Category: CNBCindonesia.com Tekno

  • Cara Hapus Foto Screenshot  di Google Photos, Memori HP Jadi Ringan

    Cara Hapus Foto Screenshot di Google Photos, Memori HP Jadi Ringan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mengambil screenshot dan membagikannya mungkin jadi salah satu hal yang sering kita lakukan kepada teman-teman atau orang terdekat. Biasanya tangkapan layar itu berisi sesuatu informasi penting atau untuk sekedar menghibur.

    Namun kebiasaan ini juga membuat memori penyimpanan foto di ponsel cepat penuh. Screenshot hanya akan menumpuk dan terkadang tak digunakan lagi di masa depan.

    Untuk membuat memori tetap tidak penuh adalah dengan menghapus screenshot yang memang tak akan digunakan lagi.

    Anda bisa menghapusnya melalui Google Photos. Cara ini bisa menghapus screenshot dalam jumlah yang banyak sekaligus dalam satu waktu.

    Untuk mengaksesnya bisa melalui PC maupun ponsel.

    Berikut cara menghapusnya melalui Google Photos:

    1. Buka Google Photos
    2. Klik menu Library
    3. Masuk ke folder Screenshots & Recording
    4. Pilih screenshot mana saja yang ingin dihapus. Anda bisa memilih satu persatu atau beberapa sekaligus hingga semua file yang tersimpan
    5. Klik ikon tempat sampah untuk menghapus file yang telah dipilih
    6. Semua screenshot akan terhapus

    Sebagai catatan, file screenshot itu akan dipindahkan ke folder sampah. Di sana semua file akan tersimpan selama 30 hari sebelum akhirnya terhapus permanen.

    Jadi Anda masih bisa menyimpannya kembali jika dirasa penting dan akan digunakan lagi. Selain itu bisa juga mengosongkan folder sampah sebelum waktu hapus permanen berlalu.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Olakses Dorong Pemanfaatan AI di Industri Pemasaran, Ini Alasannya

    Olakses Dorong Pemanfaatan AI di Industri Pemasaran, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) makin tidak terelakan, termasuk di industri pemasaran digital Tanah Air. Sejumlah agensi mulai mengadopsi teknologi ini untuk mempercepat proses kreatif, menganalisis data, hingga menghadirkan kampanye yang lebih personal.

    Salah satu yang ikut mendorong perubahan tersebut adalah Olakses, agensi digital 360 yang berbasis di Gading Serpong. Olakses mengintegrasikan sistem AI ke seluruh lini layanan-mulai dari Performance Marketing, Website Development, KOL & MCN Solutions, hingga Studio Production.

    Pendekatan ini dinilai menjawab kebutuhan pasar yang semakin menuntut kecepatan, akurasi, serta hasil yang bisa diukur secara real time. Tak berhenti di situ, Olakses juga memperkenalkan strategi baru bernama Generative Engine Optimization (GEO). Konsep ini berfokus pada optimasi agar merek dapat muncul di hasil konten buatan AI seperti Google AI Overview atau ChatGPT answers.

    Pendekatan ini diyakini akan menjadi pilar baru dalam dunia SEO dan content marketing di era pasca mesin pencari tradisional.

    “Kami melihat perubahan perilaku pengguna internet yang kini banyak mengandalkan AI untuk mencari informasi. Itu berarti cara brand tampil di dunia digital juga harus berevolusi,” ujar Founder Olakses, Dhesiana Mawardhianti, (Mak Eci) dalam keterangan resmi, Jumat (17/10/2025).

    Selain memperkuat strategi digital, Olakses juga membangun Olakses Studio sebagai ruang kolaborasi antara kreator, teknologi, dan brand. Di studio ini, tim kreatif mengembangkan berbagai format konten berbasis efek AI, termasuk live streaming dan produksi multimedia interaktif.

    Menurut Eci, penerapan AI bukan untuk menggantikan peran manusia dalam pekerjaan, tetapi untuk membantu tim bekerja lebih cerdas dan efisien.

    “AI adalah alat bantu, bukan pengganti. Dengan teknologi ini, ide bisa dieksekusi lebih cepat dan hasilnya lebih presisi,” jelasnya.

    Olakses menjadi contoh bagaimana agensi lokal mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lanskap digital global, sekaligus menunjukkan bahwa transformasi AI bukan hanya wacana, tetapi sudah hadir dalam praktik industri kreatif di Indonesia.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Krisis Baru Menghantam Eropa, Tanda Kiamat Makin Dekat

    Krisis Baru Menghantam Eropa, Tanda Kiamat Makin Dekat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Eropa turut bertarung melawan Amerika Serikat (AS) dan China untuk menjadi pusat kecerdasan buatan (AI) dunia. Namun, kawasan tersebut justru menghadapi ancaman baru yang tak kalah berbahaya, yakni krisis air bersih.

    Para ahli memperingatkan, ambisi digital Uni Eropa berisiko memperparah kelangkaan air, terutama di kawasan selatan yang kini makin kering akibat perubahan iklim.

    Uni Eropa telah mengumumkan rencana melipatgandakan hingga tiga kali kapasitas pusat data dalam 5-7 tahun ke depan, demi menjadikan kawasan itu sebagai hub AI kelas dunia.

    Di balik rencana besar tersebut, muncul ancaman bagi lingkungan yang tak bisa diabaikan, yaitu lonjakan konsumsi air dari fasilitas teknologi raksasa seperti Amazon, Microsoft, Meta, dan Google.

    Pusat data adalah jantung ekonomi digital. Infrastruktur itu menopang dunia digital, mulai dari media sosial, perbankan online, hingga alat AI seperti ChatGPT. Namun, untuk mendinginkan jutaan server yang bekerja 24 jam tanpa henti, pusat data membutuhkan air dalam jumlah besar.

    “AI memang masa depan, tapi keberlanjutan lingkungan jadi pemikiran belakangan,” ujar Kevin Grecksch, pakar kebijakan air dari University of Oxford, dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (17/10/2025).

    Menurutnya, banyak pusat data dibangun justru di wilayah yang kekurangan air, seperti Spanyol dan Yunani.

    “Wilayah kering dianggap ideal untuk server, tapi ironisnya justru paling rawan kekeringan,” katanya.

    Di Spanyol, misalnya, Amazon tengah membangun tiga pusat data di wilayah Aragon, daerah yang sudah mengalami tekanan air ekstrem. Proyek yang disebut menciptakan ribuan lapangan kerja ini justru memicu ketegangan antara petani lokal dan aktivis lingkungan.

    Menurut S&P Global, industri pusat data akan menghadapi paparan tinggi terhadap stres air di dekade 2020-an, terutama di Eropa Selatan. Sebagian besar jejak air dari pusat data bahkan tidak terlihat, karena terjadi di proses pembangkit energi dan pembuatan chip semikonduktor.

    “Perusahaan sering hanya melaporkan penggunaan air di lokasi, padahal lebih dari setengah penggunaan airnya terjadi di luar lokasi,” kata Nick Kraft, analis dari Eurasia Group.

    Badan Lingkungan Eropa (EEA) memperingatkan bahwa sepertiga populasi dan wilayah Eropa kini hidup di bawah tekanan air parah. Dengan petaka gelombang panas ekstrem dan kekeringan berkepanjangan, situasi ini diperkirakan akan makin buruk dan menjadi tanda ‘kiamat’ di Benua Biru.

    “Ledakan pembangunan pusat data di wilayah yang sudah kekeringan hanya memperburuk masalah,” ujar Laura Ramsamy, analis iklim dari Climate X.

    Beberapa negara bahkan mulai menarik rem. Belanda dan Irlandia telah menunda pembangunan pusat data baru karena kekhawatiran terhadap daya listrik dan dampak lingkungan.

    Namun, Kementerian Iklim, Energi, dan Lingkungan Irlandia menegaskan bahwa pusat data tetap memberikan kontribusi positif bagi ekonomi nasional.

    “Seperti sektor ekonomi lainnya, operasi dan pengembangan pusat data diatur oleh tujuan iklim nasional yang mengikat secara hukum dan kebutuhan menjaga keamanan energi,” kata juru bicara kementerian.

    Ia menambahkan, sebagian besar pusat data besar di Irlandia menggunakan sistem pendinginan udara, bukan air, yang membedakannya dari lokasi-lokasi pusat data di banyak negara lain.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Aplikasi Pengganti ChatGPT Buatan China Ramai Diserbu, Ini Alasannya

    Aplikasi Pengganti ChatGPT Buatan China Ramai Diserbu, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Aplikasi ‘Douboo’ buatan ByteDance menempati posisi pertama sebagai layanan chatbot AI yang paling banyak digunakan di China. Pengguna aktif bulanannya (MAU) mencapai 157 juta pada Agustus 2025, menurut data dari QuestMobile.

    Daubao berhasil mengalahkan DeepSeek, layanan AI populer yang mengguncang raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) karena biaya pengembangannya murah, tetapi super canggih.

    Dikutip dari The Gaming Board Room berdasarkan laporan Wired, keunggulan Doubao tidak terletak pada kecanggihan teknologinya yang superior dibandingkan DeepSeek. Namun, Doubao berhasil memposisikan diri sebagai aplikasi untuk publik, dengan antarmuka yang ramah pengguna (user-friendly).

    Aplikasi pengganti ChatGPT di China tersebut dirilis pada akhir Agustus 2023. Saat DeepSeek menggemparkan industri teknologi di Januari 2025 melalui model R1, Doubao sempat tak terdengar.

    Namun, pelan-pelan Doubao kembali bangkit karena konsisten memberikan layanan yang menyasar publik umum. Pelajaran yang bisa diambil adalah fokus Doubao untuk konsumen, integrasi, serta kemudahan desainnya untuk dinavigasi.

    Hal ini ternyata lebih penting ketimbang melulu menggenjot spesifikasi dan kecanggihan model utama, seperti yang dilakukan DeepSeek.

    DeepSeek menjadi sorotan karena kebaruan teknisnya, tetapi Doubao berkembang pesat melalui aplikasi yang familiar, onboarding yang lancar, dan peningkatan pengalaman pengguna yang berulang.

    Hal ini membuktikan bahwa inovasi model bisa membuat layanan seperti DeepSeek menjadi sensasional. Namun, hal itu tak secara otomatis membuat DeepSeek mampu mempertahankan penggunaannya secara massal.

    Kasus ini menekankan bahwa sukses komersil di layanan AI sangat tergantung pada eksekusi produk, serta moderasi konten dan kepercayaan pengguna. Kesuksesan AI tak semata-mata bermodalkan terobosan riset yang mentah.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Komen Tak Terduga Bos Besar Google Saat Ditendang ChatGPT

    Komen Tak Terduga Bos Besar Google Saat Ditendang ChatGPT

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri teknologi berubah total sejak kemunculan ChatGPT, layanan chatbot AI besutan OpenAI yang meluncur pada November 2022. Sejak saat itu, para raksasa teknologi berlomba-lomba meluncurkan layanan AI dengan inovasi lebih jauh dari sekadar chatbot berbasis teks.

    Google yang dulunya merupakan ‘raja’ mesin pencari, kini harus berhadapan dengan banyak pesaing baru yang mematrikan AI dalam layanannya. Google juga tak tinggal diam dengan merilis aplikasi AI Gemini yang sudah tersedia di seluruh ekosistem produknya.

    Sebelum kemunculan ChatGPT, Google sejatinya sudah mengembangkan produk AI selama bertahun-tahun. Namun, ChatGPT membuat raksasa teknologi harus bertarung lebih cepat dan intens.

    Baru-baru ini, CEO Alphabet yang merupakan induk Google, Sundar Pichai, mengungkap reaksinya di era-era awal perilisan ChatGPT. Ia menceritakan pengalamannya dalam gelaran teknologi tahunan ‘Dreamforce’ dari Salesforce.

    CEO Salesforce Marc Benioff menanyakan Pichai tentang posisi Google yang saat itu menjadi ‘pemimpin absolut AI’ ketika harus berhadapan dengan peluncuran ChatGPT dari perusahaan kecil (kala itu) asal San Francisco.

    Pichai mengatakan Google sebenarnya saat itu sudah membuat perkembangan signifikan untuk produk-produk AI, termasuk membuat versi chatbot internal.

    “Tapi Anda benar, kredit untuk OpenAI yang meluncurkannya pertama kali,” kata Pichai, dikutip dari Business Insider, Jumat (17/10/2025).

    Ketika OpenAI meluncurkan ChatGPT, perusahaan itu dibekingi oleh Microsoft yang merupakan pesaing Google. Kemuncurlan ChatGPT dinilai sebagai tantangan besar bagi dominasi Google di sektor AI.

    The New York Times kala itu melaporkan bahwa manajemen Google mengeluarkan ‘kode merah’, dan Pichai menginstruksikan beberapa tim untuk fokus ke upaya pengembangan AI.

    Dalam perbincangan dengan Benioff, Pichai membandingkan momen tersebut dengan momen-momen lain yang telah ia saksikan di sektor internet konsumen. Misalnya ketika Google mengembangkan pencarian video, kemudian YouTube muncul. Google kemudian mencaplok YouTube pada 2026.

    Contoh lainnya ketika Facebook melihat popularitas konten foto di feed, kemudian Instagram muncul. Akhirnya, Facebook mengakuisisi Instagram.

    “Kami tahu di dunia yang berbeda, kami mungkin akan meluncurkan chatbot kami beberapa bulan di depan,” kata Pichai.

    “Kami saat itu belum mencapai tingkat di mana kami bisa merilisnya. Masih banyak masalah yang kami hadapi kala itu,” ia menambahkan.

    Pichai menekankan bahwa Google sudah menggelontorkan investasi besar-besaran di sektor AI sebelum ChatGPT rilis. Misalnya dari tim riset untuk memproduksi chip sendiri dalam infrastruktur penopangnya.

    Ia mengklaim Google kala itu sudah berada di posisi yang baik dalam pengembangan AI, ketika ChatGPT meluncur. Ia juga memberikan komen tak terduga terkait perasaannya saat diselip oleh OpenAI. Bukannya geram, Pichai mengaku antusias.

    “Buat saya, ketika ChatGPT meluncur, sebenarnya kontras dari apa yang orang-orang luar rasakan. Saya justru antusias karena saya tahu jendelanya sudah bergeser,” ia menuturkan.

    Beberapa saat setelah ChatGPT rilis, Pichai mengatakan Google tak segera merilis chatbot saingannya karena sang raksasa mesin pencari memiliki risiko reputasi yang lebih besar ketimbang OpenAI.

    Pada Maret 2024, Google akhirnya merilis chatbot AI miliknya. Tadinya dinamai ‘Bard’, lalu belakangan berubah menjadi Gemini. Saat ini, Gemini juga menyediakan fitur penciptaan visual Nano Banana yang populer. Gemini juga sudah tersedia di semua lini produk Google.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bos Mata-mata Inggris Mendadak Kasih Peringatan Bahaya, Dunia Suram!

    Bos Mata-mata Inggris Mendadak Kasih Peringatan Bahaya, Dunia Suram!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kecerdasan buatan (AI) yang beroperasi tanpa kendali manusia di masa depan, dinilai bisa menjadi ancaman keamanan. Hal tersebut diungkap oleh Kepala Dinas Intelijen Dalam Negeri Inggris (MI5), Ken McCallum.

    Ia mengeluarkan peringatan keras soal potensi bahaya AI yang bisa beroperasi tanpa kendali manusia.

    Dalam pidato tahunannya, McCallum menyebut bahwa sistem AI otonom dapat menjadi ancaman keamanan di masa depan jika tidak diawasi dengan ketat.

    “Pada tahun 2025 ini, ketika kita masih berhadapan dengan berbagai ancaman masa kini, kita juga perlu menelusuri batas baru, potensi risiko dari sistem AI non-manusia yang bisa menghindari pengawasan dan kendali manusia,” kata McCallum, dikutip dari Reuters, Jumat (17/10/2025).

    Meski begitu, McCallum menegaskan dirinya tidak sedang memprediksi skenario kehancuran seperti dalam film fiksi ilmiah Terminator, yang menggambarkan AI menjadi sadar diri dan berusaha memusnahkan manusia.

    Namun, ia menilai perkembangan AI yang begitu cepat harus diantisipasi sejak dini oleh lembaga keamanan seperti MI5.

    “AI mungkin tidak pernah ‘berniat’ mencelakai kita. Namun akan sangat ceroboh jika kita mengabaikan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Kami sudah menanganinya,” ujarnya.

    McCallum menjelaskan bahwa saat ini badan keamanan Inggris sudah memanfaatkan AI untuk meningkatkan efektivitas kerja. Sementara kelompok teroris menggunakannya untuk propaganda dan pengintaian target.

    Di sisi lain, aktor negara menggunakan teknologi ini untuk memanipulasi pemilu dan memperkuat serangan siber.

    “Seiring kemampuan AI yang terus melaju pesat, MI5 perlu memikirkan secara mendalam sejak sekarang seperti apa bentuk ‘pertahanan kerajaan’ di masa depan,” kata McCallum menutup pidatonya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Manusia Cerdas Karena Racun Timbal, Peneliti Ungkap Dampak ke Otak

    Manusia Cerdas Karena Racun Timbal, Peneliti Ungkap Dampak ke Otak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti menemukan alasan manusia lebih cerdas dibanding spesies homnin lain yang sudah punah. Salah satu pemicunya ternyata adalah timbal, elemen logam yang kini menjadi salah satu sumber polusi terbesar.

    Laporan penelitian University of California San Diego School of Medicine menemukan bahwa nenek moyang manusia dan spesies kera besar lainnya terpapar timbal jauh lebih awal dari yang dipercaya sebelumnya.

    Eksposur timbal terjadi sekitar 2 juta tahun sebelum manusia mulai menambang logam, termasuk timbal. Paparan elemen ini diperkirakan memicu evolusi otak manusia, yang menjadi dasar perkembangan sosial dan bahasa. Perbedaannya adalah varian genetik khusus yang hanya ada di manusia modern (Homo sapiens). 

    Dalam artikel yang diterbitkan di Science Advance, para peneliti memaparkan riset yang mencakup pemeriksaan fosil gigi dari 51 homonid yang ditemukan di Afrika, Asia, dan Eropa. Homonid atau kera besar yang dijadikan sampel termasuk manusia modern, spesies yang sudah punah seperti Neanderthal, spesies nenek moyang manusia seperti Australopithecus africanus, hingga kera besar yang sudah punah seperti Gigantopithecus blacki.

    Dari semua fosil yang dipelajari, paparan timbal ditemukan pada 73 persennya. Sekitar 71 persen sampel dari manusia modern dan manusia purba terkontaminasi timbal. Eksposur paling besar ditemukan pada fosil G. blacki yang usianya 1,8 juta tahun.

    Sebelumnya padahal paparan timbal dipercaya baru muncul di era Romawi, yaitu dari pipa saluran air dari timbal yang digunakan hingga era revolusi industri.

    “Kita berhenti menggunakan timbal setelah memahami racun di dalamnya, tetapi tidak ada yang pernah mempelajari era prasejarah,” kata Alyyson Muotori dari UC San Diego School of Medicine.

    Peneliti kaget ketika menemukan pola pada gigi dari manusia dari abad ke-20 yang terpapar timbal dari bensin dan car, serupa dengan pola pada gigi fosil manusia purba. Mereka menduga manusia purba terpapar timbal saat mencari air.

    “Kemungkinannya mereka mencari gua yang di dalamnya ada air mengalir. Gua mengandung timbal, sehingga mereka terkontaminasi. Berdasarkan enamel gigi, [paparan timbal] sudah ada sejak dini,” kata Muotori.

    Paparan padahal timbal mengganggu perkembangan dan fungsi otak, menghambat kecerdasan dan regulasi emosi.

    Berdasarkan temuan ini, Muotri dan tim bertanya-tanya. Bagaimana manusia modern bisa “sukses” dibanding spesies lain di lingkungan “beracun.”

    Temuan awal dari Muotri menyoroti gen bernama neuro-oncological ventral antigen 1 (NOVA1). NOVA1 adalah kunci perkembangan saraf dengan menentukan cara sel saraf bereaksi atas paparan timbal. Jika aktivitas NOVA1 terganggu, aktivitas sistem saraf juga tertanggu.

    Gen NOVA1 pada manusia modern dan manusia purba seperti Neanderthals sama persis, kecuali 1 DNA.

    “Semua serupa kecuali variasi gen tersebut, mendorong kita untuk bertanya apakah ada mutasi spesifik yang membedakan kita dan Neanderthals, memberikan kita keunggulan,” katanya. 

    Peneliti kemudian bereksperimen dengan dua variasi sel otak (organoids), dengan dan tanpa NOVA1.

    “Kami kemudian memaparkan kedua jenis organoid dengan timbal dalam jumlah yang sangat kecil. Perbedaannya sangat jelas. Organoid dengan gen purba menunjukkan tanda stres yang sangat jelas. Koneksi saraf tidak bekerja dengan efisien, bagian terkait komunikasi dan perilaku sosial terganggu,” kata Muotri dalam The Conversation. “Organoid dengan gen modern, bertahan jauh lebih baik.”

    Hasil ini, lanjutnya, penting dalam memahami dampak lingkungan terhadap evolusi manusia. Kemunculan varian modern NOVA1 “melindungi” manusia modern dari dampak besar timbal, kemudian mendorong perkembangan bahasa dan sosial.

    “Bahasa adalah keunggulan yang sangat penting, dampaknya transformasional, sumber kekuatan super kita. Karena kita memiliki bahasa, kita bisa mengelola masyarakat dan bertukar ide, membuat kita bisa berkoordinasi dalam kelompok besar,” kata Muotri. “Neanderthal mungkin punya kemampuan untuk berpikir abstrak, tetapi mereka tidak bisa menyampaikannya ke satu sama lain. Alasannya mungkin karena mereka tidak pernah punya sistem komunikasi yang seefisien bahasa manusia.”

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Macan Tutul Punya Induk Macan Kumbang di Karawang, Ini Kata Ahli

    Macan Tutul Punya Induk Macan Kumbang di Karawang, Ini Kata Ahli

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ahli buka suara soal fenomena aneh tertangkap kamera di Pegunungan Sanggabuana, Kabupaten Karawang. Induk macan kumbang tertangkap dalam kamera jebak membawa dua anaknya yang memiliki corak berbeda.

    Salah satu anaknya terlihat memiliki corak khas macan tutul, sedangkan anak lainnya memiliki warna kulit hitam pekat (melanistik).

    “Iya untuk penampakan macan tutul dari Pegunungan Sanggabuana membawa satu ekor anak macan kumbang dan tutul itu memang benar hasil ekspedisi kami,” kata Peneliti dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF), Bernard Triwinarta Wahyu Wiryanta, dikutip dari Detikcom.

    Bernard mengatakan fenomena itu wajar, sebab macan kumbang dan macan tutul berasal dari jenis yang sama yakni Panthera Pardus Melas.

    “Pertanyaannya apakah bisa macan kumbang melahirkan anak macan tutul? Apa mungkin macan kumbang kawin dengan macan tutul hingga anaknya kumbang dan tutul? Itu hal yang wajar terjadi, sebab macan tutul dan macan kumbang adalah spesies atau jenis yang sama, bukan 2 jenis yang berbeda sehingga keduanya kawin kemudian melahirkan 2 anak yang berbeda juga mungkin terjadi,” kata dia.

    Lebih lanjut, Bernard menjelaskan macan kumbang disebut pula sebagai melanistik karena warnanya hitam yang diakibatkan faktor pigmen. Di sisi lain, macan tutul memiliki warna kuning dengan tambahan motif tutul.

    Menurutnya perkawinan silang umum terjadi di kawasan hutan liar. Begitu juga yang terlihat di Pegunungan Sanggabuana.

    “Di kawasan hutan liar seperti kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana, umum terjadi perkawinan antara macan kumbang dan macan tutul,” ungkapnya.

    Dalam kasus ini, kemungkinan induk macan kumbang melanistik kawin dengan pejantan macan tutul berwarna normal.

    “Ini yang satu normal dan yang satu melanistik. Jadi bisa dipastikan kalau induk macan tutul melanistik atau kumbang tersebut kawin dengan pejantan macan tutul normal,” pungkasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peneliti Sudah Tahu Cara Rambut Uban Hitam Lagi, Ramu Obatnya

    Peneliti Sudah Tahu Cara Rambut Uban Hitam Lagi, Ramu Obatnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rambut beruban sering disebut jadi tanda penuaan atau stres. Sebuah penelitian menemukan cara mengembalikan warna rambut tersebut.

    Penelitian dari Sekolah Kedokteran Grossman New York University mengungkapkan awal terbentuknya uban yakni sel punca melanosit yang terjebak (McSC) tidak membuat protein yang dibutuhkan pada pigmen rambut.

    Dalam penelitian yang menggunakan tikus sebagai subjek penelitian ditemukan sel-sel McSC berpindah pada kompartemen folikel rambut yang berkembang. Hal ini membuat sel-sel itu bisa mengambil protein untuk regenerasi menjadi sel pigmen yang mewarnai rambut seiring pertumbuhan.

    Sel-sel tersebut akan berpindah antara tingkat kematangan karena terus berpindah antar kompartemen.

    Namun pada beberapa kasus hal ini tak terjadi. Sel-sel McSC bisa saja tidak bisa kembali ke kompartemen germinal, tempat protein WNT untuk mendorong sel beregenerasi menjadi sel pigmen.

    Artinya tidak ada sel pigmen dan munculnya rambut beruban.

    Temuan itu menyimpulkan saat McSC terus bergerak maka rambut berwarna akan tetap ada. Penelitian juga mengungkapkan sel tersebut juga bisa dibuat bergerak lagi.

    Peneliti doktoral di NYU Langone Health, Qi Sun mengatakan kemungkinan hal yang sama juga bisa terjadi pada manusia. Jadi ada cara untuk mengembalikan rambut yang beruban.

    “Mekanisme baru bisa meningkatkan kemungkinan posisi tetap sel punca melanosit yang sama mungkin ada pada manusia. Jadi berpotensi untuk membalikkan atau mencegah uban pada rambut manusia dengan membantu sel yang terhambat bergerak kembali antar kompartemen folikel rambut yang berkembang,” kata dia dikutip dari Menshealth.

    Menurutnya sel McSC bekerja untuk memproduksi pigmen. Ini berbeda dengan sel yang bertanggung jawab pada pertumbuhan rambut.

    Penelitian NYU juga mengungkapkan jumlah sel McSC pada tonjolan folikel terus meningkat seiring bertambahnya usia proses pertumbuhan kembali rambut. Sementara pada beberapa kasus, tonjolan folikel yang tidak menghasilkan pigmen mengandung 505 dari keseluruhan sel McSC.

    Kini, langkah selanjutnya bagi tim penelitian adalah mempelajari cara membuat sel McSC yang bermasalah ini untuk bisa kembali bergerak. Dengan begitu dapat menghasilkan pigmen untuk mencegah adanya uban.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Burung Sudah Lama Mati Mau Dihidupkan Lagi

    Burung Sudah Lama Mati Mau Dihidupkan Lagi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hal tak biasa ingin dikerjakan perusahaan Colossal Biosciences. Mereka ingin menghidupkan burung purba yang sudah punah 600 tahun lalu, Moa.

    Burung purba yang ingin dihidupkan kembali itu dilaporkan menghuni Selandia Baru. Hewan dengan tinggi 3,8 meter dan berat lebih dari 225 kilogram hidup hingga 600 tahun lalu di pemukiman Maori.

    Untuk menghidupkannya, Colossal Biosciences akan bekerja sama dengan Sir Peter Jackson yang dikenal sebagai sutradara film Lord of the Rings. Sementara proyek de-extinction itu dikoordinasikan oleh Pusat Penelitian Ngai Tahu antara suku utama Maori di Pulau Selandia Baru dengan Universitas Cantenbury di Christchurch.

    Jackson yang juga investor Colossal dan ikut membantu Pusat Penelitian Ngai Tahu, mengatakan usulan ini bertujuan memastikan beberapa spesies yang terancam di Selandia Baru bisa terlindungi di masa depan, dikutip dari New York Post, Kamis (16/10/2025).

    Burung Emu. (Dok. Freepik/Sharon Housley – DejaVu Designs)

    Untuk melakukannya, tim akan mengurutkan dan merekonstruksi genom pada sembilan spesies Moa yang punah. Selain itu juga mengurutkan genom berkualitas dari kerabat hewan itu.

    Kemudian, tim akan menggunakan prekursor sperma dan sel telur membuat burung pengganti. Mereka akan mengubah secara genetik agar mirip dengan Moa.

    Penggantinya kemungkinan berasal dari dua kerabat Moa yang masih hidup yakni Emu dan Tinamou. New York Post mencatat pengganti tercocok adalah Emu dengan tubuh yang bisa tumbuh mencapai 6 kaki 2 inci, mirip dengan Moa.

    Tim peneliti juga akan mendapatkan tantangan lain. Yakni ukuran telur Moa lebih besar dari Emu jika menggunakan media itu sebagai inkubasi nantinya.

    “Kami menjajaki berbagai strategi untuk inkubasi telut buatan, yang bisa ditetapkan untuk biaya de-extinction Moa atau konservasi burung,” jelas kepala ilmuwan Colossal, Beth Saphiro.

    Namun proyek tersebut tak semudah itu. Bahkan para ahli menyebutkan sebagai proses menghidupkan kembali serigala mengerikan.

    Termasuk lebih menantang, karena Moa telah jauh terpisah dari kerabat terdekatnya yang masih hidup. Jaraknya mencapai 58 juta tahun dengan Tinamou dan 65 juta tahun lalu bersama Emu.

    Sementara serigala hanya terpisah dari canid yang mirip dengan serigala modern, kelompok mencakup serigala abu-abu, hanya sekitar 5,7 juta tahun lalu.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]