Category: Detik.com Kesehatan

  • Harus Minum Kopi Berapa Gelas Sehari Biar Tak Mati Muda karena Sakit Jantung?

    Harus Minum Kopi Berapa Gelas Sehari Biar Tak Mati Muda karena Sakit Jantung?

    Jakarta

    Tidak hanya enak, kopi mengandung banyak senyawa bioaktif yang baik untuk tubuh. Berbagai studi menunjukkan konsumsi kopi secara reguler dapat menurunkan risiko berbagai penyakit seperti jantung, diabetes tipe dua, gangguan neurologis, dan penyakit hati.

    Salah satu kandungan yang dikaitkan dengan berbagai manfaat kopi adalah kafein. Kandungan kafein dalam segelas kopi bisa bervariasi tergantung jenisnya. Namun, secara umum satu cangkir kopi berukuran 240 ml mengandung sekitar 100 mg kafein.

    Dikutip dari Healthline, beberapa sumber menyarankan 400 mg kafein atau 4-5 gelas sehari adalah jumlah yang dianggap aman dan baik untuk kesehatan tubuh.

    Pada tahun 2012, ilmuwan di Amerika mencoba mencari tahu hubungan antara konsumsi kopi dan kematian dini. Penelitian melibatkan 402.260 orang berusia 50-71 tahun dalam periode studi selama 12-13 tahun.

    Selama masa studi, sebanyak 33.731 pria dan 18.784 wanita meninggal dunia. Setelah disesuaikan dengan variabel seperti kebiasaan merokok, ditemukan semakin banyak konsumsi kopi, maka risiko kematian semakin rendah.

    Begini temuan angka hazard ratio (HR) pada pria peminum kopi dibandingkan dengan pria yang tidak minum kopi:

    1 cangkir: HR = 0,94

    2-3 cangkir: HR = 0,90

    4-5 cangkir: HR = 0,88

    ≥6 cangkir: HR = 0,90

    Sedangkan, ini HR pada wanita peminum kopi dibandingkan dengan wanita yang tidak meminum kopi.

    1 cangkir: HR = 0,95

    2-3 cangkir: HR = 0,87

    4-5 cangkir: HR = 0,84

    ≥6 cangkir: HR = 0,85

    Angka HR di bawah ‘1’ menunjukkan adanya penurunan risiko kematian dibandingkan dengan yang tidak minum kopi. Ini menunjukkan yang menunjukkan kaitan konsumsi kopi dengan umur lebih panjang.

    Meski begitu, perlu diingat juga kopi sebaiknya tidak diminum dalam jumlah banyak dalam waktu singkat, khususnya bagi orang-orang yang memiliki sensitivitas kafein. Kondisi ini dapat memicu gejala-gejala seperti:

    GelisahCemasPusingSakit perutMudah marahSulit tidur (insomnia)Detak jantung cepatTremor atau gemetar

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Vidi Aldiano Sakit Apa? Update Kondisi Kesehatan Terkini dan Perjalanan Pemulihannya

    Vidi Aldiano Sakit Apa? Update Kondisi Kesehatan Terkini dan Perjalanan Pemulihannya

    Jakarta

    Penyanyi papan atas Vidi Aldiano masih berjuang melawan kanker ginjal stadium 3. Ia pertama kali didiagnosis menderita kanker ginjal pada 2019, dan pada 2023 mengabarkan kankernya telah bermetastasis atau menyebar ke bagian tubuh lainnya.

    Terakhir, pada Juli 2025, Vidi membagikan cerita mengenai proses perawatannya. Ia mengungkapkan penyakit kanker dan rangkaian pengobatan yang dijalaninya membuat berat badannya turun drastis. Suami Sheila Dara itu juga mengaku sering merasa kelelahan akibat kondisinya.

    “Berat badan gue sampai turun 10 kg. Prinsip hidup gue sekarang, gapapa kanker, yang penting badan gue bagus,” ucap Vidi saat itu melalui salah satu unggahannya di media sosial.

    Vidi mengungkapkan perubahan yang terjadi di tubuhnya merupakan efek samping dari pengobatan kanker, seperti terapi radiasi dan kemoterapi. Ia kini mengaku juga tengah berusaha meningkatkan berat badannya agar lebih berisi, meski terasa lebih berat.

    Kanker Ginjal Vidi Aldiano Menyebar

    Pada tahun 2023, kanker yang diidap oleh Vidi Aldiano menyebar. Setahun kemudian, ia sempat curhat bahwa hasil pemeriksaan Positron Emission Tomography scan (PET scan) tidak sesuai dengan harapannya.

    Temuan itu diakuinya sedikit membuatnya stres dan down. Meski begitu, ia bertekad untuk tidak menghentikan perjuangannya untuk menjalani pengobatan demi hasil yang lebih baik.

    “Hasil PET scan-nya itu belum sesuai dengan harapan saya. It’s not bad but it’s not good also yet, masih hopeful untuk terus berjuang melawan penyakit aku ini. It was not easy, still not easy juga sampai hari ini melihat hasil yang masih belum sesuai ekspektasi itu terkadang bikin kita down dan bisa stres juga,” kata Vidi dalam sebuah video yang diunggahnya ke Instagram.

    Efek Kemoterapi

    Perjuangan yang tidak mudah harus dilalui Vidi Aldiano selama kemoterapi. Ia mengaku mengalami efek samping seperti menggigil atau nyeri pada tubuhnya. Ketika bangun tidur, ia juga mengeluhkan kondisi takikardia, kondisi ketika detak jantung relatif tinggi.

    Selama perawatan ia juga berusaha mengelola emosi dan stres lebih baik. Pada awal tahun 2025, Vidi sempat mengungkapkan rencananya untuk berhenti kemoterapi, akibat efek sampingnya yang cukup parah.

    “2025 ini ada kemungkinan gue sudah harus stop kemoterapi gue, karena its been too long dan kalaupun gue lanjutkan mungkin akan ada side effects yang lebih parah di badan gue,” ceritanya.

    “Itu juga salah satu yang bikin kepikiran juga. Terlalu banyak what if, what if, yang muncul di kepala gue, belum lagi beberapa stres yang muncul dari beberapa variabel luar, sementara dokter bilang disease ini sangat amat rentan dengan apa yang namanya stres,” sambung Vidi.

    Ganti Obat di Tahun 2025

    Pada Juni 2025, ia mengaku kondisinya sempat menurun setelah perayaan Idul Fitri 2025. Ternyata, obat yang dikonsumsinya selama lima tahun terakhir sudah perlu diganti.

    “Namun, April kemarin setelah Lebaran kita melakukan another scan untuk mengecek apakah obatnya yang sudah aku pakai 5 tahun itu masih berfungsi atau nggak,” beber Vidi.

    “Dan hasilnya April itu lumayan bikin aku tidak bisa berfungsi beberapa waktu, karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan kali ya, tidak sesuai dengan ekspektasi aku gitu,” sambungnya.

    Dokter mengungkapkan kanker di tubuh Vidi menyebar dengan cepat. Selama beberapa bulan belakangan, ia juga bolak-balik Indonesia dan Malaysia untuk mendapatkan obat baru.

    Vidi mengeluhkan efek samping yang ternyata lebih kuat dari obat baru yang dikonsumsi. Ia berusaha mengatasi rasa sakit dan efek sampingnya beberapa bulan ini.

    “Tapi aku berusaha untuk terus bisa maju setiap harinya dengan tersenyum gitu. Intinya dengan kondisi aku sekarang, aku akan terus fokus untuk bisa menyehatkan badanku dan pikiranku juga,” pungkasnya.

    Apa Itu Kanker Ginjal?

    Dikutip dari Cleveland Clinic, kanker ginjal merupakan pertumbuhan sel tidak normal yang muncul pada jaringan ginjal. Seiring waktu, sel-sel ini membentuk massa yang disebut tumor. Tumor ganas yang bersifat kanker dapat menyebar ke jaringan dan organ lainnya atau metastasis.

    Kanker ginjal paling sering terjadi pada orang berusia 65-74 tahun. Pria dua kali lebih berisiko bila dibandingkan wanita.

    Penyebab Kanker Ginjal

    Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab kanker ginjal. Namun, ada beberapa faktor risiko yang seperti kebiasaan merokok, obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga, dan riwayat terapi radiasi.

    Faktor risiko lain yang mungkin muncul seperti mutasi genetik, dialisis jangka panjang, hingga penyakit-penyakit tertentu seperti Tuberous sclerosis complex dan von Hippel-Lindau disease (VHL) yang sama-sama merupakan kelainan genetik yang menyebabkan pertumbuhan tumor.

    Gejala Kanker Ginjal

    Pada tahap awal, kanker ginjal seringkali tidak menunjukkan gejala. Tapi seiring tumbuhnya tumor, ginjal mulai muncul. Itulah kenapa kasus kanker ginjal sering terlambat terdeteksi.

    Beberapa gejala kanker ginjal yang mungkin muncul meliputi:

    Darah dalam urine (hematuria)Benjolan di area ginjalNyeri di pinggang atau samping tubuhKelelahanMerasa tidak enak badan secara umumKehilangan nafsu makanPenurunan berat badanDemam ringanNyeri tulangTekanan darah tinggiAnemiaKadar kalsium tinggi

    (avk/avk)

  • Video IDAI Minta Tunjangan Dokter Spesialis Daerah 3 T Jangan Dipotong!

    Video IDAI Minta Tunjangan Dokter Spesialis Daerah 3 T Jangan Dipotong!

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyambut baik kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menetapkan tunjangan Rp30 juta tiap bulan bagi dokter spesialis maupun subspesialis yang bekerja di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T).

    Ketua Pengurus Pusat IDAI, DR. Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), meminta pemerintah wajib banget kasih tunjangan & insentif full, gak boleh ada potongan sama sekali. Harus ada dasar hukum yang jelas juga, biar gak sekadar janji.

    Tonton juga berita video lainnya di sini ya…

  • Video: Mengulik Sejumlah Manfaat Direct Breastfeeding

    Video: Mengulik Sejumlah Manfaat Direct Breastfeeding

    Video: Mengulik Sejumlah Manfaat Direct Breastfeeding

  • IDAI Kasih Catatan soal Kebijakan Tunjangan Dokter di Daerah 3T

    IDAI Kasih Catatan soal Kebijakan Tunjangan Dokter di Daerah 3T

    Akhirnya dokter spesialis yang ngabdi di pelosok dapet perhatian lebih nih! Presiden Prabowo teken aturan soal tunjangan khusus.

    Tapi IDAI ngasih reminder, duit saja nggak cukup kalau fasilitas dasar kayak listrik, air, dan internet masih ngadat. katanya ini bukan soal bonus doang, tapi soal layak hidup buat yang berjuang di garis depan kesehatan

    Tonton juga berita video lainnya di sini ya…

  • Benarkah Ada Wanita dengan 3 Payudara? Ini Fakta Medis di Balik Kejadiannya

    Benarkah Ada Wanita dengan 3 Payudara? Ini Fakta Medis di Balik Kejadiannya

    Jakarta

    Pada tahun 2015, seorang dokter di India menemukan kasus langka pada seorang ibu berusia 41 tahun yang memiliki ‘payudara tambahan’ di tubuhnya. Payudara tersebut membesar hingga tiga kali lipat ukuran payudara normal, sehingga menyebabkan nyeri di bahu dan lengan.

    Kondisi ini dikenal secara medis dengan istilah polymastia. Selain menimbulkan ketidaknyamanan fisik, kondisi ini juga berdampak secara psikologis, membuat pasien menarik diri dari kehidupan sosialnya.

    Menurut laporan BMJ Case Report, payudara tambahan merupakan jaringan kelenjar payudara ekstra yang tumbuh di luar lokasi payudara normal. Kondisi ini sangat jarang terjadi dan hanya dialami oleh sekitar 2-6 persen wanita di dunia.

    Polymastia dapat berupa bintik kecil seperti tahi lalat sampai payudara yang benar-benar berfungsi.

    “Perawatan diperlukan jika muncul gejala atau jika jaringan tersebut berkembang menjadi kanker,” kata tim dokter, dikutip dari Mirror, Kamis (7/8/2025).

    Dalam kasus ini, pasien memiliki payudara tambahan di sisi kiri tubuhnya yang terus membesar selama 10 tahun setelah kehamilan pertamanya.

    Untungnya, kondisi tersebut berhasil ditangani melalui prosedur mastektomi (pengangkatan jaringan payudara), dan jaringan payudara tambahan itu berhasil diangkat dengan sukses.

    “Telah dilakukan pengangkatan dengan sukses terhadap sebuah payudara tambahan besar (polymastia) dari seorang wanita berusia 41 tahun di India,” sambung mereka.

    Setelah pulih dari operasi, pasien yang tidak disebutkan namanya itu bisa hidup kembali dengan normal dan berani melakukan hubungan sosial lagi.

    Mengenal Polymastia

    Dikutip dari Cleveland Clinic, polymastia merupakan salah satu jenis kondisi dari supernumerary nipple (puting tambahan). Meski yang umum hanya satu puting tambahan, seseorang bisa memiliki hingga delapan puting tambahan

    Puting ketiga ini terbentuk selama perkembangan embrio. Biasanya muncul sepanjang mammary ridges (garis susu) yang membentang dari ketiak hingga area selangkangan.

    Kondisi ini secara umum sebenarnya tidak berbahaya. Tapi dalam beberapa kasus, seperti yang dialami wanita India, kondisi ini dapat memicu komplikasi yang berbahaya sehingga membutuhkan perawatan dari dokter.

    Sebagai salah satu jenis supernumerary nipple, polymastia merupakan kondisi ketika muncul puting ketiga yang memiliki areola (area gelap sekitar puting), dan sedikit jaringan payudara di bawahnya.

    Ini sedikit berbeda dengan kondisi polythelia yang sering dimirip-miripkan. Pada polythelia, yang muncul di tubuh hanya puting, tanpa areola dan tidak ada jaringan payudara. Polythelia juga lebih umum dibanding polymastia.

    Penyebab Polymastia

    Para peneliti belum mengetahui secara pasti penyebab munculnya kondisi ini. Namun, kemunculannya diduga berkaitan dengan proses awal perkembangan embrio.

    Pada minggu ke-4 atau ke-5 perkembangan embrio, garis susu (milk line) mulai terbentuk sebagai penebalan jaringan kulit. Tak lama kemudian, jaringan payudara mulai berkembang. Seiring berjalannya proses ini, garis susu akan membentuk puting utama, sementara bagian jaringan lain yang menebal biasanya akan menghilang atau melunak kembali.

    Namun, jika sebagian jaringan tidak melunak sepenuhnya, puting atau jaringan payudara tambahan dapat terbentuk di area yang tetap menebal. Meskipun kelainan ini sudah terbentuk sejak masa embrio, gejalanya sering kali baru terlihat saat pubertas atau kehamilan, ketika terjadi perubahan hormon dalam tubuh.

    Sebagian kasus supernumerary nipple atau polymastia terjadi secara acak, bukan karena faktor keturunan. Namun, ada beberapa laporan bahwa kondisi ini diturunkan dalam keluarga.

    Dalam kasus tersebut, kelainan ini diduga diwariskan dengan pola dominan autosomal (cara suatu sifat diwariskan). Meski begitu, para peneliti belum menemukan bukti pasti adanya kaitan genetik.

    Gejala Polymastia

    Kemunculan polymastia atau kondisi supernumerary lain biasanya nampak seperti tanda lahir atau tahi lalat. Karena tidak terlihat aneh, ini membuat pasien biasanya tidak sadar mengalami kondisi tersebut.

    Selain itu, polymastia biasanya muncul di depan tubuh sepanjang garis susu, yaitu area jaringan payudara terbentuk. Dalam banyak kasus, payudara tambahan muncul sendiri atau tidak berpasangan.

    Bentuknya bisa seperti benjolan kecil, berwarna merah atau cokelat, tapi biasanya jauh lebih kecil dibandingkan puting normal. Gejala lain yang dapat muncul akibat polymastia meliputi:

    Pembengkakan di area terdampakNyeriPenebalan di bagian ketiakKeterbatasan pergerakan bahuIritasi akibat gesekan pakaian

    (avk/suc)

  • Gejala Penyakit Chikungunya, Tembus 7.000 Kasus di China

    Gejala Penyakit Chikungunya, Tembus 7.000 Kasus di China

    Jakarta

    China mencatat lebih dari 7.000 kasus virus yang ditularkan melalui nyamuk baru-baru ini di Provinsi Guangdong. Adalah wabah chikungunya yang tengah merebak di sejumlah daerah.

    Restoran dan hotel setempat diarahkan untuk menjaga kebersihan dan mencegah nyamuk terus berkembang biak. Bila gagal, pemerintah akan memberikan denda yang berat.

    Di Kota Foshan misalnya, daerah yang paling parah terdampak, pasien chikungunya diharuskan untuk tetap dirawat di rumah sakit, saat tempat tidur mereka ditutupi kelambu untuk perlindungan. Mereka hanya dapat dipulangkan setelah hasil tes negatif atau setelah menyelesaikan masa inap selama satu minggu.

    Warga Amerika yang berencana bepergian ke China telah didesak untuk lebih berhati-hati setelah merebaknya virus chikungunya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) bahkan mengeluarkan peringatan perjalanan level 2 minggu lalu sebagai tanggapan atas situasi tersebut.

    Chikungunya adalah penyakit virus yang menyebar ke manusia terutama melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kondisi hangat dan lembap selama musim hujan memudahkan nyamuk berkembang biak.

    Meskipun chikungunya jarang terjadi di China, wabah lebih umum terjadi di Asia Selatan dan Tenggara, serta beberapa wilayah Afrika.

    Apa Gejalanya?

    Gejala utama chikungunya adalah nyeri sendi yang parah dan kaku, yang sering kali memengaruhi tangan, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan lutut. Nyeri sendi ini biasanya jauh lebih parah daripada yang terlihat pada infeksi virus lain dan membantu dokter membedakan chikungunya dari penyakit serupa.

    Selain nyeri sendi, pasien juga dapat mengalami nyeri otot, kelelahan, dan kelemahan umum. Ruam merah dan bercak-bercak dapat muncul di badan, anggota badan, atau wajah. Gejala biasanya mulai muncul tiga hingga tujuh hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.

    Tidak ada obat untuk chikungunya, jadi pengobatan berfokus pada meredakan gejalanya. Dokter biasanya menyarankan banyak istirahat, menjaga hidrasi, dan menggunakan obat-obatan seperti pereda nyeri dan penurun demam.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • 10 Soal Tebak Keanehan Gambar untuk Menguji Kemampuan Logika dan Ketajaman Mata

    10 Soal Tebak Keanehan Gambar untuk Menguji Kemampuan Logika dan Ketajaman Mata

    Jakarta

    Kamu pernah melihat sebuah gambar yang sekilas tampak biasa, tapi setelah diperhatikan ternyata menyimpan keanehan? Gambar ini bukan hanya sekedar hiburan visual semata, tapi juga menguji kemampuan logika dan ketajaman mata.

    Dengan memadukan elemen visual yang janggal hingga detail tersembunyi, gambar-gambar aneh ini mengajak otak bekerja lebih keras. Apakah kamu bisa menemukan sejumlah keanehan pada gambar-gambar berikut?

    Tebak Keanehan Gambar

    Coba cari hal yang tampak tidak masuk akal dari gambar. Uji ketajaman penglihatan dan logikamu.

    1. Ada dua unta yang sedang berjalan di padang pasir. Meski tampak biasa saja, tapi coba perhatikan, ada apa yang salah dengan gambar unta tersebut?

    Asah otak detikHealth Foto: detikHealth

    2. Pada gambar, terdapat dua kereta yang datang dari arah berbeda. Namun ada yang berbeda dari keduanya.

    Asah otak detikHealth Foto: detikHealth

    3. Ibu ini menuangkan air ke gelas anaknya yang sedang makan. Kira-kira apa yang salah?

    Asah otak detikHealth Foto: detikHealth

    4. Seorang astronot sedang mendarat di luar angkasa. Tapi, ada yang janggal dari gambar ini.

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus/detikHealth

    5. Ada seorang laki-laki yang sedang menangkap ikan sambil menaiki perahu. Coba cari detail dari gambar yang tidak masuk akal.

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus/detikHealth

    6. Perahu ini sedang bersandar di pelabuhan. Apa yang aneh pada gambar?

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus/detikHealth

    7. 4 anak ini sedang bermain basket. Kira-kira-apa yang janggal?

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    8. Gambar ini menunjukkan guru yang sedang mengajar di kelas di sekolah. Bisakah kamu menemukan beberapa kejanggalannya?

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    9. Ada dua laki-laki dan dua perempuan dalam gambar. Salah satunya sedang membersihkan lantai. Apa yang salah?

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    10. Kali ini cukup mudah. Bisakah kamu menemukan hal janggal dari gambar?

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus Anwar/detikHealth

    Jawaban Tebak Keanehan Gambar

    Apakah jawabanmu benar semua?Jika iya berarti kamu hebat.

    1. Unta sedang berjalan di siang hari. Seharusnya di tengah matahari yang terik terlihat bayangannya.

    Asah otak detikHealth Foto: detikHealth

    2. Kereta normal seharusnya terdiri dari lokomotif sebagai penggerak dan gerbong-gerbong. Tapi dalam gambar ada kereta yang memiliki dua lokomotif, semenara yang lainnya hanya memiliki gerbong.

    Asah otak detikHealth Foto: detikHealth

    3. Ibu menuangkan air namun dari wadah yang kosong. Mejanya juga tidak memiliki kaki-kaki yang lengkap.

    Asah otak detikHealth Foto: detikHealth

    4. Ada dua bulan. Jika astronot ada di bulan. Seharusnya yang terlihat di belakangnya adalah bumi.

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus/detikHealth

    5. Ikan yang ditangkap tidak punya sirip

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus/detikHealth

    6. Pintu masuknya terlalu kecil untuk perahu

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus/detikHealth

    7. Mereka bermain basket, tapi tidak ada ring basket

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    8. Ada tiga hal yang janggal, tongkat guru menyala, hari sudah malam,dan alat tulis murid menggunakan bulu

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    9. Kasihan, kucingnya jadi alat pel

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    10. Harusnya di malam hari terlihat bulan, bukan bumi.

    Asah otak detikHealth Foto: Firdaus Anwar/detikHealth

    Halaman 2 dari 8

    (elk/up)

  • 6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    Jakarta

    Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Nama COVID-19 sendiri merupakan singkatan dari:

    CO = coronaVI = virusD = disease (penyakit)19 = tahun ditemukannya, yaitu 2019.

    Awalnya, virus ini dikenal sebagai 2019-nCoV (novel coronavirus) dan menjadi penyebab pandemi global pada akhir 2019. Pada Mei 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status darurat kesehatan global (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Meski demikian, virus ini masih tetap ada dan dapat menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat.

    Dikutip dari Baylor College of Medicine, SARS-CoV-2 merupakan salah satu dari banyak jenis virus dalam keluarga coronavirus, yang dinamai demikian karena bentuknya yang seperti mahkota (corona) saat dilihat dengan mikroskop. Kelompok virus ini terdiri dari virus-virus yang saling berkerabat secara genetik, namun berbeda satu sama lain.

    Coronavirus bisa menyebabkan berbagai penyakit saluran pernapasan pada manusia,mulai dari yang ringan seperti flu biasa, hingga yang berat. Selain itu, beberapa jenis coronavirus juga bisa menginfeksi hewan dan menyebabkan berbagai penyakit.

    1. Coronavirus Sebelumnya yang Pernah Muncul

    Dalam dua dekade sebelum 2019, dua jenis coronavirus telah muncul dan menyebabkan infeksi pernapasan serius pada manusia:

    SARS-CoV – Muncul pada akhir 2002 di Provinsi Guangdong, China, menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).MERS-CoV – Muncul di Timur Tengah tahun 2012, menyebabkan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

    Berbeda dengan SARS-CoV-2, kedua virus ini tidak menyebabkan wabah global yang berkepanjangan. Ini karena orang yang terinfeksi SARS atau MERS umumnya hanya menularkan virus setelah menunjukkan gejala. Hal ini memudahkan isolasi dan pencegahan penularan. Sebaliknya, SARS-CoV-2 dapat menular bahkan saat penderitanya belum bergejala, sehingga lebih sulit dikendalikan.

    2. Asal Usul SARS-CoV-2

    Virus SARS-CoV-2 muncul pada akhir 2019 di Wuhan, China. Hingga kini, belum diketahui secara pasti bagaimana manusia pertama kali terinfeksi virus ini. Namun, semua bukti mengarah pada asal alami. Virus ini sangat mirip dengan coronavirus yang ditemukan pada kelelawar.

    Kemungkinan besar, virus berpindah dari kelelawar ke hewan perantara, lalu menular ke manusia yang berinteraksi dekat dengan hewan tersebut. Virus hewan umumnya tidak langsung bisa menular antarmanusia, kecuali sudah mengalami adaptasi tertentu. Proses perpindahan dari hewan ke manusia ini disebut zoonosis, dan juga terjadi pada penyakit lain seperti influenza dan HIV.

    3. Penularan COVID-19

    SARS-CoV-2 sangat mudah menular dari satu orang ke orang lain. Virus ini menyebar lebih efisien dibandingkan influenza, tapi tidak secepat campak (measles), salah satu virus paling menular yang diketahui.

    Orang yang terinfeksi akan melepaskan partikel virus melalui mulut dan hidung saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas berat. Partikel virus ini terbawa dalam tetesan pernapasan besar dan kecil (aerosol). Tetesan besar akan cepat jatuh ke permukaan, sedangkan aerosol bisa bertahan lebih lama di udara dan menjangkau jarak yang lebih jauh.

    Penularan COVID-19 umumnya terjadi saat tetesan pernapasan dihirup atau menempel pada selaput lendir di mulut dan hidung orang yang berada dekat dengan penderita (kurang dari 2 meter).

    Dalam kondisi tertentu, terutama di ruangan tertutup dengan ventilasi buruk, penularan melalui aerosol juga bisa terjadi hingga jarak lebih dari 2 meter.

    Penularan melalui permukaan benda yang terkontaminasi juga mungkin terjadi, walau tidak umum. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata, ia bisa tertular. Meskipun risiko ini rendah, mencuci tangan secara teratur tetap dianjurkan.

    Risiko penularan tertinggi terjadi di tempat yang ramai, tertutup, dan berventilasi buruk, seperti bar, restoran, atau ruangan pertemuan. Risiko meningkat saat tidak ada yang menggunakan masker, baik pengidap maupun orang di sekitarnya.

    4. Gejala dan Komplikasi COVID-19

    Gejala COVID-19 sangat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum meliputi:

    Demam dan menggigilBatukSesak napasKelelahanNyeri otot dan tubuhHilang penciuman atau perasa

    Gejala biasanya muncul 2-14 hari setelah terpapar. Orang dengan usia lanjut atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes, penyakit jantung, paru, atau obesitas berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius.

    Meski kebanyakan orang pulih dalam beberapa hari, sebagian pasien mengalami gejala berkepanjangan yang disebut long COVID. Gejalanya bisa berupa:

    KelelahanSesak napasBrain fog atau kesulitan konsentrasiNyeri kepalaGangguan pada jantung, paru, atau saraf

    Bahkan pasien dengan gejala awal yang ringan pun bisa mengalami gejala jangka panjang ini.

    5. Klasifikasi dan Struktur Virus

    Virus dari famili Coronaviridae dibagi menjadi empat kelompok: alfa, beta, gamma, dan delta. Virus dari kelompok alfa dan beta biasanya menginfeksi mamalia, sementara gamma dan delta umumnya menyerang burung. Dari tujuh jenis coronavirus yang diketahui dapat menginfeksi manusia (semuanya dari kelompok alfa dan beta), empat di antaranya hanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan dan menyumbang 10-30 persen dari kasus flu biasa. Tiga lainnya, SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2 , dapat menyebabkan penyakit berat dan termasuk dalam kelompok beta.

    Virus diklasifikasikan berdasarkan berbagai karakteristik, seperti jenis materi genetik yang dibawanya (DNA atau RNA) dan apakah virus tersebut diselimuti oleh lapisan lemak (envelope) atau tidak. Informasi genetik virus corona berada pada untaian RNA positif sepanjang 30.000 nukleotida, salah satu genom terbesar di antara virus RNA. Genom ini dilindungi oleh lapisan envelope.

    Partikel virus corona terdiri dari empat protein struktural utama:

    N (nukleokapsid): membungkus RNA genom.S (spike/duri): menonjol keluar dari envelope dan memberi virus bentuk seperti mahkota.M (membran) dan E (envelope): terintegrasi dalam envelope lipid.

    Protein S memainkan peran penting dalam proses infeksi karena berfungsi mengenali reseptor sel inang dan memungkinkan virus masuk ke dalam sel untuk mereplikasi diri. Oleh karena itu, protein ini menjadi target utama dalam pengembangan vaksin COVID-19.

    6. Varian COVID-19

    Dikutip dari Yale Medicine, satu hal yang pasti tentang SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, adalah sifatnya yang terus berubah. Sejak awal pandemi, kita telah melihat sejumlah varian menonjol, termasuk Alpha, Beta, Delta, dan Omicron.

    Meskipun kemunculan varian baru merupakan bagian alami dari evolusi virus, pemantauan terhadap setiap varian yang muncul tetap sangat penting. Hal ini bertujuan agar dunia selalu dalam kondisi siap siaga.

    Pemantauan menjadi semakin krusial jika varian baru tersebut terbukti lebih agresif, lebih mudah menular, kebal terhadap vaksin, menyebabkan gejala lebih parah, atau bahkan memiliki semua karakteristik tersebut dibandingkan varian asli virus.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan nama pada varian baru virus corona menggunakan huruf-huruf dari alfabet Yunani, dimulai dari varian Alpha yang muncul pada tahun 2020.

    (suc/suc)

  • Ngeri! Populasi Warga Jepang Terus Menyusut, Jumlah Bayi yang Lahir Makin Dikit

    Ngeri! Populasi Warga Jepang Terus Menyusut, Jumlah Bayi yang Lahir Makin Dikit

    Jakarta

    Penurunan populasi di Jepang semakin ngeri. Belum ada tanda perbaikan dari tren tersebut, dengan laporan terakhir di tahun lalu menunjukkan populasi Jepang menyusut hingga 900 ribu jiwa. Catatan ini menjadi rekor tertinggi penyusutan populasi Jepang.

    Data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi pada hari Rabu menunjukkan jumlah warga negara Jepang turun sebanyak 908.574 jiwa pada 2024, sehingga total populasi menjadi 120 juta jiwa.

    Sejak mencapai puncaknya di angka 126,6 juta jiwa pada 2009, populasi Jepang telah menurun selama 16 tahun berturut-turut, yang disebabkan berbagai faktor termasuk masalah ekonomi dan norma gender yang mengakar.

    Dengan populasi warga negara Jepang yang diperkirakan terus menurun selama beberapa dekade, negara ini akan merasakan dampaknya terhadap sistem pensiun dan perawatan kesehatan, serta infrastruktur sosial lain yang sulit dipertahankan dengan jumlah tenaga kerja menyusut.

    Pemerintah telah berupaya melawan penurunan ini selama lebih dari satu dekade, melakukan segala cara, mulai dari memberikan subsidi persalinan dan perumahan hingga mendorong para ayah untuk mengambil cuti, menemani pasangan mereka.

    Namun setiap tahun, semakin sedikit bayi yang lahir, dan semakin banyak kematian yang tercatat.

    Dinilai menjadi sebuah lingkaran setan di tengah populasi yang semakin menua. Proporsi lansia bahkan hampir mencapai 30 persen menurut data terbaru, sementara proporsi dewasa muda, usia subur dan usia kerja, terus menyusut.

    Tahun lalu pun sama. Jumlah kelahiran yang tercatat, hanya 687.689, merupakan yang terendah di antara catatan lain bahkan sejak 1968, sementara jumlah kematian hampir mencapai 1,6 juta.

    Populasi usia kerja, yang didefinisikan antara 15 hingga 64 tahun, hanya mencapai 59 persen dari populasi Jepang tahun lalu, jauh lebih rendah daripada rata-rata global sebesar 65 persen, menurut Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

    Penurunan ini telah berlangsung selama beberapa dekade, akibat tingkat kelahiran Jepang secara konsisten rendah sejak 1970-an. Oleh karena itu, menurut sosiolog dan demografer, tidak ada solusi cepat dan hal ini cenderung tidak dapat dibalikkan.

    Sekalipun Jepang berhasil meningkatkan tingkat kelahirannya secara dramatis dan besar, populasinya pasti akan terus menurun setidaknya selama beberapa dekade lagi hingga rasio usia muda-tua yang tidak seimbang mencapai keseimbangan, dan bayi-bayi yang lahir kini mencapai usia subur.

    Dikutip dari CNN, para ahli telah melihat tingginya biaya hidup di Jepang, ekonomi dan upah yang stagnan, ruang yang terbatas, dan budaya kerja tinggi tekanan di balik alasan mengapa semakin sedikit orang yang memilih berkencan, menikah, atau memiliki anak.

    Inikah Pemicunya?

    Bagi perempuan, biaya ekonomi bukanlah satu-satunya hal yang tidak disukai. Jepang merupakan masyarakat yang sangat patriarki, saat perempuan yang sudah menikah seringkali diharapkan untuk mengambil peran pengasuh, meskipun pemerintah berupaya untuk lebih melibatkan suami. Orang tua tunggal jauh lebih jarang di Jepang dibandingkan banyak negara Barat.

    Banyak dari masalah ini juga mengganggu negara-negara Asia Timur lainnya dengan masalah populasi mereka sendiri, termasuk China dan Korea Selatan.

    Menurut model pemerintah, yang terakhir direvisi pada 2023, populasi Jepang akan turun sebesar 30 persen pada 2070.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Warganya Ogah Nikah, Populasi Jepang Alami Penurunan 15 Tahun Berturut-Turut”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)