Category: Detik.com Kesehatan

  • Video MGBKI Sesalkan Dugaan Kriminalisasi terhadap Dokter Ratna

    Video MGBKI Sesalkan Dugaan Kriminalisasi terhadap Dokter Ratna

    Kasus yang melibatkan dr. Ratna Setia Asih, Sp.A berawal dari dugaan tindak pidana kesehatan atau malapraktik medis terkait meninggalnya seorang pasien anak berusia 10 tahun berinisial AR di RSUD Depati Hamzah, Pangkalpinang, Bangka Belitung. Perkara ini kini tengah diproses secara hukum dan memicu perhatian publik karena dinilai berpotensi menimbulkan kriminalisasi terhadap tenaga medis.

    Majelis Guru Besar Kedokteran Indonesia (MGBKI) ikut memberikan perhatian serius. Anggotanya, Yudi Mulyana, menyampaikan keprihatinan bahwa profesi dokter yang memiliki risiko tinggi menghadapi situasi sulit dan kemungkinan terjadi kesalahan medis, sering kali langsung disorot sebagai tindakan kriminal sebelum penilaian profesional dilakukan secara menyeluruh.

  • Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Jakarta

    Saat membicarakan kesehatan ginjal, kebanyakan orang langsung fokus pada asupan garam dan hidrasi. Jika tidak makan asin berlebihan dan tidak sampai dehidrasi berat, banyak yang mengira ginjalnya sudah bekerja dengan baik.

    Padahal, organ penting yang bertugas menyaring darah, membuang racun, dan memproduksi sejumlah hormon ini jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan.

    Faktanya, ada sejumlah kebiasaan yang selama ini dianggap ‘sehat’ justru dapat diam-diam membebani dan merusak fungsi ginjal. Berikut penjelasan para dokter, seperti dikutip dari Best Life.

    1. Konsumsi Protein Berlebihan

    Makan terlalu banyak protein menjadi kebiasaan ‘sehat’ paling umum yang justru membebani ginjal. Ini terutama terjadi pada orang yang minum protein shake berlebihan untuk menunjang olahraga atau program kebugaran.

    “Makan dua hingga tiga kali lipat kebutuhan protein tidak membuat otot lebih besar, hanya membuat ginjal bekerja ekstra,” ujar urolog David Shusterman, MD.

    Sebuah studi tahun 2020 di Journal of the American Society of Nephrology (JASN) menunjukkan pola makan tinggi protein berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) baru, karena ginjal bertanggung jawab menyaring produk sampingan protein. Jika dilakukan terus-menerus, beban ini bisa memicu kerusakan.

    Senada, nefrolog Tim Pflederer, MD, menjelaskan protein hewani dapat lebih berisiko bagi pengidap CKD. Namun, ia menekankan protein tidak boleh dihilangkan sama sekali. Sebagai gantinya, Pflederer merekomendasikan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, serta biji-bijian seperti quinoa dan lentil.

    Secara umum, Shusterman menyarankan konsumsi 0,8-1 gram protein per kilogram berat badan per hari, kecuali ada ketentuan khusus dari dokter.

    2. Konsumsi Suplemen Tertentu

    Saat ini suplemen tersedia hampir untuk segala kebutuhan, dan pasarnya terus berkembang pesat. Banyak orang beranggapan, penting mengonsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan. Padahal, beberapa jenis suplemen, terutama dalam dosis tinggi dapat merusak ginjal.

    Adapun beberapa kandungan suplemen juga dapat menjadi masalah baru bagi pengidap CKD, salah satunya vitamin D.

    “Vitamin D dapat berinteraksi dengan pengikat fosfat yang mengandung aluminium pada pasien CKD untuk menurunkan kadar fosfat dalam darah,” ujar HaVy Ngo-Hamilton, PharmD.

    “Oleh sebab itu, vitamin D dapat menyebabkan kadar aluminium yang membahayakan pengidap CKD,” tambahnya.

    Selain itu, suplemen kalium maupun obat herbal yang tidak disadari mengandung kalium juga berbahaya, karena dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah. Sebelum mengonsumsi suplemen, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan keamanan dan menghindari efek samping obat.

    3. Minum Teh Detoks

    Kebiasaan lain yang dianggap sehat tapi bisa merusak ginjal adalah mengonsumsi teh detoks. Minum teh detoks diyakini dapat membersihkan tubuh dari racun dan menurunkan berat badan. Padahal, tak banyak bukti ilmiah yang mendukung hal ini.

    Shusterman justru memperingatkan, bahwa teh detoks dapat membahayakan ginjal. Kandungan diuretik dalam teh ini membuat produksi urine meningkat, sehingga tubuh mudah mengalami dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dua kondisi yang membebani ginjal.

    Selain itu, bahan herbal seperti licorice root, St. John’s wort, dan daun senna yang sering ditemukan dalam teh detoks juga berpotensi merusak ginjal.

    Sebagai gantinya, Shusterman menyarankan untuk mempercayai ginjal sebagai alat detoks alami bagi tubuh.

    “Detoks terbaik adalah yang sudah dimiliki tubuh Anda, yaitu ginjal anda. Dukung ginjal anda dengan makanan utuh, serat, dan hidrasi. Lupakan tren detoks, percayalah pada tubuh,” saran Shusterman.

    4. Minum Terlalu Banyak Air

    Menjaga tubuh tetap terhidrasi memang penting untuk kesehatan. Namun, konsumsi air berlebihan dalam waktu singkat dapat berbahaya. Ginjal hanya mampu mengolah sekitar 0,8-1 liter air per jam.

    Jika seseorang minum lebih cepat dari kemampuan ginjal untuk menyaringnya, kadar natrium dalam darah dapat menjadi terlalu rendah.

    “Ini masalah karena natrium membantu mengatur keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel anda dan jika terlalu sedikit, dapat menyebabkan pembengkakan,” jelas para ahli.
    “Hal ini dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh anda, termasuk otak, yang dapat menyebabkan beberapa gejala serius dan, dalam kasus yang sangat jarang, kondisi yang mengancam jiwa.”

    Dengan demikian, Shusterman menyarankan untuk minum sesuai rasa haus dan memastikan warna urine tetap kuning pucat sebagai tanda hidrasi yang cukup.

    Pflederer menjelaskan bahwa CKD dapat terdeteksi sejak tahap awal melalui pemeriksaan darah dan urine yang sederhana. Pemeriksaan darah tersebut disebut glomerular filtration rate (GFR), sedangkan pemeriksaan urine dikenal sebagai urine albumin to creatinine ratio (UACR).

    “Kedua tes ini dapat mengidentifikasi kerusakan ginjal dini sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan sebelum kondisinya memburuk, termasuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang pada akhirnya mungkin memerlukan transplantasi ginjal atau dialisis,” tambahnya.

    Untuk menjaga kesehatan ginjal, Pflederer menyarankan menghindari produk tembakau, menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, membatasi asupan garam, serta memantau tekanan darah secara berkala.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

  • Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Dokter Beberkan Kebiasaan yang Dianggap Sehat Tapi Bisa Bikin Sakit Ginjal

    Jakarta

    Saat membicarakan kesehatan ginjal, kebanyakan orang langsung fokus pada asupan garam dan hidrasi. Jika tidak makan asin berlebihan dan tidak sampai dehidrasi berat, banyak yang mengira ginjalnya sudah bekerja dengan baik.

    Padahal, organ penting yang bertugas menyaring darah, membuang racun, dan memproduksi sejumlah hormon ini jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan.

    Faktanya, ada sejumlah kebiasaan yang selama ini dianggap ‘sehat’ justru dapat diam-diam membebani dan merusak fungsi ginjal. Berikut penjelasan para dokter, seperti dikutip dari Best Life.

    1. Konsumsi Protein Berlebihan

    Makan terlalu banyak protein menjadi kebiasaan ‘sehat’ paling umum yang justru membebani ginjal. Ini terutama terjadi pada orang yang minum protein shake berlebihan untuk menunjang olahraga atau program kebugaran.

    “Makan dua hingga tiga kali lipat kebutuhan protein tidak membuat otot lebih besar, hanya membuat ginjal bekerja ekstra,” ujar urolog David Shusterman, MD.

    Sebuah studi tahun 2020 di Journal of the American Society of Nephrology (JASN) menunjukkan pola makan tinggi protein berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) baru, karena ginjal bertanggung jawab menyaring produk sampingan protein. Jika dilakukan terus-menerus, beban ini bisa memicu kerusakan.

    Senada, nefrolog Tim Pflederer, MD, menjelaskan protein hewani dapat lebih berisiko bagi pengidap CKD. Namun, ia menekankan protein tidak boleh dihilangkan sama sekali. Sebagai gantinya, Pflederer merekomendasikan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, serta biji-bijian seperti quinoa dan lentil.

    Secara umum, Shusterman menyarankan konsumsi 0,8-1 gram protein per kilogram berat badan per hari, kecuali ada ketentuan khusus dari dokter.

    2. Konsumsi Suplemen Tertentu

    Saat ini suplemen tersedia hampir untuk segala kebutuhan, dan pasarnya terus berkembang pesat. Banyak orang beranggapan, penting mengonsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan. Padahal, beberapa jenis suplemen, terutama dalam dosis tinggi dapat merusak ginjal.

    Adapun beberapa kandungan suplemen juga dapat menjadi masalah baru bagi pengidap CKD, salah satunya vitamin D.

    “Vitamin D dapat berinteraksi dengan pengikat fosfat yang mengandung aluminium pada pasien CKD untuk menurunkan kadar fosfat dalam darah,” ujar HaVy Ngo-Hamilton, PharmD.

    “Oleh sebab itu, vitamin D dapat menyebabkan kadar aluminium yang membahayakan pengidap CKD,” tambahnya.

    Selain itu, suplemen kalium maupun obat herbal yang tidak disadari mengandung kalium juga berbahaya, karena dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah. Sebelum mengonsumsi suplemen, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan keamanan dan menghindari efek samping obat.

    3. Minum Teh Detoks

    Kebiasaan lain yang dianggap sehat tapi bisa merusak ginjal adalah mengonsumsi teh detoks. Minum teh detoks diyakini dapat membersihkan tubuh dari racun dan menurunkan berat badan. Padahal, tak banyak bukti ilmiah yang mendukung hal ini.

    Shusterman justru memperingatkan, bahwa teh detoks dapat membahayakan ginjal. Kandungan diuretik dalam teh ini membuat produksi urine meningkat, sehingga tubuh mudah mengalami dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dua kondisi yang membebani ginjal.

    Selain itu, bahan herbal seperti licorice root, St. John’s wort, dan daun senna yang sering ditemukan dalam teh detoks juga berpotensi merusak ginjal.

    Sebagai gantinya, Shusterman menyarankan untuk mempercayai ginjal sebagai alat detoks alami bagi tubuh.

    “Detoks terbaik adalah yang sudah dimiliki tubuh Anda, yaitu ginjal anda. Dukung ginjal anda dengan makanan utuh, serat, dan hidrasi. Lupakan tren detoks, percayalah pada tubuh,” saran Shusterman.

    4. Minum Terlalu Banyak Air

    Menjaga tubuh tetap terhidrasi memang penting untuk kesehatan. Namun, konsumsi air berlebihan dalam waktu singkat dapat berbahaya. Ginjal hanya mampu mengolah sekitar 0,8-1 liter air per jam.

    Jika seseorang minum lebih cepat dari kemampuan ginjal untuk menyaringnya, kadar natrium dalam darah dapat menjadi terlalu rendah.

    “Ini masalah karena natrium membantu mengatur keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel anda dan jika terlalu sedikit, dapat menyebabkan pembengkakan,” jelas para ahli.
    “Hal ini dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh anda, termasuk otak, yang dapat menyebabkan beberapa gejala serius dan, dalam kasus yang sangat jarang, kondisi yang mengancam jiwa.”

    Dengan demikian, Shusterman menyarankan untuk minum sesuai rasa haus dan memastikan warna urine tetap kuning pucat sebagai tanda hidrasi yang cukup.

    Pflederer menjelaskan bahwa CKD dapat terdeteksi sejak tahap awal melalui pemeriksaan darah dan urine yang sederhana. Pemeriksaan darah tersebut disebut glomerular filtration rate (GFR), sedangkan pemeriksaan urine dikenal sebagai urine albumin to creatinine ratio (UACR).

    “Kedua tes ini dapat mengidentifikasi kerusakan ginjal dini sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan sebelum kondisinya memburuk, termasuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang pada akhirnya mungkin memerlukan transplantasi ginjal atau dialisis,” tambahnya.

    Untuk menjaga kesehatan ginjal, Pflederer menyarankan menghindari produk tembakau, menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, membatasi asupan garam, serta memantau tekanan darah secara berkala.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

  • BGN: Baru 3 Ribu dari 16 Ribu SPPG yang Kantongi Sertifikat Higiene MBG

    BGN: Baru 3 Ribu dari 16 Ribu SPPG yang Kantongi Sertifikat Higiene MBG

    Jakarta

    Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat baru 3.223 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang berhasil mengantongi surat laik higiene dan sanitasi (SLHS) dari total 16.509 SPPG yang ada saat ini.

    Kepala BGN Prof Dadan Hindayana menegaskan percepatan penerbitan SLHS menjadi prioritas. Sertifikasi ini menjadi syarat utama agar dapur layanan gizi, yang memasak dan mendistribusikan paket makanan bergizi, memenuhi standar keamanan pangan.

    “SLHS baru 3.223 dari 16.509 SPPG. Ini akan terus kita kebut melalui pendampingan dan koordinasi pusat, daerah,” beber Prof Dadan kepada wartawan, Rabu (3/12/2025).

    Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyebut pemerintah akan memprioritaskan MBG di daerah-daerah terpencil.

    “Kita ingin percepatan terutama di kawasan 3T. Targetnya Maret nanti manfaat program bisa dirasakan lebih luas untuk 82,9 juta penerima manfaat,” katanya.

    Saat ini, dari 16.630 SPPG yang telah terdata, seluruhnya sudah beroperasi untuk melayani 47,2 juta penerima manfaat.

    Sementara penyesuaian Perpres yang kini dituangkan dalam 13 aturan baru di BGN membuka ruang percepatan sertifikasi dan penambahan tenaga teknis. Kekurangan ahli gizi di banyak daerah menjadi kendala operasional SPPG.

    Untuk menjembatani kekurangan itu, BGN membuka opsi tenaga lain yang memiliki dasar pengetahuan gizi.

    “Jika tidak ada ahli gizi, boleh tenaga kesehatan lain, termasuk sarjana gizi dan teknologi pangan, karena mereka juga mempelajari gizi,” ujarnya.

    Dengan percepatan rekrutmen SDM dan sertifikasi SLHS, pemerintah berharap kualitas layanan gizi di dapur MBG makin terstandarisasi dan aman bagi seluruh penerima manfaat, terutama di daerah prioritas 3T.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Langkah BGN-Kemenkes Bereskan Masalah Sertifikasi SPPG MBG”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • BPOM Wanti-wanti Obat Thailand Bisa Picu Serangan Jantung, Ada Suplemen Pelangsing

    BPOM Wanti-wanti Obat Thailand Bisa Picu Serangan Jantung, Ada Suplemen Pelangsing

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) juga menemukan dua produk asal Thailand yang berbahaya. Keduanya positif mengandung bahan kimia obat (BKO) yang seharusnya tidak boleh berada di obat herbal.

    Adapun produk pertama yang ditemui adalah Cozy S dengan nama produsen atau distributor SG Wellness Co Ltd. Produk ini dipasarkan dengan klaim menyehatkan tubuh dan bisa menjaga berat badan ideal.

    BPOM menemukan Cozy S mengandung BKO sibutramin. Dampak serius yang bisa muncul akibat penggunaan sibutramin tanpa resep dokter adalah insomnia, konstipasi, peningkatan denyut jantung, jantung berdebar-debar, hipertensi, berkeringat, hingga perubahan rasa.

    Produk kedua dari Thailand yakni Ya Kapsun Somepsen/ Kapsul Ginseng dengan nama produsen Hang Hua Tueng Elar Ngeab Co Ltd. BPOM menemukan dua kandungan BKO yakni sildenafil dan tadalafil.

    Efek sildenafil dan tadalafil juga tidak jauh berbeda, bisa memicu serangan jantung, kerusakan hati, hingga ginjal.

    “Masyarakat waspada dan cermat dalam membeli serta menggunakan produk obat herbal maupun suplemen kesehatan, terlebih untuk produk dengan klaim berlebihan dan menjanjikan hasil instan,” beber Kepala BPOM RI Taruna Ikrar, mengungkap ciri-ciri produk herbal berbahaya.

    (naf/naf)

  • Diperluas, Warga +62 Bakal Bisa Cek Kesehatan Gratis di Mal

    Diperluas, Warga +62 Bakal Bisa Cek Kesehatan Gratis di Mal

    Jakarta

    Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menuturkan hingga saat ini sudah ada sekitar 60 juta warga Indonesia yang ikut pemeriksaan cek kesehatan gratis (CKG). Sedangkan, total orang yang sudah mendaftar saat ini mencapai 63 juta.

    Demi memperluas cakupan program, Wamenkes menuturkan pihaknya akan memperbanyak CKG di tempat umum, seperti mal. Seperti yang diketahui, masyarakat saat ini harus pergi ke puskesmas untuk bisa mendapatkan program pemeriksaan kesehatan ini.

    “Kalau kita sudah menyelenggarakan bukan di fasilitas kesehatan saja, di kementerian-kementerian, di perusahaan-perusahaan, di mal-mal, jadi lebih membuat masyarakat itu terakses lebih yang mudah,” ungkap Wamenkes ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2025).

    Wamenkes mengingatkan program CKG adalah langkah preventif yang bisa dimanfaatkan untuk memeriksakan kesehatan lebih dini. Diharapkan penyakit yang ada bisa terdeteksi lebih awal dan mencegah keparahan lebih lanjut.

    Ia mencontohkan pada kasus penyakit stroke yang sering muncul tiba-tiba, padahal bisa dicegah dengan mengetahui faktor risiko tekanan darah tinggi. Selain itu, jika penyakit yang terdeteksi terlanjur parah, maka biaya yang perlu dikeluarkan untuk pengobatan juga semakin tinggi.

    Kalau orang-orang sakit sudah masuk ke dalam stadium yang lanjut, itu kan biaya kesehatannya tinggi. Tapi kalau sudah diketahui secara dini ini, pengobatannya juga lebih ringan, murah, masyarakatnya juga lebih sehat.

    “Nanti akan kita selenggarakan juga di kantor-kantor, di perusahaan, jadi mereka nggak usah meninggalkan tempat kerjanya, tapi tetap bisa diperiksa,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Dapur MBG Susah Cari Ahli Gizi, BGN Buka Opsi Sarjana dari 5 Prodi Ini Jadi Pengganti

    Dapur MBG Susah Cari Ahli Gizi, BGN Buka Opsi Sarjana dari 5 Prodi Ini Jadi Pengganti

    Jakarta

    Kebutuhan ahli gizi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terus meningkat seiring perluasan program makan bergizi gratis (MBG). MBG ditargetkan bisa menyentuh lebih dari 80 juta penerima manfaat selambatnya di April.

    Namun di lapangan, ketersediaan sarjana gizi disebut terbatas. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Prof Dadan Hidayana kemudian membuka opsi lima program studi lain untuk mengisi posisi ahli gizi di SPPG.

    Ia menilai kebijakan ini diambil setelah melihat kompetisi ketat antar-SPPG dalam merekrut ahli gizi.

    “Utamanya sarjana gizi. Tapi sekarang boleh sarjana kesehatan masyarakat, sarjana teknologi pangan, sarjana pengolahan makanan, dan sarjana keamanan pangan,” ujar Prof Dadan kepada wartawan, Rabu (3/12/2025).

    ‘Rebutan SDM’ di Lapangan

    Prof Dadan mengungkapkan fenomena kekurangan ahli gizi sudah terjadi di banyak daerah. Bahkan, beberapa SPPG dilaporkan saling berebut lulusan gizi untuk memenuhi standar minimal operasional.

    “Ternyata di lapangan sudah terjadi rebutan antara SPPG untuk merebutkan ahli gizi yang sarjana gizi. Makanya kemudian kita buka dari program studi lain supaya tidak terjadi rebutan,” jelasnya.

    “Ya memang adanya begitu di lapangan.”

    Prof Dadan menegaskan bahwa kebutuhan tenaga ahli dihitung langsung berdasarkan jumlah SPPG yang telah beroperasi.

    “Ya kan sesuai dengan SPPG. Satu per SPPG. Jadi kalau sekarang ada 16.630, ya butuh 16.630,” ujarnya.

    Dengan opsi lima program studi, BGN berharap suplai pemenuhan ahli bisa terpenuhi tanpa menurunkan standar kompetensi dasar.

    Selain SPPG yang sudah berjalan, pemerintah juga sedang membangun ribuan layanan baru di wilayah terpencil.

    Prof Dadan memberikan rincian sebagai berikut:Total SPPG di remote area: 8.200Dalam proses pembangunan: 4.700Target selesai Desember ini: kurang lebih 170Total penerima manfaat: kurang dari 3 juta orang

    Jumlah besar ini menambah tekanan kebutuhan tenaga ahli gizi, sehingga alternatif dari empat program studi tambahan dianggap solusi realistis.

    Lima jalur ini dinilai relevan karena memiliki dasar ilmiah terkait nutrisi, pangan, dan keamanan konsumsi.

    “Kalau dengan lima sarjana yang ada, mungkin ada. Ini supaya pelayanan SPPG tidak berhenti,” kata Prof Dadan.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Epy Kusnandar Meninggal Dunia di Usia 61 Tahun, Ini Riwayat Sakitnya

    Epy Kusnandar Meninggal Dunia di Usia 61 Tahun, Ini Riwayat Sakitnya

    Jakarta

    Aktor senior Epy Kusnandar meninggal dunia pada hari Rabu (3/12/2025), di usia 61 tahun. Kabar kepergian sang aktor dikonfirmasi oleh sang istri, Karina Ranau, melalui unggahan Instagram yang langsung membuat publik terpukul.

    “Innalillahi wainnalillahi rojiun telah berpulang ke Rahmatullah Epy Kusnandar bin Erning Sutarsa,” tulis Karina dalam Instagram miliknya dilihat detikcom, hari ini.

    Karina juga menjelaskan lokasi persemayaman Epy Kusnandar di Rumah Duka Harmony Residence 88, Jalan Pasir Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jika tidak ada perubahan, jenazah Epy akan dimakamkan besok.

    “Dimakamkan di TPU Jeruk Purut. 4 Desember 2025. 08.00 WIB,” tambahnya.

    Hingga saat ini belum ada informasi terkait penyebab meninggal sang aktor. Meski begitu, Epy diketahui sempat mengidap beberapa penyakit, termasuk stroke ringan pada 2020.

    Kondisi tersebut membuat tubuh bagian kirinya bermasalah. Juga, membuat mata kirinya tak bisa berfungsi secara baik bahkan lama kelamaan buta. Momen itu dibagikan Epy Kusnandar dalam vlognya yang berjudul ‘Epy Kusnandar Mati Sebelah’.

    “Nggak. Belum sampai (tidak bisa jalan). Pelan-pelan dihantamnya,” ujar Epy Kusnandar dilihat detikcom, dikutip dari detikHot

    Tak hanya itu, Epy juga pernah mengidap kanker otak stadium akhir pada 2011.

    Kala itu, Epy mengalami gejala seperti muntah-muntah, demam tinggi, tekanan darah yang melonjak, dan sakit kepala yang luar biasa. Dokter pun sempat memprediksi suram dan memperkirakan bahwa usianya hanya tersisa sekitar empat bulan saja.

    “Alhamdulillah, saya bisa sembuh. Setiap tahun, saya mengingat momen itu. Dari usia 52 ke 53, terus ke 54, saya pikir, ‘Apakah saya masih ada?’ Sekarang sudah 61, dan saya sadar umur itu sebenarnya berkurang, bukan bertambah,” ujarnya saat ditemui di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, dikutip dari detikPop.

    Lihat Video ‘Kabar Duka! Epy Kusnandar Meninggal Dunia’:

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Epy Kusnandar Meninggal Dunia di Usia 61 Tahun, Ini Riwayat Sakitnya

    Epy Kusnandar Meninggal Dunia di Usia 61 Tahun, Ini Riwayat Sakitnya

    Jakarta

    Aktor senior Epy Kusnandar meninggal dunia pada hari Rabu (3/12/2025), di usia 61 tahun. Kabar kepergian sang aktor dikonfirmasi oleh sang istri, Karina Ranau, melalui unggahan Instagram yang langsung membuat publik terpukul.

    “Innalillahi wainnalillahi rojiun telah berpulang ke Rahmatullah Epy Kusnandar bin Erning Sutarsa,” tulis Karina dalam Instagram miliknya dilihat detikcom, hari ini.

    Karina juga menjelaskan lokasi persemayaman Epy Kusnandar di Rumah Duka Harmony Residence 88, Jalan Pasir Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jika tidak ada perubahan, jenazah Epy akan dimakamkan besok.

    “Dimakamkan di TPU Jeruk Purut. 4 Desember 2025. 08.00 WIB,” tambahnya.

    Hingga saat ini belum ada informasi terkait penyebab meninggal sang aktor. Meski begitu, Epy diketahui sempat mengidap beberapa penyakit, termasuk stroke ringan pada 2020.

    Kondisi tersebut membuat tubuh bagian kirinya bermasalah. Juga, membuat mata kirinya tak bisa berfungsi secara baik bahkan lama kelamaan buta. Momen itu dibagikan Epy Kusnandar dalam vlognya yang berjudul ‘Epy Kusnandar Mati Sebelah’.

    “Nggak. Belum sampai (tidak bisa jalan). Pelan-pelan dihantamnya,” ujar Epy Kusnandar dilihat detikcom, dikutip dari detikHot

    Tak hanya itu, Epy juga pernah mengidap kanker otak stadium akhir pada 2011.

    Kala itu, Epy mengalami gejala seperti muntah-muntah, demam tinggi, tekanan darah yang melonjak, dan sakit kepala yang luar biasa. Dokter pun sempat memprediksi suram dan memperkirakan bahwa usianya hanya tersisa sekitar empat bulan saja.

    “Alhamdulillah, saya bisa sembuh. Setiap tahun, saya mengingat momen itu. Dari usia 52 ke 53, terus ke 54, saya pikir, ‘Apakah saya masih ada?’ Sekarang sudah 61, dan saya sadar umur itu sebenarnya berkurang, bukan bertambah,” ujarnya saat ditemui di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, dikutip dari detikPop.

    Lihat Video ‘Kabar Duka! Epy Kusnandar Meninggal Dunia’:

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Epy Kusnandar Meninggal Dunia di Usia 61 Tahun, Ini Riwayat Sakitnya

    Epy Kusnandar Meninggal Dunia di Usia 61 Tahun, Ini Riwayat Sakitnya

    Jakarta

    Aktor senior Epy Kusnandar meninggal dunia pada hari Rabu (3/12/2025), di usia 61 tahun. Kabar kepergian sang aktor dikonfirmasi oleh sang istri, Karina Ranau, melalui unggahan Instagram yang langsung membuat publik terpukul.

    “Innalillahi wainnalillahi rojiun telah berpulang ke Rahmatullah Epy Kusnandar bin Erning Sutarsa,” tulis Karina dalam Instagram miliknya dilihat detikcom, hari ini.

    Karina juga menjelaskan lokasi persemayaman Epy Kusnandar di Rumah Duka Harmony Residence 88, Jalan Pasir Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jika tidak ada perubahan, jenazah Epy akan dimakamkan besok.

    “Dimakamkan di TPU Jeruk Purut. 4 Desember 2025. 08.00 WIB,” tambahnya.

    Hingga saat ini belum ada informasi terkait penyebab meninggal sang aktor. Meski begitu, Epy diketahui sempat mengidap beberapa penyakit, termasuk stroke ringan pada 2020.

    Kondisi tersebut membuat tubuh bagian kirinya bermasalah. Juga, membuat mata kirinya tak bisa berfungsi secara baik bahkan lama kelamaan buta. Momen itu dibagikan Epy Kusnandar dalam vlognya yang berjudul ‘Epy Kusnandar Mati Sebelah’.

    “Nggak. Belum sampai (tidak bisa jalan). Pelan-pelan dihantamnya,” ujar Epy Kusnandar dilihat detikcom, dikutip dari detikHot

    Tak hanya itu, Epy juga pernah mengidap kanker otak stadium akhir pada 2011.

    Kala itu, Epy mengalami gejala seperti muntah-muntah, demam tinggi, tekanan darah yang melonjak, dan sakit kepala yang luar biasa. Dokter pun sempat memprediksi suram dan memperkirakan bahwa usianya hanya tersisa sekitar empat bulan saja.

    “Alhamdulillah, saya bisa sembuh. Setiap tahun, saya mengingat momen itu. Dari usia 52 ke 53, terus ke 54, saya pikir, ‘Apakah saya masih ada?’ Sekarang sudah 61, dan saya sadar umur itu sebenarnya berkurang, bukan bertambah,” ujarnya saat ditemui di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, dikutip dari detikPop.

    Lihat Video ‘Kabar Duka! Epy Kusnandar Meninggal Dunia’:

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)