Category: CNBCindonesia.com Tekno

  • Batu Dipakai Ganjal Pintu, Tak Disangka Ternyata Harta Karun Rp17 M

    Batu Dipakai Ganjal Pintu, Tak Disangka Ternyata Harta Karun Rp17 M

    Jakarta, CNBC Indonesia – Siapa sangka, apa yang tampak sepele kadang menyimpan nilai luar biasa. Seperti kisah seorang nenek di Rumania yang tanpa sadar menyimpan harta karun senilai Rp17 miliar di rumahnya.

    Mengutip laporan El Pais, nenek tersebut menemukan sebuah batu seberat 3,5 kilogram di dasar Sungai Buzau, dekat desanya di Colti. Batu itu kemudian ia bawa pulang dan digunakan begitu saja sebagai pengganjal pintu.

    Tak ada yang menyadari, batu itu sebenarnya adalah salah satu bongkahan amber terbesar di dunia, dengan nilai ditaksir mencapai 1 juta euro atau sekitar Rp17 miliar.

    Amber sendiri adalah resin pohon purba yang telah mengeras selama jutaan tahun menjadi batu mulia. Di wilayah Colti, amber jenis ini, yang dikenal sebagai rumanite, memang cukup terkenal karena warna merahnya yang dalam dan bernilai tinggi. Penambangan amber di daerah itu sudah berlangsung sejak tahun 1920-an.

    Menariknya, meski sempat terjadi perampokan perhiasan di rumah sang nenek, batu amber berharga itu tetap tidak tersentuh, mungkin karena dianggap tidak bernilai.

    Baru setelah sang nenek wafat pada 1991, keluarganya mulai curiga dengan “batu” tersebut. Mereka lalu menyerahkannya kepada pemerintah Rumania, yang kemudian menelitinya lebih lanjut.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa amber tersebut berusia antara 38 hingga 70 juta tahun. Kini, batu berharga itu menjadi bagian koleksi di Museum Sejarah Krakow, Polandia, seperti dilaporkan Science Alert.

    “Penemuan ini memiliki nilai signifikan, baik dari sisi ilmiah maupun koleksi museum,” ujar Direktur Museum of Buzau, Daniel Costache seperti dikutip Science Alert di JAkarta, Sabtu (26/4/2025).

    (fsd/fsd)

  • Aplikasi Pembunuh Whatsapp Makin Ramai 2025, Ini Alasan Orang Pindah

    Aplikasi Pembunuh Whatsapp Makin Ramai 2025, Ini Alasan Orang Pindah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengguna aplikasi Telegram dilaporkan telah mencapai satu miliar orang dan menciptakan profit hingga mencapai US$547 juta sepanjang 2024. Hal tersebut dilaporkan oleh pendiri Telegram Pavel Durov.

    Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Telegram mulai mendekati Whatsapp yang memiliki pengguna aktif lebih dari 2 miliar dan diperkirakan akan mencapai 3 miliar pada akhir 2025.

    “Di atas kami ada WhatsApp, layanan murah yang meniru Telegram. Selama bertahun-tahun, WhatsApp berupaya mengikuti inovasi kami sembari membakar uang miliaran dolar AS untuk lobi dan kampanye PR demi memperlambat pertumbuhan kami,” kata Pavel Durov, dikutip dari TechCrunch, Sabtu (26/4/2025).

    “Mereka [WhatsApp] gagal. Telegram bertumbuh, meraup keuntungan, dan mempertahankan kemandirian kami,” ia menambahkan.

    Dikutip dari DemandSage, 10 juta orang telah berlangganan layanan berbayar Telegram Premium. India menjadi negara yang paling banyak menggunakan Telegram dengan porsi 45% dari total pengguna. Sementara itu, hanya 9% pengguna Telegram yang datang dari AS.

    Sebanyak 53,2% pengguna Telegram berasal dari kelompok usia 25-44 tahun. Lebih banyak pria daripada perempuan yang menggunakan Telegram, dengan proporsi 58% berbanding 42%.

    Secara rata-rata, pengguna Telegram menghabiskan waktu 3 jam 45 menit per bulan untuk menjajal aplikasi tersebut. Memang durasi tersebut masih jauh di bawah WhatsApp yang rata-rata diakses 17 jam 6 menit per bulan, menurut laporan DemandSage.

    Durov mengatakan perusahaan menghadapi tekanan dari berbagai negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu.

    Bahkan, Durov sempat ditahan di Prancis pada Agustus 2024 atas tuduhan keterlibatan dalam mendistribusikan pornografi anak, obat-obatan terlarang, dan perangkat lunak peretasan pada aplikasi pesan singkat Telegram. Kemudian ia dibebaskan tak sampai seminggu kemudian.

    Setelah penangkapan itu, Telegram mulai melakukan penyesuaian dengan meningkatkan moderasi konten di dalam platform.

    Durov menjamin sistem enkripsi pada Telegram akan membuat pertukaran informasi di dalamnya benar-benar terlindungi dan bebas intervensi pemerintah.

    “Saya lebih baik bebas ketimbang tunduk pada perintah siapa pun,” ujarnya pada 2024 sebelum ditangkap.

    (fsd/fsd)

  • Detik-Detik China Kirim Tiga Astrounaut ke Stasiun Antariksa Tiangong

    Detik-Detik China Kirim Tiga Astrounaut ke Stasiun Antariksa Tiangong

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }

  • 15 Aplikasi Jalur Masuk Maling M-Banking, Jutaan Warga RI Download

    15 Aplikasi Jalur Masuk Maling M-Banking, Jutaan Warga RI Download

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ada 15 aplikasi terindikasi berbahaya karena bisa mencuri data pribadi hingga keuangan milik pribadi yang menginstalnya. Parahnya, aplikasi tersebut gampang diakses karena berada di toko aplikasi Google Play Store dan telah didownload jutaan orang.

    Laporan dari MacAfee menyebutkan aplikasi tersebut diinstall sebanyak 8 juta kali. Salah satunya banyak berasal dari aplikasi pinjaman online (pinjol) palsu yang disebut sebagai Spy Loan.

    Dari 15 aplikasi dilaporkan tiga aplikasi tersedia di Indonesia. Semua aplikasi total telah dipasang sebanyak 2 juta pengguna.
    Menurut McAfee, seluruh aplikasi berbahaya itu menggunakan nama, logo dan desain seperti aplikasi keuangan resmi. Bahayanya, para penipu juga mempromosikan iklan palsu di media sosial.

    Modusnya adalah aplikasi pinjol palsu akan mempromosikan bunga rendah dan syarat mudah untuk menarik calon korbannya. Saat mereka mengunduh aplikasi akan diminta mengisi data personal dan keuangan.

    Dengan data pribadi itu akan menjadi alat penjahat siber meneror korban. Mereka meminta bayaran uang pinjaman dengan bunga super tinggi yang pada akhirnya membuat korban tidak bisa membayar.Penipuan ini menyasar korban dari tiga wilayah, yakni Amerika Selatan, Asia Selatan dan Afrika.

    Berikut daftar 15 aplikasi berbahaya yang ditemukan, dikutip dari Toms Guide, Sabtu (26/4/2025):

    Préstamo Seguro-Rápido, Seguro (1 juta download)
    Préstamo Rápido-Credit Easy (1 juta download)
    Get Baht Easily – Quick Loan (1 juta download)
    RupiahKilat-Dana cair (1 juta download)
    Borrow Happil – Loan (1 juta download)
    Happy Money (1 juta download)
    KreditKu – Uang Online (500.000 download)
    Dana Kilat – Pinjaman Kecil (500.000 download)
    Cash Loan-Vay tiền (500.000 download)
    RapidFinance (100.000 download)
    PrêtPourVous (100.000 download)
    Huayna Money – Préstamo Rápido (100.000 download)
    IPréstamos: Rápido Crédito (100.000 download)
    ConseguirSol-Dinero Rápido (100.000 download)
    ÉcoPrêt Prêt En Ligne (100.000 download)

    (fsd/fsd)

  • Gen Z Kompak Tinggalkan Smartphone, Pindah ke HP Pengganti Ini

    Gen Z Kompak Tinggalkan Smartphone, Pindah ke HP Pengganti Ini

    Gen Z Kompak Tinggalkan Smartphone, Pindah ke HP Pengganti Ini

    Tech

    3 jam yang lalu

  • Apple-Instagram Ngaku Diperas Minta Tolong Trump, Begini Kronologinya

    Apple-Instagram Ngaku Diperas Minta Tolong Trump, Begini Kronologinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple dan Meta (induk usaha Facebook, Instagram, dan WhatsApp) baru saja dikenai dengan dari Uni Eropa dengan nilai total US$ 800 juta (Rp 13,5 triliun. Denda jumbo tersebut membuat petinggi Apple dan Meta gerah hingga meminta tolong Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Denda dan hukuman lain yang dijatuhkan Uni Eropa ke Apple dan Meta adalah bagian dari rangkaian langkah tegas Komisi Uni Eropa untuk mengadang dominasi perusahaan teknologi di ruang digital. Uni Eropa melakukan penertiban lewat aturan Digital Markets Act (DMA), sebuah regulasi baru yang dirancang untuk menciptakan persaingan sehat di pasar digital.

    Tujuan utamanya untuk mengatur perusahaan-perusahaan teknologi besar yang disebut “gatekeepers” agar tidak menyalahgunakan posisi dominannya di pasar digital.

    Digital Markets Act adalah regulasi Uni Eropa yang mulai diimplementasikan secara penuh pada Maret 2024.

    Sebuah perusahaan dikategorikan sebagai gatekeeper jika memenuhi beberapa kriteria. Pertama, omzet tahunan mereka di Eropa minimal 7,5 miliar euro selama tiga tahun terakhir, atau kapitalisasi pasar lebih dari 75 miliar euro.

    Kedua, memiliki platform inti, seperti mesin pencari, jejaring sosial, layanan perpesanan, atau toko aplikasi dengan lebih dari 45 juta pengguna bulanan aktif dan 10.000 pengguna bisnis tahunan di Uni Eropa.

    Selain itu, perusahaan menempati posisi dominan dan stabil di pasar selama tiga tahun berturut-turut.

    DMA menetapkan sejumlah larangan dan kewajiban bagi gatekeeper, di antaranya, tidak boleh memprioritaskan produk mereka sendiri di platform (self-preferencing). Perusahaan juga wajib mengizinkan interoperabilitas dengan layanan pesaing.

    Selain itu, tidak boleh memaksa pengguna untuk menggunakan layanan tertentu, seperti sistem pembayaran milik sendiri. Dan Harus memungkinkan pengguna untuk menghapus aplikasi bawaan.

    Gatekeeper yang melanggar DMA dapat dikenakan denda hingga 10% dari omzet global tahunan, dan hingga 20% untuk pelanggaran berulang. Dalam kasus yang berat, Uni Eropa bahkan dapat memaksa perusahaan untuk membubarkan bagian bisnis tertentu.

    Pada September 2023, Komisi Eropa untuk pertama kalinya menetapkan enam gatekeeper, termasuk di antaranya Alphabet, Amazon, Apple, ByteDance, Meta, Microsoft, di bawah DMA.

    Beda DMA dan DSA

    Selain DMA, Uni Eropa memberlakukan juga Digital Services Act (DSA). Kedua aturan ini dirancang untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman dan adil bagi seluruh pengguna dan pelaku usaha di Eropa.

    Kedua aturan ini saling melengkapi, tetapi memiliki fokus dan tujuan yang berbeda.

    DSA fokus pada keselamatan pengguna dan perlindungan hak-hak digital. Undang-undang ini menetapkan aturan bagi layanan digital, khususnya platform online seperti ecommerce, jejaring sosial, platform berbagi konten, toko aplikasi, dan layanan akomodasi online.

    Foto: REUTERS/Dado Ruvic
    REFILE – CLARIFYING CAPTION Silhouettes of mobile users are seen next to a screen projection of Instagram logo in this picture illustration taken March 28, 2018. REUTERS/Dado Ruvic

    Platform yang sangat besar, dengan lebih dari 45 juta pengguna bulanan di UE, wajib memenuhi standar tertinggi dalam regulasi ini.

    Mengutip laman resminya, aturan DSA ingin memastikan bahwa dunia digital aman, transparan, dan bertanggung jawab, melindungi pengguna dari konten ilegal dan penyalahgunaan algoritma.

    Pada September 2024 lalu, Apple mendapat peringatan keras dari regulator antimonopoli Uni Eropa. Peringatan tersebut meminta agar Apple untuk membuka akses perangkat lunak miliknya ke para pesaing, atau ancaman denda menanti.

    Regulator yang berbasis di Brussels itu akan menentukan bagaimana Apple menyediakan interoperabilitas yang efektif dengan fungsionalitas seperti notifikasi, pemasangan perangkat, dan konektivitas.

    Proses kedua menyangkut bagaimana Apple menangani permintaan interoperabilitas yang diajukan oleh pengembang dan pihak ketiga untuk iOS dan iPadOS. Perusahaan diminta untuk memastikan proses yang transparan, tepat waktu, dan adil.

    Namun, enam bulan kemudian Apple gagal mematuhi permintaan Komisi tersebut.

    Minta tolong Trump

    Apple didenda oleh Komisi Eropa sebesar 500 juta euro (Rp 9,6 triliun). Para pejabat mengatakan bahwa Apple gagal mematuhi kewajiban “anti-pengaturan” di bawah DMA.

    Apple diharuskan untuk mengizinkan pengembang secara bebas menginformasikan kepada pelanggan tentang penawaran alternatif di luar App Store.

    Apple mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berencana untuk mengajukan banding atas denda Uni Eropa sambil melanjutkan diskusi dengan Komisi.

    CEO Meta Mark Zuckerberg memperkenalkan Orion AR Glasses saat ia menyampaikan pidato utama selama acara tahunan Meta Connect di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, AS, 25 September 2024. (REUTERS/Manuel Orbegozo)

    “Pengumuman hari ini adalah contoh lain dari Komisi Eropa yang secara tidak adil menargetkan Apple dalam serangkaian keputusan yang buruk bagi privasi dan keamanan pengguna kami, buruk bagi produk, dan memaksa kami untuk memberikan teknologi kami secara gratis,” kata Apple dikutip dari CNBC Internasional.

    Sementara itu, Meta didenda 200 juta euro (Rp 3,8 triliun). Komisi Uni Eropa menemukan bahwa Meta secara ilegal mengharuskan pengguna untuk menyetujui pembagian data mereka dengan perusahaan atau membayar layanan bebas iklan.

    Hal ini sebagai tanggapan atas pengenalan Meta atas tingkat langganan berbayar untuk Facebook dan Instagram pada November 2023.

    Joel Kaplan, kepala urusan global Meta, mengatakan bahwa Komisi tersebut berusaha untuk melumpuhkan bisnis asal Amerika. Sementara mengizinkan perusahaan-perusahaan China dan Eropa lain untuk beroperasi dengan standar yang berbeda.

    “Ini bukan hanya tentang denda. Komisi yang memaksa kami untuk mengubah model bisnis kami secara efektif membebankan tarif miliaran dolar kepada Meta sambil mengharuskan kami untuk menawarkan layanan yang lebih rendah,” kata Kaplan.

    “Dan dengan membatasi iklan yang dipersonalisasi secara tidak adil, Komisi Eropa juga merugikan bisnis dan ekonomi Eropa,” imbuhnya.

    Di satu sisi, ByteDance, pemilik TikTok, kalah dalam gugatan di pengadilan Uni Eropa pada Juli 2024. Gugatan itu terkait digolongkannya TikTok sebagai gatekeeper dalam aturan terkait pasar digital di wilayah tersebut.

    Dari UU Pasar Digital Uni Eropa, gatekeeper adalah platform yang punya posisi sangat dominan. Menurut para hakim, Bytedance telah memenuhi ambang batas terkait aturan tersebut. Mulai dari nilai pasar global, jumlah pengguna TikTok di Eropa, dan ambang batas periode penguasaan pasar.

    Bytedance menyatakan kecewa dengan keputusan tersebut. Namun tetap berjanji akan mengambil langkah mematuhi kewajiban relevan dari aturan tersebut.

    “Sekarang kami akan melakukan evaluasi langkah selanjutnya, kami mengambil langkah mematuhi kewajiban relevan aturan sebelum tenggat Maret,” jelas perusahaan.

    Bytedance mengatakan hasil pengadilan bisa melemahkan tujuan UU Pasar Digital. Yakni akan melindungi lebih dulu perusahaan dominan dari pesaing baru seperti TikTok yang tidak punya posisi kuat, dikutip dari Reuters.

    Raksasa teknologi itu masih memiliki kesempatan untuk mengajukan banding ke pengadilan tertinggi di Eropa.

     

    (dem/dem)

  • Pengganti Starlink Makin Ramai, Elon Musk Mulai Tersingkir

    Pengganti Starlink Makin Ramai, Elon Musk Mulai Tersingkir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dominasi Starlink sebagai layanan penyedia internet berbasis satelit mulai ramai pesaing. Pemerintah China membekingi layanan serupa Starlink bernama ‘SpaceSail’ yang kian ambisius mengekspansi pasar.

    SpaceSail telah beroperasi di Kazakhstan dan telah menandatangani perjanjian untuk masuk ke Brasil. Layanan tersebut juga sedang dalam pembicaraan untuk menggarap lebih dari 30 negara lain.

    Pada 2030 mendatang, SpaceSail berambisi mengerahkan 15.000 satelit orbit rendah Bumi (LEO) untuk meningkatkan kualitas layanan dan cakupannya.

    Di Eropa, Eutelsat asal Prancis juga digadang-gadang akan menggantikan dominasi Starlink. Pada Maret lalu, saham Eutelsat meroket hampir 390% lantaran kabar Starlink akan minggar dari Ukraina dan digantikan oleh satelit asal Prancis tersebut.

    Pada 2023, Eutelsat mengombinasikan operasinya dengan firma satelit asal Inggris, OneWeb, dan menjadikannya sebagai operator satelit terbesar ketiga di dunia dari segi pendapatan.

    Pengganti Baru Starlink di AS

    Pesaing Starlink tak cuma datang dari negara-negara lain. Di Amerika Serikat (AS) yang merupakan basis SpaceX pemilik Starlink, mulai muncul pesaing baru yang unjuk gigi.

    Kepala Komisi Komunikasi Federal (FCC) Brendan Carr yang selama ini mendukung Starlink mati-matian, tiba-tiba mempromosikan AST SpaceMobile yang merupakan pesaing Starlink.

    AST SpaceMobile juga mengembangkan satelit untuk konektivitas seluler. Melalui akun X personalnya, Carr mengunggah foto saat dirinya mengunjungi kantor pusat AST SpaceMobile di Midland, Texas. Kunjungannya ditemani Senator Republik Ted Cruz.

    Salah satu foto yang diunggah menunjukkan Car berpose bersama Cruz dan CEO AST SpaceMobile Abel Avellan di depan kantor perusahaan.

    Carr juga mengunggah video yang mendiskusikan pentingnya AST SpaceMobile dalam mencetak lapangan kerja dan membantu AS melawan ambisi internet satelit China.

    “[AST SpaceMobile] akan membantu kami mengamankan pertahanan nasional, termasuk memastikan AS tetap berada di depan China,” kata Carr dalam videonya.

    Carr menyebut AST SpaceMobile sebagai fasilitas produksi satelit berteknologi tinggi yang mewujudkan satelit terbesar di AS. CEO AST Mobile merespons unggahan tersebut di X.

    “Bangga menjadi perusahaan berbasis Texas, di mana kami membangun dan menguji teknologi satelit AS,” kata sang CEO.

    Dikutip dari PCMag, AST SpaceMobile masih perlu mengamankan lisensi FCC untuk menguji dan mengoperasikan satelitnya secara komersil. Tahun lalu, FCC hanya memberikan izin ke AST SpaceMobile untuk mengoperasikan 5 satelit pertamanya yang dinamai ‘BlueBird’.

    Ke depan, diperlukan lisensi lebih lanjut untuk meluncurkan dan mengoperasikan 243 satelit lainnya.

    AST SpaceMobile juga mempersiapkan peluncuran dan pengujian prototipe satelit BlueBird yang lebih perkasa. Namun, pada pekan lalu, Organisasi Penelitian Luar Angkasa India menunda peluncuran satelit tersebut dari Q2 2025 menjadi Juli 2025.

    AST SpaceMobile memiliki timeline yang ketat, sebab mitranya di Eropa dan Jepang meminta agar peluncuran satelit untuk konektivitas mobile sudah rampung pada tahun depan. Perusahaan membutuhkan 45-60 satelit di orbit sebelum bisa menawarkan konektivitas mobile berkelanjutan yang mencakup wilayah AS.

    Jaringan satelit AST SpaceMobile akan berkompetisi langsung dengan konektivitas seluler Starlink milik Elon Musk yang sekarang sudah tersedia secara beta dan akan resmi diluncurkan pada Juli 2025 melalui kemitraan dengan T-Mobile.

    Meski Carr selama ini mendukung Starlink, tetapi ia mengindikasikan dukungannya untuk satelit generasi selanjutnya secara umum. Ia menyatakan FCC harus menyederhanakan regulasi untuk Starlink dan pesaing internet satelit Amazon, Project Kuiper. Ia juga mendesak pemerintah Eropa untuk mengadopsi Starlink ketimbang layanan satelit asal China.

    (fab/fab)

  • TikTok Bikin Pencipta Facebook Ketakutan, Bikin Media Sosial Usang

    TikTok Bikin Pencipta Facebook Ketakutan, Bikin Media Sosial Usang

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Meta, Mark Zuckerberg, secara terbuka mengakui bahwa kehadiran TikTok menjadi ancaman besar bagi bisnis Meta.

    Pernyataan ini disampaikan saat ia memberikan kesaksian dalam sidang anti monopoli terhadap Meta yang digelar oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC), Rabu (16/4/2025).

    Zuckerberg menegaskan bahwa sejak TikTok muncul 2018 lalu, aplikasi video pendek itu langsung menjadi prioritas utama dan ancaman kompetitif yang serius bagi perusahaannya. Hal ini menggarisbawahi seberapa besar tekanan yang dirasakan Meta akibat pesatnya pertumbuhan TikTok.

    Ia juga mengatakan bahwa aplikasi milik ByteDance terus menjadi fokus upaya kompetitif Meta selama beberapa tahun.

    Mulanya, ByteDance membeli Musical.ly pada 2017, dan menggabungkannya dengan TikTok tahun berikutnya.

    Sekitar waktu yang sama, Meta (saat itu dikenal sebagai Facebook) berhenti melaporkan jumlah pengguna Facebook dalam laporan kuartalannya, dan beralih ke metrik “keluarga aplikasi” baru yang mencakup Instagram dan WhatsApp.

    Perubahan ini dirancang untuk menyembunyikan fakta bahwa aplikasi unggulan Meta mengalami perlambatan pertumbuhan.

    Zuckerberg memberikan komentar menarik lainnya selama persidangan dalam menanggapi pertanyaan tentang efek jaringan platform media sosial. Dia mengatakan bahwa aplikasi media sosial tidak lagi penting untuk meningkatkan koneksi antara teman dan keluarga untuk berkembang.

    “Aplikasi-aplikasi tersebut sekarang berfungsi terutama sebagai mesin pencari,” kata Zuckerberg dalam kesaksiannya, dikutip dari TechCrunch, Jumat (25/4/2025). “Konten tersebut kemudian bisa dibawa ke aplikasi pesan,” imbuhnya.

    Namun di sisi lain, Meta kini berupaya kembali ke akar Facebook dengan menekankan kembali hubungan antar pengguna. Perusahaan bahkan meluncurkan sejumlah fitur baru yang memudahkan interaksi antar teman, termasuk pembaruan tab Friends yang kini menyoroti permintaan pertemanan dan aktivitas teman.

    Zuckerberg sebelumnya juga sempat menyampaikan kepada investor bahwa kembali ke Facebook yang orisinal merupakan salah satu target utama perusahaan untuk tahun 2025.

    (dem/dem)

  • Taktik China Gagalkan Apple Pindah Pabrik iPhone

    Taktik China Gagalkan Apple Pindah Pabrik iPhone

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa tahun terakhir Apple tengah berupaya untuk memindahkan produksi mereka dari China ke negara lain seperti India.

    Namun, upaya untuk mengalihkan sebagian besar lini produksi iPhone tersebut tampaknya menghadapi tantangan baru.

    Pemerintah China diduga menerapkan strategi non formal untuk menghambat pergeseran ini dengan menunda, bahkan menolak, ekspor peralatan penting yang dibutuhkan untuk mendukung proses manufaktur di India.

    Mengutip laporan The Information, sejumlah otoritas China dilaporkan mulai mempersulit proses persetujuan ekspor bagi peralatan yang dibutuhkan Apple dan mitra-mitra produksinya.

    Salah satu kasus yang diungkap adalah penolakan izin pengiriman peralatan penting dari salah satu pemasok China yang terlibat dalam uji coba produksi iPhone 17.

    Untuk mengatasi hambatan tersebut, perusahaan terkait dilaporkan harus memutar jalur pengiriman melalui perusahaan perantara di Asia Tenggara sebelum akhirnya sampai di fasilitas Foxconn India, mitra utama produksi Apple.

    Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa proses persetujuan ekspor yang sebelumnya hanya memakan waktu beberapa minggu kini dapat memakan waktu hingga empat bulan. Dalam beberapa kasus, permohonan ekspor bahkan ditolak tanpa penjelasan.

    Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi terselubung pemerintah China untuk mempertahankan dominasi dalam rantai pasok global, khususnya pada sektor teknologi tinggi.

    Apple saat ini tengah mempercepat diversifikasi produksi dengan memperluas operasi manufakturnya di India, sebagai respons terhadap risiko geopolitik serta perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

    Saat ini, sekitar 20% dari total produksi iPhone telah dilakukan di India, dan Apple menargetkan peningkatan hingga 50% dalam beberapa tahun ke depan.

    Strategi tersebut didorong oleh berbagai masalah geopolitik, mitigasi risiko rantai pasokan, dan insentif dari negara-negara seperti India yang ingin meningkatkan produksi dalam negeri.

    Namun, taktik yang dilakukan otoritas China ini berpotensi menghambat pencapaian target tersebut.

    (wia)

  • Warga AS Ramai-ramai Serbu Produk China, Tarif Trump Sia-sia

    Warga AS Ramai-ramai Serbu Produk China, Tarif Trump Sia-sia

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Muncul fenomena baru yang menunjukkan solidaritas warga Amerika Serikat (AS) ke pedagang ritel China, menyusul perang dagang yang sengit antara AS dan China.

    Para pedagang China beramai-ramai mempromosikan produk-produk mewah dengan harga miring. Mereka membanjiri TikTok dan media sosial lainnya untuk menyasar pembeli dari AS.

    Para pedagang China mengklaim warga AS bisa membeli legging dan tas mewah yang mirip produk bermerek Lululemon, Hermes, dan Birkenstock, tetapi dengan harga lebih murah.

    Mereka mengklaim merek-merek mewah tersebut diproduksi di pabrik-pabrik China yang sama dengan barang yang mereka jajakan di media sosial.

    Influencer AS turut mempromosikan video-video dari pedagang China. Hal ini mendorong jumlah download aplikasi e-commerce China seperti DHGate dan Taobao di AS.

    Warga AS mewaspadai harga-harga barang yang melonjak tinggi akibat tarif Trump ke barang impor China dengan duluan membeli barang-barang tersebut via e-commerce China.

    Alhasil, DHGate langsung masuk jejeran ‘Top 10’ aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi Apple dan Google sepanjang pekan lalu.

    Video-video dari para pedagang China mendulang popularitas di TikTok dan Instagram. Mereka menghimpun jutaan view dan ribuan like. Unggahan-unggahan itu berhasil mendorong simpati warga AS terhadap China di tengah perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

    Trump memberlakukan tarif resiprokal sebesar 145% untuk barang-barang impor dari China yang masuk ke AS. China balas dendam dengan menetapkan tarif 125% untuk barang-barang impor AS yang dijual ke negaranya.

    “Trump menginjak-injak negara yang salah. China menang dalam perang ini,” kata salah satu netizen AS, dikutip dari The Economic Times, Jumat (25/4/2025).

    Media sosial menjadi jalur komunikasi langsung antara pemilik pabrik dan pedagang China dengan konsumen AS. Warga AS ramai menunjukkan protes terhadap keputusan pemerintahan Trump, sama seperti aksi penolakan saat TikTok hendak diblokir di AS.

    “Fenomena ini mengaktivasi pandangan politik warga AS, sama seperti yang terjadi saat TikTok hendak diblokir. Saat ini konteksnya adalah tarif dan hubungan kedua negara secara umum,” kata Matt Pearl, direktur yang fokus pada isu teknologi di Center for Strategic and International Studies.

    “Hal ini menunjukkan kemampuan komunikasi antara pedagang China dan konsumen AS, sekaligus memperlihatkan ketergantungan AS dengan barang-barang asal China,” kata dia.

    Jumlah video yang mendorong warga AS membeli langsung produk dari pabrik China meningkat 250% sepanjang pekan hingga 13 April 2025, menurut analis Graphika, Margot Hardy.

    Di TikTok, tagar #ChineseFactory (pabrik China) menghimpun 29.500 unggahan per 23 April 2025. Di Instagram, jumlahnya mencapai 27.300.

    Pakar ritel dan vendor di China mengatakan tidak mungkin video viral yang mengklaim sebagai produsen merek seperti Lululemon dan Hermes, menjual produk asli dari merek tersebut.

    Pasalnya, pabrik-pabrik merek mewah tersebut biasanya telah menandatangani perjanjian kerahasiaan yang ketat dan tidak mungkin menghancurkan hubungan jangka panjang mereka dengan merek-merek besar sebagai imbalan atas penjualan langsung beberapa barang, kata Sucharita Kodali, analis ritel di Forrester.

    Kodali berasumsi viralnya video-video dari produsen China di media sosial sepertinya diizinkan oleh pemerintah China.

    “Kepentingan Lululemon atau Chanel saat ini di China mungkin berada di urutan ke-100 dalam daftar hal-hal yang menjadi perhatian menteri perdagangan dan pejabat China di sana,” kata Kodali.

    Para produsen mungkin juga sedang terburu-buru untuk menutup penjualan sebelum tarif baru pada tanggal 2 Mei 2025 mendatang.

    Warga AS Jadi Mitra Afiliasi Ecommerce China

    Elizabeth Henzie, 23, dari Mooresville, North Carolina, mengatakan bahwa ia merasa biaya produksi dan harga eceran yang dijelaskan dalam video tersebut sangat mengejutkan.

    Ia membuat sheet khusus berisi pabrik-pabrik yang mengklaim menjual tiruan sneaker, tas mewah, dan lainnya, dan menautkannya di profil TikTok miliknya. Postingan tersebut telah menarik lebih dari 1 juta penayangan.

    Henzie kini bekerja sebagai mitra afiliasi untuk DHGate. Ia akan menerima produk gratis dari perusahaan tersebut untuk video ulasan dan komisi jika orang melakukan pembelian melalui tautannya. Ia yakin orang-orang di China pada dasarnya berusaha membantu warga AS.

    “Melihat banyak negara yang bersatu untuk mencoba membantu konsumen AS telah menggenjot moral saya,” kata Henzie.

    “Meski kondisi di AS saat ini buruk, menurut saya hal ini mendorong warga untuk lebih solid,” ia menjelaskan.

    TikTok yang dimiliki ByteDance asal China mengatakan telah menghapus beberapa video viral yang mempromosikan barang-barang mewah asal China. Menurut platform, beberapa video tersebut menyalahi kebijakan perusahaan dengan mempromosikan produk palsu.

    Namun, banyak yang mengunggah ulang video-video tersebut. Bahkan banyak video lawas tentang manufaktur China yang tersebar di linimasa media sosial di tengah isu tarif yang kontroversial.

    TikTok menolak berkomentar lebih lanjut. Instagram yang dimiliki Meta juga menolak berkomentar terkait video viral dari China.

    Pedagang China Berdarah-darah

    Para pedagang China mengatakan mereka mengunggah video-video tersebut saat penjualan anjlok. Yu Qiule, 36, pemilik pabrik di Shandong yang memproduksi peralatan fitness, mengatakan ia mulai mengunggah video di TikTok sejak pertengahan Maret 2025.

    Tujuannya adalah mencari konsumen lebih banyak setelah isu tarif menyebabkan gelombang pembatalan pesanan ke pabriknya.

    Louis Lv, general manager untuk ekspor di Hongye Jewelry Factory di Yiwu, Zhejiang, mengatakan perusahaannya mulai mengunggah di TikTok sejak akhir 2024. Kala itu, penjualan domestik mulai menunjukkan penurunan.

    Namun, video-videonya mulai banyak ditonton sejak pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif ke produk-produk impor China.

    “Filosofi pebisnis China adalah kami akan pergi ke manapun bisnis berada,” kata dia.

    Hermes Buka Suara

    Salah satu video viral di TikTok menunjukkan seorang pria yang memegang tas mirip Hermes Birkin. Ia mengklaim harga produksi tas mewah tersebut kurang dari US$1.400. Namun, Hermes menjualnya seharga US$38.000.

    Video itu sudah dihapus dari TikTok, tetapi banyak yang mengunggahnya kembali. Pria tersebut mengklaim pabrik di China menggunakan kulit dan hardware serupa Hermes Birkin. Bedanya, tak ada logo Hermes yang terpasang. Tas itu ditawarkan seharga US$1.000.

    Juru bicara Hermes mengatakan tas-tas mereka diproduksi 100% di Prancis dan menolak berkomentar lebih lanjut.

    Juru bicara Birkenstock juga menanggapi video-video yang menunjukkan produk tiruan perusahaannya. Birkenstock mengatakan produknya dirancang dan diproduksi di Uni Eropa. Perusahaan telah menghubungi TikTok dan video tersebut dihapus pada 15 April 2025.

    Lululemon yang juga menjadi target video viral TikTok dari manufaktur China turut angkat bicara. Manufaktur China mengklaim menjual legging serupa Lululemon dengan harga US$5.

    Lululemon telah menghubungi TikTok untuk menghapus konten tersebut. Lululemon juga menegaskan pihaknya tidak bekerja dengan pabrik-pabrik yang mengunggah video viral di TikTok. Perusahaan mewanti-wanti agar konsumen tak terkecoh dengan produk dan informasi palsu.

    (fab/fab)