tiga hari kemudian, Omar terbangun karena Munira memanggil namanya. Nama Omar adalah yang pertama kali diucapkan setelah dirinya koma bertahun-tahun.

    “Itu dia! Dia memanggil namaku, aku melayang kegirangan; selama bertahun-tahun aku memimpikan momen ini, dan namaku adalah kata pertama yang diucapkannya,” kata Omar.

    Munira kemudian menjadi lebih responsif dan bisa merasakan sakit dan melakukan beberapa percakapan. Dia kembali ke Abu Dhabi untuk menjalani fisioterapi dan rehabilitasi lebih lanjut, terutama untuk memperbaiki postur tubuhnya saat duduk dan mencegah otot berkontraksi.

    (elk/kna)

  • Menkes Wacanakan ‘Task Shifting’ Atasi Kekurangan Dokter Gigi

    Menkes Wacanakan ‘Task Shifting’ Atasi Kekurangan Dokter Gigi

    Jakarta

    Temuan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di 72 Sekolah Rakyat mengungkap 49 persen pelajar punya masalah gigi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti kurangnya tenaga dokter gigi.

    “Kita baru sadar, puskesmas kita yang 10 ribu itu bukan hanya kekurangan 400-an dokter. Tapi kekurangan 4 ribu dokter gigi,” kata Menkes dalam launching CKG Anak Sekolah secara daring, Kamis (31/7/2025).

    Menurut Menkes, kondisi kekurangan dokter gigi di seluruh Indonesia saat ini tak kalah serius dibanding kekurangan dokter. Karenanya, ia mendorong akselerasi produksi dokter gigi untuk mengatasinya.

    “Dan juga untuk beberapa layanan yang memang dokter giginya tidak ada, kita harus terbuka untuk melakukan ‘task shifting’. Terutama seperti membersihkan karies, dan segala macam, itu ada nggak tugas yang bisa dilakukan digeser ke tenaga kesehatan lain yang ada di puskesmas, seperti dokter sementara dokter giginya belum ada,” terangnya.

    Selain masalah gigi, temuan lain dalam CKG yang telah menjangkau lebih dari 7 ribu pelajar tersebut juga mengungkap tingginya masalah kebugaran. Masalah ini menempati urutan kedua paling banyak setelah masalah gigi.

    “33 persen itu tingkat kebugaran kurang. Anak-anak kita itu kurang olahraga,” jelasnya.

    Masalah berikutnya adalah anemia, yang dialami oleh 26,6 persen pelajar dalam CKG yang telah terlaksana. CKG anak sekolah mulai Senin (4/7) akan diperluas ke seluruh sekolah di Indonesia.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Cek Kesehatan Gratis untuk Semua Sekolah, Dimulai dari Sekolah Rakyat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

    Cek Kesehatan Anak Sekolah

    8 Konten

    Pemerintah telah melakukan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di 72 Sekolah Rakyat, dengan lebih dari 7.000 anak yang telah diperiksa. Mulai pekan depan, Senin (4/8/2025), pemeriksaan akan dilakukan secara serentak untuk seluruh anak usia sekolah.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Menkes Sebut 33 Persen Pelajar Kurang Bugar, Harus Banyak Olahraga!

    Menkes Sebut 33 Persen Pelajar Kurang Bugar, Harus Banyak Olahraga!

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menemukan banyak anak yang kurang bugar pada program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Sekolah Rakyat di pertengahan Juli 2025. Kebugaran menjadi persoalan kesehatan terbesar kedua yang dialami siswa setelah masalah kesehatan gigi.

    “33 persen itu tingkat kebugaran kurang. Anak-anak kita itu kurang olahraga,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara daring terkait kick-off CKG Sekolah pada Kamis (31/7/2025).

    Terkait tingkat kebugaran yang rendah, Menkes mengatakan akan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI. Belum lama ini, Kemendikdasmen meluncurkan Senam Anak Indonesia Hebat.

    Selain itu, hasil CKG di sekolah rakyat juga mengungkap temuan 49 persen siswa mengalami masalah gigi, yang menjadi masalah terbanyak. Di urutan ketiga, ada anemia yang dialami 26,6 persen siswa.

    Kesehatan jiwa juga menjadi fokus dalam CKG anak sekolah. Menkes mengatakan, kesehatan jiwa rentan dialami anak sekolah.

    “Cek kesehatan gratis di sekolah ini juga memperkenalkan cek kesehatan jiwa. Karena banyak selama ini kita tidak bisa mengidentifikasi kalau ada masalah kejiwaan di anak-anak kita,” kata Menkes.

    Dikatakan Menkes, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental pada anak-anak. Mulai dari penggunaan gadget yang berlebihan hingga mengakses media sosial.

    “Kita melihat bahwa cukup banyak yang juga mengalami kecemasan, depresi, mungkin kebanyakan liat gadget, jadi baca sosial media segala macam, nah itu yang sekarang kita mulai ukur,” tambah Menkes.

    Sebagai informasi, program CKG umum pertama kali diluncurkan pada Februari 2025. Sejak saat itu, program CKG sudah menjangkau sekitar 16,4 juta orang, dengan rata-rata 280-300 ribu orang tiap hari. Pemerintah akan menjalankan program cek kesehatan gratis secara serentak untuk seluruh anak Indonesia mulai pekan depan, 4 Agustus 2025, bertepatan dengan tahun ajaran baru.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Siap-siap! Cek Kesehatan Gratis Sekolah Mulai Digelar 4 Agustus”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/up)

    Cek Kesehatan Anak Sekolah

    8 Konten

    Pemerintah telah melakukan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di 72 Sekolah Rakyat, dengan lebih dari 7.000 anak yang telah diperiksa. Mulai pekan depan, Senin (4/8/2025), pemeriksaan akan dilakukan secara serentak untuk seluruh anak usia sekolah.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kondisi Mengenaskan Bayi Malnutrisi di Gaza, Lengannya Cuma Sebesar Ibu Jari

    Kondisi Mengenaskan Bayi Malnutrisi di Gaza, Lengannya Cuma Sebesar Ibu Jari

    Jakarta

    Warga di Gaza dilanda kelaparan parah yang menyebabkan banyak anak mengalami malnutrisi. Banyak anak yang tubuhnya mulai melemah karena tidak bisa makan.

    “Dia selalu lesu, berbaring seperti ini. Anda tidak akan melihat responsnya,” kata Zeina Radwan, ibu dari bayi bernama Maria Suhaib Radwan yang berusia 10 bulan, dikutip dari Reuters.

    Zeina mengatakan ia tidak dapat menemukan susu atau makanan yang cukup untuk bayinya. Bahkan, ia tidak bisa menyusui karena kekurangan gizi dan hanya bertahan hidup dengan satu kali makan dalam sehari.

    “Anak-anak saya dan saya tidak dapat hidup tanpa nutrisi,” sambungnya.

    Reuters melaporkan kondisi di Kompleks Medis Nasser selama lima hari, satu dari hanya empat pusat yang tersisa di Gaza yang mampu merawat anak-anak yang sangat kelaparan. Selama berada di sana, 53 kasus anak-anak dengan gizi buruk akut dirawat, menurut kepala bangsal.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 154 orang, termasuk 89 anak-anak, meninggal dunia akibat malnutrisi, jumlah tertinggi terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Sebuah lembaga pemantau kelaparan global mengatakan pada hari Selasa bahwa skenario kelaparan sedang terjadi.

    “Kami membutuhkan susu untuk bayi, membutuhkan pasokan medis, membutuhkan makanan, dan makanan khusus untuk departemen gizi,” kata Dr Ahmed al-Farra, kepala departemen pediatrik dan maternitas di Kompleks Medis Nasser.

    Para pejabat Israel mengatakan banyak dari mereka yang meninggal akibat malnutrisi di Gaza menderita penyakit bawaan. Para ahli mengatakan hal ini lazim terjadi pada tahap awal krisis kelaparan.

    “Anak-anak dengan kondisi bawaan lebih rentan. Mereka terdampak lebih awal,” kata Marko Kerac, profesor klinis di London School of Hygiene and Tropical Medicine, yang membantu menyusun pedoman pengobatan WHO untuk malnutrisi akut berat.

    Dr Farra mengatakan rumah sakitnya kini menangani anak-anak malnutrisi tanpa masalah kesehatan sebelumnya. Seperti yang dialami bayi Wateen Abu Amounah, yang lahir sehat hampir tiga bulan lalu dan kini beratnya 100 gram lebih ringan daripada berat badannya saat lahir.

    “Selama tiga bulan terakhir, berat badannya tidak naik satu gram pun. Sebaliknya, berat badan anak itu justru menurun,” beber Dr Farra.

    “Ada kehilangan total otot. Hanya kulit di atas tulang, yang merupakan indikasi bahwa anak tersebut telah memasuki fase malnutrisi berat. Bahkan wajah anak itu, ia telah kehilangan jaringan lemak di pipinya,” sambungnya.

    Ibu bayi itu, Yasmin Abu Sultan, menunjuk ke arah anggota tubuh bayi itu. Terlihat lengannya hanya selebar ibu jari ibunya.

    “Kau lihat? Ini kakinya… Lihat lengannya,” keluhnya.

    Ibu dari Wateen mengatakan ia mencoba memasukkan putrinya ke rumah sakit bulan lalu, tetapi pusat kesehatan itu penuh. Setelah 10 hari tanpa susu dan hampir tidak ada makanan sehari untuk seluruh keluarga, dan kondisi anaknya semakin memburuk.

    Banyak juga bayi yang kondisinya seperti Wateen mengalami demam dan diare berulang, penyakit yang lebih rentan dialami anak-anak yang kekurangan gizi dan membuat kondisi mereka semakin berbahaya.

    “Jika dia terus seperti ini, aku akan kehilangan dia,” lanjutnya.

    Kini, Wateen masih dirawat di rumah sakit. Ibunya dianjurkan memberikannya susu formula sedikit demi sedikit dari botol.

    “Efek samping dari kekurangan gizi parah, yang berlawanan dengan intuisi, adalah hilangnya nafsu makan,” jelas dokter kepada Reuters.

    Naasnya, salah satu bayi berusia lima bulan bernama Zainab Abu Haleeb tidak bisa bertahan di tengah kelaparan. Ia rentan terhadap infeksi karena malnutrisi yang parah dan meninggal akibat sepsis.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Geger Sound Horeg, Segini Batas Desibel Suara yang Aman Bagi Manusia

    Geger Sound Horeg, Segini Batas Desibel Suara yang Aman Bagi Manusia

    Jakarta

    Sound horeg ramai diperbincangkan setelah mendapatkan fatwa haram dengan catatan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Keputusan ini di ambil salah satunya mempertimbangkan kesehatan masyarakat.

    Sound horeg sendiri merujuk kepada penggunaan pengeras suara bervolume tinggi. Pengeras suara ini biasanya marak dijumpai di acara hajatan, konvoi, atau hiburan rakyat.

    Kebisingan ekstrem dari sound horeg dapat membahayakan kesehatan pendengaran. Bahkan, bagian dalam telinga dapat mengalami kerusakan permanen.

    Tingkat suara yang dihasilkan sound horeg bisa mencapai 120-135 desibel (dB). Sementara batas aman suara jauh di bawah itu.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa ambang batas aman paparan suara adalah 85 dB selama maksimal 8 jam per hari. Paparan suara di atas 100 dB digambarkan sebagai suara yang sangat keras dan berpotensi membahayakan.

    120 dB adalah tingkat desibel yang menggambarkan suara sangat keras. Faktanya, pada grafik desibel, 120 dB menandai batas suara yang menyakitkan dan sangat berbahaya bagi telinga manusia. Ini seperti mendengarkan sirine dan batas aman berada di dekatnya hanya 12 detik.

    “Bahkan paparan satu kali terhadap suara yang sangat keras dapat merusak sel-sel telinga bagian dalam dan menyebabkan kehilangan pendengaran,” tulis WHO.

    Di samping efek ke pendengaran, Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, dr Gina Noor Djalilah SpAMM menegaskan paparan bising kronis bisa memicu lonjakan hormon stres, dan dalam jangka panjang berdampak ke kondisi fisik maupun mental.

    Kondisi ini juga berdampak pada penurunan konsentrasi dan produktivitas, terutama anak-anak dan remaja. Bahkan tak sedikit mengeluh sakit kepala atau kesulitan berkomunikasi akibat lingkungan yang terlalu bising.

    “Jika muncul gejala seperti telinga berdenging, nyeri, atau penurunan kemampuan mendengar setelah terpapar suara keras, sebaiknya segera periksa ke dokter THT. Jangan tunggu sampai terlambat,” ujar dr Gina.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • BPOM Ungkap Dugaan Penyebab Siswa Keracunan MBG di Kupang

    BPOM Ungkap Dugaan Penyebab Siswa Keracunan MBG di Kupang

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Taruna Ikrar mengatakan pihaknya sudah mengantongi hasil sampel menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

    “Tim kami Balai Besar BPOM di Kupang mengawal itu dan hasil output-nya di Kupang, penyebabnya itu, salah satu faktor yang kami lihat dia menyiapkan barang (makanan) itu mungkin sudah kelewat jadi terjadi semacam basi,” kata Ikrar saat ditemui di kantor BPOM RI, Jakarta Pusat, Kamis (31/7/2025).

    “Mengenai apa faktor-faktornya dan sebagainya, semua hasil lab-nya sudah kami kirim ke BGN. Saya kira dalam waktu dekat, BGN, BPOM, dan Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) akan mengumumkan,” sambungnya.

    Ikrar menambahkan pihaknya melalui Balai Besar POM di daerah-daerah akan terus meningkatkan pengawasan dalam mengolah makanan yang nantinya akan diberikan kepada para siswa.

    “Untuk MBG ini tupoksi kami food security. Menjamin bahwa makanan yang dimakan rakyat kita itu aman,” katanya.

    Sebelumnya, pada Selasa (22/7) lalu, ratusan anak sekolah SMPN 8 Kota Kupang mengalami muntah-muntah, nyeri perut yang hebat dan lemas. Mereka diduga kesakitan usai mengonsumsi MBG di sekolahnya pada Senin (21/7) pagi.

    Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang, NTT, memastikan penanganan medis yang optimal bagi 140-an siswa SMPN 8 Kupang yang mengalami gangguan kesehatan karena diduga keracunan makanan Program MBG.

    (dpy/up)

  • Bumbu RI Kena Warning Kanker ‘Prop 65’ di AS, Ini Wanti-wanti BPOM ke Produsen

    Bumbu RI Kena Warning Kanker ‘Prop 65’ di AS, Ini Wanti-wanti BPOM ke Produsen

    Jakarta

    Salah satu merek bumbu instan Indonesia dilabeli potensi bahaya kanker ‘Prop 65’ di California, Amerika Serikat. Tentunya ini membuat masyarakat was-was dalam mengonsumsi bumbu tersebut.

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Taruna Ikrar mengatakan pihaknya siap membantu produsen terkait penjelasan kepada publik hingga reformulasi produk.

    “Kemarin ada dari brand A bermasalah di Australia karena mengandung bahan yang bisa membuat alergi. Sebagai produk dalam negeri yang sudah diekspor, kami ingin menjaga mereka. BPOM memberikan perlindungan dengan memberikan keterangan ‘barang ini mengandung zat yang bisa membuat alergi’,” kata Ikrar saat ditemui di kantor BPOM RI, Jakarta Pusat, Kamis (31/7/2025).

    “Nah sama seharusnya yang di California kalau memang produknya bermasalah, sampaikan ke kami agar kami bisa bantu klarifikasi. Bisa saja reformulasi karena tergantung negara tujuan. Kalau negara tujuan ingin reformulasi supaya barang bisa masuk, silakan, agar bisnis tetap jalan kan,” sambungnya.

    Sampai kini, Ikrar menegaskan produsen dari bumbu instan yang viral tersebut belum membuka komunikasi ke BPOM RI. Dirinya berharap komunikasi ini bisa segera terjalin, agar bisa mengurangi ketakutan publik.

    Terkait ‘Proposition 65’, Ikrar mengatakan bahwa ini merupakan aturan saklek yang dimiliki oleh California.

    “Semua produk yang punya peluang menimbulkan penyakit itu di California ditetapkan, tapi bukan berarti itu memastikan bisa sakit kanker,” kata Ikrar.

    “Jadi kesimpulannya, kalau ada tanda ‘Prop 65’ itu hal yang normal, bukan berarti produk itu berbahaya. Tapi yang jelas bukan hanya produk dari Indonesia, produk dari negara lain juga sama,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Kemenkes Buka Data, 1 dari 10 Anak Sekolah Pernah Coba Bunuh Diri

    Kemenkes Buka Data, 1 dari 10 Anak Sekolah Pernah Coba Bunuh Diri

    Jakarta

    CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Layanan konsultasi kesehatan jiwa juga disediakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) di laman resminya yaitu www.pdskji.org. Melalui laman organisasi profesi tersebut disediakan pemeriksaan secara mandiri untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang.

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyoroti kondisi kesehatan anak-anak usia sekolah di Indonesia, terutama terkait kesehatan mental. Temuan ini didapat dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah dilakukan di 72 Sekolah Rakyat berasrama di bawah naungan Kementerian Sosial. Hingga saat ini, lebih dari 7.000 anak telah diperiksa.

    Berdasarkan hasil CKG, Menkes menyebut banyak anak sekolah mengalami gangguan kecemasan hingga depresi, atau menurut data sekitar 2 persen atau 1 dari 50 anak usia 15-24 tahun mengalami depresi.

    “Karena banyak selama ini tidak bisa mengidentifikasi kalau ada masalah kejiwaan masalah kesehatan jiwa di anak-anak kita,” ujarnya dalam konferensi pers terkait Kick off Cek Kesehatan Gratis Sekolah, Kamis (31/7/2025).

    Menkes mengatakan, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya masalah kesehatan mental pada anak-anak adalah penggunaan gawai (gadget) yang berlebihan, yang dapat meningkatkan risiko kecemasan.

    Temuan lain yang mengkhawatirkan, 1 dari 10 peserta didik usia 13-17 tahun dilaporkan pernah melakukan percobaan bunuh diri lebih dari satu kali dalam 12 bulan terakhir sebelum survei dilakukan.

    Karena itu, Menkes berharap pemeriksaan kesehatan jiwa bisa menjadi langkah preventif untuk mencegah masalah yang lebih serius di masa depan.

    “Ternyata cukup banyak yang mengalami kecemasan, depresi, mungkin karena melihat gadget, sosial media, dan segala macam, nah itu kita mulai ukur,” lanjutnya lagi.

    (suc/kna)

  • Video: Siap-siap! Cek Kesehatan Gratis Sekolah Mulai Digelar 4 Agustus

    Video: Siap-siap! Cek Kesehatan Gratis Sekolah Mulai Digelar 4 Agustus

    Video: Siap-siap! Cek Kesehatan Gratis Sekolah Mulai Digelar 4 Agustus

  • Viral ‘Thomas Alfa Edisound’, Apa Efeknya Jika Terlalu Banyak Dengar Suara Keras?

    Viral ‘Thomas Alfa Edisound’, Apa Efeknya Jika Terlalu Banyak Dengar Suara Keras?

    Jakarta

    Nama ‘Thomas Alfa Edisound’ mendadak viral di media sosial. Dia adalah seorang teknisi sound horeg di Jawa Timur yang bernama asli Ahmad Abdul Azis atau biasa disapa Memed.

    Dia mengatakan sudah bergabung dengan sound horeg sejak 2019. Ia bergabung dengan Brewog Audio sampai dengan saat ini dan bertugas sebagai salah satu teknisi di Brewog Audio.

    Terlepas dari hal tersebut, tidak sedikit warganet yang menyoroti gangguan kesehatan yang bisa dialami Azis karena terpapar suara keras dari sound horeg dalam waktu lama.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa ambang batas aman paparan suara adalah 85 dB selama maksimal 8 jam per hari. Saat intensitas suara meningkat menjadi 100 dB, dengan sound horeg berada di kisaran 120-150dB, telinga manusia hanya dapat mentoleransi selama sekitar 15 menit sebelum terjadi risiko kerusakan pendengaran permanen.

    “Apakah itu berisiko untuk merusak pendengaran? Ya, artinya pendengaran kita itu kalahnya itu dengan suara yang keras dan lama,” ujar dokter THT dr Ashari Budi, SpTHTBKL dalam temu media, Selasa (29/7/2025).

    Senada, Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, dr Gina Noor Djalilah SpAMM mengatakan paparan suara keras seperti sound horeg dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel rambut halus di koklea. Atau bagian dalam telinga yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak.

    Selain kehilangan pendengaran, dampak lainnya dari sound horeg ialah tinnitus, yakni dengingan terus-menerus di telinga, hiperakusis (sensitivitas berlebih terhadap suara) hingga merusak sistem keseimbangan tubuh yang dikendalikan oleh telinga. Memicu pusing hingga vertigo.

    “Kerusakan ini bersifat irreversibel karena sel-sel tersebut tidak dapat tumbuh kembali. Awalnya mungkin hanya terasa sulit mendengar percakapan di tengah keramaian. Namun jika terus terpapar, bisa berujung pada ketulian,” jelas dr Gina.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Peserta Sound Horeg di Pati Jatuh Terpental Kena Kabel Listrik”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)