Category: Detik.com Kesehatan

  • BPOM Perkuat Komitmen Evidence-Based Policy Lewat Forum Diseminasi Nasional

    BPOM Perkuat Komitmen Evidence-Based Policy Lewat Forum Diseminasi Nasional

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Taruna Ikrar terus mendorong penguatan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) di bidang pengawasan obat dan makanan.

    Terbaru, BPOM menggelar Forum Diseminasi Hasil Analisis Kebijakan Obat dan Makanan. Kegiatan yang dihadiri secara hybrid oleh pimpinan unit kerja dan kepala unit pelaksana teknis (UPT) ini bertujuan mendiseminasikan dan meningkatkan pemanfaatan hasil analisis kebijakan tahun 2024.

    “Analisis kebijakan adalah fondasi utama terciptanya kebijakan yang berkualitas dan implementatif. Kebijakan yang baik bukan hanya dirancang, tetapi juga mampu memberi manfaat nyata dan optimal bagi masyarakat,” kata Taruna Ikrar di kantor BPOM RI, Jakarta Pusat, Kamis (31/7/2025).

    Dalam forum ini, terdapat 7 hasil analisis kebijakan tahun 2024 yang didiseminasikan dalam bentuk presentasi oral dan video. Sebanyak 4 kajian didiseminasikan secara presentasi oral, yaitu Analisis Efektivitas Implementasi Regionalisasi Laboratorium Tahun 2024, Analisis Data Kasus Keracunan Obat dan Makanan Tahun 2024, Evaluasi Implementasi Indonesia Risk Assessment Center (INARAC) for Food Safety, serta Evaluasi Implementasi Pedoman Sampling dan Pengujian Tahun 2024 dan Penyusunan Pedoman Sampling Obat dan Makanan Tahun 2025.

    Sedangkan kajian lainnya akan dipublikasikan dengan penayangan video di media sosial PUSAKOM dan e-kiosk yang terdapat di gedung-gedung di lingkungan BPOM, yaitu Pengukuran Indeks Kesadaran Masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang Aman dan Bermutu, Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2024, Pengukuran Indeks Kepatuhan (Compliance Index) Pelaku Usaha di Bidang Obat dan Makanan Tahun 2024, dan Pengukuran Indeks Kepuasan Pelaku Usaha (IKEPU) Terhadap Pemberian Bimbingan dan Pembinaan Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2024.

    “Kolaborasi lintas sektor dan mitra strategis dalam kerangka Academia-Business-Government (ABG) menjadi kunci untuk menghasilkan analisis kebijakan berkualitas dan bermanfaat nyata bagi BPOM serta masyarakat,” tutur Ikrar.

    Selain forum diseminasi, pada kesempatan ini dipamerkan poster tour yang menampilkan 10 karya terbaik dari lomba penyusunan briefing note yang diikuti oleh pejabat fungsional Analis Kebijakan (JFAK) di lingkungan BPOM Pusat.

    “Saya meminta agar forum ini bukan sekadar sarana penyampaian hasil analisis kebijakan, melainkan wadah komunikasi dua arah antara pelaksana dan penerima hasil analisis kebijakan,” kata Ikrar.

    Untuk diketahui, Forum Diseminasi (Fordis) Hasil Analisis Kebijakan Obat dan Makanan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan strategis Kepala BPOM pada 31 Juli-1 Agustus 2025. Rangkaian kegiatan tersebut yaitu Bedah Buku Karya Kepala BPOM, Launching Peta Jalan Pengendalian Resistensi Antimikroba (AMR), Fordis (31 Juli 2025), serta Monitoring dan Evaluasi Kinerja dan Anggaran BPOM Semester I 2025 (1 Agustus 2025).

    (dpy/up)

  • BPOM Perkuat Komitmen Evidence-Based Policy Lewat Forum Diseminasi Nasional

    BPOM Perkuat Komitmen Evidence-Based Policy Lewat Forum Diseminasi Nasional

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Taruna Ikrar terus mendorong penguatan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) di bidang pengawasan obat dan makanan.

    Terbaru, BPOM menggelar Forum Diseminasi Hasil Analisis Kebijakan Obat dan Makanan. Kegiatan yang dihadiri secara hybrid oleh pimpinan unit kerja dan kepala unit pelaksana teknis (UPT) ini bertujuan mendiseminasikan dan meningkatkan pemanfaatan hasil analisis kebijakan tahun 2024.

    “Analisis kebijakan adalah fondasi utama terciptanya kebijakan yang berkualitas dan implementatif. Kebijakan yang baik bukan hanya dirancang, tetapi juga mampu memberi manfaat nyata dan optimal bagi masyarakat,” kata Taruna Ikrar di kantor BPOM RI, Jakarta Pusat, Kamis (31/7/2025).

    Dalam forum ini, terdapat 7 hasil analisis kebijakan tahun 2024 yang didiseminasikan dalam bentuk presentasi oral dan video. Sebanyak 4 kajian didiseminasikan secara presentasi oral, yaitu Analisis Efektivitas Implementasi Regionalisasi Laboratorium Tahun 2024, Analisis Data Kasus Keracunan Obat dan Makanan Tahun 2024, Evaluasi Implementasi Indonesia Risk Assessment Center (INARAC) for Food Safety, serta Evaluasi Implementasi Pedoman Sampling dan Pengujian Tahun 2024 dan Penyusunan Pedoman Sampling Obat dan Makanan Tahun 2025.

    Sedangkan kajian lainnya akan dipublikasikan dengan penayangan video di media sosial PUSAKOM dan e-kiosk yang terdapat di gedung-gedung di lingkungan BPOM, yaitu Pengukuran Indeks Kesadaran Masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang Aman dan Bermutu, Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2024, Pengukuran Indeks Kepatuhan (Compliance Index) Pelaku Usaha di Bidang Obat dan Makanan Tahun 2024, dan Pengukuran Indeks Kepuasan Pelaku Usaha (IKEPU) Terhadap Pemberian Bimbingan dan Pembinaan Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2024.

    “Kolaborasi lintas sektor dan mitra strategis dalam kerangka Academia-Business-Government (ABG) menjadi kunci untuk menghasilkan analisis kebijakan berkualitas dan bermanfaat nyata bagi BPOM serta masyarakat,” tutur Ikrar.

    Selain forum diseminasi, pada kesempatan ini dipamerkan poster tour yang menampilkan 10 karya terbaik dari lomba penyusunan briefing note yang diikuti oleh pejabat fungsional Analis Kebijakan (JFAK) di lingkungan BPOM Pusat.

    “Saya meminta agar forum ini bukan sekadar sarana penyampaian hasil analisis kebijakan, melainkan wadah komunikasi dua arah antara pelaksana dan penerima hasil analisis kebijakan,” kata Ikrar.

    Untuk diketahui, Forum Diseminasi (Fordis) Hasil Analisis Kebijakan Obat dan Makanan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan strategis Kepala BPOM pada 31 Juli-1 Agustus 2025. Rangkaian kegiatan tersebut yaitu Bedah Buku Karya Kepala BPOM, Launching Peta Jalan Pengendalian Resistensi Antimikroba (AMR), Fordis (31 Juli 2025), serta Monitoring dan Evaluasi Kinerja dan Anggaran BPOM Semester I 2025 (1 Agustus 2025).

    (dpy/up)

  • 6 Bahan Terlarang di 34 Kosmetik yang Ditindak BPOM, Picu Ginjal Rusak-Kanker

    6 Bahan Terlarang di 34 Kosmetik yang Ditindak BPOM, Picu Ginjal Rusak-Kanker

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) kembali menindak tegas temuan 34 kosmetik yang terbukti mengandung bahan berbahaya serta tidak memiliki izin edar. Temuan ini merupakan hasil intensifikasi pengawasan rutin BPOM terhadap kosmetik di peredaran selama periode April hingga Juni (triwulan II) 2025.

    Sebagian besar temuan masih didominasi kosmetik yang diproduksi berdasarkan kontrak produksi, yaitu sebanyak 28 item. Sementara itu, 2 item temuan merupakan produk kosmetik lokal dan 4 item lainnya merupakan kosmetik impor.

    Adapun lima kandungan yang dipakai dalam kosmetik tersebut, bisa memicu gejala berikut:

    1. Merkuri

    Merkuri merupakan salah satu bahan yang paling sering ditemukan dalam produk kosmetik pemutih ilegal. Senyawa logam berat ini sangat berbahaya karena bisa menembus lapisan kulit dan masuk ke dalam aliran darah.

    Penggunaan merkuri dalam kosmetik dapat menyebabkan berbagai gangguan kulit sepert:

    iritasialergimunculnya bintik-bintik hitam permanen (ochronosis).

    Gejala sistemik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan (mual, muntah, diare) hingga kerusakan ginjal dapat terjadi karena akumulasi merkuri dalam tubuh. Merkuri juga bisa berdampak buruk pada sistem saraf dan bersifat racun kronis, terutama pada penggunaan jangka panjang.

    2. Asam Retinoat

    Asam retinoat adalah turunan dari vitamin A yang biasa digunakan untuk mengobati jerawat atau memperbaiki tekstur kulit. Namun, bahan ini hanya boleh digunakan dalam dosis terbatas dan dengan resep dokter. Jika digunakan secara sembarangan, asam retinoat dapat menyebabkan:

    kulit keringkemerahanrasa terbakar

    sensitivitas terhadap sinar matahari. Yang paling berbahaya, asam retinoat bersifat teratogenik, yakni dapat menyebabkan cacat pada janin jika digunakan oleh wanita hamil. Oleh karena itu, penggunaannya dalam kosmetik tanpa pengawasan medis sangat tidak dianjurkan.

    3. Hidrokuinon

    Hidrokuinon merupakan bahan yang kerap digunakan dalam produk pemutih kulit karena kemampuannya menghambat pembentukan melanin. Namun, penggunaannya yang tidak tepat bisa menyebabkan hiperpigmentasi paradoksikal, yaitu kulit menjadi lebih gelap, serta munculnya kondisi ochronosis yang menyebabkan wajah menghitam.

    Selain itu, hidrokuinon juga dapat menyebabkan perubahan warna pada kornea mata dan kuku, serta reaksi alergi dan iritasi. Oleh karena itu, BPOM RI telah melarang penggunaannya dalam kosmetik yang dijual bebas.

    4. Timbal (Lead)

    Timbal adalah logam berat yang sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh, meskipun dalam jumlah kecil. Dalam kosmetik, timbal bisa ditemukan di produk seperti lipstik atau eyeliner yang tidak terdaftar.

    Paparan timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta menurunkan kecerdasan (IQ) terutama pada anak-anak. Paparan jangka panjang juga meningkatkan risiko gangguan reproduksi dan penyakit kronis lainnya. BPOM dan banyak otoritas kesehatan dunia menyatakan timbal sebagai kontaminan berbahaya yang tidak boleh ada dalam kosmetik.

    5. Kuning Metanil (Methanyl Yellow)

    Kuning metanil merupakan pewarna sintetik yang dilarang dalam kosmetik maupun makanan karena bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Pewarna ini dapat menyebabkan kerusakan hati, gangguan pada sistem saraf pusat dan otak, serta efek toksik lainnya.

    Sayangnya, pewarna ini masih sering disalahgunakan pada kosmetik ilegal untuk memberikan warna yang mencolok dan menarik. Konsumen harus sangat berhati-hati terhadap produk yang tidak memiliki label jelas atau kemasan yang mencurigakan.

    6. Steroid

    Steroid seperti clobetasol propionate atau betamethasone sering disalahgunakan dalam krim pemutih wajah karena mampu memberikan efek instan: wajah tampak putih, mulus, dan bebas jerawat dalam waktu singkat. Namun, pemakaian jangka panjang tanpa kontrol medis sangat berbahaya.

    Efek sampingnya antara lain penipisan kulit (atrofi), munculnya jerawat steroid, biang keringat, perubahan warna kulit, pertumbuhan rambut berlebih (hipertrikosis), dan fotosensitivitas. Dalam jangka panjang, kulit juga menjadi sangat sensitif dan mudah mengalami iritasi atau infeksi.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Ribuan Kosmetik Ilegal Disita BPOM, Nilainya Lebih dari Rp 31,7 M”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Latihan Beban dan Ngegym Nggak Bikin Bodoh, Justru Tingkatkan Kecerdasan

    Latihan Beban dan Ngegym Nggak Bikin Bodoh, Justru Tingkatkan Kecerdasan

    Jakarta

    Viral sebuah konten yang menyebut latihan beban adalah olahraga paling bodoh. Hal ini memunculkan perdebatan terkait kecerdasan dan aktivitas fisik.

    Menurut penelitian, latihan beban tidak hanya baik untuk otot tetapi juga menawarkan manfaat kesehatan termasuk terkait dengan kesehatan otak. Rutin latihan beban bermanfaat dalam peningkatan dalam fungsi kognitif, termasuk peningkatan memori, pembelajaran yang lebih cepat, fungsi eksekutif yang lebih baik, dan pemikiran yang lebih jelas.

    Dalam penelitian yang dipublikasikan di British Journal of Sport Medicine, para ahli menyebut manfaat kognitif dari latihan beban sebagian besar disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke otak, yang pada gilirannya membantu menyehatkan sel-sel otak dan merangsang produksi faktor pertumbuhan. Bahan kimia ini membantu dalam pembuatan dan pemeliharaan koneksi saraf baru.

    Latihan mengangkat beban dan resistensi juga dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan, berkat pelepasan endorfin, sering dikenal sebagai hormon “merasa baik”. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kesehatan mental dan ketahanan, yang penting untuk fungsi otak dan kesejahteraan secara keseluruhan.

    Karena latihan beban menantang tubuh, itu juga merangsang otak, terutama dalam hal kontrol motorik dan koordinasi. Ini membantu menjaga dan meningkatkan efisiensi saraf bahkan pada orang dewasa yang lebih tua, menunjukkan bahwa latihan beban dapat bermanfaat di berbagai tahap kehidupan untuk menjaga kesehatan otak.

    (kna/kna)

  • 6 Bahan Terlarang di 34 Kosmetik yang Ditindak BPOM, Picu Ginjal Rusak-Kanker

    BPOM RI Tarik 34 Produk Kosmetik Berbahaya Picu Ginjal Rusak-Kanker, Ini Daftarnya

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) menemukan 34 produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dan/atau dilarang. Temuan ini merupakan hasil intensifikasi pengawasan rutin BPOM terhadap kosmetik di peredaran selama periode April-Juni (triwulan II) 2025.

    Sebagian besar temuan masih didominasi kosmetik yang diproduksi berdasarkan kontrak produksi, yaitu sebanyak 28 item. Sementara itu, 2 item temuan merupakan produk kosmetik lokal dan 4 item lainnya merupakan kosmetik impor.

    “BPOM telah menindak tegas temuan kosmetik yang terbukti mengandung bahan berbahaya dan/atau dilarang ini. BPOM telah mencabut izin edar serta melakukan penghentian sementara kegiatan (PSK), yang meliputi penghentian kegiatan produksi, peredaran, dan importasi,” tegas Kepala BPOM RI Taruna Ikrar dalam keterangan tertulis, Jumat (1/8/2025)

    “Selain itu, BPOM melalui 76 unit pelaksana teknis (UPT) di seluruh Indonesia telah melakukan penertiban ke fasilitas produksi dan peredaran kosmetik, termasuk retail,” sambungnya.

    Bahan-bahan Berbahaya yang Terkandung

    Dari hasil sampling dan pengujian, seluruh temuan tersebut positif mengandung bahan berbahaya dan/atau dilarang yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan bagi konsumen. Bahan dilarang dan/atau berbahaya yang ditemukan, yaitu merkuri, asam retinoat, hidrokuinon, timbal, pewarna kuning metanil, dan steroid.

    Bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat kandungan bahan berbahaya dan/atau dilarang dalam kosmetik sangat bervariasi, mulai dari efek ringan hingga berat. Merkuri dapat mengakibatkan terjadinya perubahan warna kulit berupa bintik-bintik hitam (ochronosis), reaksi alergi, iritasi kulit, sakit kepala, diare, muntah-muntah, bahkan kerusakan ginjal.

    Asam retinoat dapat mengakibatkan kulit kering, rasa terbakar, dan perubahan bentuk atau fungsi organ janin bagi wanita hamil (bersifat teratogenik).

    Kemudian bahaya dari kandungan hidrokuinon pada kosmetik yaitu dapat mengakibatkan hiperpigmentasi, ochronosis, serta perubahan warna kornea dan kuku. Timbal pada kosmetik dapat merusak fungsi organ dan sistem tubuh. Bahan pewarna yang dilarang (kuning metanil/methanyl yellow) dapat menyebabkan kanker (bersifat karsinogenik), kerusakan hati, dan kerusakan sistem saraf serta otak.

    Sementara steroid mengakibatkan terjadinya biang keringat, atrofi kulit, perubahan karakteristik kelainan kulit, hipertrikosis, fotosensitif, perubahan pigmen kulit, dermatitis kontak, dan reaksi alergi.

    Tidak hanya itu, BPOM juga melakukan penelusuran lebih lanjut terhadap kegiatan produksi dan peredaran kosmetik mengandung bahan berbahaya dan/atau dilarang, khususnya kosmetik yang diproduksi oleh pihak tidak berhak atau tidak memiliki kewenangan. Jika ditemukan adanya indikasi pidana, maka Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BPOM akan menindaklanjuti melalui proses pro-justitia.

    “Pelaku usaha yang memproduksi atau mengedarkan kosmetik yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, kemanfaatan, dan mutu, dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana ketentuan Pasal 435 jo. Pasal 138 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda paling banyak 5 miliar rupiah,” tutupnya.

    Simak Video “Video: BPOM Bicara Kasus Beras Oplosan, Sebut Belum Ada Laporan Keracunan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Gaduh Timothy Ronald Sebut Ngegym Hanya untuk Orang Bodoh, Dokter Buka Suara

    Gaduh Timothy Ronald Sebut Ngegym Hanya untuk Orang Bodoh, Dokter Buka Suara

    Jakarta

    Nama Timothy Ronald belakangan disorot pasca gaduh menganggap olahraga gym hanya diperuntukkan bagi kelompok orang bodoh alias tidak pintar. Pernyataan pria 24 tahun yang populer dengan panggilan ‘Raja Kripto Indonesia’ sontak memicu pro-kontra, termasuk di lingkup praktisi kebugaran.

    “Menurut gue, orang yang suka nge-gym, yang sampai jadi banget badannya, itu nggak mungkin sepinter itu,” beber Timothy, dalam salah satu podcast yang kemudian potongan videonya ramai diunggah ulang di berbagai platform media sosial.

    Spesialis olahraga dr Andhika Raspati, SpKO ikut buka suara. Ia menekankan anggapan viral tersebut jelas menyesatkan dan khawatir memicu masyarakat luas malah memilih tidak aktif berolahraga. Tidak ada satupun jenis olahraga yang disebutnya tidak melibatkan peran otak.

    Dalam kasus gym, setiap gerakan bahkan diperhitungkan untuk benar-benar menghasilkan efek yang maksimal.

    “Nggak ada olahraga untuk orang bodoh, nggak ada olahraga yang sama sekali nggak ada ilmunya, setiap olahraga itu ada ilmunya, even bahkan kita bicara dari segi olahraga gym saja,” beber dr Andhika saat dihubungi detikcom, Jumat (1/8/2025).

    “Gerakannya benar atau nggak, berapa beban yang harus diangkat, berapa repetisi-nya terus kapan kita ngebagi bagian-bagian tubuh, gerakan otot yang mana segala macam itu kan mikir semua,” lanjut dia.

    Tidak hanya itu, untuk memperbaiki postur dan bobot tubuh dengan aktivitas gym, yang juga meningkatkan massa otot, dibarengi dengan mengatur pola konsumsi ideal.

    “Ditambah juga misalnya setelah latihan dia mesti minum protein berapa banyak, makan protein berapa banyak, terpenuhi nggak dari makanan sehari-harinya dan segala macam itu kan mikir semua juga, jadi itu statement yang sangat ngaco,” sesalnya.

    Aktivitas gym sendiri bermanfaat bagi otak. Olahraga ini bisa memicu keseimbangan neurotransmitter otak, dopamin, ada endorfin. dr Andhika menyebut selama gym, siklus darah juga otomatis berjalan lebih lancar ke otak.

    “Iya pasti lah akan membuat otak menjadi lebih optimal fungsinya,” tegasnya.

    Menurut riset di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, aktivitas fisik termasuk gym dapat meningkatkan daya ingat dan mengurangi kecemasan atau depresi. Bahkan, bisa mengurangi penurunan kognitif, termasuk demensia.

    Sebuah studi menemukan bahwa penurunan kognitif hampir dua kali lebih umum terjadi pada orang dewasa yang tidak aktif dibandingkan dengan mereka yang aktif.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

    Ngegym Vs Kualitas Otak

    6 Konten

    Timothy Ronald mengaitkan aktivitas ngegym dengan kualitas kognitif yang buruk. Sontak argumen ini memantik kontroversi. Para pakar umumnya tidak sependapat.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Peneliti Temukan Vaksin untuk Semua Jenis Kanker, Bakal Diuji Coba ke Manusia

    Peneliti Temukan Vaksin untuk Semua Jenis Kanker, Bakal Diuji Coba ke Manusia

    Jakarta

    Peneliti saat ini tengah mengembangkan vaksin untuk semua jenis kanker dan akan segera diujicobakan ke manusia. Menurut studi pada hewan, vaksin kanker universal ini membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh melawan tumor dan memperkuat efek terapi kanker yang sudah ada.

    Mirip seperti vaksin untuk infeksi virus seperti flu, vaksin kanker dirancang untuk membantu sistem imun mengenali protein tertentu. Namun, sedikit berbeda dengan vaksin yang bertujuan mencegah penyakit, vaksin kanker ini dikembangkan untuk membersihkan sel-sel kanker yang sudah tumbuh dan mencegah kanker yang sudah diobati agar tidak kambuh.

    Vaksin kanker akan mengajarkan sel-sel kekebalan untuk mengenali ciri khas sel kanker.

    Meski begitu, ada tantangan besar yang dihadapi peneliti. Protein kanker yang menjadi target seringkali bervariasi pada tiap pasien. Ini berarti tiap vaksin kanker harus diformulasikan secara khusus.

    Walaupun vaksin ini bisa dibuat secara personal, ini akan memakan waktu panjang, dan kanker pasien mungkin akan mengalami mutasi lebih dulu.

    “Butuh waktu berbulan-bulan dari saat sampel pasien diambil hingga terapi personalnya tersedia,” kata peneliti sekaligus ahli onkologi anak di University of Florida Health, Dr Elias Sayour, dikutip dari Live Science, Jumat (1/8/2025).

    Dalam jurnal Nature Biomedical Engineering, vaksin eksperimental ini menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). mRNA berfungsi sebagai cetak biru yang digunakan sel untuk membuat protein baru.

    Eksperimen ini menunjukkan sinyal interferon tipe-I memainkan peran penting dalam mendukung efektivitas terapi kanker yang umum digunakan, yaitu immune checkpoint inhibitors. Terapi tersebut bekerja dengan mengaktifkan kembali sel imun agar dapat menyerang kanker.

    Namun, banyak jenis kanker mampu mematikan sinyal ini, sehingga menghambat respons imun yang seharusnya muncul.

    Vaksin mRNA eksperimental yang dikembangkan berfungsi sebagai ‘reset’ sistem kekebalan. Ia bekerja dengan cara membangkitkan kembali sinyal interferon dan memicu respons imun terhadap tumor.

    Ketika diuji bersama checkpoint inhibitor pada tikus dengan melanoma (sejenis kanker kulit) yang kebal terhadap pengobatan, kombinasi ini terbukti lebih efektif dibandingkan penggunaan checkpoint inhibitor saja. Bahkan, saat digunakan secara mandiri pada jenis kanker lain seperti glioma (kanker otak) dan osteosarkoma paru (kanker tulang yang menyebar ke paru), vaksin ini tetap menunjukkan efek anti-kanker yang menjanjikan.

    “Saya pribadi yakin ini bisa digunakan untuk semua jenis kanker. Saya percaya ini adalah paradigma universal yang bisa diterapkan untuk mengobati kanker,” kata Sayour.

    Penelitian lebih lanjut pada manusia akan dilakukan untuk melihat efektivitasnya. Menurut ahli, perlu dipastikan vaksin menghasilkan respons imun yang bermanfaat tanpa memicu peradangan yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

    Uji coba manusia tahap awal mulai dilakukan menggunakan strategi two-hit approach. Metode ini dilakukan dengan pemberian vaksin kanker yang siap pakai, lalu diikuti dengan vaksin kanker yang sudah dipersonalisasi.

    Diharapkan, cara ini bisa menghemat waktu pembuat vaksin personal pada pasien kanker. Uji coba ini dilakukan pada pasien yang memiliki dua jenis kanker kambuhan, glioma tingkat tinggi pada anak-anak atau osteosarkoma.

    “Pendekatan ini menghemat waktu berharga yang dibutuhkan untuk membuat vaksin personal dan bisa menghasilkan imunitas cepat yang kemudian dapat diperkuat oleh terapi personal,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 3

    (avk/kna)

  • Cerita Diet Pria Turun 57 Kg, Begini Triknya yang Bisa Ditiru

    Cerita Diet Pria Turun 57 Kg, Begini Triknya yang Bisa Ditiru

    Jakarta

    Seorang pria asal Jerman yang tinggal di Shanghai, China bernama Thomas Derksen (36) menceritakan pengalamannya sukses menurunkan 57 kg berat badan menjadi 83 kg dalam 5 tahun. Ia mengaku berhasil menurunkan berat badannya tanpa obat dan tanpa diet ketat.

    Ia mengalami masalah berat badan sejak sekolah dasar. Ia sempat mencoba beberapa kali diet ketat dan berhasil turun, tapi akhirnya berat badannya justru naik lagi dan semakin parah. Bobot terberatnya pernah mencapai 140 kg.

    Semasa sekolah, ia sering diejek oleh teman-temannya dan Derksen menyebut itu pengalaman yang menyakitkan. Bahkan ketika sudah dewasa, dirinya masih sering menerima komentar dan saran yang tidak diminta untuk menurunkan berat badan.

    Sampai pada tahun 2020 di masa pandemi, isolasi mandiri membuatnya lebih banyak merenung soal berat badan dan kesehatan. Ini juga didorong komplikasi medis yang ia alami akibat berat badan berlebih.

    “Aku mulai menurunkan berat badan saat COVID melanda. Aku tahu harus menurunkan berat badan dan bahwa gaya hidupku tidak sehat. Aku punya masalah hati berlemak, nyeri dada, dan sendi yang sakit,” katas Derksen dikutip dari SCMP, Jumat (1/8/2025).

    Semenjak itu, Derksen jadi sering jalan-jalan, berolahraga, hingga pergi ke gym. Ia melakukan latihan kekuatan tiga kali seminggu dan kardio dua kali seminggu.

    Derksen juga selalu memilih jalan kaki jika pergi ke tempat yang jaraknya kurang dari 5 km. Menurutnya, jalan kaki adalah aktivitas fisik terbaik.

    Alih-alih diet ketat, Derksen justru makan 3-4 kali sehari tapi dengan porsi yang lebih kecil. Ia pernah mencoba intermittent fasting, tapi memutuskan berhenti karena menurutnya terlalu berat. Derksen bahkan bisa makan bebas seperti kentang dan hamburger sesekali.

    “Aku tidak pernah berkata pada diriku, ‘Kamu tidak boleh makan ini atau itu’. Sebaliknya, aku bilang, ‘Kamu boleh makan apa pun, tapi 80 persen waktunya harus makan sehat’. Pergeseran itu membuatku merasa jadi pelaku aktif, bukan pasif,” katanya.

    Dulu, ia menganggap makanan sebagai hiburan dan harus enak. Derksen kini lebih sering memasak sendiri dengan bahan sehat dan sederhana.

    Derksen tidak mempertimbangkan obat GLP-1 karena ia menyadari bahwa pola makannya selama ini bukan disebabkan oleh rasa lapar, melainkan oleh faktor emosional seperti stres atau kebosanan. Baginya, menekan nafsu makan saja tidak cukup untuk mengatasi akar permasalahan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Apa Perlu Menyesuaikan Jenis Olahraga dengan Siklus Menstruasi?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)

  • Anak Sekolah yang Ketahuan Sakit saat CKG Bakal Dirujuk ke Puskesmas

    Anak Sekolah yang Ketahuan Sakit saat CKG Bakal Dirujuk ke Puskesmas

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal mengadakan program cek kesehatan gratis (CKG) khusus anak sekolah pada awal Agustus. Ini merupakan program lanjutan CKG untuk masyarakat umum yang sebelumnya sudah dimulai pada Februari 2025.

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes RI, dr Maria Endang Sumiwi, MPH menuturkan melalui program ini diharapkan masalah kesehatan pada anak-anak bisa dideteksi lebih dini. Jika dalam pemeriksaan ditemukan anak memiliki masalah kesehatan tertentu, ada dua tindak lanjut yang akan dilakukan oleh Kemenkes.

    Pertama adalah tindak lanjut secara individu. Jika ada anak yang mengalami kondisi medis tertentu, maka akan dirujuk ke puskesmas untuk tindakan lanjutan.

    “Secara individu, sesuai dengan hasil pemeriksaan kalau ditemukan masalah kesehatan itu akan dirujuk ke puskesmas untuk mendapatkan tatalaksananya atau kalau perlu obat akan diberikan pengobatan,” kata Endang dalam konferensi pers, Kamis (31/8/2025).

    Sedangkan tindak lanjut kedua adalah secara kelompok. Tindak lanjut ini dilakukan setelah analisis hasil CKG sekolah di setiap satuan pendidikan. Analisis dilakukan oleh puskesmas, dinas kesehatan, dan sekolah untuk melihat masalah kesehatan di wilayah kerja.

    “Kalau di sekolah tersebut ternyata anak-anaknya kurang bugar, atau anak di sekolah tersebut ternyata overweight, berat badan berlebih, atau obesitas cukup tinggi. Nanti, sekolah bersama puskesmas itu akan merancang bersama, ‘oh sebaiknya untuk peningkatan kesehatan di sekolah ini seperti apa’, ‘oh, anaknya banyak yang karies, mungkin perlu juga ada edukasi-edukasi secara kelompok sikat gigi seperti apa’, jadi ini untuk tindak lanjut dari CKG sekolah,” tandas Endang.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kesempatan yang sama menuturkan program CKG sudah mulai dicoba pada 14 Juli 2025 di 72 sekolah rakyat untuk 7.400 anak sekolah. Dari hasil pemeriksaan terdapat, masalah gigi menjadi masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan.

    Selain masalah gigi, masalah medis lain yang banyak ditemukan adalah kurangnya kebugaran anak hingga anemia.

    “Ini jadi di sekolah rakyat itu diadakan pada tanggal 14 Juli 2025 di 72 sekolah rakyat untuk 7.400 anak sekolah. Ini hasilnya memang masalahnya ini 49 persen itu gigi, jadi ada masalah gigi paling tinggi. Lalu, 33 persen itu tingkat kebugaran kurang, jadi anak-anak kita kurang berolahraga. Dan 26,6 persen itu anemia, artinya Hb-nya rendah, ini sangat penting untuk diperbaiki terutama wanita sebelum melahirkan,” ujar Menkes.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Sehat dan Bugar dengan Jalan Kaki, Nggak Perlu 10 Ribu Langkah Sehari

    Sehat dan Bugar dengan Jalan Kaki, Nggak Perlu 10 Ribu Langkah Sehari

    Jakarta

    Kebanyakan orang tahu agar tubuh sehat harus berjalan 10 ribu langkah. Dengan sedikit atau tanpa bukti ilmiah yang mendukung patokan harian ini, masih belum jelas berapa langkah yang harus dicapai setiap harinya.

    Namun, semua itu berubah karena sebuah studi baru yang menemukan bahwa 7 ribu langkah mungkin merupakan target ideal. Sebelumnya, 10 ribu langkah dianggap sebagai jumlah optimal.

    “Kebanyakan target tanpa bukti yang jelas menemukan 10 ribu langkah per hari, ini dikaitkan dengan risiko yang jauh lebih rendah untuk kematian akibat semua penyebab. Seperti insiden penyakit kardiovaskular, kematian akibat kanker, demensia, dan gejala depresi,” jelas para penulis studi yang dipublikasikan di The Lancet Public Health.

    “Dibandingkan 7 ribu langkah per hari, peningkatan bertahap di atas 7 ribu langkah per hari tergolong kecil, dan tidak ada perbedaan statistik antara 7 ribu langkah per hari. Dan jumlah langkah yang lebih tinggi untuk semua hasil lainnya,” sambungnya, dikutip dari IFLScience, Senin (28/7/2025).

    Untuk mencapai kesimpulan ini, tim meninjau hasil dari 57 studi yang dilakukan selama 11 tahun terakhir, di mana hasil kesehatan dibandingkan dengan jumlah langkah yang diambil per hari.

    Partisipan studi menggunakan pedometer atau alat pelacak langkah lainnya. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengamati bagaimana setiap peningkatan seribu langkah memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan.

    Hasil Penelitian

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan target dasar 2 ribu langkah per hari, 7 ribu langkah per hari dikaitkan dengan risiko kematian akibat penyebab apapun sebesar 47 persen lebih rendah. Serta penurunan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 25 persen dan penurunan risiko kematian akibat kanker sebesar 37 persen.

    Penurunan kemungkinan demensia sebesar 38 persen juga dilaporkan, demikian pula penurunan kemungkinan mengalami depresi sebesar 22 persen.

    “Menargetkan 7 ribu langkah adalah tujuan yang realistis berdasarkan temuan kami, yang menilai hasil kesehatan di bagian area yang belum pernah diteliti sebelumnya,” terang penulis studi, Profesor Melody Ding.

    “Namun, bagi mereka yang belum dapat mencapai 7 ribu langkah per hari, bahkan peningkatan kecil dalam jumlah langkah, seperti peningkatan dari 2 ribu menjadi 4 ribu langkah per hari, dikaitkan dengan peningkatan kesehatan signifikan,” lanjutnya.

    Menurut Profesor Melody Ding, memang peningkatan moderat dalam jumlah langkah per hari ini dikaitkan dengan risiko kematian sebesar 36 persen lebih rendah.

    Meskipun lebih banyak langkah umumnya sama dengan kesehatan yang lebih baik, penulis studi Dr Katherine Owen menjelaskan bahwa manfaatnya cenderung berkurang setelah melewati titik tertentu.

    “Bagi orang yang sudah aktif, 10 ribu langkah sehari sudah bagus. Tetapi, di atas 7 ribu langkah masih memberikan manfaat tambahan yang masih relatif kecil bagi kesehatan,” tulis para ahli.

    “Daripada terobsesi pada jumlah langkah, cobalah untuk berjalan kaki sebanyak mungkin. Setiap langkah mampu menekan masalah kesehatan pada masyarakat, terlepas dari target kuantitatif spesifiknya,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)