Category: Bisnis.com Tekno

  • Cara Beli iPhone 17, 17 Pro & 17 Air di Indonesia, Klik di Sini!

    Cara Beli iPhone 17, 17 Pro & 17 Air di Indonesia, Klik di Sini!

    Bisnis.com, JAKARTA – Bukan rahasia lagi jika iPhone 17, 17 Pro & 17 Air menjadi ponsel yang cukup ditunggu di Indonesia.

    Beruntung, Anda kini sudah bisa membeli iPhone 17, 17 Pro & 17 Air di pasar tanah air. Akan tetapi, Anda perlu melakukan pre-order untuk mendapatkannya.

    Keterangan preorder seri iPhone 17 disampaikan iBox, Era Space, dan Digimap melalui situs resmi mereka secara serentak mulai Sabtu (4/10/2025). 

    Berdasarkan pantauan Bisnis di website iBox Indonesia, distributor tersebut membuka sesi pendaftaran bagi konsumen yang ingin melakukan preorder iPhone 17, iPhone 17 Air, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max.

    “Bersiap untuk preorder iPhone generasi terbaru. Daftar sekarang untuk mendapatkan informasi resmi hingga penawaran spesial seputar pre-order iPhone generasi terbaru hanya untukmu,” tulis iBox dalam situs resmi, Sabtu (4/10/2025).

    Cara Beli iPhone 17, 17 Pro & 17 Air di Indonesia

    Jika Anda ingin melakukan pre-order di iBox, Anda bisa mengunjungi situs berikut ini: https://ibox.co.id/page/iphone-17-release

    Setelah itu, silahkan isi kolom yang disediakan termasuk Nama, Email, No. HP dan seri iPhone 17 yang dipesan.

    Nantinya, pembelian seri iPhone 17 dapat dilakukan secara online (melalui situs resmi atau e-commerce) yang telah ditunjuk serta online & pick up atau pesan online, ambil langsung di toko terdekat pilihan konsumen. 

    Harga iPhone 17, 17 Pro & 17 Air di Indonesia..

  • Sederet Fakta Dentuman Keras di Cirebon Diduga Adanya Meteor Jatuh

    Sederet Fakta Dentuman Keras di Cirebon Diduga Adanya Meteor Jatuh

    Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah benda asing yang memiliki warna terang disertai dentuman keras terlihat di langit wilayah Cirebon, Jawa Barat pada Minggu (5/10/2025) malam WIB.

    Warga mengatakan bola api tersebut melintas dengan cepat, sebelum akhirnya menghilang. Setelah itu terdengar suara dentuman keras.

    Meskipun belum dapat dikonfirmasi secara resmi, namun pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menduga bahwa itu adalah meteor.

    Diduga meteor jatuh di Laut Jawa

    Peneliti BRIN Thomas Jamalludin mengatakan analisis berdasarkan kesaksian, disimpulkan fenomena itu merupakan meteor yang cukup besar yang melintas wilayah tersebut.

    “Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas memasuki wilayah Kuningan – Kabupaten Cirebon dari arah barat daya sekitar pukul 18.35 – 18.39,” ujarnya saat dikonfirmasi Bisnis.

    Dia mengatakan berdasarkan kesaksian warga telah terjadi adanya dentuman yang terdengar di wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon, terdeteksi adanya getaran oleh BMKG Cirebon (ACJM) pada pukul 18:39:12 WIB, dan ada yang menyaksikan bola api yang meluncur dan ada rekaman CCTV pukul 18:35 WIB.

    Menurut Thomas, ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah meteor bisa menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pukul 18.39.12 WIB.

    “Meteor jatuh di laut Jawa,” tambahnya.

    Bukan dari hujan meteor

    Thomas mengatakan bahwa meteor yang jatuh tersebut bukan berasal dari hujan meteor.

    “Karena ini ukuran cukup besar sehingga menimbulkan gelombang kejut,” ujarnya pada Bisnis.

    Pada bulan Oktober 2025 ini, tepatnya pada 5-8 Oktober memang tengah muncul fenomena hujan meteor draconid.

    Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing yang mengikuti komet 21P Giacobini-Zinner yang terbakar di atmosfer Bumi.

    Meteor-meteor ini berasal dari dekat kepala rasi bintang Draco si naga di langit utara dan hujan meteor ini dapat menghasilkan hingga 10 meteor per jam.

    BMKG kumpulkan data

    Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kertajati masih mengumpulkan data terkait suara dentuman keras disertai bola api terang yang diduga meteor tersebut.

    Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati Muhammad Syifaul Fuad menjelaskan dari sisi meteorologi, suara dentuman dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti sambaran petir, aktivitas gempa bumi atau peristiwa longsor.

    Namun, kata dia, kondisi cuaca di wilayah Cirebon dan sekitarnya saat kejadian dinyatakan cerah berawan.

    “Biasanya suara ledakan atau getaran bisa muncul dari awan konvektif akibat sambaran petir. Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” ujarnya dikutip dari Antaranews, Senin.

    Fuad menegaskan hingga kini pihaknya belum mencatat adanya aktivitas cuaca ekstrem atau fenomena meteorologis yang signifikan di wilayah tersebut.

  • Skor Digital RI (IMDI) Capai 44,53: Infrastruktur Tertinggi, Pemberdayaan Terendah

    Skor Digital RI (IMDI) Capai 44,53: Infrastruktur Tertinggi, Pemberdayaan Terendah

    Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) tahun 2025 mencapai 44,53 poin. Infrastruktur digital di Indonesia dinilai cukup matang, namun belum mampu membuat masyarakat berdaya. 

    Angka tersebut meningkat 1,19 poin dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 43,34. 

    IMDI merupakan pengukuran tingkat kompetensi dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan teknologi digital, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan. 

    Pengukuran IMDI telah dilaksanakan sejak 2022 dan dilakukan setiap tahun.

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan, capaian tersebut bukan sekadar angka statistik, melainkan bukti nyata bahwa Indonesia tengah bergerak menuju visi besar Pemerintah Digital 2045. 

    Dia menegaskan IMDI 2025 telah melampaui fungsi dasarnya sebagai alat evaluasi.

    “IMDI bukan hanya menjadi alat evaluasi, namun jadi kompas kebijakan dalam memandu pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun program,” kata Meutya Hafid, dikutip dari laman resmi Komdigi, Senin (6/10/2025).

    Meutya Hafid mengatakan, pemanfaatan indeks tersebut sebagai rujukan strategis sangat krusial dalam merumuskan kebijakan pengembangan sumber daya manusia yang tepat sasaran. Dengan begitu, setiap program penguatan keterampilan digital nasional dapat berbasis pada data yang akurat.

    Pengukuran IMDI mencakup empat pilar utama, yakni Infrastruktur dan Ekosistem, Keterampilan Digital, Pemberdayaan, serta Pekerjaan.

    Dari keempat pilar tersebut, Infrastruktur dan Ekosistem mencatat skor tertinggi sebesar 53,06. Sementara itu, pilar Pemberdayaan menempati posisi terendah dengan skor 34,42, yang menandakan masih adanya area yang perlu mendapat perhatian lebih.

    Indeks ini mengadopsi G20 Toolkit for Measuring Digital Skill and Digital Literacy, hasil capaian penting dari forum Digital Economy Working Group (DEWG) pada Presidensi G20 Indonesia 2022.

    Untuk tahun 2025, pengukuran dilakukan pada Juli—Agustus dengan melibatkan lebih dari 18.000 responden individu dan 11.000 responden industri. 

    Tahun ini, IMDI juga telah mengintegrasikan indikator Indeks Literasi Digital (ILD), sehingga memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan terkini hingga level kabupaten/kota.

    IMDI diukur setiap tahun dengan cakupan 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Indeks ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi masyarakat digital di seluruh wilayah Indonesia.

    Pada 2022, skor nasional tercatat sebesar 37,80. IMDI terus menunjukkan tren positif dengan kenaikan signifikan pada 2023 menjadi 43,18. Pada 2024, skor kembali meningkat menjadi 43,34.

    Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi, Boni Pudjianto, menjelaskan nilai nasional merupakan rata-rata dari seluruh nilai provinsi, yang bersumber dari rata-rata nilai kabupaten/kota.

     Komdigi juga memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah dengan pencapaian tertinggi. 

    Di tingkat provinsi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meraih skor IMDI tertinggi secara nasional sebesar 56,97, disusul oleh Kepulauan Bangka Belitung (52,15) dan Jawa Barat (52,05). 

    Untuk kategori kabupaten/kota, Pemerintah Kota Bandung memimpin di wilayah barat, diikuti oleh Kota Malang dan Jakarta Barat. Di wilayah tengah, Kota Bontang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kota Tarakan menempati posisi teratas. 

    Sementara itu, di wilayah timur, Kabupaten Maluku Tengah, Kota Ternate, dan Kabupaten Sorong mencatatkan skor tertinggi.

  • Profesor BRIN Blak-blakan soal Jatuhnya Meteor & Bola Api di Laut Jawa

    Profesor BRIN Blak-blakan soal Jatuhnya Meteor & Bola Api di Laut Jawa

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan dentuman dan visual bola api yang disaksikan warga di sekitar Cirebon, Jawa Barat disebabkan jatuhnya meteor besar di Laut Jawa.

    “Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas,” kata Profesor astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin dilansir dari Antara, Senin (6/10/2025). 

    Menurutnya, meteor tersebut jatuh di wilayah Laut Jawa, setelah sebelumnya melintasi wilayah Kabupaten Kuningan dan Cirebon dari arah barat daya sekitar, Minggu (5/10), pukul 18.35-18.39 WIB.

    Suara dentuman yang besar, ujar dia, dihasilkan oleh proses masuknya meteor ke wilayah dengan atmosfer yang lebih rendah.

    “Ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah, [maka] menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pukul 18.39.12 WIB,” katanya.

    Thomas juga menyebut dentuman dan cahaya yang disaksikan oleh masyarakat tidak menimbulkan bahaya apapun.

    Fenomena tersebut terlihat warga pada Minggu (5/10), sekitar pukul 18.30 WIB di beberapa kecamatan di Cirebon bagian timur, terutama di kawasan Lemahabang.

    Sensor seismik milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan kode ACJM mendeteksi adanya getaran yang signifikan pada pukul 18.39 WIB

    Di samping itu, terdapat pula kesaksian berupa bola api yang meluncur disertai rekaman kamera pengawas pada pukul 18.35 WIB. Sejumlah warga melaporkan melihat bola api melintas cepat sebelum menghilang di kejauhan serta mendengar suara dentuman keras.

  • Desain Watch Face Tembus 100.000 di Aplikasi Huawei Health

    Desain Watch Face Tembus 100.000 di Aplikasi Huawei Health

    Bisnis.com, JAKARTA— Huawei, produsen teknologi asal China, mengumumkan pencapaian baru, yakni jumlah watch face atau tampilan jam digital di toko Watch Face Store-nya telah menembus lebih dari 100.000 desain.

    Melansir laman resmi GSM Arena pada Senin (6/10/2025), semua watch face tersebut tersedia melalui aplikasi Huawei Health, yang kini memiliki sekitar 17,5 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. 

    Beragam desain yang tersedia memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan tampilan jam pintar mereka sesuai kepribadian dan kebutuhan. Mulai dari watch face khusus olahraga yang menampilkan metrik kebugaran secara real-time hingga desain artistik yang unik, 

    Huawei terus berkolaborasi dengan para desainer untuk memperluas pilihan personalisasi bagi pengguna.

    Untuk merayakan pencapaian ini, Huawei memberikan diskon 50% bagi pengguna seri Watch GT 6 untuk paket langganan Huawei Watch Faces VIP (bulanan dan tahunan). 

    Melalui paket ini, pengguna bisa mengunduh tanpa batas seluruh koleksi watch face, termasuk versi edisi terbatas.

    Huawei meluncurkan seri Huawei Watch GT 6, yang terdiri dari Watch GT 6 dan Watch GT 6 Pro secara global pada September 2025 dan akan tersedia di Indonesia mulai 9 Oktober 2025.

    Spesifikasi Huawei Watch GT 6 Pro

        •    Ukuran: 45,6 × 45,6 × 11,25 mm

        •    Bobot: ±54,7 g (tanpa tali)

        •    Layar: AMOLED 1,47 inci, resolusi 466 × 466 piksel (PPI 317)

        •    Material bodi: Titanium alloy

        •    Sensor: Accelerometer, Gyroscope, Magnetometer, Optical heart rate, Barometer, Temperature, Ambient light, ECG, Depth sensor

        •    Daya tahan air: 5 ATM, IP69, mendukung penyelaman hingga 40 meter

        •    Baterai: Tahan hingga 21 hari (penggunaan ringan), 12 hari (normal), 7 hari dengan AOD aktif, 40 jam mode olahraga luar ruangan

        •    Konektivitas: NFC, Bluetooth 6.0, GNSS multi-band (GPS, GLONASS, BeiDou, GALILEO, QZSS, NavIC)

        •    Pengisian daya: Nirkabel

        •    Kompatibilitas: Android 9.0 / iOS 13.0 ke atas

    Spesifikasi Huawei Watch GT 6

    Tersedia dalam dua ukuran:

        •    46 mm: 46 × 46 × 10,95 mm, bobot ±51,3 g

        •    41 mm: 41,3 × 41,3 × 9,99 mm, bobot ±37,5 g

        •    Layar: AMOLED 1,47 inci (46 mm) / 1,32 inci (41 mm), resolusi 466 × 466 piksel

        •    Material bodi: Stainless steel

        •    Sensor: Accelerometer, Gyroscope, Magnetometer, Optical heart rate, Barometer, Temperature, Ambient light

        •    Daya tahan air: 5 ATM, IP69

        •    Baterai:

        •    46 mm – hingga 21 hari (ringan), 12 hari (normal), 7 hari dengan AOD aktif

        •    41 mm – hingga 14 hari (ringan), 7 hari (normal), 5 hari dengan AOD aktif

        •    Konektivitas: NFC, Bluetooth 6.0, GNSS multi-band

        •    Pengisian daya: Nirkabel

        •    Kompatibilitas: Android 9.0 / iOS 13.0 ke atas

  • Saksikan Supermoon Malam Ini, Bulan 30% Lebih Terang dan 14 Kali Lebih Besar dari Biasanya

    Saksikan Supermoon Malam Ini, Bulan 30% Lebih Terang dan 14 Kali Lebih Besar dari Biasanya

    Bisnis.com, JAKARTA – Malam ini 6 Oktober 2025, lihatlah ke atas langit karena bulan purnama yang lebih besar dan lebih terang alias supermoon bakal muncul!

    Malam ini, bulan mungkin tampak sekitar 30% lebih terang dan hingga 14% lebih besar daripada bulan purnama pada umumnya.

    Supermoon terjadi ketika bulan baru atau bulan purnama bertepatan dengan “perigee”, yaitu saat bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi sepanjang bulan.

    Jadi, ini adalah bulan purnama yang sangat dekat! Hal ini menjelaskan penampakannya yang spektakuler.

    Fase bulan purnama Oktober akan terjadi pukul 23.48 EDT pada 6 Oktober (03.48 GMT pada 7 Oktober), ketika piringan bulan akan berada di seberang matahari di langit senja, tampak sepenuhnya diterangi oleh sinar matahari langsung.

    Waktu terbaik untuk melihat bulan adalah saat bulan berada di puncaknya, tetapi bulan akan tampak penuh sepanjang malam dan bahkan beberapa hari setelahnya.

    Saat itulah bulan terbit di atas cakrawala, tampak lebih megah berkat “ilusi bulan”, yang menipu otak kita agar tampak lebih besar di dekat cakrawala daripada di atas kepala.

    Satu jam setelah bulan terbit, jangan kaget jika bulan berubah warna menjadi keemasan atau seperti labu, sebuah suguhan visual karena atmosfer Bumi menyebarkan cahaya yang lebih dingin, membiarkan cahaya yang lebih hangat masuk, menurut Space.com.

    Bulan purnama bulan ini disebut “Bulan Panen” karena terbit paling dekat dengan Ekuinoks Musim Gugur, saat para petani biasanya bekerja di bawah cahaya bulan untuk memanen hasil panen terakhir musim panas sebelum cuaca berubah.

    Bulan purnama bulan ini terjadi saat satelit alami tersebut mendekati titik terdekatnya dengan Bumi dalam orbit bulanannya, sehingga menghasilkan “bulan super” yang dramatis dan akan tampak sedikit lebih besar dari biasanya di langit malam.

    Dan waktunya sungguh tepat meskipun supermoon muncul pada tanggal 6 Oktober, hanya beberapa hari sebelum tanggal 4 Oktober adalah “Malam Pengamatan Bulan Internasional”!

  • Meteor Jatuh di Cirebon Bagian dari Hujan Meteor Draconid?

    Meteor Jatuh di Cirebon Bagian dari Hujan Meteor Draconid?

    Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti BRIN Thomas Jamalludin mengatakan dentuman bola api di Cirebon diduga merupakan meteor yang jatuh di Laut Jawa pada Minggu Malam 5 Oktober 2025.

    Hal tersebut karena ciri-ciri dari kesaksian warga yang melihat merujuk pada kejadian jatuhnya meteor.

    Lantas meteor apakah yang jatuh di kawasan Jawa Barat tersebut?

    Thomas mengatakan hujan meteor ini bukan bagian dari hujan meteor.

    “Karena ini ukuran cukup besar sehingga menimbulkan gelombang kejut,” ujarnya pada Bisnis.

    Pada bulan Oktober 2025 ini, tepatnya pada 5-8 Oktober memang tengah muncul fenomena hujan meteor draconid. 

    Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing yang mengikuti komet 21P Giacobini-Zinner yang terbakar di atmosfer Bumi.

    Meteor-meteor ini berasal dari dekat kepala rasi bintang Draco si naga di langit utara dan hujan meteor ini dapat menghasilkan hingga 10 meteor per jam!

    Puncak Draconid sekitar 8 Oktober, dan dimulai sejak 5 Oktober 2025.

    Selama periode ini, akan ada peluang untuk melihat meteor Draconid setiap kali titik radian hujan meteor ini di rasi bintang Draco berada di atas cakrawala, dengan jumlah meteor yang terlihat meningkat seiring dengan semakin tingginya titik radian di langit.

    Dilihat dari Jakarta, hujan meteor ini akan aktif setiap hari mulai senja hingga sekitar pukul 21:41 ketika titik radiannya terbenam di bawah cakrawala barat.

    Titik radian mencapai puncaknya (tertinggi di langit) sebelum malam tiba sekitar pukul 16:00 WIB sehingga hujan meteor ini kemungkinan akan menghasilkan penampakan terbaiknya segera setelah senja, ketika titik radian masih setinggi mungkin.

    Pada saat ini, rotasi Bumi memutar Jakarta agar menghadap secara optimal ke arah datangnya meteor, memaksimalkan jumlah meteor yang jatuh vertikal ke bawah, menghasilkan jejak pendek di dekat titik radian. Di waktu lain, meteor yang terbakar di Jakarta jumlahnya lebih sedikit, dan meteor-meteor itu cenderung memasuki atmosfer pada sudut miring, menghasilkan meteor berumur panjang yang dapat melintasi area langit yang luas sebelum terbakar habis.

    Hujan meteor ini diperkirakan mencapai puncak aktivitasnya sekitar pukul 02.00 WIB pada tanggal 9 Oktober 2025.

    Jika Anda tidak sempat melihatnya, Anda dapat menunggu beberapa minggu hingga hujan meteor berikutnya yakni hujan meteor orionid!

    Hujan meteor Orionid, yang mencapai puncaknya pada 21 Oktober, akan menampilkan pertunjukan spektakuler, menembakkan sekitar 20 meteor per jam di langit malam.

    Hujan meteor ini terjadi ketika Bumi melewati puing-puing yang mengikuti Komet Halley dan terbakar di atmosfer kita.

    Durasi penuh hujan meteor ini berlangsung dari 26 September hingga 22 November, tetapi waktu terbaik Anda untuk melihat meteor adalah pada 21 Oktober sebelum tengah malam hingga sekitar pukul 2 pagi.

    Ini karena, malam ini bukan hanya puncak hujan meteor, tetapi juga bulan baru di bulan Oktober, yang berarti bulan akan berada di antara Bumi dan Matahari, sehingga gelap dan tak terlihat oleh kita.

  • 730 Satelit Starlink Jatuh ke Bumi Setiap Tahun, Ini Penyebabnya

    730 Satelit Starlink Jatuh ke Bumi Setiap Tahun, Ini Penyebabnya

    Bisnis.com, JAKARTA — Pensiunan astrofisikawan Harvard Jonathan McDowell memperkirakan setidaknya ada satu hingga dua satelit Starlink yang jatuh kembali ke Bumi setiap harinya. Artinya, dalam setahun, sekitar 730 satelit orbit rendah Starlink menghantam atmosfer bumi akibat beberapa hal.

    Saat ini, terdapat lebih dari 8.000 satelit Starlink di langit dan jumlah itu terus bertambah. Satelit-satelit tersebut merupakan produk dari perusahaan transportasi luar angkasa SpaceX. 

    Selain itu, semakin banyak perusahaan dan negara lain yang juga menyebarkan satelit, menambah jumlah satelit di orbit Bumi. Banyak di antaranya berada di orbit rendah Bumi, yang membentang hingga ketinggian 2.000 km di atas planet kita. Seperti Starlink, umur satelit orbit rendah Bumi, hanya sekitar 5 hingga 7 tahun.

    Jonathan mengatakan dalam waktu dekat akan ada hingga lima satelit yang memasuki orbit per hari. Dengan semua konstelasi yang dikerahkan, dia memperkirakan sekitar 30.000 satelit orbit rendah Bumi – seperti Starlink, Amazon Kuiper, dan lainnya – dan mungkin 20.000 satelit lagi pada jarak 1.000 kilometer dari sistem China.

    “Untuk satelit orbit rendah, kami memperkirakan siklus penggantian 5 tahun, yang berarti 5 kali masuk kembali setiap hari. Belum jelas apakah China akan menurunkan orbit satelit mereka atau hanya mempercepat kita ke sindrom Kessler reaksi berantai,” tutur Jonathan, melansir earthsky.org, Sabtu (4/10/2025).

    Sindrom Kessler adalah skenario di mana kepadatan objek di orbit rendah Bumi cukup tinggi sehingga tabrakan antar objek menyebabkan serangkaian tabrakan beruntun, dengan setiap tabrakan menghasilkan puing-puing antariksa yang meningkatkan kemungkinan tabrakan selanjutnya.

    Seiring SpaceX meluncurkan semakin banyak satelit Starlink, semakin banyak pula satelit yang jatuh kembali ke Bumi. Kendati begitu, tidak semua satelit jatuh dari orbit karena alasan yang sama. 

    Selain fakta bahwa beberapa satelit telah mencapai akhir masa pakainya, ada alasan lain mengapa satelit dapat kembali ke orbit. Misalnya, aktivitas matahari yang tinggi dapat memperpendek umur satelit, dan kita baru saja melewati maksimum matahari dan masih dalam periode aktivitas matahari tinggi. 

    Badai matahari memanaskan atmosfer atas Bumi, menyebabkannya ‘mengembang’. Hasilnya adalah peningkatan hambatan atmosfer: satelit orbit rendah Bumi seperti Starlink (dan ISS, serta satelit pengamat Bumi) mendapati diri mereka terbang di udara yang lebih tebal dari biasanya. 

    Kepadatan udara ekstra ini menciptakan hambatan aerodinamis, yang memperlambat satelit dan menyebabkannya kehilangan ketinggian.

    Operator mungkin dapat meningkatkan beberapa satelit kembali. Namun, jika tidak, satelit tersebut dapat memasuki kembali atmosfer sebelum waktunya. Itulah yang terjadi pada awal 2022, ketika badai matahari menghancurkan 40 satelit Starlink yang baru diluncurkan.

    Aktivitas matahari bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan satelit jatuh. Malfungsi juga dapat terjadi. Misalnya, pada 12 Juli 2024, roket Falcon 9 mengalami kegagalan pada tahap kedua, menyebabkan 20 satelit Starlink berada di orbit yang ‘salah’.

    “Semua kecuali dua satelit masuk kembali pada hari peluncuran, dan yang terakhir masuk kembali pada tanggal 20 Juli, delapan hari setelah peluncuran,” ujar Jonathan.

    Laporan lain mengungkap lebih dari 500 satelit Starlink diketahui telah jatuh kembali ke Bumi dalam lima tahun terakhir, terutama akibat aktivitas Matahari dan perubahan atmosfer yang menyebabkan satelit kehilangan orbit dan terbakar di atmosfer.

    Sejak tahun 2020 hingga 2024, tercatat sekitar 523 satelit Starlink mengalami “reentry” dan hancur di atmosfer, meskipun hampir seluruhnya terbakar habis sebelum mencapai permukaan.

    Sementara itu di Kanada puing Starlink seberat 2,5 kilogram ditemukan di darat, menunjukkan risiko kecil Starlink tak terbakar hangus di Atmosfer masih ada, sekaligus mengancam keselamatan. 

    Dampak Hancurnya Satelit Terhadap Atmosfer Bumi

    Pada 2023, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) merilis sebuah penelitian ilmiah tentang stratosfer Bumi. Stratosfer merupakan lapisan atmosfer yang berada lebih dari 11 km di atas permukaan Bumi, tempat pesawat jet terbang dan lapisan ozon berada.

    NOAA menyatakan bahwa stratosfer mengandung partikel dalam jumlah tak terduga dengan beragam logam eksotis. Para ilmuwan yakin partikel-partikel tersebut berasal dari satelit dan pendorong roket bekas yang menguap akibat panas intens saat memasuki atmosfer.

    Para peneliti menemukan partikel yang mengandung unsur langka niobium dan hafnium. Mereka juga menemukan sejumlah besar partikel mengandung tembaga, lithium, dan aluminium dalam konsentrasi yang jauh melebihi kelimpahan yang ditemukan dalam debu antariksa. 

    Penggunaan unsur-unsur ini dalam paduan tahan panas dan berkinerja tinggi menunjukkan bahwa industri penerbangan antariksa adalah penyebabnya.

    Partikel-partikel kecil ini dapat menyerap dan memantulkan sinar matahari. Partikel-partikel ini juga dapat berfungsi sebagai permukaan untuk reaksi kimia perusak ozon. 

    Selain itu, partikel-partikel ini dapat mengubah atmosfer Bumi dengan cara yang masih belum sepenuhnya di pahami. Penelitian di bidang ini masih berlangsung.

  • Jakarta Paling Getol Bangun Infrastruktur TIK, Disusul Yogyakarta dan Riau

    Jakarta Paling Getol Bangun Infrastruktur TIK, Disusul Yogyakarta dan Riau

    Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia mengalami peningkatan dengan mayoritas masih berpusat Pulau Jawa seperti di Jakarta dan Yogyakarta, sementara wilayah Indonesia Bagian Timur seperti Papua masih minim jaringan internet.

    Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) di Indonesia sebesar 6,02 poin dari skala 0-10 pada 2024. Skor IP-TIK di dalam negeri naik 0,12 poin atau 2% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 5,9 poin. Semakin tinggi skor indeks, maka kian baik pula pembangunan TIK.

    Indeks Pembangunan-TIK adalah ukuran standar yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan pembangunan TIK di suatu wilayah atau negara. Indeks ini disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan tiga subindeks utama, yaitu akses dan infrastruktur TIK, penggunaan TIK, serta keahlian TIK di masyarakat

    DataIndonesia melaporkan berdasarkan provinsinya, Jakarta menjadi provinsi dengan skor IP-TIK tertinggi nasional pada 2024, yakni 7,88 poin. Posisinya diikuti DI Yogyakarta yang memiliki skor IP-TIK sebesar 7,36 poin.

    Berikutnya, ada Bali dan Kepulauan Riau dengan skor IP-TIK masing-masing sebesar 6,82 poin dan 6,8 poin. Kemudian, skor IP-TIK milik Kalimantan Timur dilaporkan sebesar 6,73 poin pada tahun lalu.

    Ada pula Banten yang mencatatkan skor IP-TIK sebesar 6,46 poin. Lalu, Kalimantan Utara dan Jawa Barat berturut-turut memiliki skor IP-TIK sebesar 6,4 poin dan 6,33 poin pada 2024.

    Sementara itu, Papua menjadi provinsi dengan skor IP-TIK terendah di Tanah Air pada 2024, yakni 3,56 poin. Di atasnya ada Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat dengan skor IP-TIK secara berurutan sebesar 5,36 poin dan 5,61 poin.

    Berikut sebaran skor IP-TIK di 34 provinsi pada 2024:

    Aceh: 5,97 poin
    Bali: 6,82 poin
    Banten: 6,46 poin
    Bengkulu: 6,19 poin
    DI Yogyakarta: 7,36 poin
    Jakarta: 7,88 poin
    Gorontalo: 5,85 poin
    Jambi: 6,03 poin
    Jawa Barat: 6,33 poin
    Jawa Tengah: 5,98 poin
    Jawa Timur: 6,07 poin
    Kalimantan Barat: 5,90 poin
    Kalimantan Selatan: 6,13 poin
    Kalimantan Tengah: 6,02 poin
    Kalimantan Timur: 6,73 poin
    Kalimantan Utara: 6,40 poin
    Kep. Bangka Belitung: 6,06 poin
    Kepulauan Riau: 6,80 poin
    Lampung: 5,91 poin
    Maluku: 5,84 poin
    Maluku Utara: 5,68 poin
    Nusa Tenggara Barat: 5,88 poin
    Nusa Tenggara Timur: 5,36 poin
    Papua: 3,56 poin
    Papua Barat: 5,61 poin
    Riau: 6,27 poin
    Sulawesi Barat: 5,73 poin
    Sulawesi Selatan: 6,21 poin
    Sulawesi Tengah: 5,93 poin
    Sulawesi Tenggara: 6,03 poin
    Sulawesi Utara: 6,03 poin
    Sumatra Barat: 6,27 poin
    Sumatra Selatan: 5,97  poin
    ◦Sumatra Utara: 6,2 poin

  • Hacker Bjorka Sindir Program MBG dan Lembaga Gizi Pemerintah

    Hacker Bjorka Sindir Program MBG dan Lembaga Gizi Pemerintah

    Bisnis.com, JAKARTA – Polisi sempat mengklaim telah menangkap hacker Bjorka ke publik, tetapi kini Bjorka menyuarakan kegelisahan masyarakat terkait program prioritas pemerintah yakni makan bergizi gratis (MBG) dimana muncul kasus keracunan hampir setiap hari.

    Peretas (hacker) yang dikenal dengan nama Bjorka, menulis dalam akun @bjorkanism, membantah kabar dirinya telah ditangkap oleh pihak kepolisian adalah tidak benar. Bjorka juga mengatakan bahwa dirinya masih bebas.

    Dia sekaligus menyindir pemerintah Indonesia agar fokus pada urusan lain seperti permasalahan makan bergizi gratis.

    “Ya, aku masih hidup dan bebas. Urus saja lembaga gizi bodoh kalian itu, fokus pada masalah di negaramu sendiri, jangan bicarakan aku sebelum aku ungkap data sialan itu,” tulis akun tersebut dalam unggahan Instagram Story.

    Postingan di Instagram itu muncul tak lama setelah Polda Metro Jaya menyatakan telah menangkap seorang pria yang mengaku sebagai pemilik akun Bjorka. Penangkapan tersebut terkait dugaan akses ilegal, manipulasi, dan peretasan data 4,9 juta nasabah bank.

    Sebelumnya, Kasubidpenmas Polda Metro Jaya Kombes Reonald Simanjuntak mengatakan pria tersebut berinisial WFT (22). Dia ditangkap di Minahasa, Sulawesi Utara pada 23 September 2025.

    “Yang bersangkutan ditangkap pada Selasa, 23 September 2025 di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara,” ujar Reonald di Polda Metro Jaya, Kamis (2/10/2025).

    Wadirsiber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus mengatakan Bjorka terkenal dengan pemilik akun di dark web sejak 2020. Dia juga sempat mengganti akunnya beberapa kali seperti @SkyWave, @ShintHunter, hingga terakhir @Opposite6890 pada Agustus 2025.

    Tujuan penggantian akun ini dilakukan untuk menyamarkan diri sendiri agar sulit dilacak oleh aparat penegak hukum (APH). Adapun, tindak pidana yang dipersangkakan terhadap Bjorka ini berkaitan dengan data yang diperjualbelikan

    “Pelaku mengklaim bahwa yang bersangkutan memiliki data-data dari beberapa institusi baik di dalam maupun di luar negeri dan itu diperjualbelikan,” tutur Fian.

    Sementara itu, Wakil Direktur Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus mengakui bahwa pihaknya masih perlu menelusuri bukti lain untuk menyatakan bahwa WFT merupakan Bjorka asli.

    Oleh karena itu, saat ini kepolisian tengah melakukan uji laboratorium forensik terkait dengan bukti digital yang telah dikumpulkan.

    “Itu nanti akan kita bandingkan bukti digital yang lagi diproses di labfor ini. Nah begitu itu kita temukan, baru kita pastikan bahwa dia orang yang sama,” ujar Fian kepada wartawan, Sabtu (4/10/2025).