Category: Detik.com Kesehatan

  • Gejala COVID Varian Stratus dan Cara Pencegahannya

    Gejala COVID Varian Stratus dan Cara Pencegahannya

    Jakarta

    COVID varian Stratus atau disebut XFG telah menjadi varian yang merebak di dunia, termasuk di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI beberapa waktu lalu melaporkan COVID varian Stratus sudah mendominasi setidaknya 75 persen dari total kasus COVID di Indonesia pada Mei 2025. Bahkan meningkat menjadi 100 persen di Juni 2025.

    Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    Meski demikian, Kemenkes menyebutkan varian dominan COVID-19 yang merebak di Indonesia tergolong dalam kategori risiko rendah (low risk). Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun tetap menjaga protokol kesehatan, terutama bagi kelompok rentan.

    “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal Spread di mana per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara, paling banyak dari Eropa dan Asia per Juni 2025,” demikian laporan Kemenkes beberapa waktu lalu.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” lanjut Kemenkes.

    Stratus atau XFG adalah varian SARS-CoV-2 yang merupakan hasil rekombinasi dari garis keturunan LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025. Laporan WHO mengatakan XFG telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) karena proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Adapun COVID-19 varian Stratus memiliki dua strain, yakni XFG dan XFG.3. Menurut seorang ahli virologi dari Universitas Warwick, Professor Lawrence Young, kedua strain Stratus, yaitu XFG dan XFG.3, disebut menyebar dengan cepat.

    Meski begitu, hanya varian XFG yang masuk ke dalam daftar VUM oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Istilah VUM digunakan untuk memberi sinyal kepada otoritas kesehatan masyarakat bahwa suatu varian SARS-CoV-2 berpotensi memerlukan perhatian dan pemantauan lebih lanjut.

    Gejala COVID Varian Stratus

    Pada dasarnya, gejala COVID varian Stratus mirip dengan varian lainnya. Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC) membeberkan gejala COVID yang umum seperti:

    Demam atau menggigilBatukKelelahanSakit tenggorokanKehilangan rasa atau penciumanPenyumbatanNyeri ototSesak napasSakit kepalaMual atau muntah

    COVID varian Stratus juga memiliki gejala khas. Beberapa laporan menunjukkan bahwa individu yang terinfeksi juga melaporkan suara serak atau suara yang kasar dan parau. Gejala khas ini dapat membantu membedakan XFG dari varian maupun subvarian lainnya.

    “Gejala Stratus adalah suara parau, atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice,” tutur Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama beberapa waktu lalu.

    Cara Pencegahan

    Sebagai kewaspadaan, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk menerapkan sejumlah hal berikut.

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain.Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi masyarakat jika jika berada di kerumunan atau sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.Bagi pelaku perjalanan jika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/ bandar udara/ PLBN setempat.

    (suc/suc)

  • Kebiasaan Sederhana yang Tak Disangka Bantu Cegah Kena Stroke

    Kebiasaan Sederhana yang Tak Disangka Bantu Cegah Kena Stroke

    Jakarta

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan olahraga yang dapat mengurangi risiko stroke. Mereka menganjurkan untuk 150 menit per minggu untuk aktivitas fisik sedang, 75 menit untuk aktivitas berat, atau kombinasi keduanya.

    Sebuah studi baru menemukan bahwa semua tingkat aktivitas fisik, termasuk aktivitas fisik waktu luang (LTPA) dapat mengurangi risiko stroke. Temuan ini menunjukkan bahwa melakukan aktivitas fisik waktu luang jauh di bawah ambang batas yang direkomendasikan untuk olahraga, dapat menurunkan risiko stroke sebesar 18 persen dibandingkan dengan tidak melakukan aktivitas fisik sama sekali.

    “Berolahraga 150 menit seminggu dapat mengurangi risiko stroke sebesar 29 persen dan tingkat aktivitas fisik, yang serupa dapat menguranginya sebesar 27 persen,” tulis studi yang dipublikasikan di Journal of Neurology Neurosurgery & Psychiatry.

    Aktivitas Fisik di Waktu Luang untuk Mengurangi Stroke

    Dikutip dari Medical News Today, studi ini merupakan analisis dari 15 studi yang melibatkan 75.050 partisipan. Karena studi-studi tersebut dilakukan secara independen, analisis ini berupaya menemukan titik temu di antara keduanya.

    Periode tindak lanjut rata-rata adalah 125,7 bulan, plus minus 77,5 bulan. Dalam beberapa studi, luaran untuk tiga tingkat aktivitas dinilai:

    Tidak ada aktivitas fisik.Olahraga di bawah target 150 menit.Memenuhi rekomendasi 150 menit untuk olahraga.

    Dalam studi-studi ini, tingkat di bawah target dikaitkan dengan penurunan risiko stroke sebesar 18 persen, dibandingkan dengan tidak ada aktivitas.

    Studi lain melibatkan empat atau lima tingkat aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah dalam studi-studi ini menunjukkan penurunan risiko stroke yang serupa, dibandingkan dengan tidak ada aktivitas sama sekali.

    Keterbatasan Studi

    Manfaat dari tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah pun konsisten pada pria dan wanita, serta semua kelompok usia. Meskipun temuannya menjanjikan, para penulis mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian ini.

    Di seluruh populasi studi, berbagai faktor membuat penarikan kesimpulan definitif menjadi lebih sulit. Di antaranya adalah metodologi penelitian yang berbeda dan beragamnya ras dan etnis, usia, keseimbangan pria dan wanita, serta lamanya periode tindak lanjut.

    “Sisi negatif dari penelitian ini adalah adanya banyak definisi berbeda tentang aktivitas rendah. Tetapi, hal itu dapat memiliki arti yang berbeda dalam studi yang berbeda,” terang direktur medis Program Jantung Struktural di MemorialCare Heart & Vascular Institute, Saddleback Medical Center, Dr Cheng-Han Chen.

    Seberapa Banyak Aktivitas Fisik yang Sebenarnya Dibutuhkan?

    Dr Chen mencatat bahwa efek aktivitas fisik di waktu luang yang ditemukan dalam penelitian ini tampak signifikan. Ia mengatakan ada banyak cara untuk memenuhi target aktivitas fisik yang direkomendasikan, seperti sesi kecil olahraga dasar yang dilakukan selama seminggu.

    “Berjalan kaki 10 menit di pagi hari dan 10 menit di sore hari. Dan itu sebenarnya 140 menit seminggu,” katanya.

    Selain itu, aktivitas fisik ringan yang dapat menurunkan risiko stroke, seperti:

    Membuka pintu, berjalan selama 5 menit ke satu arah, lalu berbalik dan berjalan pulang selama 5 menit dua kali sehari.Naik turun tangga selama 5 menit beberapa kali sehari.

    “Berapa pun jumlah olahraganya lebih baik daripada tidak berolahraga sama sekali,” tambah Dr Chen.

    Dr Chen juga mengungkapkan hal lain yang dapat membantu menyehatkan jantung dan dapat membantu menurunkan risiko stroke.

    “Jangan merokok, kelola tekanan darah, kelola kolesterol, kelola berat badan, dan kelola gula darah,” sambungnya.

    Dr Jayne Morgan, seorang ahli jantung dan direktur eksekutif Kesehatan dan Pendidikan Masyarakat di Piedmont Healthcare Corporation di Atlanta, juga menyarankan untuk lebih banyak mengonsumsi air putih. Hal ini dapat membantu darah tidak berubah menjadi terlalu kental.

    “Air dapat membuat darah lebih encer dan tidak terlalu kental, sehingga mengurangi risiko stroke,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa membatasi asupan alkohol dapat membantu menjaga tekanan darah tetap sehat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Siapa Sangka, Kebiasaan Ngupil Bisa Jadi Memicu Penyakit Otak Serius

    Siapa Sangka, Kebiasaan Ngupil Bisa Jadi Memicu Penyakit Otak Serius

    Jakarta

    Sebuah studi menemukan hubungan antara kebiasaan ngupil dan peningkatan risiko demensia. Demensia adalah gangguan fungsi otak yang memicu penurunan kemampuan berpikir dan mengingat, salah satu contohnya seperti alzheimer.

    Mengupil disebut dapat memicu kerusakan jaringan dalam hidung yang membuat spesies bakteri tertentu memiliki jalur lebih mudah untuk menginfeksi otak. Otak kemudian merespons keberadaan bakteri tersebut dengan cara menyerupai tanda penyakit alzheimer.

    Penelitian dilakukan oleh ilmuwan Griffith University Australia menggunakan bakteri Chlamydia pneumoniae, yang umumnya dapat memicu pneumonia pada manusia, pada tikus uji coba. Bakteri ini juga ditemukan pada sebagian besar otak manusia yang memiliki demensia.

    Hasilnya menunjukkan bakteri dapat bergerak melalui saraf penciuman yang menghubungkan rongga hidung dengan otak. Tak hanya itu, kerusakan pada epitel hidung (lapisan rongga hidung) juga membuat infeksi pada saraf menjadi lebih parah.

    Tikus akhirnya menghasilkan lebih banyak protein amyloid-beta, protein yang dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi. Plak protein ini juga ditemukan dalam jumlah besar pada otak manusia pengidap alzheimer.

    “Kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa Chlamydia pneumoniae dapat langsung masuk melalui hidung ke otak dan memicu patologi yang mirip penyakit Alzheimer,” kata ahli saraf Griffith University, James St John, dikutip dari Science Alert, Senin (11/8/2025).

    “Kami melihat hal ini terjadi pada model tikus, dan buktinya berpotensi menakutkan bagi manusia juga,” sambungnya.

    Dalam waktu 24-72 jam, bakteri Chlamydia pneumoniae sudah menguasai sistem saraf pusat tikus. Diperkirakan hidung bisa menjadi jalur tercepat bagi virus dan bakteri untuk menuju otak.

    Meskipun belum pasti efeknya sama pada manusia, mereka beranggapan temuan ini disebut harus diteliti lebih lanjut untuk mengetahui risikonya pada manusia.

    “Kita perlu melakukan studi ini pada manusia dan memastikan apakah jalurnya bekerja dengan cara yang sama,” kata John.

    “Ini adalah penelitian yang telah diusulkan banyak orang, tetapi belum pernah dilakukan. Yang kita ketahui adalah bakteri ini juga ada pada manusia, namun kita belum tahu bagaimana cara mereka sampai ke sana,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • 10 Soal Tes Ketajaman Mata untuk Melatih Fokus, Temukan Kata dan Angka yang Berbeda!

    10 Soal Tes Ketajaman Mata untuk Melatih Fokus, Temukan Kata dan Angka yang Berbeda!

    Jakarta

    Tes ketajaman mata bisa jadi permainan yang melatih fokus. Salah satu bentuknya adalah mencari kata atau angka yang berbeda di antara banyaknya deretan angka dan kata yang sama.

    Tantangan sederhana ini menguji kecepatan dan ketelitian dalam memperhatikan detail kecil. Terlihat mudah, tapi coba jawab semuanya dengan cepat!

    Soal Temukan Kata dan Angka yang Berbeda

    Berikut beberapa soal tes ketajaman mata dalam menemukan kata atau angka yang berbeda. Coba perhatikan baik-baik setiap soalnya.

    1. Ada begitu banyak kata cuka di sini. Tapi ada satu yang berbeda.

    asah otak Foto: Fadilla Namira/detikHealth

    2. Perhatikan dengan seksama di banyaknya kata rancu di bawah ini. Ada satu kata berbeda yang terselip.

    asah otak Foto: Fadilla Namira/detikHealth

    3. Coba temukan kata yang berbeda di antara banyaknya kata topi berikut ini. Ketemu dalam berapa detik?

    asah otak Foto: Fadilla Namira/detikHealth

    4. Jangan sampai terkecoh. Tidak semua angka dalam gambar adalah 9. Bisakah kamu menemukannya dengan cepat?

    Tes Ketajaman Mata, Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    5. Kali ini cukup mudah. Coba cari angka yang berbeda di antara banyaknya angka 2.

    Tes Ketajaman Mata, Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    6. Masih sama seperti soal sebelumnya. Temukan satu angka berbeda di antara angka 8.

    Tes Ketajaman Mata, Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    7. Semua terlihat seperti kata “suka”. Coba temukan kata saku dengan cepat!

    Asah otak Foto: detikHealth

    8. Dalam waktu lima detik, cari kata yang berbeda dari banyaknya kata kepala ini.

    Uji Kejelian Mata Lewat Tebak Kata, Bisa Jawab Kurang dari 5 Detik? Foto: detikhealth

    9. Fokus lagi. Coba temukan kata Keledai di antara kata kedelai.

    Uji Kejelian Mata Lewat Tebak Kata, Bisa Jawab Kurang dari 5 Detik? Foto: detikhealth

    10. Soal terakhir. Kalau kamu bisa jawab semua pertanyaan ini berarti mata kamu memang jeli.

    Uji Kejelian Mata Lewat Tebak Kata, Bisa Jawab Kurang dari 5 Detik? Foto: detikhealth

    Jawaban Soal Temukan Kata dan Angka yang Berbeda

    Inilah jawaban dari setiap soal tes ketajaman mata.

    1. Kata suka ternyata ada di antara cuka. Ada di kolom kedua sebelah kiri.

    asah otak Foto: Fadilla Namira/detikHealth

    2. Wah, ada kata racun yang terselip. Berhasil menemukannya tidak?

    asah otak Foto: Fadilla Namira/detikHealth

    3. Kata kopi jadi pembeda di antara kata lainnya. Sulit tidak menemukannya?

    asah otak Foto: Fadilla Namira/detikHealth

    4. Ada angka 9 terbalik yang terselip alias angka 6. Hayo kamu menemukannya dalam berapa detik?

    Tes Ketajaman Mata, Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    5. Satu angka 7 ada di antara banyaknya angka 2. Tidak sulit menemukannya kan?

    Tes Ketajaman Mata, Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    6. Ya, ada angka 3 di bagian kanan bawah. Kamu bisa mencarinya dengan cepat bukan?

    Tes Ketajaman Mata, Berhasil Temukan Angka Berbeda dalam 5 Detik? Foto: detikhealth/ Jieffa Nurhaliza

    7. Sekilas agak mirip. Kata saku ternyata ada di sini

    Asah otak Foto: detikHealth

    8. Perlu fokus, ada kata kelapa di antara banyaknya kata kepala di sini. Kalau bisa menemukannya kurang dari 5 detik kamu hebat.

    Uji Kejelian Mata Lewat Tebak Kata, Bisa Jawab Kurang dari 5 Detik? Foto: detikhealth

    9. Mirip dengan kata kedelai, ada kata keledai yang terselip. Berhasil menemukannya?

    Uji Kejelian Mata Lewat Tebak Kata, Bisa Jawab Kurang dari 5 Detik? Foto: detikhealth

    10. Ternyata ada kata ribu di sini. Bagaimana? Kamu bisa menjawab semuanya?

    Uji Kejelian Mata Lewat Tebak Kata, Bisa Jawab Kurang dari 5 Detik? Foto: detikhealth

    Halaman 2 dari 8

    (elk/up)

  • Mengenal Cakramaya, Pendekatan Alami untuk Merawat Tubuh

    Mengenal Cakramaya, Pendekatan Alami untuk Merawat Tubuh

    Jakarta

    Dalam keseharian, tubuh sering memberi sinyal kecil seperti, rasa pegal usai beraktivitas, perut terasa kembung, atau tengkuk yang mulai kaku karena duduk terlalu lama. Meski terlihat ringan, gangguan-gangguan semacam ini jika dibiarkan bisa mengganggu kenyamanan beraktivitas. Salah satu pendekatan yang sudah dikenal sejak lama dalam merawat tubuh secara alami adalah penggunaan minyak balur herbal.

    Salah satu nama yang kerap muncul dalam praktik ini adalah Cakramaya. Bukan sekadar istilah, Cakramaya mencerminkan konsep perawatan tubuh berbasis tumbuhan yang dilakukan dengan sentuhan lembut, kehangatan alami, dan aroma yang menenangkan.

    Kembali ke Akar Tradisi

    Minyak balur adalah bagian dari tradisi pengobatan di banyak budaya, baik di Indonesia, Tiongkok, India, maupun Timur Tengah. Biasanya digunakan dengan cara dioleskan pada bagian tubuh tertentu untuk meredakan keluhan ringan seperti masuk angin, nyeri otot, atau rasa tidak nyaman di perut. Tak jarang, proses membalur juga disertai pijatan ringan yang membantu relaksasi.

    Penggunaan minyak semacam ini bukan hanya dimaksudkan untuk efek fisik, tetapi juga memberi manfaat psikologis melalui aroma dan rasa hangat yang ditimbulkan. Aktivitas ini sering menjadi bentuk perhatian sederhana terhadap tubuh, khususnya di tengah kesibukan harian.

    Kombinasi Minyak Alami

    Cakramaya dikenal dengan pendekatannya yang menggabungkan tujuh jenis minyak herbal yang masing-masing memiliki karakteristik unik. Di antaranya adalah:

    – Minyak peppermint, dikenal menyegarkan dan membantu meredakan mual serta ketegangan otot

    – Minyak eucalyptus, memberikan efek hangat dan membantu melegakan pernapasan

    – Bunga lawang, yang memiliki sifat antiinflamasi alami

    – Adas, sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi kembung dan gangguan pencernaan ringan

    – Minyak jeruk, dikenal dengan aroma yang menenangkan dan memberi rasa nyaman

    – Minyak biji anggur, kaya antioksidan dan baik untuk kelembapan kulit

    – Minyak kelapa, berfungsi sebagai pelarut alami dan pelindung kulit

    Kombinasi ini dirancang untuk saling melengkapi, menciptakan efek menyeluruh bagi tubuh – baik dari sisi kenyamanan fisik maupun relaksasi mental.

    Minyak Herbal Cakramaya Foto: Cakramaya

    Manfaat Secara Keseluruhan

    Quality Control Cakramaya Randi Prasetyo ada berbagai manfaat yang dapat dirasakan dari penggunaan Cakramaya.

    “Ketika ketujuh unsur alami ini dikombinasikan dalam satu formula, terciptalah sebuah pendekatan yang menyatu, yakni meredakan keluhan ringan, menenangkan sistem tubuh, serta menjaga kebugaran harian secara menyeluruh,” ujar Randi dalam keterangannya, Senin (11/8/2025).

    Secara keseluruhan, penggunaan Cakramaya dapat membantu:

    – Menghangatkan tubuh, terutama saat cuaca dingin atau saat tubuh mulai terasa tidak nyaman

    – Meredakan ketegangan otot setelah aktivitas berat atau posisi duduk terlalu lama

    – Mengurangi rasa mual, perut kembung, dan masuk angin melalui efek aromatik dan topikal

    – Membantu relaksasi dengan aroma yang menenangkan dan efek pijatan ringan

    – Mendukung perawatan kulit ringan, menjaga kelembapan dan melindungi dari iritasi ringan

    Fungsinya bukan hanya pada satu titik, tapi justru menyatu dalam dukungan harian yang ringan namun bermakna. Ia tidak menggantikan pengobatan medis, tetapi berperan sebagai pelengkap dalam menjaga keseimbangan tubuh secara alami.

    Manfaat dalam Aktivitas Sehari-hari

    Randi mengungkapkan membalur tubuh bukan hanya soal mengatasi keluhan, tapi juga soal membangun hubungan yang lebih peka dengan tubuh sendiri. Banyak orang menggunakan minyak balur sebagai rutinitas sederhana sebelum tidur, setelah mandi, atau saat merasa lelah.

    Aroma alami yang dihasilkan juga seringkali memberi efek menenangkan, membantu tubuh dan pikiran beristirahat dengan lebih baik.

    “Kegiatan membalur dapat menjadi pengingat untuk tidak mengabaikan isyarat tubuh, serta mendorong kita lebih sadar terhadap kebutuhan istirahat, gerak, dan perhatian kecil yang bisa berdampak besar,
    ujar Randi.

    Cakramaya hadir sebagai bagian dari semangat kembali ke metode perawatan diri yang lebih alami dan lembut. Di tengah dunia yang bergerak cepat, pendekatan seperti ini mengingatkan kita bahwa merawat tubuh tidak selalu harus dengan cara yang rumit. Terkadang, baluran hangat, aroma herbal, dan momen tenang sejenak bisa menjadi bentuk pemulihan yang paling bermakna.

    Menghargai tubuh adalah langkah awal menuju kesehatan yang lebih utuh. Dan dalam baluran minyak yang menenangkan, mungkin kita sedang belajar untuk lebih mendengarkan, lebih memperhatikan, dan lebih menyayangi diri sendiri.

    (ega/ega)

  • 38% Wilayah Korsel Jadi ‘Gurun Kelahiran’, Hanya Lahir Kurang dari 10 Bayi

    38% Wilayah Korsel Jadi ‘Gurun Kelahiran’, Hanya Lahir Kurang dari 10 Bayi

    Jakarta

    Lebih dari sepertiga wilayah di Korea Selatan mencatat kelahiran kurang dari 10 bayi sepanjang tahun lalu, menurut data statistik. Temuan ini menyoroti kesenjangan regional yang semakin dalam dalam hal kelahiran.

    Menurut data dari Layanan Peninjauan dan Penilaian Asuransi Kesehatan, Korea Selatan mencatat 237.484 kelahiran di rumah sakit dan pusat bidan tahun lalu. Dari 251 kota, kabupaten, dan distrik, sebanyak 97 di antaranya atau 38,6 persen, mencatat kurang dari 10 kelahiran dalam setahun.

    Fenomena ‘Gurun Kelahiran’ di Korea Selatan

    Wilayah yang dijuluki “gurun kelahiran” ini mencakup daerah berpenduduk jarang hingga beberapa kota kecil. Di antaranya adalah Gwacheon, Dongducheon, dan Anseong di Provinsi Gyeonggi; Taebaek di Provinsi Gangwon; serta Gimje di Jeolla Utara.

    Angka yang rendah ini sering kali mencerminkan ketiadaan fasilitas bersalin, bukan karena tidak ada bayi yang lahir. Banyak calon ibu terpaksa melakukan perjalanan ke kota tetangga untuk melahirkan karena layanan kebidanan lokal tidak tersedia.

    Data dari Statistik Korea menunjukkan, hanya dua wilayah yakni Kabupaten Yeongyang dan Kabupaten Ulleung di Provinsi Gyeongsang Utara yang mencatat kurang dari 50 bayi yang terdaftar sebagai penduduk. Ini berarti sebagian besar ibu yang tinggal di 95 wilayah lain melahirkan di daerah lain dan mendaftarkan kelahiran di wilayah tempat tinggal mereka.

    Para ahli berpendapat, mempertahankan fasilitas persalinan di daerah seperti itu secara finansial sulit dipertahankan karena rendahnya jumlah pasien, bahkan dengan adanya subsidi pemerintah.

    “Pemerintah memang telah lama mendukung daerah dengan infrastruktur bersalin yang lemah, tetapi jika jumlah persalinan tetap rendah, sulit bagi rumah sakit untuk terus beroperasi,” ujar Yoon Seok-jun, seorang profesor dari Korea University College of Medicine kepada Korea Times.

    Sebagai solusinya, ia menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada penguatan transportasi darurat dan membangun jaringan rujukan yang menghubungkan klinik lokal dengan rumah sakit yang lebih besar. Hal ini dinilai lebih efektif untuk memastikan perempuan dapat melahirkan dengan aman, alih-alih mencoba mempertahankan fasilitas yang tidak berkelanjutan.

    Ironisnya, temuan ini muncul di tengah adanya kenaikan langka dalam jumlah kelahiran nasional. Statistik Korea melaporkan bahwa angka kelahiran naik secara tahunan selama 11 bulan berturut-turut hingga Mei, didorong oleh peningkatan pernikahan dan berbagai kebijakan pemerintah yang mendorong kelahiran.

    Dari Januari hingga Mei, Korea Selatan mencatat 106.058 kelahiran, naik 6,9 persen dari periode yang sama tahun lalu. Angka ini menjadi tingkat pertumbuhan tercepat sejak pengumpulan data dimulai pada tahun 1981. Meski begitu, masalah kesenjangan regional tetap menjadi tantangan besar.

    Halaman 2 dari 3

    (kna/kna)

  • Derita Wanita Usia 20 Tak Berhenti Terangsang, Ini Gejala yang Dirasakan

    Derita Wanita Usia 20 Tak Berhenti Terangsang, Ini Gejala yang Dirasakan

    Jakarta

    Gangguan gairah genital persisten atau Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD) adalah kondisi klinis yang hingga kini belum sepenuhnya dipahami. Pengidapnya biasanya mengalami gairah genital yang berlangsung terus-menerus tanpa disertai hasrat seksual. Kondisi ini dapat secara serius mengganggu kehidupan sehari-hari, pekerjaan, bahkan memicu munculnya pikiran untuk bunuh diri pada sebagian pasien.

    Sejak pertama kali dideskripsikan pada tahun 2001, laporan kasus PGAD telah dipublikasikan oleh berbagai klinisi dari seluruh dunia. Hingga tahun 2019, International Society for the Study of Women’s Sexual Health (ISSWSH) mengeluarkan konsensus ahli pertama mengenai diagnosis dan pengobatan PGAD, sekaligus mengganti istilahnya menjadi PGAD atau Genito-Pelvic Dysesthesia (PGAD atau GPD).

    Salah satu contohnya adalah kasus seorang wanita berusia 20 tahun di China yang dipublikasikan dalam jurnal AME Case Reports. Tanpa disebutkan namanya, pasien tersebut diketahui belum menikah dan memiliki riwayat epilepsi. Kondisi epilepsinya ditandai dengan hilangnya kesadaran secara episodik tanpa disertai kejang, jatuh, atau inkontinensia sejak usia 12 tahun.

    Gejala yang Dirasakan

    Pada usia 15 tahun, pasien pertama kali dirawat di departemen psikiatri dan mendapat terapi obat. Tak lama setelah itu, ia mulai merasakan sensasi seperti aliran listrik yang menjalar dari perut bawah ke perut atas, disertai kontraksi rahim atau otot panggul yang mirip dengan orgasme. Gejala ini muncul beberapa kali sehari, berlangsung beberapa detik, dan terjadi secara hilang-timbul.

    Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG) yang dilakukan berulang kali tidak menunjukkan adanya gelombang epilepsi. Gejala berlanjut hingga usia 18 tahun, dan pasien mulai meyakini bahwa orgasme tersebut disebabkan oleh manipulasi orang lain.

    Gejala berlanjut hingga usia 18 tahun, dan pasien mulai meyakini bahwa orgasme tersebut disebabkan oleh manipulasi orang lain. Terapi obat membantu mengendalikan kejang dan delusi, sekaligus memulihkan fungsi sosial. Namun, setelah penyesuaian obat (detail tidak diingat pasien akibat penurunan daya ingat), gejala kembali memburuk hingga ia tidak dapat bekerja.

    Pasien berasal dari keluarga dengan hubungan harmonis, memiliki prestasi akademik baik sebelum sakit, tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa, dan tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Ia pernah menjalin hubungan romantis singkat, namun menyangkal pernah memiliki pengalaman seksual.

    Awal Kunjungan ke Rumah Sakit

    Selama kunjungan pertamanya ke salah satu rumah sakit di China, pasien mengalami kejang yang signifikan dan sering, hingga wawancara harus dihentikan. Tim medis mengamati episode orgasme spontan dan tak terkendali yang berlangsung terus-menerus, sementara pasien tetap sadar. Pasien merasa terganggu oleh kondisi tersebut dan meyakini orang-orang di sekitarnya memanipulasi kejangnya.

    Selama masa rawat inap, tim medis memprioritaskan untuk menyingkirkan kemungkinan epilepsi. Pemeriksaan EEG selama 3 jam dilakukan saat periode kejang, namun tidak ditemukan gelombang epilepsi. Pemberian maupun penghentian obat anti-epilepsi tidak memberikan pengaruh berarti terhadap frekuensi kejang.

    Konsultasi dengan dokter spesialis saraf kemudian dilakukan untuk memperkuat penilaian tersebut. Hasil pemeriksaan pencitraan resonansi magnetik (MRI) kranial, ultrasonografi transrektal uterus dan adneksa, serta pemantauan EEG tidur tidak menunjukkan kelainan. Rangkaian pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kejang yang disebabkan oleh kelainan struktural pada sistem saraf atau rongga panggul, serta aktivitas listrik otak yang abnormal saat tidur.

    Pemberian obat antipsikotik seperti risperidon sebesar 1 mg per hari dengan cepat mengendalikan gejala pasien, mengurangi jumlah dan tingkat keparahan kejang, sekaligus memperbaiki delusi. Setelah lima minggu terapi, dosis risperidon ditingkatkan menjadi 6 mg per hari.

    Pada tahap ini, gejala sebagian besar terkendali, dengan hanya sesekali terjadi kejang ringan di tempat umum yang ramai. Pasien menyangkal adanya kaitan antara kejang tersebut dengan hasrat seksual.

    Selain orgasme, tidak ditemukan gejala gairah pada organ reproduksi lainnya, seperti pembengkakan, nyeri, atau peningkatan sensitivitas. Kejang bersifat tak terkendali, dan kemunculannya di tempat umum pada siang hari membuat pasien merasa malu hingga tidak dapat melanjutkan sekolah atau bekerja.

    Pasien kemudian menjalani kontrol rawat jalan secara rutin, dengan kondisi yang umumnya stabil. Gejala orgasme tetap terkendali, meskipun sesekali muncul situasi yang dianggap sensitif atau mencurigakan oleh pasien.

    Adapun kasus yang dilaporkan dalam artikel ini menunjukkan karakteristik umum PGAD, namun ditandai oleh pengalaman orgasme yang berulang, tak terkendali, dan intrusif, tanpa kaitan dengan hasrat seksual.

    Kondisi ini menimbulkan distres subjektif yang signifikan serta mengakibatkan ketidakmampuan pasien untuk belajar atau bekerja secara normal selama bertahun-tahun.

    Selain itu, terdapat delusi sekunder yang berkaitan dengan pengalaman orgasme tersebut. Meskipun pasien memiliki riwayat epilepsi, penelusuran riwayat medis yang cermat dan pemeriksaan diagnostik yang relevan menyingkirkan kemungkinan bahwa gejala disebabkan oleh kejang epilepsi. Seluruh gejala pasien dapat dikendalikan sepenuhnya melalui pengobatan antipsikotik.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

  • Aktris Korsel Kang So Ra Sukses Pangkas 20 Kg dengan ‘Puasa’ Mi Instan

    Aktris Korsel Kang So Ra Sukses Pangkas 20 Kg dengan ‘Puasa’ Mi Instan

    Jakarta

    Aktris Korea Selatan, Kang So-ra, baru-baru ini mengejutkan penggemar setelah mengungkapkan bahwa ia tidak makan mi instan selama empat tahun.

    Dikenal karena berhasil menurunkan berat badan hingga 20 kg setelah melahirkan, Kang So-ra memang menjaga pola makannya dengan sangat ketat dan disiplin.

    Dikutip dari Korea Times, dalam episode terbaru acara varietas MBC, “I’m Sunny Thank You”, Kang So-ra bersama para aktris lain menikmati mi gelas di ketinggian 1.100 meter di Gunung Beizi, China.

    Saat seorang rekannya menyebut bahwa Kang So-ra sudah tidak makan mi instan bertahun-tahun, Kang pun menjawab, “Terakhir kali saya makan adalah setelah pernikahan, jadi sudah sekitar empat tahun.”

    Alasan Kang So-ra Menghindari Mi Instan

    Rupanya, pilihan Kang So-ra untuk menjauhi mi instan didasari oleh alasan kesehatan yang kuat. Rata-rata satu bungkus mi instan mengandung antara 450 hingga 550 kilokalori, yang sebagian besar berasal dari tepung olahan dan lemak tinggi pada bumbu.

    Selain itu, kandungan sodiumnya sangat tinggi, seringkali memenuhi 70 hingga 100 persen asupan harian yang disarankan (sekitar 2.000 mg) dalam satu porsi.

    Konsumsi sodium berlebih ini dapat menyebabkan kembung, tekanan darah tinggi, dan retensi air, yang semuanya merupakan hambatan dalam penurunan berat badan. Mi instan juga dikenal miskin nutrisi penting seperti protein, serat, dan vitamin esensial.

    Cara makan mi instan dengan sehat

    Meskipun mi instan dikenal tidak sehat, para ahli gizi menyebut bahwa dengan beberapa modifikasi, mi instan masih bisa dinikmati lebih sehat, bahkan saat sedang diet.

    Kurangi Kalori dan Sodium: Gunakan hanya setengah porsi mi dan rebus secara terpisah untuk menghilangkan sebagian minyak dan garam. Bisa ganti mi instan dengan mi shirataki, mi tahu, atau mi gandum utuh.Perhatikan Bumbu: Hindari meminum kuahnya atau gunakan bumbu instan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk mengurangi asupan sodium. Bisa juga membuat saus rendah sodium sendiri dari kecap asinatau perasan lemon untuk menambah rasa.Tambahkan Nutrisi: Kunci utamanya adalah menyeimbangkan hidangan. Tambahkan topping protein seperti telur rebus, dada ayam, udang, tahu, atau sayuran berserat tinggi seperti pok choy, tauge, kol, bayam, dan paprika.

    Para ahli juga merekomendasikan untuk mengonsumsi mi instan saat makan siang daripada larut malam, serta tidak dalam keadaan perut kosong. Untuk menyeimbangkan efeknya, kurangi asupan karbohidrat pada makanan lain di hari itu dan perbanyak minum air putih untuk membantu mengeluarkan kelebihan sodium dari tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Kondisi Terkini Jessie J usai Jalani Mastektomi Lawan Kanker Payudara

    Kondisi Terkini Jessie J usai Jalani Mastektomi Lawan Kanker Payudara

    Jakarta

    Penyanyi Jessie J mengungkapkan kondisinya terkini setelah didiagnosis kanker payudara. Ia masih perlu menjalani operasi terkait kanker payudara yang diidapnya. Saat ini, ia sedang dalam masa pemulihan pascaoperasi sebelumnya.

    “Operasi lagi dibutuhkan tahun ini. Aku bisa melakukannya. Membesarkan balita, aku bisa melakukannya. Merilis musik baru, aku bisa melakukannya,” tulisnya melalui Instagram pribadinya.

    Dalam unggahan itu, Jessie J terlihat gemetar dan menarik napas sebelum mengungkapkan perasaannya. Ia masih tetap bisa berkarya dan mengurus anak, meski sedang beristirahat.

    Sampai saat ini, sudah sekitar tujuh minggu pascaoperasi kanker payudara stadium awal. Jessie mengaku telah menjalani mastektomi pada Juni 2025 karena penyakit tersebut.

    Mastektomi merupakan prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh payudara, yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara.

    “Saya masih dalam masa pemulihan dan tubuh saya masih mencari jalannya. Tapi saya mencintai musik dan saya mencintai hidup saya dan ingin hidup di masa sekarang,” tulis Jessie J, dikutip dari People, Senin (11/8/2025).

    Sekitar seminggu yang lalu, Jessie sempat dilarikan ke rumah sakit karena dugaan komplikasi pascaoperasi. Ia mengalami pembekuan darah setelah merasakan nyeri dada yang sangat menyiksa.

    Setelah menjalani banyak tes menunjukkan Jessie mengalami infeksi. Tetapi, tim medis masih mencari tahu penyebab pastinya.

    Ditemukan juga cairan di paru-parunya. Jessie mengaku sulit bernapas saat itu. Untungnya, ia masih diperbolehkan pulang dan melanjutkan pemeriksaan rawat jalan.

    Meski belum mengetahui penyebab pasti komplikasi atau infeksi yang terjadi, Jessie merasa kondisinya masih terkendali. Ia berusaha istirahat total di rumah.

    (sao/suc)

  • Orang yang Hidup Sampai Usia 100 Ternyata Punya ‘Kekuatan Super’, Ini Studinya

    Orang yang Hidup Sampai Usia 100 Ternyata Punya ‘Kekuatan Super’, Ini Studinya

    Jakarta

    Manusia yang bisa hidup 100 tahun atau lebih hanyalah menjadi bagian kecil populasi dunia. Penelitian terbaru menemukan satu faktor yang mungkin menjadi kunci panjang umur para centenarian (orang yang hidup lebih dari 100 tahun). Salah satunya adalah ‘kekuatan super’ tubuh mereka yang mampu menghindari penyakit.

    “Tim riset kami menemukan bahwa orang yang hidup hingga 100 tahun tampaknya memiliki kemampuan luar biasa untuk menghindari penyakit,” kata associate professor epidemiologi dari Karolinska Institute Swedia, Karin Modig, dikutip dari Science Alert, Senin (11/8/2025).

    Dalam dua studi terbaru, mereka menganalisis dan membandingkan orang-orang berumur panjang dan berumur pendek yang lahir di tahun sama. Dua studi itu menunjukkan centenarian mengidap penyakit lebih sedikit dan mengembangkan penyakit lebih lambat.

    Studi pertama melibatkan 170.787 orang yang lahir di Stockholm County, Swedia antara 1912 dan 1922. Menggunakan data historis, peneliti mengikuti riwayat hidup mereka selama 40, mulai dari usia 60 hingga kematian atau sampai usia 100 tahun.

    “Misalnya, pada usia 85, hanya 4 persen dari mereka yang menjadi centenarian yang pernah mengalami stroke. Sebagai perbandingan, sekitar 10 persen dari mereka yang hampir menjadi centenarian (hidup sampai usia 90-99), pernah mengalami stroke sampai usia 85,” jelas Modig.

    “Pada usia 100 tahun, 12,5 persen centenarian pernah mengalami serangan jantung, dibandingkan dengan lebih dari 24 persen di antara orang yang hidup antara usia 80 dan 89,” sambungnya.

    Pada studi kedua, ahli melakukan eksplorasi penelitian untuk melihat kemampuan centenarian menghindari proses berkembangnya penyakit serius. Peneliti mengamati 40 kondisi medis berbeda yang lebih bervariasi dari ringan sampai berat, seperti hipertensi, gagal jantung, diabetes, dan serangan jantung.

    Pada studi kedua, Modig dan timnya mengamati 274.108 orang yang lahir antara 1920-1922 di Swedia. Mereka mengikuti data historisnya hingga 30 tahun, mulai dari usia 70 tahun hingga meninggal atau sampai berusia 100 tahun. Dari keseluruhannya, ‘hanya’ 1,5 persen atau 4.330 orang yang akhirnya menjadi centenarian.

    Menurut peneliti hasilnya serupa dengan studi pertama, centenarian mengembangkan penyakit lebih lebih sedikit dan kecepatan akumulasi penyakit juga lebih lambat sepanjang hidup.

    “Kami juga menemukan bahwa centenarian lebih mungkin memiliki kondisi yang terbatas pada satu sistem organ saja. Ini merupakan tanda kesehatan dan ketahanan kelompok ini, karena penyakit yang memengaruhi satu sistem organ lebih mudah diobati dan dikelola dalam jangka panjang,” ujar Modig.

    Sebagai contoh, meskipun penyakit kardiovaskular merupakan diagnosis paling umum di semua kelompok usia, centenarian secara keseluruhan lebih jarang didiagnosis dibandingkan orang yang berumur lebih pendek.

    Centenarian juga menunjukkan ketahanan yang lebih besar terhadap kondisi neuropsikiatri, seperti depresi dan demensia. Meski sebagian besar centenarian akhirnya mengalami masalah kesehatan, biasanya ini terjadi jauh lebih lambat dibandingkan non-centenarian.

    “Hal ini disebabkan oleh jumlah penyakit yang lebih sedikit dan laju akumulasi penyakit yang lebih lambat,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 3

    (avk/kna)