Category: Detik.com Kesehatan

  • Cukup 15 Menit Sehari, Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Memperpanjang Umur

    Cukup 15 Menit Sehari, Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Memperpanjang Umur

    Jakarta

    Manfaat jalan kaki selama ini sudah banyak dibagikan, baik oleh mereka yang antusias dengan olahraga ini atau para tenaga medis. Salah satu keuntungan dari jalan kaki adalah badan lebih bugar, sehingga membantu dalam memperpanjang umur.

    Dikutip dari Eating Well, dapat memberikan manfaat seperti mengurangi angka kematian, meningkatkan kadar gula darah, dan meningkatkan kesehatan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa berjalan kaki ringan sekalipun dapat memberikan dampak positif pada hasil seperti mengurangi tekanan darah.

    Namun, sebagian besar studi tentang jalan kaki berfokus pada populasi orang berpenghasilan menengah ke atas, sehingga terjadi kesenjangan dalam pemahaman.

    Untuk melengkapi penelitian terkait jalan kaki, maka para peneliti melakukan studi lain dengan mengambil data dari Southern Community Cohort Study (SCCS). Data tersebut mayoritas berisi mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah.

    Kelompok ini seringkali menghadapi tantangan unik, seperti akses terbatas ke ruang berjalan yang aman, paparan polusi yang lebih tinggi, dan hambatan terhadap layanan kesehatan, yang semuanya dapat berkontribusi pada angka kematian yang lebih tinggi.

    Studi ini melibatkan sekitar 85.000 peserta berusia 40 hingga 79 tahun dari SCCS. Pada awal penelitian, peserta menyelesaikan kuesioner terperinci yang mencakup kebiasaan berjalan kaki sehari-hari, pilihan gaya hidup, dan riwayat medis.

    Para peneliti dari Universitas Vanderbilt yang dipimpin oleh epidemiolog Wei Zheng dan peneliti doktoral Lili Liu menganalisis data dari 79.856 partisipan yang melaporkan secara rinci kebiasaan jalan kaki mereka sehari-hari.

    Peserta melaporkan berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk berjalan kaki setiap hari, membedakan antara berjalan lambat (misalnya, mengajak anjing jalan-jalan atau olahraga ringan) dan berjalan cepat (misalnya, jalan cepat atau naik tangga).

    Selain berjalan kaki, studi ini mengukur lima faktor gaya hidup utama yang terkait dengan mortalitas, yakni merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, perilaku malas gerak, dan kualitas pola makan.

    Apa yang Ditemukan Studi Ini?

    Studi ini menemukan bahwa, di antara populasi yang diteliti, jalan cepat secara signifikan terkait dengan angka kematian keseluruhan yang lebih rendah, sementara jalan lambat hanya menunjukkan sedikit manfaat yang tidak signifikan.

    Dari hasil analisis, para peneliti menemukan bahwa berjalan cepat selama 15 menit sehari dikaitkan dengan penurunan risiko kematian sebesar 19 persen. Sementara itu, berjalan lambat lebih dari tiga jam sehari hanya memberikan manfaat yang jauh lebih kecil.

    “Ini adalah salah satu dari sedikit studi yang mengukur efek jalan kaki harian terhadap kematian pada populasi berpenghasilan rendah dan mayoritas kulit hitam di AS,” ujar Wei Zheng.

    “Dengan menunjukkan manfaat dari jalan cepat, aktivitas murah dan mudah diakses. Kami memberikan bukti langsung yang bisa dijadikan dasar intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat,” sambungnya.

    Bagi orang-orang yang mungkin tidak memiliki akses ke pusat kebugaran atau program olahraga terstruktur, berjalan kaki menawarkan cara yang mudah dan murah untuk tetap aktif.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Riset Ungkap Kaitan Terlalu Banyak Tidur Picu Mati Muda, Ini Alasannya

    Riset Ungkap Kaitan Terlalu Banyak Tidur Picu Mati Muda, Ini Alasannya

    Jakarta

    Tidur menjadi salah satu cara untuk mengistirahatkan tubuh setelah seharian beraktivitas. Kurang tidur dapat berdampak buruk pada otak, jantung, dan kesehatan organ tubuh lainnya.

    Namun, sebuah studi menemukan bahwa terlalu banyak tidur juga dapat berdampak buruk, bahkan meningkatkan risiko kematian. Tidur lebih dari sembilan jam bisa lebih buruk bagi kesehatan.

    Selama tidur, terjadi proses fisiologis yang memungkinkan tubuh berfungsi secara efektif saat terjaga. Ini termasuk proses yang terlibat dalam pemulihan otot, konsolidasi memori, dan pengaturan emosi.

    Sleep Health Foundation di Australia merekomendasikan orang dewasa untuk tidur 7-9 jam per malam. Beberapa orang secara alami memiliki waktu tidur yang pendek dan dapat beraktivitas dengan baik, meski tidur kurang dari tujuh jam.

    Namun, bagi kebanyakan orang, kurang tidur dari tujuh jam per malam akan berdampak negatif. Ini mungkin bersifat jangka pendek, misalnya merasa lebih sedikit energi, suasana hati lebih buruk, merasa lebih stres, dan sulit berkonsentrasi di tempat kerja.

    Dalam jangka panjang, tidak mendapatkan kualitas tidur yang cukup merupakan faktor risiko utama masalah kesehatan. Hal ini terkait dengan risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, gangguan metabolisme, yang termasuk diabetes tipe 2.

    Selain itu, bisa berdampak pada kesehatan mental yang buruk, seperti depresi, kecemasan, kanker hingga kematian.

    Lantas, Apa Alasan Terlalu Banyak Tidur Buruk untuk Kesehatan?

    Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti meninjau hasil dari 79 studi lain yang mengamati orang-orang setidaknya selama satu tahun. Mereka mengukur bagaimana durasi tidur mempengaruhi risiko kesehatan buruk atau kematian untuk melihat apakah tren itu berdampak pada banyak orang.

    Mereka menemukan orang yang tidur dalam durasi pendek, kurang dari tujuh jam semalam, memiliki risiko kematian 14 persen lebih tinggi selama periode, dibandingkan dengan mereka yang tidur antara 7-8 jam.

    Hal ini tidak mengejutkan mengingat risiko kesehatan yang telah diketahui dari kurang tidur.

    Namun, para peneliti juga menemukan mereka yang tidur lebih banyak, lebih dari sembilan jam per malam, memiliki risiko kematian yang lebih besar. Jumlahnya sekitar 34 persen lebih tinggi daripada orang yang tidur 7-8 jam.

    Hal ini mendukung penelitian serupa dari tahun 2018, yang menggabungkan hasil dari 74 studi sebelumnya yang mengamati tidur dan kesehatan peserta lintas waktu, mulai dari satu hingga 30 tahun. Penelitian ini menemukan bahwa tidur lebih dari sembilan jam dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian sebesar 14 persen selama periode studi.

    Penelitian juga menunjukkan bahwa tidur terlalu lama, berkaitan dengan masalah kesehatan seperti depresi, nyeri kronis, penambahan berat badan, dan gangguan metabolisme. Hal ini mungkin terdengar mengkhawatirkan.

    Namun, penting untuk diingat bahwa penelitian ini hanya menemukan hubungan antara tidur terlalu lama dan kesehatan yang buruk, ini tidak berarti tidur terlalu lama menjadi penyebab masalah kesehatan atau kematian.

    Lantas, Apa Hubungannya?

    Beberapa faktor dapat memengaruhi hubungan antara tidur terlalu lama dan kesehatan yang buruk. Orang dengan masalah kesehatan kronis umumnya tidur dalam jangka waktu yang lama.

    Tubuh mereka mungkin membutuhkan istirahat tambahan untuk mendukung pemulihan, atau mereka mungkin menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur karena gejala atau efek samping obat.

    Orang dengan masalah kesehatan kronis mungkin juga tidak mendapatkan tidur berkualitas tinggi, dan mungkin harus berbaring di tempat tidur lebih lama untuk mencoba mendapatkan tidur tambahan.

    Selain itu, kita tahu bahwa faktor risiko kesehatan yang buruk, seperti merokok dan kelebihan berat badan, yang juga berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk. Ini berarti orang mungkin tidur lebih banyak karena masalah kesehatan atau perilaku gaya hidup yang ada, bukan berarti tidur lebih banyak menyebabkan kesehatan yang buruk.

    Sederhananya, tidur mungkin merupakan gejala kesehatan yang buruk, bukan penyebabnya.

    Berapa Jumlah Ideal untuk Tidur?

    “Alasan mengapa sebagian orang tidur sedikit dan sebagian lainnya tidur banyak bergantung pada perbedaan individu, dan kita belum sepenuhnya memahami hal ini,” tulis penelitian tersebut, dikutip dari Science Alert, Sabtu (26/7/2025).

    Kebutuhan tidur dapat berkaitan dengan usia. Remaja seringkali ingin tidur lebih banyak dan mungkin secara fisik membutuhkannya, dengan rekomendasi tidur untuk remaja sedikit lebih tinggi daripada orang dewasa, yaitu 8-10 jam.

    Remaja juga mungkin tidur dan bangun lebih siang. Untuk orang dewasa yang lebih tua mungkin ingin menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur. Kecuali, pada mereka yang memiliki gangguan tidur, jumlah tidur yang mereka butuhkan akan sama seperti saat mereka masih muda.

    Namun, kebanyakan orang dewasa membutuhkan 7-9 jam. Jadi, ini adalah rentang waktu sehat yang harus dicapai.

    Ini bukan hanya tentang berapa banyak tidur yang didapatkan. Tidur berkualitas baik dan waktu tidur dan bangun yang konsisten sama pentingnya, bahkan mungkin lebih penting bagi kesehatan secara keseluruhan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Memaksimalkan Kualitas Tidur di Bulan Ramadan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Tren Aneh di China, Ramai-ramai Anak Muda Pakai Empeng buat Redakan Stres

    Tren Aneh di China, Ramai-ramai Anak Muda Pakai Empeng buat Redakan Stres

    Jakarta

    Tren nyeleneh anak muda di China, belakangan mereka memakai ’empeng’ yang biasa dipakai untuk bayi. Hal ini diklaim bisa meredakan kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.

    Banyak netizen dan para dokter khawatir melihat fenomena tersebut. Tren tersebut juga sejalan dengan beberapa lapak online yang belakangan menjual lebih dari 2.000 produk serupa setiap bulan.

    ‘Empeng-empeng’ ini dideskripsikan lebih besar daripada versi bayi dan dijual dengan harga antara 10 hingga 500 yuan, demikian lapor media berita The Cover.

    Beberapa orang mengatakan produk ini juga dapat membantu orang berhenti merokok dan membantu pernapasan yang lebih baik.

    Bagian putingnya transparan dan pelindungnya tersedia dalam berbagai warna, menurut Post.

    “Empeng ini berkualitas tinggi, lembut, dan saya merasa nyaman mengisapnya. Tidak menghalangi pernapasan saya,” kata seorang pembeli di platform belanja terkemuka.

    “Empeng ini luar biasa dalam membantu saya berhenti merokok. Empeng ini memberi saya kenyamanan psikologis dan membuat saya tidak terlalu gelisah selama periode berhenti merokok,” kata orang lain.

    Pembeli lainnya juga merasakan hal yang sama. “Ketika saya berada di bawah tekanan pekerjaan, saya mengisap empeng. Saya merasa dimanjakan dengan rasa aman sejak kecil,”

    Namun, para dokter telah memperingatkan potensi bahaya kesehatan.

    “Potensi kerusakan mulut pelanggan akibat empeng sengaja diremehkan oleh penjualnya,” kata Tang Caomin, seorang dokter gigi di Chengdu, provinsi Sichuan di Tiongkok barat daya.

    Menggunakan empeng dalam jangka waktu lama dapat membatasi kemampuan seseorang untuk membuka mulut dan menyebabkan rasa sakit saat mengunyah, ujarnya.

    “Dengan mengisap empeng selama lebih dari tiga jam sehari, posisi gigi mungkin berubah setelah satu tahun,” kata Tang.

    Dokter juga memperingatkan bahwa beberapa bagian empeng dapat terhirup saat seseorang sedang tidur.

    Zhang Mo, seorang psikolog di Chengdu, mengatakan kebutuhan emosional seseorang yang menggunakan empeng mungkin tidak terpenuhi.

    “Solusi sebenarnya bukanlah memperlakukan diri mereka seperti anak kecil, tetapi menghadapi tantangan tersebut secara langsung dan menyelesaikannya,” ujarnya kepada media.

    Produk ini telah memicu perdebatan sengit di media sosial daratan setelah ditonton 60 juta kali hanya di satu platform saja.

    “Dunia ini sudah begitu gila sampai-sampai orang dewasa menggunakan empeng,” kata seorang pengamat daring.

    “Bukankah ini semacam pajak bodoh?” canda yang lain.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • 5 Gejala Asam Urat yang Muncul di Kaki, Salah Satunya Kemerahan

    5 Gejala Asam Urat yang Muncul di Kaki, Salah Satunya Kemerahan

    Jakarta

    Gout atau radang asam urat merupakan penyakit yang bisa dialami siapa saja, dipicu penumpukan kristal asam urat (uric acid). Kondisi ini umumnya akan disertai gejala seperti nyeri yang tak tertahankan, termasuk di kaki.

    Dikutip dari Times of India, gejala dari asam urat yang menumpuk ini sebenarnya bisa terjadi di sendi manapun. Tetapi sendi yang paling sering terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki.

    Berikut tanda-tanda asam urat yang bisa muncul di kaki.

    1. Nyeri Hebat di Kaki

    Salah satu tanda awal penumpukan asam urat adalah munculnya rasa nyeri yang mendadak dan intens. Rasa nyeri ini bahkan bisa mengganggu aktivitas dan tidur.

    Sendi jempol kaki merupakan lokasi paling umum munculnya rasa nyeri ini. Namun, kondisi ini juga dapat terjadi di jari-jari kaki lain, pergelangan kaki, atau area tengah kaki.

    2. Kemerahan dan Pembengkakan di Sekitar Sendi

    Area sendi yang meradang akibat asam urat yang menumpuk akan tampak merah, lalu membengkak, dan terasa hangat saat disentuh.

    Ini terjadi karena kristal asam urat masuk ke dalam tubuh, lalu sistem kekebalan tubuh akan memicu peradangan karena zat tersebut dianggap sebagai cedera.

    3. Kekakuan dan Nyeri

    Asam urat yang menumpuk juga akan membuat kaki terasa kaku dan nyeri. Hal ini membuat seseorang akan kesulitan dalam menggerakkan sendi.

    Kondisi ini akan membuat munculnya rasa tidak nyaman saat berjalan dan memakai sepatu. Bahkan sentuhan ringan seperti dari kaos kaki akan memicu respons nyeri.

    4. Serangan Nyeri yang Berulang

    Mereka dengan kadar asam urat tinggi biasanya akan mengalami beberapa episode pembengkakan dan nyeri sendi. Tiba-tiba nyeri muncul, setelah itu hilang, dan muncul lagi.

    Rasa nyeri dan pembengkakan berulang ini biasanya berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu sebelum akhirnya sembuh dengan sendirinya. Namun, kondisi ini bisa kembali lagi di kemudian hari.

    5. Benjolan Keras di Kaki (Tophi)

    Jika asam urat tidak diobati dalam jangka waktu lama, ini dapat menyebabkan pembentukan benjolan keras di bawah kulit dekat sendi yang dikenal sebagai ‘tophi’.

    Tophi sendiri terdiri dari kristal asam urat yang menumpuk di bawah kulit, sehingga menjadi benjolan keras. Tophi cenderung terbentuk di dekat jari kaki dan area telapak kaki. Tidak selalu terasa sakit, meski dapat menyebabkan kerusakan pada kulit dan struktur sendi.

    Halaman 2 dari 3

    (dpy/up)

  • 7 Tanda Pembekuan Darah yang Kerap Tak Disadari, Bisa Picu Stroke-Serangan Jantung

    7 Tanda Pembekuan Darah yang Kerap Tak Disadari, Bisa Picu Stroke-Serangan Jantung

    Jakarta

    Masalah pembekuan darah atau gumpalan darah tidak selalu memicu gejala berat pada tahap awal. Faktanya, banyak terjadi secara diam-diam di dalam tubuh, hingga tiba-tiba menyebabkan masalah serius seperti serangan jantung, stroke, atau trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT).

    Meskipun beberapa gejalanya sudah diketahui secara luas, seperti pembengkakan kaki atau nyeri dada, beberapa keluhan lain kerap tidak disadari. Tanda-tanda tidak biasa ini kerap diabaikan dan dianggap sebagai gejala kelelahan biasa atau sekadar kram otot.

    Waspadai 7 gejala yang kerap diabaikan seperti berikut, dikutip dari Times of India:

    Mendadak batuk

    Gumpalan darah, misalnya yang terjadi di paru-paru, juga dikenal sebagai emboli paru atau pulmonary embolism (PE), dapat menyebabkan batuk kering mendadak. Dalam beberapa kasus, bahkan dapat mengeluarkan sedikit darah, meskipun tidak selalu terjadi.

    Gejala batuk seringkali tidak mempan saat diberikan obat sirup atau permen pelega tenggorokan karena yang terjadi bukan masalah tenggorokan, melainkan masalah di paru-paru.

    Satu kaki atau tangan terasa dingin

    Gumpalan darah yang menghalangi aliran darah di salah satu anggota tubuh dapat mengurangi sirkulasi, membuat satu tangan atau kaki terasa sangat dingin sementara yang lain terasa baik-baik saja. Perbedaan ini mungkin tidak terlalu terasa, tetapi perlu diperhatikan, terutama jika disertai kesemutan atau sedikit mati rasa.

    Perubahan penglihatan mendadak pada satu mata

    Gumpalan darah di arteri yang seharusnya memasok ke mata dapat menyebabkan penglihatan kabur atau hilang pada satu mata. Gejala ini mungkin hanya berlangsung beberapa menit, tetapi bahkan episode singkat pun dapat mengindikasikan serangan iskemik transien atau yang juga disebut ‘stroke ringan’.

    Nyeri saat bernapas

    Gumpalan darah di paru-paru dapat menyebabkan nyeri tajam dan menusuk saat bernapas dalam-dalam. Terkadang, nyeri dapat menjalar ke bahu atau punggung atas, yang membuat orang mengira itu hanya masalah otot. Padahal, itu adalah reaksi paru-paru terhadap berkurangnya aliran oksigen.

    Kulit merah dan gatal pada salah satu kaki

    Gumpalan darah yang berkembang di vena dalam dapat meradang pada kulit di atasnya, menyebabkan kemerahan, gatal, dan rasa hangat, tanpa ruam atau gatal-gatal yang terlihat. Kondisi ini seringkali hanya muncul pada salah satu kaki, bukan keduanya.

    Nyeri atau tekanan rahang

    Dalam beberapa kasus, gumpalan darah yang berhubungan dengan masalah jantung, seperti serangan jantung, dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada rahang. Meskipun nyeri dada merupakan tanda klasik, pada beberapa orang (terutama wanita), tanda-tanda peringatannya jauh lebih halus dan mungkin meliputi tekanan atau rasa sesak di sekitar garis rahang atau leher.

    Pembengkakan di belakang lutut

    Gumpalan darah dapat bersembunyi di tempat yang kurang terlihat seperti di belakang lutut atau bahkan di daerah panggul. Jika pembengkakan muncul di area ini, terutama di salah satu sisi, dan disertai rasa berat atau nyeri tumpul, hal ini mungkin merupakan tanda bahaya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Cerita ‘Budak Korporat’ Stres-Sering Begadang, Berakhir Serangan Jantung

    Cerita ‘Budak Korporat’ Stres-Sering Begadang, Berakhir Serangan Jantung

    Jakarta

    Seorang ‘budak korporat’ di India menceritakan tempat kerjanya yang ‘toxic’. Ini membuat dirinya stres, sering begadang, hingga mengakibatkan serangan jantung.

    Dikutip dari Times of India, karyawan dengan nama pengguna @YahkStraight1780 membagikan pengalaman menyesakkan tersebut di Reddit. Karyawan tersebut bekerja di salah satu perusahaan startup di India.

    Di masa-masa awal kerja, dirinya menyadari bahwa ada yang salah dengan budaya di kantornya. Seperti tekanan pekerjaan yang tinggi, nepotisme, hingga gaslighting atau bentuk manipulasi psikologis negatif.

    Budaya kerja yang buruk ini berbeda dengan kantor sebelumnya. Dirinya memiliki pengalaman bekerja dengan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Menurutnya, kantor-kantor tersebut sangat menjunjung budaya kerja sehat.

    Tidak kuat dengan tekanan dan budaya di kantor startup India, karyawan tersebut memilih untuk mengundurkan diri. Namun setelah berminggu-minggu, ia mengalami serangan jantung.

    “Dalam beberapa minggu, serangan jantung hebat. Dua stent (ring) darurat. Dokter bilang, 30 menit lagi (terlambat) bisa berakibat fatal,” tulisnya di Reddit.

    Apakah Stres Menyebabkan Serangan Jantung?

    Stres kronis, sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan serangan jantung. Namun, stres merupakan salah satu faktor risiko utama.

    Ini karena stres kronis berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi, peradangan, dan ketidakseimbangan hormon, yang semuanya meningkatkan risiko penyakit jantung seiring waktu.

    Sebuah studi di National Library of Medicine, menunjukkan stres kronis dapat mengurangi aliran darah ke otot jantung, bahkan pada individu yang sehat.

    Stres dan depresi jangka panjang seperti trauma emosional di lingkungan kerja yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, hingga kematian dini.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Nggak Bikin ‘Otak Kosong’, Riset Ungkap Sederet Manfaat Ngegym untuk Kognifitif

    Nggak Bikin ‘Otak Kosong’, Riset Ungkap Sederet Manfaat Ngegym untuk Kognifitif

    Jakarta

    Olahraga gym meningkatkan aliran darah ke otak, yang bisa memperkuat daya ingat, fokus, hingga kemampuan belajar seseorang. Banyak riset yang sudah menemukan bukti kaitan di antara keduanya.

    Salah satunya di British Journal of Sports Medicine, olahraga rutin termasuk gym terbukti meningkatkan fungsi kognitif dan memperlambat penurunan daya ingat, bahkan saat usia lanjut.

    Psikiater dr Lahargo Kembaren SpKJ juga menyebut gym punya manfaat nyata untuk tren kesepian yang belakangan meningkat.

    “Gym juga dapat menjadi sebagai Ruang Sosial di tengah banyaknya orang yang kesepian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ancaman kesehatan global saat ini adalah kesepian,” tuturnya kepada detikcom, saat dihubungi Jumat (1/8/2025).

    “Berada di lingkungan gym memberi kesempatan untuk bersosialisasi, bertemu orang baru, dan membangun dukungan sosial. Interaksi sosial sendiri terbukti bisa memperkuat kesehatan mental dan mengurangi perasaan kesepian,” lanjut dia.

    dr Lahargo menekankan kesimpulannya, gym bukan hanya perkara membentuk tubuh, tetapi manfaatnya jauh lebih luas dari itu. Bahkan tidak hanya untuk jantung, tulang, serta mental, kualitas hidup dengan aktif ngegym bisa meningkat secara keseluruhan.

    “Bahkan WHO menganjurkan orang dewasa untuk aktif secara fisik minimal 150 menit per minggu, dan gym adalah salah satu cara terbaik untuk mencapainya,” sorot dr Lahargo.

    dr Lahargo sebelumnya menilai pernyataan Timothy Ronald yang menyebut gym hanya untuk orang bodoh dan orang dengan ‘otak kosong’ adalah distorsi kognitif. Ada kemungkinan yang bersangkutan tidak menyadari tengah memiliki pola pikir keliru atau menyimpang.

    Baik pada diri sendiri, orang lain, maupun dalam kondisi tertentu. Distorsi kognitif sendiri terbagi dalam beberapa jenis, terbanyak adalah labeling.

    Labeling yakni emberi label menyeluruh pada seseorang, atau sekelompok berdasarkan satu aspek.

    “Contohnya, hanya karena seseorang suka gym dan jaga tubuhnya, berarti dia bodoh. Padahal kecerdasan seseorang tidak bisa diukur hanya dari aktivitas fisik yang dia pilih,” tutur dr Lahargo.

    Labeling dalam hal ini menyederhanakan kompleksitas manusia dan bisa menjadi bentuk penolakan emosional pada sesuatu hal yang sebenarnya tidak dipahami.

    Kemungkinan kedua adalah overgeneralization atau generalisasi berlebihan. Saat seseorang menarik kesimpulan luas satu dari dua pengalaman yang dialami.

    “Misalnya, dia berbicara, pernah ketemu satu orang yang suka gym tetapi ngobrolnya nggak nyambung, lalu disimpulkan, berarti semua anak gym bodoh,” beber dr Lahargo memberi contoh.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Refal Hady Tekankan Pentingnya Cuci Muka”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Video Mengenal Dua Tipe Penyakit Jantung Bawaan

    Video Mengenal Dua Tipe Penyakit Jantung Bawaan

    Video Mengenal Dua Tipe Penyakit Jantung Bawaan

  • Gejala Intoleransi Laktosa yang Muncul Setelah Makan, Hindari 3 Makanan Ini

    Gejala Intoleransi Laktosa yang Muncul Setelah Makan, Hindari 3 Makanan Ini

    Jakarta

    Lactose intolerance atau intoleransi laktosa dialami banyak orang, data di Amerika Serikat menunjukkan setidaknya 30 dari 50 juta warganya memiliki kondisi tersebut. Intoleransi laktosa dikaitkan dengan kondisi tubuh seseorang yang tidak bisa memecah laktosa, gula yang terkandung dalam susu, secara baik.

    Walhasil, mereka kerap mengeluhkan gejala kembung, mual, diare, sakit perut, sekitar 30 hingga 60 menit setelah mengonsumsi makanan kaya laktosa.

    Beth Ferrell Jenks, ahli gizi dan asisten profesor nutrisi di University of North Carolina di Chapel Hill, menyebut toleransi individu pada produk susu bisa bervariasi. Tergantung pula dengan produk susu rendah laktosa tertentu, atau keju yoghurt, yang minim memicu gejala intoleransi laktosa.

    Masalah intoleransi laktosa cenderung dimulai pada usia dewasa, ketika tubuh secara bertahap memproduksi lebih sedikit laktase, enzim yang memecah laktosa.

    “Beberapa orang mungkin tidak menyadari perubahan ini dalam pencernaan mereka,” kata dr Suneeta Krishnareddy, seorang ahli gastroenterologi di Columbia University Irving Medical Center di New York City, dikutip dari CNA, Minggu (3/8/2025).

    “Namun, yang lain mungkin mengalami gejala yang sangat parah sehingga mereka mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi makanan tertentu,” kata dr Nitin K. Ahuja, seorang ahli gastroenterologi di Penn Medicine di Philadelphia.

    Memahami pemicu intoleransi laktosa terkadang relatif sulit, tetapi bisa dimulai dengan menghindari semua produk susu dari pola makan, lalu secara bertahap memperkenalkan kembali sejumlah kecil makanan dan minuman tertentu yang mengandung laktosa untuk melihat bagaimana reaksi setelahnya.

    Berikut adalah produk susu yang paling besar risikonya memicu intoleransi laktosa.

    1. Susu sapi

    Susu skim, 1 persen, 2 persen, dan susu murni semuanya mengandung antara 12 dan 12,5 gram laktosa per cangkir. Itu kira-kira jumlah maksimum laktosa yang dapat dikonsumsi orang dengan intoleransi laktosa per hari tanpa menunjukkan gejala, kata Ella Haddad, ahli gizi dan profesor emeritus nutrisi di Universitas Loma Linda di California.

    Jadi, cobalah batasi diri hingga satu gelas susu per hari, atau kurang, jika mengonsumsi jenis produk susu lainnya.

    2. Keju yang tidak dimatangkan (atau segar):

    Keju umumnya mengandung lebih sedikit laktosa daripada susu, tetapi beberapa jenis mengandung lebih banyak daripada yang lain. Keju yang belum dimatangkan, artinya tidak dibiarkan matang selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun, biasanya mengandung lebih banyak laktosa daripada keju yang dimatangkan, kata Jenks. Ini karena selama proses penuaan, bakteri memecah laktosa, mengubahnya menjadi asam laktat.

    Keju yang tidak dimatangkan cenderung lunak dan lembap, dan sering kali dikemas dalam wadah. Setengah cangkir keju cottage dengan 2 persen lemak susu mengandung sekitar empat gram laktosa. Dua sendok makan krim keju bebas lemak mengandung hampir dua gram. Meskipun keju yang tidak berumur mungkin lebih dapat ditoleransi daripada susu sapi, Jenks menyarankan untuk membatasinya jika memungkinkan.

    3. Es krim

    Banyak es krim, yang sebagian besar terbuat dari susu dan krim, kaya akan laktosa sehingga harus dibatasi. Namun, beberapa versi mengandung lebih banyak laktosa daripada yang lain.

    Jika es krim mengandung lebih banyak susu daripada krim, kemungkinan es krim tersebut kaya akan laktosa sehingga lebih sulit dicerna, kata Dr. Haddad. Hal ini karena susu mengandung lebih banyak laktosa daripada krim.

    (naf/naf)

  • Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner

    Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner

    Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner