Category: CNBCindonesia.com Tekno

  • Ramai-Ramai Youtuber Bongkar Borok Korea Selatan, Ada Apa Sebenarnya?

    Ramai-Ramai Youtuber Bongkar Borok Korea Selatan, Ada Apa Sebenarnya?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama setahun terakhir, banyak video di YouTube yang menyelami sisi gelap Korea Selatan. Video tersebut berbahasa Inggris dan sudah ditonton jutaan kali.

    Video yang diunggah menyoroti budaya kerja yang intens di negara ini, harga rumah yang melambung tinggi, sistem pendidikan yang kejam, dan cengkeraman para konglomerat chaebol terhadap ekonominya.

    Bagi penonton internasional, muncul pertanyaan bagaimana mungkin sebuah negara yang terkenal dengan idola K-pop, inovasi teknologi, dan ekspor budayanya, menyimpan tantangan yang begitu besar.

    Salah satu video yang viral berjudul “Korea Selatan adalah Dystopia,” yang diunggah pada 28 Desember tahun lalu, oleh saluran “Fern.” Video yang telah ditonton sebanyak 3,4 juta kali ini dimulai dengan gambar-gambar mengerikan tentang tragedi kapal feri Sewol 2014 silam, yang menuduh para pejabat pemerintah dan konglomerat yang berkuasa, yang disebut chaebol, lebih mementingkan keuntungan daripada keselamatan.

    Narator menggambarkan bagaimana “hubungan yang nyaman” antara bisnis dan politik diduga membuat para elit perusahaan mengabaikan peraturan yang mungkin dapat mencegah bencana tersebut.

    Sosiolog Prancis Christophe Gaudin, menjelaskan bahwa video-video tersebut melejit karena Korea Selatan mewujudkan apa yang ia sebut sebagai “masyarakat utopis-distopia.”

    “Selama beberapa dekade terakhir, Korea mengalami modernisasi dengan kecepatan yang luar biasa. Di satu sisi, Anda melihat pencapaian yang menakjubkan dalam teknologi, budaya, dan standar hidup. Di sisi lain, Anda akan menemukan ketidaksetaraan yang parah, stres yang luar biasa, dan guncangan politik,” katanya, dikutip dari Korea Herald, Rabu (29/1/2025).

    Ketegangan tersebut yang kemudian membuat Korea begitu menarik di YouTube.

    Video-video tersebut memicu keheranan dan kecemasan pada saat yang sama, terutama mengingat krisis politik saat ini.

    Menurut Gaudin, banyak orang asing yang mulai memperhatikan ketika mereka melihat kesamaan di negara mereka sendiri.

    “Mereka melihat kenaikan biaya hidup, gesekan politik, dan ketidakamanan pekerjaan di negara mereka,” katanya.

    “Kemudian mereka menonton video yang menggambarkan masalah yang sama di Korea, diperbesar oleh pertumbuhan yang lebih cepat dan struktur sosial yang lebih intens. Hal itu beresonansi.” pungkasnya.

    (dce)

  • DeepSeek Diserang Hacker, Pengguna Baru Sulit Mendaftar

    DeepSeek Diserang Hacker, Pengguna Baru Sulit Mendaftar

    Jakarta, CNBC Indonesia – DeepSeek, startup AI asal China yang membuat heboh dunia kecerdasan buatan (AI) beberapa waktu terakhir, mengaku mengalami serangan siber dengan skala bensar, hingga menutup pendaftaran bagi pengguna baru.

    “Karena serangan jahat berskala besar pada layanan DeepSeek, kami untuk sementara waktu membatasi pendaftaran untuk memastikan kelangsungan layanan,” kata perusahaan itu dalam halaman laporan, dikutip dari The Guardian, Rabu (29/1/2025).

    “Pengguna yang sudah ada dapat masuk seperti biasa. Terima kasih atas pengertian dan dukungan Anda,” imbuh keterangan tersebut.

    Para pengguna yang mencoba mendaftar untuk membuat akun akan mendapatkan pesan serupa, yang menyatakan “pendaftaran mungkin sedang sibuk” dan mereka harus menunggu dan mencoba lagi.

    Aplikasi DeepSeek adalah asisten AI yang mirip dengan chatbot ChatGPT milik OpenAI. Berita tentang kenaikan aplikasi ini di AS, dan kemampuannya untuk mengungguli saingan-saingannya di Amerika dengan biaya yang lebih murah, membuat saham-saham perusahaan teknologi jatuh pada awal pekan ini.

    Nvidia, pembuat chip AI dan perusahaan AS yang paling bernilai, sahamnya anjlok 13,6% pada awal perdagangan, menghapus sekitar US$500 miliar kapitalisasi pasar.

    Beberapa investor teknologi terkesan dengan seberapa cepat DeepSeek mampu menciptakan asisten AI yang hampir menyamai Google dan OpenAI dengan harga sekitar US$5 juta. Sementara perusahaan AI lainnya menghabiskan miliaran dolar untuk hasil yang sama, terutama di China yang berada di bawah pengawasan ekspor chip yang ketat yang membatasi akses DeepSeek terhadap kekuatan komputasi.

    Keberhasilan model dengan anggaran rendah ini dapat mengancam keunggulan AS di pasar AI.

    “Deepseek R1 adalah momen Sputnik-nya AI,” tulis investor Marc Andreessen di X.

    Dengan mengusung tema ‘Sputnik’, Vivek Ramaswamy menulis “Momen seperti Sputnik adalah hal yang baik. Kita tidak perlu panik, kita hanya perlu bangun.”

    (dce)

  • NASA Luncurkan Misi Khusus ke Mars, Tak Sengaja Bunuh Alien

    NASA Luncurkan Misi Khusus ke Mars, Tak Sengaja Bunuh Alien

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA, dilaporkan membunuh ‘alien’ di planet tetangga bumi. Hal itu disebut terjadi saat NASA sedang dalam misi mengirim dua pesawat ke Mars pada tahun 1976 lalu.

    Menurut peneliti Jerman Dirk Schulze-Makuch, dia menduga misi Viking 1 tanpa sengaja membunuh alien penghuni Mars lewat eksperimen mereka. Ahli astrobiologi dari Technische Universität Berlin di Jerman itu mengungkapkan bahwa NASA pada saat itu tengah menggelar eksperimen mencampur air, nutrien, dan sampel tanah di Mars.

    Menurutnya, NASA berasumsi bahwa makhluk hidup di Mars sama dengan makhluk hidup di Bumi yaitu membutuhkan air untuk hidup.

    Namun, karena percobaan ini, makhluk hidup di Mars justru tewas akibat percobaan tersebut. Ia berpendapat kehidupan di Mars bergantung kepada garam seperti organisme di Bumi yang hidup di wilayah kering kerontang. Salah satu organisme yang hidupnya bergantung dari garam adalah mikroba di Padang Pasir Atacama di Cile.

    “Di lingkungan hyper-kering, kehidupan bisa mendapatkan ‘air’ dari garam yang menyerap kelembaban dari atmosfer. Garam ini seharusnya menjadi fokus pencarian makhluk hidup di Mars,” katanya, dikutip Sabtu (28/12/2024).

    Dia menyatakan misi Viking tanpa sengaja membunuh organisme yang mereka angkut dengan mencampurkan terlalu banyak air.

    “Jika cara pandang soal cara organisme hidup di kondisi kering Mars ini benar, artinya daripada menjalankan strategi ‘mencari air’ yang selama ini digunakan NASA, lebih baik kita mengikuti garam untuk mencari mikroba,” kata Schulze-Makuch.

    Ia mengusulkan menggunakan cairan garam yang pas sebagai habitat bakteri untuk “mengangkut” kehidupan dari Mars.

    Schulze-Makuch memberikan contoh hujan badai yang membunuh 70-80 persen bakteria di Padang Pasir Atacama karena organisme tersebut tak sanggup tersiram begitu banyak air dalam waktu singkat.

    “Hampir 50 tahun setelah eksperimen biologi Viking, saatnya untuk mencoba misi pencarian kehidupan baru, dengan pemahaman lebih baik soal ekosistem Mars,” kata Schulze-Makuch.

    (luc/luc)

  • Profil Liang Wenfeng: Pemilik Sekaligus Pendiri DeepSeek AI

    Profil Liang Wenfeng: Pemilik Sekaligus Pendiri DeepSeek AI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dunia dihebohkan dengan kemunculan perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal China, DeepSeek AI. Hal ini dikarenakan aplikasi itu saat ini telah menyalip saingannya dari AS, ChatGPT, dan aplikasi itu sudah menjadi aplikasi gratis peringkat 1 di App Store Apple di Amerika Serikat (AS).

    Hal ini pun menumbangkan nilai saham sejumlah raksasa teknologi AS karena minat investor yang beralih. Hal ini nampak dari bagaimana Wall Street turun berjamaah pada pembukaan perdagangan hari Senin, di mana Dow Jones dibuka melemah 0,22% di level 44.324,57, S&P 500 yang jatuh 1,61% di level 6.002,88, dan Nasdaq anjlok 2,64% di level 19.426,66.

    Secara khusus, kejatuhan nilai yang cukup besar dialami produsen chip yang sering digunakan untuk pengembangan AI, Nvidia. Perusahaan itu kehilangan nilai kapitalisasi pasar hampir US$600 miliar (Rp 9.733 triliun). Ini merupakan penurunan terbesar bagi perusahaan dalam satu hari dalam sejarah AS.

    Lalu, siapa sebenarnya sosok di balik munculnya DeepSeek AI?

    Ia adalah Liang Wenfeng. Pria 39 tahun ini tumbuh besar di Guangdong, yang selama tahun delapan puluhan dan sembilan puluhan memimpin China dalam mengadopsi kapitalisme pasar.

    Liang mengatakan saat itu ia dikelilingi oleh orang-orang yang lebih mementingkan memulai bisnis daripada belajar, tetapi ia memilih dunia akademis. Ia melanjutkan kuliah di Universitas Zhejiang jurusan Teknik Elektronika dan Komunikasi sebelum meraih gelar master di bidang serupa, yang diselesaikan tahun 2010.

    Liang kemudian mendirikan sebuah dana lindung nilai kuantitatif pada tahun 2015, yang menggunakan algoritma matematika yang rumit untuk perdagangan, bukan analisis manusia. Portofolio dana tersebut berjumlah lebih dari 100 miliar yuan pada akhir tahun 2021.

    Tetapi pada bulan April 2023, perusahaan tersebut mengumumkan di akun WeChat-nya bahwa mereka akan memperluas kewenangannya di luar industri investasi dan memusatkan sumber daya untuk ‘mengeksplorasi esensi AGI (kecerdasan umum buatan)’. DeepSeek kemudian dibuat sebulan setelahnya.

    Liang sendiri juga terus menjaga penampilan publiknya. Ia tercatat hanya memberikan dua wawancara media langka kepada outlet media China Waves tahun lalu dan tahun 2023, tetapi selain itu ia tidak pernah muncul di depan publik. DeepSeek juga tidak menanggapi permintaan wawancara.

    Di bawah kepemimpinan Liang, DeepSeek memfokuskan bakat dan sumber daya penelitian untuk menciptakan model yang dapat menyamai, atau lebih baik dari OpenAI. Perusahaan tersebut berharap di masa mendatang untuk terus berfokus pada model-model mutakhir yang akan digunakan oleh perusahaan lain untuk membangun produk AI yang ditujukan bagi konsumen dan perusahaan.

    Pendekatan Liang dinilai sangat menonjol dalam industri teknologi China, yang terbiasa mengambil inovasi dari luar negeri, mulai dari aplikasi telepon pintar hingga kendaraan listrik. China kemudian dengan cepat meningkatkannya, seringkali jauh lebih cepat daripada negara-negara tempat penemuan tersebut pertama kali dibuat.

    “AI China tidak dapat berada dalam posisi mengikuti selamanya. Kami sering mengatakan bahwa ada kesenjangan satu atau dua tahun antara AI China dan AS, tetapi kesenjangan yang sebenarnya adalah perbedaan antara orisinalitas dan tiruan,” kata Liang dalam sebuah wawancara dengan China Waves pada bulan Juli tahun lalu.

    (luc/luc)

  • Trump Buka Suara soal DeepSeek AI, AS Mulai ‘Kebakaran Jenggot’?

    Trump Buka Suara soal DeepSeek AI, AS Mulai ‘Kebakaran Jenggot’?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump buka suara soal kemunculan perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal China, DeepSeek AI, Selasa (28/1/2025). Hal ini terjadi saat kebangkitan perusahaan tersebut membuat sejumlah raksasa teknologi Negeri Paman Sam harus mengalami pelemahan nilai saham.

    Dalam pernyataannya, Trump menyebut fenomena ini sebagai pengingat bahwa ada kompetisi yang sangat keras dari Negeri Tirai Bambu. Menurutnya, raksasa teknologi AS harus dapat memenangkan hal tersebut.

    “Peluncuran DeepSeek, AI dari perusahaan China, seharusnya menjadi peringatan bagi industri kita bahwa kita perlu fokus untuk bersaing demi menang,” kata Trump dikutip The Guardian.

    Meski begitu, Trump juga menggarisbawahi bahwa upaya DeepSeek untuk mengembangkan teknologi AI yang lebih sederhana dapat menjadi sesuatu yang berarti di masa depan. Pasalnya, DeepSeek memberikan kinerja yang sama dengan model AI yang ada, namun dengan sumber daya yang jauh lebih sedikit

    “Itu bagus karena Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang. Saya melihatnya sebagai hal yang positif, sebagai aset,” tuturnya.

    Setelah pernyataan Trump ini, Nasdaq Composite yang berfokus pada teknologi dibuka lebih tinggi Nvidia sedikit pulih dari penurunan 17% pada hari Senin dengan naik 9%. Alphabet, pemilik Google, naik 1,7% dan Microsoft naik 2,9%.

    Sebelumnya, peluncuran DeepSeek AI telah menumbangkan nilai saham sejumlah raksasa teknologi AS karena minat investor yang beralih. DeepSeek sendiri, saat ini telah menyalip saingannya dari AS ChatGPT dan aplikasi itu sudah menjadi aplikasi gratis peringkat 1 di App Store Apple di AS.

    Wall Street turun berjamaah pada pembukaan perdagangan hari Senin, karena melonjaknya popularitas model AI China ini. Dow Jones sempat dibuka melemah 0,22% di level 44.324,57, senada dengan pergerakan S&P 500 yang jatuh 1,61% di level 6.002,88, dan Nasdaq anjlok 2,64% di level 19.426,66.

    Secara khusus, kejatuhan nilai yang cukup besar dialami produsen chip Nvidia. Perusahaan itu kehilangan nilai kapitalisasi pasar hampir US$600 miliar (Rp 9.733 triliun). Ini merupakan penurunan terbesar bagi perusahaan dalam satu hari dalam sejarah AS

    Melansir Reuters, DeepSeek mengatakan bahwa mereka menggunakan chip berbiaya rendah dan lebih sedikit data, menantang taruhan di pasar bahwa AI akan mendorong permintaan di sepanjang rantai pasokan dari pembuat chip ke pusat data.

    “Katalis dari pesaing asing bagi dominasi AI yang dipimpin AS menimbulkan pertanyaan lain tentang perdagangan dan chip semikonduktor serta kebutuhan energi,” tulis Robert Savage, kepala strategi dan wawasan pasar di BNY, dalam sebuah catatan.

    Sementara itu, menanggapi kondisi ini, kepala eksekutif OpenAI, Sam Altman, mengatakan dirinya terkesan dengan DeepSeek. Namun ia berjanji industri AS akan mempercepat pengembangan.

    “DeepSeek R1 adalah model yang mengesankan, terutama dari segi apa yang dapat mereka berikan untuk harganya,” katanya.

    “Kami jelas akan memberikan model yang jauh lebih baik dan juga sangat menggembirakan untuk memiliki pesaing baru. Kami akan merilis beberapa produk.”

    (luc/luc)

  • Jam Kiamat 89 Detik Menuju Tengah Malam, Bumi di Ambang Kehancuran

    Jam Kiamat 89 Detik Menuju Tengah Malam, Bumi di Ambang Kehancuran

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para ilmuwan internasional yang tergabung dalam Bulletin of the Atomic Scientists kembali memperingatkan bahwa dunia berada dalam ancaman besar. Panel tersebut telah menggeser Jam Kiamat (Doomsday Clock) lebih dekat ke tengah malam dibandingkan sebelumnya, sebagai simbol meningkatnya risiko bencana global yang dapat mengancam kelangsungan hidup umat manusia.

    Jarum Jam Kiamat diatur pada 89 detik sebelum tengah malam, lebih dekat satu detik dibandingkan tahun lalu. Keputusan ini mencerminkan meningkatnya risiko nuklir akibat invasi Rusia ke Ukraina, ketegangan di Timur Tengah dan Asia, serta penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia militer. Selain itu, krisis iklim yang semakin parah juga menjadi faktor utama yang mendorong keputusan ini.

    Menurut Daniel Holz, ketua dewan sains dan keamanan Bulletin of the Atomic Scientists, ancaman nuklir tetap menjadi faktor utama dalam keputusan tahun ini.

    “Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan tahun ini-risiko nuklir, perubahan iklim, penyalahgunaan teknologi biologi, dan berbagai kemajuan teknologi lainnya seperti kecerdasan buatan-sebenarnya bukan hal baru. Namun, kita telah melihat bahwa upaya untuk mengatasinya masih belum cukup, bahkan dalam banyak kasus justru semakin memburuk,” kata Holz, dilansir Reuters, Rabu (29/1/2025).

    Rusia masih menjadi perhatian utama setelah invasi ke Ukraina yang dimulai pada 2022. Perang tersebut menjadi konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II dan menimbulkan risiko penggunaan senjata nuklir.

    “Perang di Ukraina tetap menjadi sumber risiko nuklir yang besar. Konflik ini bisa meningkat menjadi perang nuklir kapan saja, baik karena keputusan yang gegabah maupun karena kesalahan perhitungan,” tambah Holz.

    Kekhawatiran ini makin meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin pada November 2023 mengumumkan kebijakan baru yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir. Doktrin baru ini memberi Putin lebih banyak alasan untuk menggunakan arsenal nuklir terbesar di dunia sebagai tanggapan terhadap serangan konvensional dari Barat.

    Selain itu, Rusia juga menolak negosiasi perjanjian baru dengan Amerika Serikat untuk menggantikan New Strategic Arms Reduction Treaty (New START) yang akan berakhir pada 2026. Moskow menuntut agar perjanjian semacam itu diperluas untuk mencakup negara-negara lain.

    Ketegangan di Timur Tengah dan Asia Timur

    Selain konflik Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah juga makin mengkhawatirkan. Perang antara Israel dan Hamas di Gaza, serta ketegangan yang melibatkan Iran dan negara-negara lain di kawasan itu, berpotensi memicu eskalasi lebih lanjut.

    “Kami memantau dengan cermat dan berharap gencatan senjata di Gaza akan bertahan. Namun, ketegangan di Timur Tengah, termasuk dengan Iran, masih sangat berbahaya dan tidak stabil,” kata Holz.

    Di Asia, China makin meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan dengan mengerahkan kapal perang dan pesawat tempur di sekitar pulau yang diklaimnya sebagai bagian dari wilayahnya. Sementara itu, Korea Utara terus melakukan uji coba rudal balistik yang dapat membawa hulu ledak nuklir, yang semakin meningkatkan ketegangan di kawasan.

    “Ada banyak titik panas potensial di dunia, termasuk Taiwan dan Korea Utara. Jika salah satu dari konflik ini meletus, negara-negara berkekuatan nuklir bisa terlibat, yang akan membawa dampak tak terduga dan sangat menghancurkan,” kata Holz.

    Krisis Iklim yang Kian Memburuk

    Selain risiko geopolitik, krisis iklim juga menjadi faktor utama yang mendorong semakin dekatnya Jam Kiamat ke tengah malam. Menurut data dari Organisasi Meteorologi Dunia PBB, 2024 mencatatkan rekor sebagai tahun terpanas dalam sejarah,

    “Selama 10 tahun terakhir, dunia mengalami dekade terpanas dalam sejarah. Meskipun ada peningkatan dalam penggunaan energi angin dan surya, langkah-langkah global masih belum cukup untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim,” jelas Holz.

    Para ilmuwan memperingatkan bahwa jika dunia gagal mengendalikan pemanasan global, bencana seperti gelombang panas ekstrem, kekeringan, banjir, kebakaran hutan, dan naiknya permukaan air laut akan semakin sering terjadi dan memperparah ketidakstabilan global.

    Panel ilmuwan juga menyoroti risiko dari kecerdasan buatan (AI) dalam dunia militer, yang makin berkembang pesat tanpa regulasi yang jelas. Kemajuan AI dalam sistem persenjataan dapat meningkatkan potensi perang otomatis, di mana keputusan untuk menyerang atau bertahan bisa diambil tanpa intervensi manusia, menimbulkan risiko eskalasi yang tidak terkendali.

    Peringatan Keras untuk Pemimpin Dunia

    Dengan hanya 89 detik tersisa sebelum tengah malam, para ilmuwan meminta para pemimpin dunia untuk bertindak lebih tegas dalam menangani ancaman-ancaman global ini.

    “Mengatur Jam Kiamat pada 89 detik sebelum tengah malam adalah peringatan bagi seluruh pemimpin dunia,” tegas Holz.

    Meskipun peringatan ini telah disampaikan setiap tahun, dunia masih belum menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengurangi risiko bencana nuklir, krisis iklim, maupun tantangan teknologi baru seperti AI. Jika langkah nyata tidak segera diambil, dunia bisa makin mendekati titik kehancuran yang tidak dapat dibalikkan.

    (luc/luc)

  • Ulah Warga China Ini Bikin Seluruh Dunia Jadi Korban!

    Ulah Warga China Ini Bikin Seluruh Dunia Jadi Korban!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ribuan komputer disebut terinfeksi malware karena ulah sekelompok peretas asal China. Hal itu diungkapkan oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOH).

    Mereka mengaku telah menghapus malware yang ditanam ke lebih dari 4.200 komputer oleh sekelompok peretas kriminal yang didukung oleh Pemerintah China.

    Malware yang dikenal sebagai PlugX itu memengaruhi ribuan komputer di seluruh dunia dan digunakan untuk menginfeksi, serta mencuri informasi.

    Para penyelidik mengatakan malware tersebut dipasang melalui perangkat USB yang terinfeksi dan disebar oleh sekelompok peretas yang dikenal dengan nama “Mustang Panda” dan “Twill Typhoon.”

    Dalam catatan pengadilan yang diajukan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Timur Pennsylvania, jaksa penuntut menuduh pemerintah China membayar kelompok Mustang Panda untuk mengembangkan PlugX, melansir Reuters, dikutip Selasa (28/1/2025).

    Perusahaan keamanan siber Sekoia mengidentifikasi infrastruktur komando dan kontrol yang digunakan oleh para peretas untuk mengontrol varian PlugX ini pada September 2023 dan kemudian bekerja sama dengan penegak hukum Perancis untuk mengambil alih infrastruktur tersebut pada Juli 2024.

    FBI bekerja sama dengan pihak berwenang Prancis untuk mengidentifikasi perangkat yang berbasis di AS yang menjadi sasaran malware.

    Malware ini telah digunakan setidaknya sejak 2014 untuk menargetkan komputer di Amerika Serikat, Eropa, Asia, serta komputer-komputer para pembangkang politik China.

    (wia)

  • Sstt.. Trump Bocorkan Raksasa AS Ini Bakal Akuisisi TikTok

    Sstt.. Trump Bocorkan Raksasa AS Ini Bakal Akuisisi TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan raksasa teknologi Microsoft membuka pembicaraan untuk mengakuisisi TikTok, pada Senin kemarin (27/1/2025). Ini menambah jajaran peminat pembeli layanan video hosting berdurasi pendek asal China ini.

    Trump mengatakan bahwa ia ingin melihat perang penawaran yang terjadi atas TikTok. Meski Microsoft belum mau berkomentar seperti yang diminta Reuters, maupun TikTok dan ByteDance perusahaan teknologi China yang perusahaan induk TikTok, karena di luar jam kerja reguler.

    TikTok, yang memiliki sekitar 170 juta pengguna di Amerika Serikat, sempat dimatikan sesaat sebelum undang-undang mengharuskan pemiliknya di China, yakni ByteDance untuk menjualnya kepada AS demi alasan keamanan nasional atau menghadapi larangan mulai 19 Januari lalu.

    Diketahui, Trump setelah menjabat pada 20 Januari 2025, telah menandatangani perintah eksekutif yang berupaya menunda penegakan hukum selama 75 hari.

    Trump mengatakan, ia sedang melakukan pembicaraan dengan banyak orang mengenai pembelian TikTok dan mengambil keputusan masa depan aplikasi itu dalam 30 hari.

    Presiden AS sebelumnya mengatakan bahwa dia terbuka bagi miliarder Elon Musk untuk membeli aplikasi media sosial. Namun Musk belum mengomentari tawaran Trump secara terbuka.

    Microsoft juga pernah menawar Tiktok pada tahun 2020 lalu, namun gagal setelah Trump meninggalkan jabatannya sebagai Presiden.

    CEO Microsoft Satya Nadella menyebut kesepakatan itu sebagai “hal teraneh yang pernah saya kerjakan.” Pemerintah AS memiliki “seperangkat persyaratan tertentu dan kemudian persyaratan tersebut hilang begitu saja,” katanya pada tahun 2021.

    Berikut deretan pihak yang sudah menyatakan minat membeli TikTok :

    1. Jimmy Donaldson atau MrBeast

    Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Jimmy Donaldson, yang dikenal sebagai MrBeast. Dalam sebuah unggahan TikTok, Donaldson menyampaikan kegembiraannya atas kemungkinan menjadi pemilik TikTok.

    “Saya mungkin akan menjadi CEO baru kalian! Saya sangat gembira!” kata Donaldson dari jet pribadinya, dikutip dari BBC, Selasa (28/1/2025).

    Ia bahkan menjanjikan hadiah sebesar US$10.000 atau setara Rp162 juta (asumsi kurs Rp16.217/US$) kepada lima pengikut barunya secara acak. Unggahan tersebut langsung viral, ditonton lebih dari 73 juta kali dalam waktu singkat.

    2. Elon Musk

    Orang terkaya di dunia ini dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk membeli TikTok. Bloomberg melaporkan bahwa China bahkan mungkin mendukung langkah ini. Dalam sebuah unggahan di platform X, Musk menyebut situasi saat ini, di mana TikTok diizinkan beroperasi di AS sementara X tidak diizinkan di China, sebagai sesuatu yang “tidak seimbang.” Ia juga menyatakan bahwa perubahan perlu dilakukan.

    Pada konferensi pers hari Selasa, Trump ditanya oleh seorang reporter apakah dia terbuka jika Musk membeli platform tersebut. “Ya, saya akan membelinya jika dia mau,” jawab Presiden Trump.

    3. Larry Ellison

    Kendati demikian, Trump juga ternyata membuka peluang bagi Larry Ellison. Pendiri dan ketua Oracle ini juga menjadi salah satu kandidat pembeli. Oracle telah lama bekerja sama dengan TikTok sebagai penyedia server utama yang mengelola banyak pusat data aplikasi tersebut. Sebagai pendukung lama Trump, Ellison dianggap sebagai kandidat yang memiliki peluang besar untuk mendapatkan restu politik.

    “Saya ingin Larry membelinya juga,” imbuh Trump.

    4. Frank McCourt

    Investor miliarder ini menawarkan visi yang berbeda untuk TikTok. Melalui Project Liberty Institute yang ia dirikan, McCourt ingin TikTok beroperasi tanpa algoritma bawaan ByteDance. Ia berpendapat bahwa algoritma TikTok terlalu fokus pada pengumpulan data pengguna, sesuatu yang ia kritik tajam.

    McCourt mengatakan kepada CNBC minggu ini bahwa Project Liberty “tidak tertarik pada algoritma atau teknologi China” meskipun ia mengakui platform tersebut “kurang bernilai” tanpanya. Meskipun ada banyak calon pembeli, pada akhirnya, Presiden Trump lah yang tetap memiliki peran utama dalam memilih pembeli TikTok di AS.

    “Pemenangnya akan orang yang kemungkinan besar bersimpati secara politik kepada Presiden Donald Trump,” kata Anupam Chander, seorang profesor hukum di Universitas Georgetown.

    Prof Chander mengatakan, model kepemilikan bersama 50-50 tidak sesuai dengan persyaratan undang-undang, yang mungkin mendorong Trump untuk menekan Kongres agar merevisi undang-undang tersebut.

    Untuk saat ini, masa depan platform tersebut masih belum jelas. Profesor Chander mengatakan pemerintahan Biden melakukan “kesalahan yang tidak dipaksakan” dengan membiarkan undang-undang tersebut memberikan presiden kendali yang sangat besar atas siapa yang memiliki TikTok.

    “Itu adalah ide yang buruk untuk menempatkan masa depan platform informasi besar-besaran ke dalam pusaran politik ini,” kata Prof Chander.

    (wia)

  • Raup Ceruk Pasar Bisnis Data Center RI, Provider Lokal Siap Bersaing?

    Raup Ceruk Pasar Bisnis Data Center RI, Provider Lokal Siap Bersaing?

    Jakarta, CNBC Indonesia- Chief Commercial Officer PT. Dwi Tunggal Putra (DTP), Edi Sugianto menyebutkan besarnya bonus demografi Indonesia sebagai ceruk pasar bagai pengembangan industri data center Tanah Air.

    Seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi digitalisasi membuat kebutuhan akan data center akan semakin besar. Hanya saja terbatasnya infrastruktur penunjang menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menjadikan industri Daya center RI menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

    Seperti apa prospek dan tantangan pengembangan industri data center RI sebagai katalis pertumbuhan ekonomi RI? Selengkapnya simak dialog Bramudya Prabowo dengan Chief Commercial Officer PT. Dwi Tunggal Putra (DTP), Edi Sugiant dalam Profit,CNBCIndonesia (Kamis, 23/01/2025)

  • Misteri Biang Kerok Bumi Panas Mendidih di 2024, Tak Cuma Efek El Nino

    Misteri Biang Kerok Bumi Panas Mendidih di 2024, Tak Cuma Efek El Nino

    Daftar Isi

    Bukan hanya El Nino

    Apakah ini tanda pemanasan global melonjak?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemanasan global telah menjadi salah satu faktor pendorong utama meningkatnya suhu lautan di dunia. Bahkan suhu laut mencatatkan rekor terpanas pada tahun 2024, melampaui rekor sebelumnya di 2023.

    Mengutip the conversation, Selasa (28/1/2025), setiap dekade, suhu lautan global selalu menunjukkan adanya kenaikan. Sementara, pemanasan laut tidak hanya berdampak pada cuaca ekstrem, tetapi juga merusak ekosistem laut secara signifikan.

    Terumbu karang yang merupakan salah satu indikator kesehatan laut, mengalami pemutihan terluas sepanjang sejarah pada tahun 2024 akibat suhu yang meningkat drastis. Tak hanya itu, hangatnya air laut juga berdampak pada suhu di daratan dengan perubahan pola cuaca.

    Lembaga meteorologi Uni Eropa, Copernicus, pada 10 Januari mengumumkan bahwa 2024 memecahkan rekor sebagai tahun terpanas secara global. Adapun, suhu rata-rata global tercatat sekitar 1,6° C atau lebih tinggi dibandingkan era pra industri.

    Hal ini merupakan kali pertama suhu rata-rata global melebihi batas 1,5°C dalam satu tahun kalender penuh. Negara-negara di dunia telah menyepakati untuk menghindari batasan suhu tersebut dalam jangka panjang.

    Perubahan iklim secara umum menjadi penyebab utama. Gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer menjebak panas di Bumi. Akibatnya, sekitar 90% kelebihan panas akibat emisi dari pembakaran bahan bakar fosil kemudian diserap oleh laut.

    Namun, suhu laut dalam dua tahun terakhir sebenarnya telah jauh melampaui dekade sebelumnya. Kondisi ini lantas menciptakan dua misteri bagi ilmuwan: apakah ada faktor lain yang berkontribusi pada pemanasan laut yang tak terduga dan apakah ini tanda pemanasan global semakin cepat.

    Bukan hanya El Nino

    Pola iklim siklikal dari El Nino Southern Oscillation (ENSO) menjelaskan sebagian dari hangatnya suhu Bumi selama dua tahun terakhir.

    Selama periode El Nino, perairan hangat yang biasanya terkumpul di Pasifik Barat berpindah ke timur menuju garis pantai Peru dan Chili. Ini menyebabkan suhu global sedikit lebih hangat.

    Namun ternyata, laut bahkan lebih hangat daripada yang diperkirakan ilmuwan. Suhu global 2023-2024 mengikuti pola serupa dengan El Nino 2015-2016, tetapi lebih tinggi sekitar 0,2°C.

    Para ilmuwan saat ini menghadapi dua pertanyaan besar: Adakah faktor lain yang memicu pemanasan tak terduga ini? Kemudian apakah dua tahun terakhir menjadi tanda pemanasan global melonjak?

    Peran Aerosol

    Salah satu hipotesis menarik yang diuji dengan model iklim adalah pengurangan aerosol secara cepat dalam satu dekade terakhir yang kemungkinan menjadi penyebab kenaikan suhu laut. Aerosol sendiri merupakan partikel padat dan cair yang dilepaskan dari sumber manusia maupun alam ke atmosfer.

    Beberapa aerosol dapat mengurangi dampak gas rumah kaca dengan memantulkan radiasi matahari kembali ke luar angkasa. Namun, aerosol juga menjadi penyebab buruknya kualitas udara dan pencemaran udara.

    Banyak aerosol yang bersifat mendinginkan dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Contohnya adalah aerosol sulfur yang dilepaskan oleh mesin kapal dan pembangkit listrik.

    Pada 2020, industri pelayaran memangkas emisi sulfur hingga 80% dengan beralih ke bahan bakar rendah sulfur. Dampak lebih besar juga muncul dari pengurangan emisi pembangkit listrik, termasuk langkah besar yang dilakukan di Cina.

    Teknologi memang berhasil mengurangi laju emisi yang berbahaya dari kapal dan pembangkit listrik. Namun, di sisi lain, upaya itu juga melemahkan rem yang memperlambat laju pemanasan.

    Apakah ini tanda pemanasan global melonjak?

    Teka-teki kedua yakni apakah bumi sedang mengalami lonjakan pemanasan. Suhu Bumi memang terus meningkat, tetapi dua tahun terakhir belum cukup panas untuk mendukung anggapan adanya percepatan laju pemanasan global.

    Analisis empat rangkaian data suhu selama 1850-2023 menunjukkan bahwa laju pemanasan tidak mengalami perubahan signifikan sejak tahun 1970-an.

    Meski demikian, para peneliti yang sama menekankan, secara statistik, hanya kenaikan laju setidaknya 55% (sekitar 0,5°C) selama setahun yang dapat terdeteksi sebagai percepatan pemanasan.

    (dce)