Category: Detik.com Kesehatan

  • Generasi Sandwich: Ngurus Dua Generasi, Jangan Lupa Cek Gula Sendiri!

    Generasi Sandwich: Ngurus Dua Generasi, Jangan Lupa Cek Gula Sendiri!

    Jakarta

    Sebagai generasi sandwich, seseorang hidup di tengah dua dunia. Di satu sisi, mendampingi orang tua yang mulai menua, dengan segala kebutuhan medis dan emosionalnya.

    Di sisi lain, masih harus mengurus diri sendiri, bahkan mungkin juga anak, pasangan, atau karier yang sedang dibangun. Dalam keseharian yang penuh dengan segudang aktivitas, ada satu hal penting yang sering luput dari perhatian: kesehatan orang tua, khususnya terkait risiko diabetes.

    Sayangnya, tidak semua tanda bisa terlihat jelas. Meski tampak sehat, banyak orang tua sebenarnya sudah memiliki risiko diabetes tipe 2 yang bisa memicu komplikasi serius seperti gangguan jantung, stroke, gagal ginjal, luka kaki yang sulit sembuh, hingga kebutaan.

    Saat kondisi sudah sampai tahap ini, perawatan menjadi kompleks dan melelahkan, bukan hanya untuk orang tua, tetapi juga bagi kita sebagai anak, yang harus menghadapi tantangan emosional, serta tuntutan waktu, energi, dan biaya. Tapi jangan salah, risiko ini tidak hanya mengintai orang tua saja!

    Faktor genetik bisa menjadi ‘warisan diam-diam’ yang membuat kita lebih rentan mengalami gangguan metabolik serupa di masa depan. Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Metabolik dan Diabetes Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Herry Nursetiyanto, SpPD-KEMD, FINASIM menjelaskan risiko diabetes dapat meningkat 2-3 kali lipat jika salah satu orang tua memiliki diabetes, bahkan 5-6 kali lipat jika keduanya memiliki riwayat serupa.

    “Jika ditambah dengan gaya hidup modern seperti stres kerja, kurang tidur, minim aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat, diabetes bisa muncul lebih awal dari yang diperkirakan,” ujar dr Herry, dalam keterangan tertulis, Minggu (17/8/2025).

    Kabar baiknya, diabetes bisa dicegah atau dikendalikan sejak dini. dr Herry memaparkan untuk melakukan skrining sejak dini, baik untuk diri sendiri maupun orang tua.

    “Meski tidak ada gejala, pemeriksaan tetap disarankan, apalagi jika memiliki faktor risiko seperti gaya hidup sedentari, obesitas, atau riwayat keluarga. Dengan begitu, kondisi bisa dikenali lebih awal, penanganan dapat diberikan tepat waktu, sehingga kesehatan orang tua dan diri sendiri tetap terjaga,” jelar dr Herry.

    Merawat orang tua dan menjaga diri sendiri adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan, apalagi dalam menghadapi risiko diabetes. Sebagai langkah antisipatif, Mayapada Hospital menghadirkan Sugar Clinic sebagai pusat layanan kesehatan bagi semua kalangan secara GRATIS.

    Layanan ini membantu mendeteksi risiko prediabetes dan diabetes, memberikan manajemen menyeluruh, serta panduan gaya hidup guna menjaga metabolisme tetap sehat. Layanannya mencakup skrining berbasis AI, pemeriksaan gula darah (HbA1c dan kolesterol), serta konsultasi medis dan pendampingan gaya hidup sehat yang terintegrasi.

    Sugar Clinic tersedia di beberapa unit Mayapada Hospital di Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Untuk booking skrining bisa dilakukan melalui MyCare, termasuk jadwal konsultasi dengan dokter dan akses kegawatdaruratan melalui fitur Emergency Call.

    MyCare menyediakan fitur Health Articles & Tips, berisi informasi seputar kesehatan tubuh, serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, yang memantau langkah, kalori, detak jantung, hingga BMI.

    Unduh MyCare sekarang dan dapatkan reward poin potongan harga untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (prf/ega)

  • Amankah Minum Kopi Saat Perut Kosong? Ini Penjelasannya

    Amankah Minum Kopi Saat Perut Kosong? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia, termasuk di Indonesia. Bagi banyak orang, secangkir kopi sudah menjadi bagian dari rutinitas harian.

    Tak sedikit yang memilih menikmatinya di pagi hari untuk membantu mengusir rasa kantuk, meningkatkan fokus, sekaligus menambah energi sebelum beraktivitas. Namun, kebiasaan tersebut juga memunculkan pertanyaan apakah aman mengonsumsi kopi di pagi hari saat perut masih kosong sebelum sarapan?

    Amankah Minum Kopi saat Perut Kosong?

    Menurut ilmuwan gizi sekaligus profesor kedokteran keluarga di University of Colorado Anschutz Medical Campus, Bonnie Jortberg, PhD, RD, secara umum anggapan minum kopi sebelum sarapan adalah berbahaya hanyalah mitos.

    “Sebagian besar orang tidak akan mengalami masalah berarti saat minum kopi dalam keadaan perut kosong, kecuali mungkin produksi asam lambung yang sedikit lebih banyak,” kata Jortberg kepada Health.

    “Meski beberapa orang bisa merasa kurang nyaman, bagi populasi umum tidak ada bukti minum kopi dengan perut kosong menyebabkan nyeri pencernaan,” tambahnya.

    Bagaimana Kopi Memengaruhi Tubuh?

    Pada dasarnya, kopi dapat memengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda. Minuman ini bisa menimbulkan beragam efek pada sistem pencernaan maupun tubuh secara keseluruhan.

    Kafein yang terkandung dalam kopi menjadi alasan utama banyak orang menikmatinya di pagi hari. Namun, pada sebagian orang, kafein justru dapat memicu gangguan pencernaan atau refluks asam.

    “Kafein sendiri dapat menyebabkan kelonggaran esofagus bagian bawah, atau relaksasi sfingter esofagus bagian bawah, yang merupakan pintu gerbang antara esofagus dan lambung,” ujar Harmony Allison, MD , asisten profesor gastroenterologi di Tufts Medical Center, kepada Health .

    Selain melemahkan penghalang antara lambung dan kerongkongan, kopi juga merangsang produksi asam lambung. Kombinasi ini dapat memicu refluks asam, yaitu kondisi ketika isi lambung naik kembali ke kerongkongan, biasanya ditandai dengan sensasi terbakar di dada (heartburn).

    Yang penting, kata Allison, gejala ini bisa muncul baik saat perut kosong maupun sudah terisi makanan.

    “Ada yang merasa hal itu sebagai pemicu, sehingga mereka merasa tidak nyaman-itu tidak berbahaya, hanya saja tidak enak,” ujarnya.

    Kopi sendiri bersifat asam, dengan pH sekitar 5, sementara lambung memiliki pH sekitar 4. Jika diminum saat perut kosong, kopi bisa membuat lambung lebih asam. Hal ini bisa mengganggu, terutama pada orang yang memiliki esofagitis (peradangan pada kerongkongan). Namun, makan lebih dulu dapat mengurangi efek asam ini.

    Kopi juga punya efek lain, misalnya meningkatkan buang air kecil atau merangsang gerakan usus.

    “Bagi sebagian orang, hal itu memang menyebabkan stimulasi pada otot polos,” kata Allison. “Mereka mungkin merasa fesesnya encer setelah minum kopi atau terlalu banyak kopi, yang bisa terasa tidak nyaman.”

    Di luar sistem pencernaan, sebagian orang juga merasa lebih gelisah saat minum kopi tanpa atau saat perut kosong.

    Meskipun kopi dapat menimbulkan sedikit rasa sakit atau gangguan pada saluran pencernaan bagi orang-orang tertentu, secara umum, meminum secangkir kopi tidaklah berbahaya.

    Sebuah meta-analisis tahun 2014 tidak menemukan hubungan signifikan antara konsumsi kopi dan gastroesophageal reflux disease (GERD), yang menyebabkan refluks asam jangka panjang atau kronis. Kopi juga tidak menyebabkan tukak lambung atau merusak sistem pencernaan.

    “Mungkin bagi 99 persen orang di luar sana, ini hanyalah mitos-bahwa minum kopi saat perut kosong itu buruk bagi kesehatan,” kata Jortberg.

    Cara Mengatasi Iritasi Lambung Akibat Kopi

    Jika seseorang mengalami asam lambung naik atau nyeri perut setelah minum kopi, makan lebih dulu bisa membantu. Namun, ada beberapa cara lain untuk mengurangi efek samping kopi:

    Tambahkan susu atau krimer untuk menetralkan keasaman. Bagi pengidap intoleransi laktosa, penting untuk menggunakan susu nabati.Pilih kopi dark roast, karena menurut penelitian, jenis ini lebih sedikit merangsang produksi asam lambung dibanding kopi light roast.Kurangi jumlah konsumsi atau beralih ke kopi tanpa kafein (decaf) bila merasa terlalu gelisah atau mengalami gangguan lain akibat kafein.

    “Jika seseorang mengalami kegelisahan, refluks asam, atau masalah lain yang dapat disebabkan oleh kafein, mereka juga dapat mencoba mengurangi jumlah kopi yang mereka minum atau memilih kopi tanpa kafein,” Allison menambahkan.

    Secara umum, minum kopi saat perut kosong seharusnya tidak menimbulkan masalah. Namun, jika setelah melakukan penyesuaian seseorang masih merasakan ketidaknyamanan pada saluran pencernaan, sebaiknya mempertimbangkan untuk menghindari kopi sama sekali.

    (suc/suc)

  • Berapa Langkah Jalan Kaki Agar Jantung Tetap Sehat? Segini Kata Studi

    Berapa Langkah Jalan Kaki Agar Jantung Tetap Sehat? Segini Kata Studi

    Jakarta

    Banyak studi yang mengungkapkan untuk mendapatkan manfaat dari jalan kaki harus mencapai 10 ribu langkah dalam sehari. Tetapi, ternyata tidak harus sebanyak itu.

    Sebuah studi besar di Inggris menunjukkan bagaimana jumlah langkah yang sederhana dapat memberikan perbedaan yang positif, terutama jika memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi.

    Para peneliti menggunakan data lebih dari 36 ribu orang dengan hipertensi dari studi Biobank Inggris. Peserta menggunakan akselerometer pergelangan tangan 24/7, untuk mencatat langkah dan intensitas berjalan mereka selama seminggu.

    Kemudian, kesehatan mereka dipantau selama hampir delapan tahun. Para ahli berfokus pada apakah jumlah langkah dan kecepatan berjalan berkaitan dengan risiko masalah jantung, seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.

    Hasil Temuan Peneliti

    Berjalan lebih dari 3 ribu langkah dalam sehari sudah mulai bisa menurunkan risiko masalah jantung. Setiap seribu langkah tambahan, sekitar 10 ribu per hari, dapat memangkas risiko kejadian jantung hingga 17 persen.

    Untuk gagal jantung, setiap seribu langkah tambahan menurunkan risiko sebesar 22 persen. Untuk stroke, lebih dari seribu langkah dapat menurunkan risiko hampir 25 persen.

    Setelah sekitar 10 ribu langkah, manfaatnya mulai berkurang. Tetapi, tidak ada peningkatan risiko bagi orang yang melangkah lebih banyak.

    Selain jumlahnya, intensitasnya juga perlu diperhatikan. Para peneliti mengamati irama puncak 30 menit, yang berarti rata-rata langkah per menit selama 30 menit setiap hari.

    Orang yang melangkahnya lebih cepat, meskipun hanya untuk beberapa kali jalan singkat sehari, juga mengalami risiko yang lebih rendah terhadap semua dampak buruk pada jantung ini. Artinya, jalan santai ataupun jalan cepat akan berdampak baik pada kesehatan.

    Tidak Hanya untuk Orang dengan Hipertensi

    Meskipun kelompok utama adalah orang dengan hipertensi, para peneliti juga melakukan perhitungan untuk orang tanpa hipertensi menggunakan metode yang sama. Pengurangan risikonya kurang lebih sama.

    Jadi, intinya tidak perlu 10 ribu langkah. Sekitar 2.300-6.600 langkah sehari dapat menurunkan risiko penyakit jantung secara signifikan. Bagi rata-rata orang dewasa yang sibuk, hal itu masih dalam jangkauan, sehingga masih bisa berolahraga meski tidak ke tempat gym.

    Mengapa Berjalan dapat Bermanfaat untuk Kesehatan?

    Dikutip dari Times of India, berjalan terutama dengan langkah cepat dapat memberikan berbagai manfaat, seperti:

    Membantu mengontrol tekanan darah.Menurunkan kolesterol “jahat”.Mengurangi kekakuan pembuluh darah.Mengurangi peradangan.Membantu mengelola berat badan.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: 8,6 Juta Orang Ikut Cek Kesehatan Gratis, Paling Banyak Perempuan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • Kenali Tanda Bipolar Kambuh untuk Penanganan Tepat

    Kenali Tanda Bipolar Kambuh untuk Penanganan Tepat

    Jakarta

    Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem. Perubahan ini meliputi emosi positif yang dikenal sebagai mania atau hipomania, dan emosi negatif yang dikenal sebagai depresi.

    Ada kalanya, bipolar kembali kambuh karena berbagai faktor. Penting untuk mengenai ciri-ciri bipolar kambuh.

    Ciri-ciri Bipolar Kambuh

    Pada bipolar relaps atau kekambuhan bipolar, gejala klasik mania maupun depresi dapat kembali muncul, terkadang berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

    Dikutip dari laman Health Central dan Serenity Mental Health Centers, terdapat tiga jenis episode dalam kekambuhan bipolar, yaitu mania, hipomania, dan depresi. Berikut sejumlah gejalanya.

    Episode Mania

    Mudah tersinggung atau gelisahPikiran yang berpacu cepat atau tidak terkendaliKurang tidur tapi tidak merasa lelahMelakukan hal berisiko, seperti mengemudi secara ugal-ugalan atau aktivitas seksual impulsifRasa bahagia berlebihan atau kepercayaan diri yang tinggiMudah terdistraksi

    Episode Hipomania

    Hipomania adalah bentuk mania yang tidak terlalu parah. Saat mengalami hipomania, seseorang mungkin merasa baik-baik saja dan berenergi, tapi orang sekitarnya mungkin menyadari adanya perubahan suasana hati dan tingkat aktivitas.

    Hipomania seringkali diikuti dengan depresi berat. Jika tidak ditangani, maka bisa menyebabkan mania yang parah.

    Episode Depresi

    Merasa sedihMerasa putus asaBanyak tidurMakan terlalu sedikit atau terlalu banyakKehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukaiPikiran untuk mengakhiri hidupMerasa lelah atau tidak bertenagaPerubahan berat badanKesulitan berpikir atau berkonsentrasiPemicu Kambuhnya Bipolar

    Menurut seorang profesor Psikiatri & Ilmu Saraf Perilaku di Fakultas Kedokteran di Wayne University, Detroit, kambuhnya bipolar terjadi setiap kali gejala yang terkait dengan gangguan bipolar kembali dirasakan.

    “Mereka tiba-tiba kambuh, dan mereka mengalami gejala mania atau suasana hati yang kemudian membutuhkan waktu berhari-hari untuk kembali normal,” ujarnya.

    Adapun beberapa pemicu kambuhnya bipolar adalah:

    1. Kurang Tidur

    Kurang tidur merupakan salah satu pemicu potensial terbesar dari kambuhnya bipolar. Bukan hanya sebagai pemicu episode, kurang tidur juga merupakan gejala dari kambuhnya bipolar. Kendati demikian, penyedia layanan kesehatan tidak begitu yakin, apakah kurang tidur memicu bipolar atau gangguan bipolar yang menjadi penyebab masalah tidur.

    “Salah satu ciri utama gangguan ini adalah hilangnya ritme sirkadian, dan hilangnya ritme sirkadian ini semakin membuat individu rentan terhadap kekambuhan,” kata Diwadkar.

    2. Stres Emosional

    Mengalami hal-hal seperti kehilangan orang tercinta, kehilangan pekerjaan, perceraian, atau mengidap penyakit bisa menyebabkan kekambuhan, terutama jika ditambah kurang tidur.

    “Stres emosional merupakan pemicu gangguan suasana hati yang sangat terkenal,” kata Diwadkar.

    3. Obat-obatan

    Obat-obatan juga bisa memicu kambuhnya bipolar. Antidepresan sering diresepkan untuk orang dengan gangguan bipolar.

    Tapi, jika dikonsumsi sendiri tanpa penstabil suasana hati, antidepresan bisa memicu episode mania. Selain itu, jika sedang mengonsumsi obat untuk gangguan bipolar, penghentian obat secara mendadak juga bisa memicu kekambuhan.

    (elk/suc)

  • Mahasiswa Idap Gagal Ginjal Stadium Akhir di Usia 23, Ini Gejala yang Dikeluhkan

    Mahasiswa Idap Gagal Ginjal Stadium Akhir di Usia 23, Ini Gejala yang Dikeluhkan

    Jakarta

    Mahasiswa di Vietnam banyak yang didiagnosis mengidap gagal ginjal akut stadium akhir. Hal ini disebabkan gaya hidupnya yang tidak sehat, seperti makan makanan cepat saji hingga kebiasaan begadang.

    Duy yang merupakan seorang mahasiswa berusia 23 tahun didiagnosis didiagnosis mengidap penyakit ginjal kronis stadium IV setahun yang lalu, oleh dokter di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Ia diharuskan menjalani dialisis atau cuci darah secara rutin.

    Ia mengaku memiliki kebiasaan makan dan tidur yang tidak teratur. Biasanya, Duy mengonsumsi teh susu, minuman ringan, mi instan pedas, gorengan, dan kebiasaan begadang.

    Sebelumnya, ia menjalani pengobatan tetapi harus berhenti karena sibuk mempersiapkan ujian kelulusan. Bahkan, ia tidak lagi mengonsumsi obat selama dua bulan.

    Sampai akhirnya, Duy merasakan kelelahan dan mual yang parah. Ia pun harus dirawat di rumah sakit lagi dan rutin menjalani dialisis.

    “Jika saya bisa memutar waktu, saya akan lebih memperhatikan kesehatan saya. Tapi, sekarang sudah terlambat,” tuturnya yang dikutip dari VNExpress, Minggu (17/8/2025).

    Hal yang sama juga terjadi pada mahasiswi bernama Hoai. Ia didiagnosis gagal ginjal stadium akhir saat masih berusia 20 tahun.

    Sebelumnya, ia memang selalu mengejar deadline karena harus kuliah dan bekerja paruh waktu hingga harus begadang setiap hari. Bahkan, yang dikonsumsinya kebanyakan adalah makanan cepat saji, roti, sosis, mi instan, dan kopi yang kental.

    Hoai mengaku hanya minum air putih sedikit, saat merasa sangat haus.

    Sampai suatu waktu, ia mulai mengeluhkan beberapa gejala seperti mual, kelelahan, insomnia, dan perubahan indera perasa. Setelah diperiksa dokter, fungsi ginjalnya berada di bawah 10 persen.

    Agar bisa tetap sehat, Hoai harus segera melakukan transplantasi ginjal.

    Menyoal Gagal Ginjal

    Dikutip dari Cleveland Clinic, gagal ginjal adalah kondisi ketika satu atau kedua ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik. Gangguan ini bisa bersifat sementara dan berkembang cepat, yang dikenal sebagai gagal ginjal akut.

    Selain itu, gagal ginjal juga dapat berlangsung dalam jangka panjang dan semakin memburuk seiring waktu, disebut sebagai gagal ginjal kronis. Jika terus berlanjut tanpa penanganan, kondisi ini bisa mencapai tahap paling serius, yakni penyakit ginjal stadium akhir, yang berpotensi mematikan apabila tidak segera ditangani.

    Penyebab paling umum gagal ginjal adalah kondisi seperti diabetes dan darah tinggi atau hipertensi. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Gula darah tinggi yang terus-menerus dapat merusak ginjal dan organ lainnya.

    Tekanan darah tinggi berarti darah mengalir dengan kuat melalui pembuluh darah tubuh. Seiring waktu dan tanpa pengobatan, tekanan ekstra ini dapat merusak jaringan ginjal.

    Selain itu, beberapa penyebab gagal ginjal akut dan kronis lainnya, seperti:

    Infeksi.Gumpalan darah atau peradangan pada pembuluh darah ginjal.Dehidrasi.Ureter (saluran yang mengalirkan urine dari ginjal) yang tersumbat, karena batu ginjal, tumor, atau pembesaran prostat.Beberapa obat-obatan.Gagal jantung.Sementara itu, gagal ginjal kronis paling umum disebabkan oleh:Diabetes.Tekanan darah tinggi atau hipertensi.Peradangan pada ginjal atau glomerulonefritis.

    Gejala Gagal Ginjal

    Banyak orang mungkin hanya merasakan sedikit gejala, bahkan tidak merasakan apa-apa pada tahap awal penyakit ginjal. Namun, meskipun terlihat baik-baik saja, penyakit ginjal kronis tetap dapat menimbulkan kerusakan serius.

    Gejala gagal ginjal bisa berbeda pada setiap orang. Saat fungsi ginjal menurun, beberapa tanda yang mungkin muncul antara lain:

    Kelelahan ekstrem (fatigue).Mual dan muntah.Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi.Pembengkakan (edema), terutama di sekitar tangan, pergelangan kaki, atau wajah.Perubahan frekuensi buang air kecil.Kram (kejang otot).Kulit kering atau gatal.Nafsu makan berkurang, atau makanan terasa seperti logam.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • Metode ‘Japanese Walking’, Jalan Kaki 30 Menit dengan Segudang Manfaat Kesehatan

    Metode ‘Japanese Walking’, Jalan Kaki 30 Menit dengan Segudang Manfaat Kesehatan

    Jakarta

    Jalan kaki merupakan olahraga yang paling sederhana dan memberikan banyak manfaat kesehatan. Mulai dari meningkatkan kesehatan kardiovaskular dan mengendalikan gula darah, serta meningkatkan metabolisme dan suasana hati.

    Adapun salah satu metode jalan kaki yang bisa dicoba adalah ‘Metode Jalan Jepang’ atau ‘Japanese Walking’. Metode jalan kaki ini juga belakangan viral di TikTok. Banyak yang mengklaim metode ini dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran ke tingkat yang lebih tinggi.

    Metode ini bukanlah hal yang baru, sebenarnya adalah julukan untuk teknik kebugaran yang disebut latihan jalan interval atau interval walking training (IWT). Ini melibatkan berjalan dalam interval lambat dan cepat untuk jangka waktu tertentu.

    Bentuk spesifik IWT yang populer di media sosial diperkenalkan hampir 20 tahun yang lalu oleh para peneliti, yang dipimpin oleh Dr Hiroshi Nose dan Dr Shizue Maskuki. Keduanya profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Shinshu di Matsumoto, Jepang.

    Tren jalan kaki ala Jepang ini melibatkan pergantian antara beberapa menit jalan cepat, dan intens dengan beberapa menit jalan pemulihan selama setengah jam.

    Manfaat Jalan Kaki Interval Jepang

    Dalam studi mereka, Nose dan Masuki menemukan individu dalam kelompok latihan jalan kaki interval intensitas tinggi mengalami peningkatan yang signifikan. Itu terdiri dari peningkatan kapasitas aerobik, kesehatan jantung, dan kekuatan paha dibandingkan dengan kelompok jalan kaki berkelanjutan.

    Mereka juga menyimpulkan bahwa IWT dapat melindungi dari peningkatan tekanan darah yang berkaitan dengan usia. Hanya 30 menit jalan kaki interval Jepang dapat menawarkan sejumlah manfaat tambahan.

    “Ini menantang sistem kardiovaskular. Metode ini membantu meningkatkan kesehatan jantung, kapasitas paru-paru, dan pembakaran kalori,” terang Dr Jeanne Doperak, seorang dokter kedokteran olahraga di University of Pittsburgh Medical Center.

    Cara Mencoba Jalan Kaki Ala Jepang

    Menurut Doperak, untuk mencoba jalan kaki ala Jepang ini hanya butuh tempat berjalan, baik di luar maupun di atas treadmill.

    “Kapan pun Anda berjalan kaki di luar ruangan, pastikan Anda memiliki tempat yang aman untuk berjalan,” kata Doperak.

    Disarankan untuk menggunakan sepatu yang nyaman dan memiliki bantalan yang cukup untuk menopang diri selama 30 menit berjalan tanpa rasa sakit. Jika baru mencobanya, mulailah secara bertahap.

    Rutinitas Interval 30 Menit

    Pertama, awali jalan kaki dengan tiga menit berjalan lambat, intensitas rendah, dengan kecepatan tetap. Jalan kaki harus terasa ringan dan rileks.

    Kemudian, mulai secara bertahap ke intensitas tinggi dengan meningkatkan kecepatan menjadi jalan cepat dan lebih cepat. Kecepatan jalan cepat dianggap sekitar 6,6 km per jam atau lebih cepat.

    Dikutip dari TODAY, tekuk lengan pada sudut 90 derajat, ayunkan setiap langkah, dan melibatkan otot inti dengan mengencangkan otot perut.

    “Intensitas tinggi berbeda untuk setiap individu, tetapi kamu menggambarkannya sekitar 70 persen dari detak jantung maksimum Anda,” beber Doperak.

    Selama interval intensitas tinggi, detak jantung seharusnya meningkat dan napas lebih berat. Tetapi, seharusnya masih bisa berbicara tanpa kehabisan napas.

    “Jika Anda sudah sampai pada titik di mana Anda tidak bisa berbicara sama sekali, itu mendekati kapasitas 100 persen dan Anda mungkin melakukan lebih dari yang dibutuhkan saat itu untuk mendapatkan manfaatnya,” kata Doperak.

    Setelah tiga menit, kembali ke jalan pemulihan yang lebih lambat dan ulangi interval tersebut hingga mencapai 30 menit.

    Menurut Doperak, jalan kaki ala Jepang ini tidak terlalu bermanfaat untuk penguatan dan pertumbuhan otot. Ini lebih berpengaruh pada kesehatan jantung dan kesehatan tubuh secara menyeluruh.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • Pengakuan mahasiswa Usia 23 Kena Gagal Ginjal Stadium Akhir, Sering Makan Ini

    Pengakuan mahasiswa Usia 23 Kena Gagal Ginjal Stadium Akhir, Sering Makan Ini

    Jakarta

    Banyak anak muda di Vietnam mengalami gagal ginjal stadium akhir akibat gaya hidup yang tidak sehat. Kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahaya dari kebiasaannya yang buruk bagi kesehatan.

    Hal ini yang dialami Duy, seorang anak muda di Vietnam. Ia didiagnosis mengidap gagal ginjal stadium akhir oleh dokter di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi.

    “Anda menderita gagal ginjal stadium akhir dan harus segera memulai dialisis,” kata dokter yang menanganinya, dikutip dari VNExpress, Minggu (17/8/2025).

    Duy seorang mahasiswa berusia 23 tahun itu masih belum bisa menerima kenyataan. Ia berkata pada Dr Nguyen Van Thanh, wakil kepala departemen nefrologi dan urologi yang menanganinya dengan suara tercekat, bahwa ia masih berusia 20-an dan tidak merokok.

    Hanya saja kebiasaan makan dan tidurnya sangat tidak teratur. Tetapi, Duy mengklaim banyak juga yang gaya hidupnya seperti itu.

    Melihat ekspresi terkejut di wajah pasiennya itu, Dr Thanh menjelaskan kondisinya.

    “Karena penyakit ini terlambat terdeteksi dan tidak menjalani pengobatan dengan benar, fungsi ginjal Anda telah rusak. Dialisis atau transplantasi adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Anda,” jelas dokter tersebut.

    Duy didiagnosis mengidap penyakit ginjal kronis stadium IV setahun yang lalu. Tetapi, karena sibuk mempersiapkan ujian kelulusan, ia tidak rutin memeriksakan diri atau berobat, dan berhenti minum obat selama dua bulan.

    Baru-baru ini, saat ia mulai merasa kelelahan dan mual parah, Duy kembali ke rumah sakit. Di sana ia baru mengetahui bahwa fungsi ginjalnya telah memburuk hingga stadium akhir.

    Saat ini, Duy terbaring di ranjang rumah sakit dengan jarum suntik yang dimasukkan ke pembuluh darahnya dan mesin dialisis berdengung di sampingnya tiga kali seminggu. Saat ponselnya bergetar karena pesan grup untuk acara nongkrong dan kumpul-kumpul makan, ada rasa penyesalan yang menyelimutinya.

    Duy mengungkapkan makanan dan minuman yang biasanya dikonsumsi. Teh susu, minuman ringan, mi instan pedas, dan gorengan menjadi makanan sehari-harinya.

    Ia juga biasa begadang hingga larut malam, bahkan sampai pukul dua atau tiga pagi. Seorang temannya sudah memperingatkannya, tetapi Duy hanya tertawa dan menjawab untuk menikmati hari-hari mudanya.

    “Jika saya bisa memutar waktu, saya akan lebih memperhatikan kesehatan saya. Tapi, sekarang sudah terlambat,” tuturnya.

    Kasus Pasien Lainnya

    Pasien lainnya, Hoai, juga tidak percaya didiagnosis gagal ginjal stadium akhir. Ia mengatakan usianya baru 20 tahun.

    Dr Thanh yang juga menangani Hoai menjelaskan memang pasiennya itu masih muda. Tetapi, semua sudah terlambat.

    Semasa kuliah, Hoai bekerja paruh waktu sebagai desainer grafis dan dikenal sebagai ‘deadline queen’. Hidup wanita muda itu hanya berputar siang untuk belajar dan malam hari untuk bekerja.

    Selama itu, Hoai bertahan hidup dengan makanan cepat saji, seperti roti, sosis, dan mi instan. Tidak lupa juga kopi kental yang selalu ada di sampingnya. Ia hanya minum air putih saat merasa sangat haus.

    “Saya masih muda dan mengejar tenggat waktu (deadline), tidur itu untuk orang tua,” begitulah yang biasa ia katakan pada dirinya sendiri.

    Namun, ia akhirnya mengalami buang air kecil yang terasa menyakitkan. Saat itu, Hoai mengira itu karena stres dan membeli obat antibiotik dari apotek.

    Gejala lainnya mulai muncul, seperti mual, kelelahan, insomnia, dan perubahan indera perasa. Hoai baru mencari pertolongan ke Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi.

    Dr Thanh mendiagnosisnya dengan gagal ginjal stadium akhir. Fungsi ginjalnya berada di bawah 10 persen, dan segera membutuhkan transplantasi ginjal.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • Mpok Alpa Meninggal Dunia Akibat Kanker Payudara, Kenali Pemicunya

    Mpok Alpa Meninggal Dunia Akibat Kanker Payudara, Kenali Pemicunya

    Jakarta

    Artis Mpok Alpa meninggal dunia di usia 38 tahun setelah berjuang melawan kanker payudara. Wanita bernama Nina Carolina itu menyembunyikan sakitnya dari publik.

    Suaminya, Ajie Darmaji, menjelaskan kronologi penyakit kanker yang diidap Mpok Alpa.

    “Jadi, almarhumah ini divonis (kanker) genetik dari ibunya,” tutur Ajie di rumah duka di Kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (16/8/2025).

    Di dalam keluarganya, bukan hanya Mpok Alpa yang mengidap kanker. Ada juga saudaranya yang mengidap kondisi yang sama, seperti keponakannya dan abangnya.

    Ajie menyebut gaya hidup Mpok Alpa sejauh ini mengonsumsi makanan sehat Hal ini yang menjadi bukti bahwa kanker yang diidap Mpok Alpa karena genetik.

    “Gaya hidup sama makanannya nggak sembarangan juga, karena memang jarang makan. Makan secukupnya, kalau makan banyak itu cepat mekar (gemuk), jadi pilih-pilih makanan, air es juga nggak minum,” jelasnya.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, kanker payudara adalah salah satu kanker paling umum yang menyerang wanita. Kondisi ini terjadi saat sel-sel kanker di payudara berkembang biak dan menjadi tumor.

    Sekitar 80 persen kasus kanker payudara bersifat invasif, artinya tumor dapat menyebar dari payudara ke area lain di tubuh.

    Penyebab Kanker Payudara

    Hingga saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Namun, penelitian menunjukkan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap kanker payudara. Faktor-faktor tersebut meliputi:

    1. Riwayat keluarga: Kondisi ini bisa terjadi jika ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Artinya, kanker payudara dapat diturunkan dalam keluarga dan diturunkan secara genetik.

    Riwayat kanker dalam keluarga berarti terdapat kerabat darah tingkat pertama, seperti orang tua, saudara kandung, atau kerabat lainnya, yang pernah mengidap kanker payudara atau kanker lainnya.

    Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar 5 persen hingga 10 persen kanker payudara bersifat turun-temurun. Hal ini dapat disebabkan oleh mutasi genetik. Mutasi genetik adalah perbedaan pada gen yang memengaruhi cara kerjanya.

    2. Genetika: Hingga 15 persen penderita kanker payudara terkena penyakit ini karena mereka mewarisi mutasi genetik. Mutasi genetik yang paling umum melibatkan gen BRCA1 dan BRCA2.

    3. Usia: Biasanya, kondisi ini dialami oleh orang yang berusia 50 tahun ke atas.

    4. Jenis kelamin: Wanita jauh lebih mungkin mengalami kondisi ini daripada pria.

    5. Merokok: Orang yang merokok juga dikaitkan dengan berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara.

    6. Konsumsi minuman beralkohol: Penelitian menunjukkan bahwa minum minuman beralkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

    7. Obesitas: Kelebihan berat badan atau obesitas juga dapat berisiko mengidap kanker payudara.

    8. Paparan radiasi: Jika pernah menjalani terapi radiasi sebelumnya, terutama di kepala, leher, atau dada, lebih mungkin terkena kanker payudara.

    9. Terapi penggantian hormon: Orang yang menggunakan terapi penggantian hormon atau Hormone Replacement Therapy (HRT), memiliki risiko lebih tinggi terdiagnosis kanker payudara.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Rambut Rontok Seusai Melahirkan, Mpok Alpa Siapkan Banyak Wig”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • 5 Gejala Kanker Awal Ginjal yang Tak Disadari, Bisa Terlihat dari Urine

    5 Gejala Kanker Awal Ginjal yang Tak Disadari, Bisa Terlihat dari Urine

    Jakarta

    Kanker ginjal sering disebut sebagai ‘silent killer’. Hal ini karena gejalanya bisa tidak terdeteksi selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

    Karenanya, deteksi dini sangat penting untuk bisa menyelamatkan nyawa dan memberikan pengobatan terbaik. Ada beberapa tanda awal yang mungkin harus diwaspadai sebagai gejala kanker ginjal.

    Meski begitu, perlu diketahui bahwa gejala-gejala ini tidak hanya disebabkan oleh kanker ginjal, tetapi juga karena beberapa kondisi yang mendasarinya.

    Dikutip dari Times of India, berikut tanda awal kanker ginjal yang perlu diperhatikan.

    1. Muncul Darah pada Urine (Hematuria)

    Hematuria merupakan kondisi adanya darah dalam urine, yang kerap menjadi tanda awal dari kanker ginjal. Munculnya darah dalam urine ditandai dengan perubahan warna urine, mulai dari merah muda, merah, hingga cokelat.

    Kondisi ini terjadi akibat tumor yang mengganggu pembuluh darah kecil yang terdapat di ginjal dan sistem kemih. Hematuria muncul secara sporadis pada sebagian besar pasien tanpa rasa sakit, sehingga cenderung diabaikan, terutama saat perubahan warna pada urine menghilang dalam beberapa hari.

    Tanda ini penting untuk diperhatikan, terlepas dari asalnya karena dapat mengindikasikan infeksi atau batu di sistem kemih. Menurut dokter, pasien yang mengalami kanker ginjal lokal (ditandai dengan hematuria), memiliki peluang lebih tinggi untuk bertahan hidup.

    2. Nyeri Persisten di Bagian Samping atau Punggung Bawah

    Ketidaknyamanan di punggung kerap dialami banyak orang. Tetapi, kanker ginjal menyebabkan nyeri panggul yang terus-menerus atau nyeri di punggung bawah.

    Rasa tidak nyaman ini menetap tanpa pengobatan dan berkembang tanpa pengobatan, dan tanpa riwayat trauma. Tumor tumbuh di dalam tubuh hingga mulai menekan jaringan dan saraf di sekitarnya, yang menyebabkan jenis nyeri spesifik ini.

    Biasanya, durasi gejala ini melebihi nyeri otot biasa dan cenderung meningkat seiring waktu. Pasien sering mengabaikan gejala ini, karena percaya bahwa itu akibat penuaan normal atau aktivitas fisik.

    Setiap nyeri persisten yang terfokus pada satu area tubuh atau muncul dengan perubahan warna urine, memerlukan pemeriksaan medis segera. Deteksi tumor ginjal pada tahap awal memungkinkan prognosis yang lebih baik.

    3. Penurunan Berat Badan

    Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan merupakan indikator tersembunyi dari kanker ginjal. Ini terjadi saat pasien kehilangan berat badan yang signifikan tanpa mengubah pola makan, kebiasaan olahraga, atau gaya hidup.

    Gangguan metabolisme sering terjadi akibat kanker, yang mempengaruhi produksi hormon, penggunaan nutrisi, dan fungsi kesehatan usus. Orang cenderung mengabaikan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, karena banyak yang mengaitkannya dengan kesibukan dan tingkat stres mereka.

    Pemeriksaan medis diperlukan saat penurunan berat badan terjadi secara tiba-tiba, dan seseorang mengalami gejala tambahan seperti kelelahan. Hal ini terjadi karena kanker ginjal pada tahap awal mempengaruhi nafsu makan dan metabolisme, sebelum menimbulkan ketidaknyamanan lokal yang terasa.

    4. Muncul Benjolan atau Massa di Area Ginjal

    Pertumbuhan tumor ginjal sering kali menghasilkan benjolan yang terlihat di samping atau punggung bawah, atau di bawah tulang rusuk. Selama pemeriksaan mandiri, pasien kerap dapat mendeteksi massa yang keras.

    Tetapi, tenaga medis profesional juga dapat mengidentifikasinya selama pemeriksaan fisik standar. Pembengkakan terkadang dapat terlihat, tetapi pada kebanyakan kasus bermanifestasi sebagai area yang sensitif dan lunak.

    Massa di area ginjal menunjukkan kondisi medis yang mendesak karena menunjukkan tumor telah tumbuh. Terdapat berbagai jenis benjolan di dalam tubuh, termasuk pertumbuhan kanker dan non-kanker, serta kista sederhana.

    Setiap pembengkakan yang berlangsung lama perlu dievaluasi, karena pemeriksaan seperti USG dan CT scan baru dapat menentukan massa itu kanker atau bukan.

    5. Kelelahan yang Berkepanjangan dan Lemas

    Kanker ginjal menunjukkan kelelahan sebagai gejala awal yang kerap diabaikan orang. Hal ini terjadi karena tumor menyebabkan masalah produksi sel darah merah dan peradangan, yang menyebabkan anemia sehingga memicu kelelahan ekstrem.

    Gejala kelelahan dan penurunan fokus serta kelemahan yang memburuk berkembang pada pasien dalam jangka waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Kelelahan akibat kanker tidak hilang begitu saja, seperti kelelahan akibat aktivitas fisik atau stres mental.

    Orang-orang biasanya mengabaikan gejala ini dengan mengaitkannya dengan jadwal kegiatan yang padat. Tetapi, jika kelelahan terjadi disertai gejala lainnya, seperti hematuria, berat badan menurun, atau nyeri perlu diperiksakan kepada tim medis.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • Tragis! Pasien Meninggal Dunia saat Jalani Operasi Jantung Akibat Mati Listrik

    Tragis! Pasien Meninggal Dunia saat Jalani Operasi Jantung Akibat Mati Listrik

    Jakarta

    Seorang pasien wanita meninggal dunia selama operasi jantung. Pasien tersebut diketahui bernama Jean Dye, wanita berusia 77 tahun.

    Laporan kematiannya baru dirilis oleh Prevention of Future Deaths, setelah melakukan investigasi selama lima tahun atas kematian Dye.

    Kejadian berawal pada September 2020, Dye mengunjungi Rumah Sakit Umum Scunthorpe di Inggris untuk dirawat karena penyakit jantung yang diidapnya. Ia menjalani intervensi koroner perkutan, yang dikenal sebagai angioplasti dengan pemasangan stent.

    Tindakan yang dilakukan adalah operasi invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang tersumbat dengan menggunakan tabung kecil permanen yang disebut stent.

    Koroner senior Paul Smith menjelaskan, selama prosedur tersebut dokter hanya memiliki waktu terbatas untuk memasang stent. Namun, di tengah jalannya operasi, ruang operasi tiba-tiba mengalami pemadaman listrik yang berlangsung sekitar 10 menit.

    “Hilangnya daya listrik menghilangkan kemampuan untuk menghasilkan gambar sinar-X, dan akibatnya menghambat prosedur pemasangan stent hingga daya kembali menyala,” terangnya dalam laporan yang dikutip dari People, Minggu (17/8/2025).

    Smith mengatakan tidak ada penyebab yang jelas terkait hilangnya daya dan tidak ada aktivasi sirkuit secara manual. Staf, yang kabarnya belum pernah mengalami situasi seperti itu sebelumnya, kemudian terpaksa menunggu teknisi datang untuk memulihkan daya listrik.

    Setelah daya listrik pulih, dokter dapat menyelesaikan pemasangan stent. Tetapi, Dye ‘gagal pulih’ hingga meninggal dunia.

    Penyebab kematiannya dipastikan sebagai diseksi arteri iatrogenik selama intervensi koroner perkutan.

    “Berdasarkan keseimbangan probabilitas, Nyonya Dye akan selamat jika tidak ada hilangnya daya listrik,” demikian pernyataan laporan tersebut.

    Smith kemudian mengirimkan laporan tersebut ke NHS Inggris dan Eksekutif Pelayanan Kesehatan, memberi mereka waktu hingga 28 Agustus 2025 untuk menanggapi. Ia menyarankan untuk segera mengambil tindakan untuk mencegah kejadian ini terulang kembali.

    Daftar kekhawatirannya mencakup fakta bahwa tombol reset terletak di tempat lain di rumah sakit. Tidak ada lampu atau indikator di ruang opersi yang mengonfirmasi bahwa sirkuit telah aktif.

    “Menurut saya, ada risiko kematian di masa mendatang dapat terjadi, kecuali jika tindakan diambil. Seandainya staf mengetahui penyebab pasti hilangnya daya pada kejadian ini, dan mereka memiliki kesempatan untuk mereset sirkuit tanpa perlu menunggu kedatangan teknisi, yang kemudian harus datang ke ruang instalasi terpisah, waktu henti kemungkinan besar akan berkurang secara signifikan,” beber Smith.

    “Meskipun tidak mungkin untuk mengatakan bahwa waktu tambahan yang dihabiskan pada kejadian ini berpengaruh pada pasien yang bertahan hidup atau tidak, mungkin ada kasus-kasus di masa mendatang di mana selisih waktu yang tipis tersebut sangat krusial,” pungkasnya.

    (sao/suc)