Category: CNBCindonesia.com Tekno

  • 3 Profesi Ini Dijamin Tidak Kena PHK Massal, Buruan Serbu!

    3 Profesi Ini Dijamin Tidak Kena PHK Massal, Buruan Serbu!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang begitu pesat selama beberapa tahun terakhir menimbulkan banyak kekhawatiran. Salah satu yang sering disuarakan adalah hilangnya sejumlah pekerjaan yang biasanya dilakukan manusia dan akan digantikan oleh AI.

    Namun ternyata tidak semua ketakutan itu benar. Karena ada beberapa pekerjaan yang tetap aman dan tidak akan digantikan oleh AI.

    Bill Gates yang merupakan pendiri Microsoft serta seorang filantropis mengatakan setidaknya ada tiga pekerjaan yang tetap aman dari gempuran AI. Mula dari profesi di bidang energi alternatif, biosains kesehatan, dan di bidang pengembangan AI.

    Menurut Gates, dirinya telah berinvestasi dalam semua bidang tersebut. Dia juga mengaku sangat fokus soal AI.

    Selama beberapa kesempatan dia menyelami soal AI. Misalnya pernah mencoba menggunakannya untuk hal serius bukan untuk bermain saja.

    “Tahun 2023 menjadi pertama kalinya saya menggunakan artificial intelligence untuk bekerja dan alasan serius lain, bukan hanya untuk main-main dan membuat lirik lagu parodi untuk teman saya,” jelas Gates.

    Sekarang, dia menilai banyak orang memiliki pemahaman yang lebih baik soal AI. Yakni soal jenis pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan AI maupun yang hanya menggunakan teknologi itu sebagai pelengkap.

    Gates juga mengatakan AI bisa digunakan untuk mengembangkan banyak hal. Misalnya untuk biang penddiikan hingga kesehatan mental.

    Salah satu contohnya chat bot AI bisa digunakan untuk biang kesehatan. Teknologi itu dapat mempermudah pasien mempelajari dan mengetahui risiko soal HIV.

    “Hal ini memotivasi saya untuk memastikan teknologi ini membantu mengurangi dan tidak berkontribusi pada kesenjangan yang ada di dunia,” ungkap Gates.

    (fab/fab)

  • Daftar 12 Buronan China Paling Dicari, Ketemu Dapat Rp 163 Miliar

    Daftar 12 Buronan China Paling Dicari, Ketemu Dapat Rp 163 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) menetapkan 12 orang berkebangsaan China sebagai pelaku mata-mata berbahaya pada Rabu (5/3) kemarin. Sebanyak 2 di antaranya merupakan PNS China.

    Mereka dituduh berperan dalam aksi peretasan yang dibekingi pemerintahan Xi Jinping. Serangan siber besar-besaran itu telah mencuri data dari perusahaan-perusahaan AS, bahkan Departemen Keuangan AS.

    Kementerian Keamanan Publik Cina dan Kementerian Keamanan Luar Negeri China diduga telah membayar pegawai penuh dan paruh waktu di perusahaan keamanan siber bernama ‘i-Soon’ untuk melancarkan serangan siber secara masif tersebut.

    Penangkapan ini terjadi hampir setahun setelah seseorang secara misterius membocorkan dokumen yang diambil dari i-Soon. Dari dokumen itu diketahui bahwa i-Soon diduga memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok peretas yang dibekingi China.

    Temuan DOJ pada pekan ini menunjukkan bukti bahwa i-Soon dan beberapa kontraktor swasta China telah didanai untuk membantu mencuri data melalui peretasan komputer, dikutip dari PCMag, Kamis (6/3/2025).

    Secara spesifik, 12 oknum yang ditangkap terbagi atas 8 karyawan i-Soon dan 2 PNS China dari Kementeria Keamanan Publik. Aksi mereka dimulai sejak 2016.

    “Selama bertahun-tahun, 10 pelaku menggunakan teknik peretasan yang canggih untuk menargetkan organisasi, jurnalis, dan lembaga pemerintah, untuk mengumpulkan informasi sensitif ke pemerintah China,” kata Matthey Podolsky, Plt Pengacara di Pengadilan Distrik Selatan New York.

    Peretasan ini tak hanya mencoba mencuri data, tetapi juga profiling para pengkritik pemerintah China, termasuk masyarakat AS. Sebagai imbalan, China membayar biaya kontrak dengan jumlah besar.

    DOJ mengatakan i-Soon dan para pegawainya bisa mengumpulkan pendapatan sebesar puluhan juta dolar. Simpelnya, i-Soon mencuri data komputer dan menjualnya ke setidaknya 43 biro di 31 provinsi terpisah di China.

    i-Soon lantas menetapkan biaya di kisaran US$10.000-75.000 (Rp163 jutaan hingga Rp1,2 miliar) untuk setiap inbox email yang sukses dieksploitasi.

    AS Bagi-bagi Hadiah Rp 163 Miliar

    Untuk menjerat korban, i-Soon kerap menggunakan email phishing yang dirancang agar korban mau menginstal malware. Menurut dokumen persidangan, perusahaan juga menciptakan tool untuk mengirim penyerangan phishing ke platfrom secara spesifik.

    Para oknum berkebangsaan China hingga kini sepertinya masih berdomisili di China. FBI telah memasang identitas mereka ke daftar buronan.

    FBI juga menggunakan perintah pengadilan untuk menyita domain internet terkait aktivitas peretasan yang dilakukan pelaku. Departemen Luar Negeri AS juga menawarkan imbalan hingga US$10 juta (Rp163,3 miliar) untuk informasi terkait 10 pelaku.

    Dalam kasus yang berkaitan, AS juga telah menetapkan 2 orang berkebangsaan China bernama Yin Kecheng dan Zhou Shuai, yang merupakan anggota kelompok peretasan APT 27. Mereka mulai aktif sejak 2011.

    Foto: Wanted The FBI. (Dok FBI)
    Wanted The FBI. (Dok FBI)

    Foto: Wanted The FBI. (Dok FBI)
    Wanted The FBI. (Dok FBI)

    Seperti para pekerja i-Soon, Yin dan Zhou diduga mencuri banyak data dari perusahaan dan lembaga China dengan tujuan menjual informasinya ke pemerintah China.

    Target mereka termasuk perusahaan AS yang bergelut di industri pertahanan, firma hukum, penyelenggara layanan komunikasi, serta lembaga think tank. Dalam beberapa kasus, pelaku menggunakan kerentanan zero-day pada software, serta malware berbahaya untuk membobol korban.

    (fab/fab)

  • Ekonomi Digital RI Gudang Masalah, Bisnis Internet Berdarah-darah

    Ekonomi Digital RI Gudang Masalah, Bisnis Internet Berdarah-darah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ada segudang masalah, isu, serta tantangan di ekosistem digital Indonesia. Permasalahan yang dihadapi industri digital tanah air antara lain datang dari penyelenggara telekomunikasi, di mana biaya yang dikeluarkan terus naik, tapi tidak sejalan dengan revenue yang didapatkan.

    Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Merza Fachys, mengungkap bahwa saat ini semua orang begitu tergantung pada internet. Namun penyelenggara telekomunikasi justru berdarah-darah karena biaya penggelaran infrastruktur yang tinggi.

    “Ternyata, demikian traffic naiknya sampai 3-4 kali lipat hampir di semua operator, revenue operator gak naik 3-4 kali lebih. Bahkan beberapa operator tidak merasakan kenaikan revenue, trafficnya naik,” ujar Merza dalam acara Penandatangan MoU untuk Indonesia Digital Forum 2025 di Jakarta, Rabu (6/3/2025).

    “Artinya apa? biaya untuk mengelola traffic banyak itu masalah. Ada something yang harus diselesaikan di situ,” imbuhnya.

    Hal yang lain contohnya isu jumlah ISP yang sudah sedemikian banyak, mencapai lebih dari 1.200 perusahaan menimbulkan masalah dalam hal economic size, tata kelola dan standar mutu dalam layanan kepada masyarakat.

    “Mereka (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia/APJII) justru kebanyakan anggota, ada 1260. Nah ini melahirkan isu-isu menyangkut tata kelola, dan juga standardisasi lainnya kepada masyarakat,” ujar John Sihar Simanjuntak, Ketua Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), dalam kesempatan yang sama.

    Sementara PANDI, sebagai bagian dari ekosistem digital yang mengelola domain .id tak bisa berjalan baik tanpa didukung akses internet yang menjangkau seluruh Indonesia.

    Sekadar informasi, hingga akhir 2024, menurut John, PANDI mengelola 1,2 juta domain .id

    Deretan persoalan dan tantangan ini membuat tiga asosiasi teknologi berkolaborasi menggelar Indonesia Digital Forum 2025.

    Ketiga asosiasi yang terlibat menggelar forum ini antara lain ATSI, PANDI dan APJII.

    Mengusung tema “Kolaborasi dan Sinergi Membangun Ekosistem Digital Indonesia,” Indonesia Digital Forum 2025 akan diselenggarakan pada 15-16 Mei 2025 di Jakarta.

    Rangkaian seminar nasional dan FGD akan menghadirkan pembahasan tingkat tinggi sekaligus meliputi kebijakan teknis dan implementasi mengenai ekosistem digital Indonesia.

    Secara detail, topik diskusi akan menyangkut berbagai aspek penting seperti infrastruktur dan platform digital, perangkat lunak dan aplikasi, data dan keamanan digital, ekonomi digital, serta regulasi dan kebijakan digital.

    “Jadi dalam pengertian yang positif, kami ingin memberikan juga kontribusi dan masukan. Atau bahasa kerennya alignment. Strateginya antara penyelenggara, para penyelenggara asosiasi dengan pemerintah,” jelas John.

    (dem/dem)

  • Langganan YouTube Premium Makin Murah Jadi Segini

    Langganan YouTube Premium Makin Murah Jadi Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – YouTube menghadirkan pekat langganan baru dengan harga yang lebih murah. Dalam pengumumannya, paket yang dinamai ‘Premium Lite’ dibanderol US$7,99 atau setara Rp130.000 per bulan.

    YouTube Premium Lite ini tidak akan memberikan semua fitur persis seperti paket Premium biasa. Kemampuannya hanya akan menghilangkan iklan pada sejumlah video YouTube, seperti gaming, fashion dan beauty.

    Sementara itu, pelanggan Premium yang membayar US$13,99 per bulan mendapatkan tiga fitur. Tidak ada iklan untuk video YouTube, video musik, dan musik, serta bisa download konten dan memainkannya di background.

    Di Indonesia, harga langganan YouTube Premium selama ini dibanderol Rp69.000 untuk individu, Rp139.000 untuk family, Rp41.000 untuk student.

    Sementara itu, YouTube Premium Lite belum tersedia untuk seluruh pelanggan, termasuk pengguna Indonesia. YouTube baru menyajikannya untuk uji coba di sejumlah negara termasuk Amerika Serikat (AS).

    “Dalam beberapa minggu ke depan, kami akan menyediakan Premium Lite bagi pengguna di negara uji coba, Thailand, Jerman dan Australia,” kata Director Product Management Youtube Premium, Jack Greenberg dalam blog resmi perusahaan, Kamis (6/3/2025).

    Dia menjelaskan uji coba dilakukan untuk memastikan platform memiliki keseimbangan antara fitur dan manfaat untuk para pelanggannya.

    Greenberg menyebut Premium Lite ini untuk dinikmati pengguna dengan lebih sedikit gangguan. Namun untuk kemampuan yang lebih luas lagi direkomendasikan menggunakan paket Premium.

    “Bagi pengguna ingin musik tanpa iklan di YouTube dan YouTube Music, serta pemutaran offline dan latar belakang, kami merekomendasikan paket Premium,” jelas dia.

    Uji coba ini akan dilakukan selama beberapa waktu ke depan. Greenberg menjanjikan akan memperluas pengujian ke negara lain selama tahun 2025.

    (fab/fab)

  • Video: Cara SAS Bantu Industri Kelola Big Data & Percepat Digitalisasi

    Video: Cara SAS Bantu Industri Kelola Big Data & Percepat Digitalisasi

    Jakarta, CNBC Indonesia- Keamanan data pribadi menjadi isu penting seiring dengan terus meningkatnya serangan siber di era transformasi digitalisasi industri.

    SAS sebagai perusahaan pengembangan perangkat lunak Statistical Analyst System (SAS) mengungkapkan sejumlah tantangan dalam menjaga keamanan data privasi saat ini. Hal ini terkait faktor eksternal mengenai peningkatan volume data yang tumbuh eksponensial sehingga semakin sulit melacak dan mengamankan data.

    Sementara faktur internal mengenai pemprosesan data secara real-time menciptakan risiko seiring dengan serang siber yang kian canggih yang berbasis AI Artificial intelligence (AI) hingga ransomeware.

    SAS Regional Director For Malaysia, Indonesia, Phillipines & Vietnam, Febrianto Siboro juga menyebutkan tuntutan terhadap kepatuhan regulasi seperti UU perlindungan data pribadi sebagai hal penting dalam pengembangan sistem keamanan data Tanah Air.

    SAS melihat penerapan sistem keamanan data di kawasan ASEAN memiliki tahap kesiapan penerapan standar keamanan data yang kuat yang terkait regulasi hingga manajemen data. Oleh karena itu Analitik SAS menghadirkan teknologi pengelolaan big data perusahaan yang lebih efisien untuk mendorong transformasi digital.

    Seperti apa solusi teknologi SAS membantu industri mengelola dan memanfaatkan big data? Selengkapnya simak dialog Shinta Zahara dengan SAS Regional Director For Malaysia, Indonesia, Phillipines & Vietnam, Febrianto Siboro dalam Profit,CNBCIndonesia (Kamis, 06/03/2025)

  • TikTok Desak YouTube Diblokir, Blak-blakan Bilang Hukum Tidak Logis!

    TikTok Desak YouTube Diblokir, Blak-blakan Bilang Hukum Tidak Logis!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah raksasa teknologi, termasuk TikTok, meminta pemerintah Australia memikirkan keputusan soal larangan media sosial pada anak-anak di bawah usia 16 tahun.

    Raksasa teknologi kompak mengeluhkan keputusan Australia yang membebaskan YouTube dari aturan tersebut. 

    Selain TikTok, perlawanan juga disuarakan oleh Meta (Facebook, Instagram) dan Snapchat.

    YouTube dilaporkan akan bebas dari larangan akses anak di bawah umur karena dianggap sebagai alat pendidikan utama. Anak-anak masih diperbolehkan memiliki akun YouTube sebagai bagian dari akun keluarga dengan pengawasan orang tua.

    Sebaliknya, Meta mengatakan akun YouTube milik anak muda bisa mengakses fitur yang dilarang. Termasuk rekomendasi konten algoritmik, fitur interaksi sosial dan paparan konten berbahaya.

    “Kami meminta pemerintah memastikan penerapan hukum yang sama di semua layanan media sosial,” kata Meta, dikutip dari Reuters, Rabu (6/3/2025).

    Sementara itu, TikTok khawatir adanya hukum tidak logis, anti persaingan dan picik, jika YouTube dikeluarkan dari aturan tersebut. Snapchat juga mendorong adanya keadilan pada tiap media sosial.

    Platform itu menyebut jangan ada perusahaan yang menerima perlakuan istimewa, bahkan jika ada pengecualian harus dilakukan dengan adil.

    “Harus ada penerapan yang adil dan tidak memihak dan semua layanan memiliki standar yang ama,” jelas Snap Inc.

    Sejumlah pakar kesehatan mental dan ekstremisme mengatakan YouTube juga memaparkan konten adiktif dan berbahaya bagi anak-anak. Selain itu platform milik Alphabet itu juga menghosting konten berbahaya pada situs lain.

    (fab/fab)

  • Cara Membedakan OTP Palsu dan Asli yang Dikirim dari Nomor Sama

    Cara Membedakan OTP Palsu dan Asli yang Dikirim dari Nomor Sama

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penipuan berkedok SMS OTP yang disebarkan menggunakan metode fake BTS belakangan sedang marak terjadi. Modus ini dilakukan dengan cara mencegat One Time Password (OTP) dikirimkan melalui SMS dari bank, sebelum akhirnya sampai ke pengguna.

    Pengamat Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan para korban tidak sadar isi OTP nya telah dicegat sebelumnya. Pada akhirnya mereka akan menerima link ke situs phishing untuk memasukkan data pribadinya.

    Sayangnya, membedakan pengirim SMS OTP asli dan palsu bukan hal yang mudah. Ini karena pesan bisa dipalsukan oleh fake BTS akan diterima oleh ponsel dan dimasukkan ke dalam kategori sender SMS asli.

    Hanya saja pengirim SMS palsu akan menyisipkan tautan yang mengarah ke situs phishing.

    “Jadi cara mengidentifikasinya adalah walaupun SMS OTP dikirimkan oleh nomor yang biasa mengirimkan SMS OTP, kalau mengandung link jangan pernah di klik karena itu adalah link palsu mengarahkan ke situs phishing,” ujar Alfons saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Kamis (6/3/2025).

    Senada dengan Alfons, Direktur Riset Keamanan Siber (CISSREC) Pratama Persada juga menyampaikan bahwa untuk membedakan SMS OTP asli dan palsu karena memiliki format yang sama.

    Para penipu menggunakan teknologi SMS Blaster, membuat mini BTS yang portabel, yang bisa dibawa menggunakan backpack atau ditaruh di mobil.

    Kemudian HP yang ada di sekitarnya akan otomatis tersambung ke fake BTS portabel tersebut. “Karena HP memang didesain connect ke sinyal BTS yang paling kuat,” ujar Pratama.

    Setelah tersambung, otomatis sistem fake BTS tersebut akan mengirimkan SMS ke semua HP yang terkoneksi ke fake BTS dengan nomor yang dibuat oleh pelaku fake BTS.

    Pratama mengungkap, sebenarnya sudah ada teknologi yang bisa mendeteksi fake BTS ini, biasanya dimiliki oleh aparat intelijen dan penegak hukum.

    “Dulu alat ini biasa digunakan untuk kampanye politik. Sekarang banyak dipake untuk menipu,” jelasnya.

    (dem/dem)

  • Google Berubah Total, Pengguna Harus Bayar Segini

    Google Berubah Total, Pengguna Harus Bayar Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google melakukan perubahan drastis pada mesin pencariannya. Namun, perubahan itu hanya bisa dirasakan pengguna yang membayar langganan US$19,99 atau sekitar Rp 326 ribu.

    Google mengubahnya dengan menghadirkan ringkasan dari AI. Pengguna tinggal mengklik tab berlabel Mode AI untuk mengaksesnya.

    “Kami mendengar dari para pengguna bahwa mereka ingin respons AI yang lebih banyak pada pencarian,” kata wakil presiden produk Google, Robby Stein, dikutip dari Reuters, Kamis (6/3/2025).

    Mode AI ini akan membuat ringkasan AI lebih komprehensif dengan hyperlink ke laman web yang dikutip. Google juga mengubah 10 link yang biasanya muncul pada laman pencarian.

    Link tersebut diganti dengan bilah pencarian baru. Ini bisa digunakan pengguna untuk mengajukan pertanyaan lanjutan.

    Menurut Google, Mode AI ini didukung Gemini 2.0 versi khusus. Model tersebut memiliki kemampuan penalaran yang bisa menjawab pertanyaan rumit.

    Akses fitur baru itu hanya bisa dilakukan oleh mereka pelanggan Google One AI Premium. Paket senilai Rp 326 ribu bisa didapatkan untuk satu bulan.

    Saat ini, Google diketahui menghadirkannya melalui AI Overview. Ringkasan tersebut akan muncul di atas hyperlink tradisional pada laman web yang relevan.

    Google juga mengembangkan fitur tersebut dengan menambahkan iklan. Fitur baru telah diluncurkan sejak Mei tahun lalu.

    Raksasa mesin pencarian itu diketahui memang sangat berfokus mengembangkan AI dalam beberapa tahun terakhir. Kepala Investasi Ruth Porat juga pernah mengatakan integrasi AI pada pencarian menjadi fokus perusahaan.

    (fab/fab)

  • Anak Sekolah Ramai Belajar Jadi Tukang, Ngeri Pekerja Kantoran Punah

    Anak Sekolah Ramai Belajar Jadi Tukang, Ngeri Pekerja Kantoran Punah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena baru muncul di Amerika Serikat. Anak sekolah ramai-ramai belajar keahlian pertukangan karena tren pekerja kantoran digantikan kecerdasan buatan (AI) padahal biaya kuliah makin mahal.

    Laporan Wall Street Journal menyatakan banyak sekolah di AS kini merancang kurikulum untuk pelajaran keahlian tangan “masa lalu” seperti pertukangan kayu dan pengelasan. Perbedaannya, kini para siswa diajarkan memanfaatkan mesin teknologi tinggi untuk menunjang kecakapan mereka.

    Salah satu contohnya adalah SMA Middleton di negara bagian Wisconsin yang mengucurkan US$ 90 juta untuk memperbarui laboratorium manufaktur di sekolah tersebut. Laboratorium mereka kini memiliki lengan robot yang bisa dikendalikan dengan komputer dan proses kerjanya bisa disaksikan langsung lewat jendela kaca besar oleh semua siswa. Hasilnya, para siswa di Middleton menjadi tertarik untuk mengambil kelas keahlian pertukangan.

    Quincy Millerjohn, guru bahasa Inggris yang kini menjadi instruktur pengelasan di Middleton, menyatakan ia menarik minat para siswa dengan memberikan informasi soal rentang gaji untuk pekerja di pabrik besi dan baja yang berkisar antara US$ 41 (Rp 670 ribu) hingga US$ 52 (Rp 849 ribu) per jam.

    Dalam beberapa tahun terakhir, 2.300 siswa mengambil paling tidak salah satu kelas pertukangan di Middleton. Beberapa kelas yang tersedia antara lain adalah konstruksi, manufaktur, dan pertukangan kayu. Kelas-kelas tersebut padahal sudah dihapus oleh mayoritas sekolah di AS pada 1990-an dan 2000-an.

    “Kami ingin siswa memasuki dunia kuliah mengerti bahwa kelas-kelas ini membantu nilai mereka beserta dengan kelas tingkat lanjut dan penghargaan. Mereka bisa meyadari sendiri bahwa pekerjaan ini bukan pekerjaan usang,” kata Millerjohn.

    Jake Mihm, konsultan pendidikan dari pemerintah negara bagian Wisconsin menyatakan bahwa kecemasan atas kehadiran AI yang bisa menggantikan pekerja kantor turut memicu ketertarikan atas kelas keahlian pertukangan.

    “Ada pergeseran paradigma. [Pekerjaan tangan] kini adalah pekerjaan dengan keahlian tinggi dan gaji tinggi sehingga menarik buat banyak orang, karena mereka langsung melakukan segalanya sendiri,” kata Mihm.

    Di negara bagian Texas, distrik sekolah Spring Branch berhasil menggalang dana US$ 381,6 juta untuk mendirikan fasilitas pendidikan teknik di sekolahnya. Jennifer Blaine, pengawas sekolah di wilayah tersebut menyatakan pendaftar sekolah vokasi naik 9 persen dalam 4 tahun terakhir.

    “Tidak semua orang ingin kuliah, dan beberapa orang tidak ingin langsung kuliah setelah lulus SMA,” kata Blaine kepada Wall Street Journal.

    (dem/dem)

  • Fitur Baru WhatsApp Bisa Video Call Tanpa Rebutan Ngomong

    Fitur Baru WhatsApp Bisa Video Call Tanpa Rebutan Ngomong

    Jakarta, CNBC Indonesia – WhatsApp kabarnya tengah menggarap dua fitur untuk melengkapi pengalaman video call pengguna.

    Dua fitur baru ini ditemukan oleh Android Authority saat mengulik WhatsApp beta untuk Android versi 2.25.5.21.

    Salah satu fiturnya adalah reaksi emoji, dan fitur lainnya adalah ‘raise hand’.

    Sesuai namanya, reaksi emoji memungkinkan pengguna untuk memberikan reaksi terhadap apa yang terjadi saat video call.

    Menurut penelusuran, emoji yang tersedia termasuk jempol ke atas, hati, tertawa sambil menangis, kaget, menangis, dan berdoa.

    Fitur reaksi emoji sudah lebih dulu tersedia di chat individu dan grup WhatsApp, serta untuk memberikan reaksi di Status. Jadi, wajar jika WhatsApp ingin memperluas fitur ini ke video call.

    Lalu ada fitur raise hand, yang mirip seperti di Google Meet dan Zoom. Fitur ini bisa digunakan ketika pengguna ingin mengajukan pertanyaan atau menyanggah percakapan ketika video call, tanpa menyela percakapan. Dengan begitu, obrolan yang ramai bisa lebih teratur dan tidak berisik.

    Fitur raise hand dapat diakses pengguna dengan mudah, yakni cukup mengetuk tombol tiga titik horizontal di bilah bawah.

    Belum diketahui jelas kapan WhatsApp akan membawa fitur ini bagi pengguna secara luas. Kita tunggu update selanjutnya!

    (fab/fab)