Category: Bisnis.com Tekno

  • Pacu Performa iPad Pro, MacBook Pro, dan Vision Pro

    Pacu Performa iPad Pro, MacBook Pro, dan Vision Pro

    Bisnis.com, JAKARTA – Apple resmi memperkenalkan chip terbarunya, M5, bersamaan dengan peluncuran lini perangkat anyar seperti iPad Pro, MacBook Pro, dan Vision Pro, pada Rabu (15/10/2025).

    Seluruh perangkat ini sudah dapat dipesan (preorder) di 31 negara dan akan mulai dikirim serta tersedia di toko mulai 22 Oktober 2025. Namun, belum ada informasi apakah Indonesia termasuk ke dalam daftar negara yang bisa melakukan preorder.

    Mengutip Tech Crunch, Chip M5 diklaim menghadirkan lompatan besar dalam hal performa kecerdasan buatan (AI) dan grafis dibandingkan pendahulunya. Apple menyebut M5 memiliki kinerja GPU puncak empat kali lipat dari chip M4.

    “Chip ini menandai lompatan besar berikutnya dalam performa AI untuk Apple Silicon,” ujar Senior Vice President Hardware Technologies Apple, Johny Srouji, dikutip dari Tech Crunch pada Kamis (16/10/2025).

    Untuk iPad Pro terbaru, Apple menjanjikan peningkatan hingga 3,5 kali lipat performa AI dibandingkan dengan model tahun lalu, dan 5,6 kali lebih cepat dari iPad Pro dengan chip M1.

    Perangkat ini juga dilengkapi modem C1X untuk koneksi seluler hingga 50% lebih cepat, serta chip N1 yang mendukung Wi-Fi, Bluetooth, dan Thread. Peningkatan lain termasuk kecepatan baca/tulis penyimpanan yang lebih tinggi dan kemampuan pengisian daya 50% hanya dalam 30 menit.

    Pengembangan iPad Pro diarahkan menjadi perangkat yang menyerupai laptop dengan dukungan sistem operasi iPadOS 26, yang membawa fitur tampilan jendela lebih intuitif, aplikasi Preview, dan folder khusus untuk manajemen file yang lebih efisien.

    Adapun, harga iPad Pro terbaru dimulai dari US$999 (sekitar Rp16,3 juta) untuk varian 11 inci dan US$1.299 (sekitar Rp21,2 juta) untuk 13 inci, tersedia dalam pilihan warna hitam dan perak.

    Sementara itu, MacBook Pro 14 inci hadir dengan performa grafis hingga 1,6 kali lebih cepat serta bandwidth memori meningkat menjadi 153Gbps dari 120Gbps pada M4. Penyimpanan internal juga mengalami peningkatan kecepatan, dengan daya tahan baterai mencapai 24 jam.

    MacBook Pro M5 dijual mulai US$1.599 (sekitar Rp26 juta), hadir dalam varian space black dan silver.

    Perangkat Vision Pro kini juga mengusung chip M5 menggantikan M2. Chip baru ini meningkatkan rendering tampilan sebesar 10%, mendukung refresh rate hingga 120Hz, dan mempercepat fitur berbasis AI hingga 50% lebih cepat.

    Selain itu, daya tahan baterai meningkat 30 menit, mencapai 2,5 jam untuk penggunaan umum dan 3 jam untuk menonton video. Versi terbaru ini juga hadir dengan Dual Knit Band baru untuk kenyamanan yang lebih baik, tersedia dalam ukuran kecil, sedang, dan besar. Harga tetap di US$3.499 (sekitar Rp57 juta).

  • WIFI Bayar Lebih Mahal daripada Telkomsel?

    WIFI Bayar Lebih Mahal daripada Telkomsel?

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), memenangkan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk regional I yang terdiri dari Pulau Jawa, Maluku, dan Papua.

    WIFI memberi penawaran sebesar Rp403,7 miliar untuk mendapatkan wilayah tersebut. Bagaimana jika dibandingkan dengan lelang terakhir yaitu lelang pita 2,1 GHz pada 2022 yang dimenangkan oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel)?

    Diketahui, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengumumkan bahwa WIFI mendapatkan regional I dengan penawaran tertinggi yaitu Rp403,7 miliar. Mengalahkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang sebesar Rp399 miliar, dan Eka Mas yang sebesar Rp331 miliar.

    Dengan harga tersebut, WIFI nantinya dapat mengoperasikan pita selebar 80 MHz untuk melayani pelanggan internet tetap di Pulau Jawa, Maluku, dan Papua.

    Perusahaan bakal menerapkan teknologi broadband wireless access (BWA), sebuah teknologi nirkabel untuk internet di rumah/perusahaan, dalam memberikan layanan tersebut. Kesiapan ekosistem berdampak pada cepat atau lambatnya penyebaran layanan internet di 1,4 GHz.

    Adapun, menurut laporan GSMA, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mengoperasikan 1,4 GHz untuk layanan internet. 

    Selain hak memberikan layanan, ada juga kewajiban yang menempel di WIFI, yaitu menyiapkan infrastruktur di ketiga wilayah tersebut. WIFI juga akan memikul beban baru yaitu membayar Rp403,7 miliar selama 10 tahun. Pada tahun pertama, WIFI harus membayar 2x dari biaya penawaran karena ada beban up front fee.

    Bagaimana kondisi 2022? 

    Saat memenangkan lelang frekuensi 2,1 GHz dengan pita diperebutkan sebesar 2×5 MHz, Telkomsel harus membayar sebesar Rp605,056 miliar. Berbeda dengan WIFI yang berlaku secara regional, spektrum frekuensi 2,1 GHz Telkomsel dapat digunakan di seluruh Indonesia. Tidak terbatas pada wilayah tertentu.

    Telkomsel juga tidak terlalu pusing dengan ekosistem, karena mayoritas pengguna smartphone di dunia telah memakai pita 2,1 GHz untuk berinternet.

    Sebagaimana diketahui, 2×5 MHz di pita frekuensi 2,1 GHz merupakan spektrum yang dikembalikan oleh Indosat Ooredoo pascamerger dengan Hutchison 3 Indonesia (Tri) pada 4 Januari 2022.

    Ketika proses lelang dibuka pada akhir Agustus 2022, tercatat ada tiga operator seluler yang mendaftarkan diri ikut serta dalam Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,1 GHz di antaranya Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo Hutchison.

    Hemat

    Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward mengatakan secara bisnis pembagian regional; khususnya regional 1 lebih menguntungkan karena kewajiban tidak harus membangun seluruh wilayah Indonesia.

    Secara belanja modal (Capex) dan ongkos operasional (Opex), kata Ian, lebih murah dan backbone optik di regional 1 sudah tersedia. 

    “Sehingga secara bisnis sangat layak. Melihat layanan internet, bukan hanya dari langganannya saja tetapi termasuk semua bisnis yang dapat ditumpangkan. Nilai lelang tersebut masih dianggap murah dan memperhatikan internet rakyat,” kata Ian.

  • BMKG Jelaskan Suhu Panas Terus Berlangsung di Indonesia, Kapan Hujan Turun?

    BMKG Jelaskan Suhu Panas Terus Berlangsung di Indonesia, Kapan Hujan Turun?

    Bisnis.com, JAKARTA – Suhu panas di beberapa wilayah di Indonesia terjadi pada beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa cuaca panas terjadi karena adanya gerak semu matahari dan Monsun Australia.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto memprakirakan bahwa suhu panas ini masih akan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025.

    Adapun penyebab utama suhu panas ini adalah posisi gerak semu matahari yang pada bulan Oktober berada di selatan ekuator.

    Guswanto mengatakan bahwa faktor lainnya adalah penguatan angin timuran atau Monsun Australia yang membawa massa udara kering dan hangat sehingga pembentukan awan minim serta radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara maksimal.

    “Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia,” dikutip dari siaran pers BMKG, Rabu (15/10).

    Lantas kapan hujan turun?

    Cuaca panas hingga 37 derajat membuat masyarakat bertanya-tanya kapan hujan akan turun di langit Indonesia.

    Padahal seharusnya pada bulan Oktober ini sudah mulai turun rintik-rintik hujan. BMKG kemudian
    memprakirakan potensi hujan lokal akibat aktivitas konvektif masih dapat terjadi pada sore hingga malam hari terutama di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

    Hal senada juga diungkapkan oleh Peneliti Bidang Klimatologi dan Perubahan Iklim BRIN, Erma Yulihastin.

    Ia menyebutkan bahwa pada sore hingga malam hari, hujan bisa terbentuk akibat konveksi termal dan lokal di berbagai wilayah Jawa, terutama bagian tengah dan timur.

    BRIN mengimbau masyarakat untuk memahami perubahan cuaca yang dapat terjadi secara tiba-tiba, dari panas menyengat menjadi hujan yang didahului angin kencang.

    “Sehingga pada siang hari perlu perlindungan tabir surya untuk melindungi kulit, namun tetap juga waspada dengan hujan pada malam hari,” kata Erma saat dihubungi Bisnis pada Selasa (14/10/2025).

  • Pengamat Terkejut WIFI-DSSA Kalahkan Telkom (TLKM) pada Lelang Frekuensi 1,4 GHz

    Pengamat Terkejut WIFI-DSSA Kalahkan Telkom (TLKM) pada Lelang Frekuensi 1,4 GHz

    Bisnis.com, JAKARTA —  Pengamat Telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai hasil lelang pita frekuensi 1,4 GHz yang diumumkan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) cukup mengejutkan. 

    Menurutnya, kemenangan PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) melalui anak usahanya PT Telemedia Komunikasi Pratama di Regional 1, serta PT Eka Mas Republik, anak usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) atau MyRepublicbdi Regional 2 dan 3, menjadi momentum penting bagi dinamika industri telekomunikasi nasional.

    “Saya lihat hasil lelang frekuensi 1,4 GHz ini cukup mengejutkan. Surge melalui Telemedia Komunikasi Pratama menang di Regional 1, sementara MyRepublic lewat Eka Mas Republik sapu Regional 2 dan 3, dan Telkom justru kalah di semua lini,” kata Heru saat dihubungi Bisnis pada Rabu (15/10/2025). 

    Heru mengatakan hasil tersebut isa jadi game changer buat industri telekomunikasi Indonesia, karena membuka peluang kompetisi lebih sehat di luar pemain besar seperti Telkom.  

    Dia menjelaskan, kemenangan kedua perusahaan ini berpotensi menciptakan persaingan yang lebih terbuka dan memperluas akses layanan broadband di Indonesia. 

    Dia menyoroti Surge memegang spektrum luas 80 MHz di zona Jawa, Papua, dan Maluku. Sementara MyRepublic 160 MHz di Sumatera, Bali, NT, Kalimantan, Sulawesi. 

    “Tapi ingat, masih ada masa sanggah sebelum resmi. Secara keseluruhan, ini positif untuk perluasan internet murah 100 Mbps ke daerah terpencil, tapi harus diawasi agar komitmen infrastruktur terpenuhi,” ujarnya.

    Heru menambahkan, baik Surge maupun MyRepublic memiliki kapasitas teknologi dan pengalaman yang kuat untuk mengembangkan jaringan pita lebar (Broadband Wireless Access/BWA) di wilayah yang dimenangkan. Heru mengatakan kedua perusahaan sudah membangun jaringan fiber optic masif, termasuk subsea cable dengan kapasitas mencapai 64 Tbps, serta fokus pada broadband untuk SME dan enterprise. 

    “Anak usahanya, Telemedia, spesialis wireless telecom, jadi mereka siap integrasikan 1,4 GHz untuk ekosistem BWA yang ekspansif, terutama di Regional 1,” tutur Heru.

    Sementara MyRepublic, lanjut Heru, bagian Sinarmas, sudah punya pengalaman jadi ISP fiber di Indonesia dengan 1 juta pelanggan. 

    “Mereka ekspansi cepat, tambah 3 juta homepasses tahun ini. Di Regional 2-3, mereka bisa bangun ekosistem kuat untuk layanan rumah tangga dan SME, fokus pada akses terjangkau dan TV berlangganan. Keduanya punya modal teknologi dan ekspansi, tapi tantangannya di komitmen buka jaringan ke operator lain. Regulator harus memantau agar cita-cita lelang 1,4 GHz ini dapat terwujud,” lanjutnya.

    Sementara itu, Pengamat Telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, menilai kemenangan perusahaan dalam lelang ini baru merupakan langkah awal dari tanggung jawab besar untuk membangun infrastruktur dan layanan sesuai komitmen yang telah ditetapkan. Menurutnya perlu pengawasa atau pengendalian dari Komdigi. 

    “Alangkah baiknya diumumkan ke publik. Diharapkan para pemenang lelang bukan hanya memenuhi komitmen pembangunan (target minimal). Informasi pemenuhan komitmen pembangunan ke publik sangat penting, sebagai bentuk akuntabilitas Komdigi dalam mengelola pita frekuensi yang merupakan sumber daya yang terbatas,” kata  Agung.

    Sebelumnya, Komdigi telah mengumumkan pemenang lelang harga pita frekuensi 1,4 GHz. PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), menjadi pemenang untuk Regional I yang meliputi Pulau Jawa, Maluku, dan Papua, dengan penawaran tertinggi senilai Rp403,7 miliar.

    WIFI mengungguli PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan penawaran Rp399 miliar, dan PT Eka Mas Republik sebesar Rp331 miliar. Sementara itu, PT Eka Mas Republik memenangkan Regional II yang meliputi Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara dengan penawaran Rp300,8 miliar, lebih tinggi dari Telkom (Rp259 miliar) dan Telemedia (Rp136 miliar).

    Eka Mas juga memenangkan Regional III yang mencakup Kalimantan dan Sulawesi dengan harga penawaran Rp100 miliar, mengalahkan Telkom (Rp80 miliar) dan Telemedia (Rp64 miliar).

    Pada tahun pertama, para pemenang lelang diwajibkan membayar tiga kali nilai penawaran, kemudian membayar sesuai nilai penawaran selama sembilan tahun berikutnya. Komdigi menyampaikan bahwa peserta seleksi masih dapat menyampaikan sanggahan terhadap hasil seleksi paling lambat Jumat, 17 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB.

    Apabila tidak ada sanggahan, proses seleksi akan dilanjutkan ke tahap penyampaian laporan hasil seleksi dan penetapan resmi pemenang oleh Menteri Komunikasi dan Digital.

  • Tagar #YouTubeDown Trending di X, YouTube Beri Solusi Ini

    Tagar #YouTubeDown Trending di X, YouTube Beri Solusi Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – Platform video terbesar dunia, YouTube, dilaporkan mengalami gangguan secara massal pada Kamis (16/10/2025). Pihak YouTube pun memberikan solusi dengan cara menghapus aplikasi dan menginstalnya kembali.

    ”Jika Anda mengalami masalah dengan aplikasi ini, cobalah ini: hapus dan instal ulang, dan jangan lupa untuk menyalakan ulang perangkat Anda! Semoga ini bisa mengatasi masalah Anda. Jika tidak, beri tahu kami!” ungkap akun X @TeamYouTube.

    Menurut laman pemantau gangguan layanan internet Downdetector, ratusan ribu pengguna di berbagai negara melaporkan tidak dapat mengakses layanan tersebut.

    Berdasarkan data Downdetector, lebih dari 300.000 pengguna melaporkan masalah seperti layar hitam dan pesan ‘error’ saat mencoba membuka situs maupun aplikasi YouTube.

    Mengutip FOX, gangguan ini dengan cepat menjadi perbincangan di media sosial X (sebelumnya Twitter). Tagar #YouTubeDown bahkan sempat menduduki daftar trending topic global.

    Hingga laporan ini diterbitkan, YouTube belum memberikan pernyataan resmi terkait penyebab gangguan tersebut. Namun, sejumlah pengguna melaporkan layanan mulai kembali normal beberapa jam kemudian.

    Fenomena #YouTubeDown ini menambah daftar panjang platform digital besar yang sempat tumbang akibat lonjakan trafik atau gangguan sistem dalam beberapa bulan terakhir.

  • YouTube Eror, Pengguna Teriak Gak Bisa Nonton Video hingga Musik

    YouTube Eror, Pengguna Teriak Gak Bisa Nonton Video hingga Musik

    Bisnis.com, JAKARTA – Layanan platform video YouTube terpantau tidak dapat diakses pada pagi hari ini, Kamis (16/10/2025).

    Berdasarkan pantauan Bisnis pada pukul 06.58 WIB, terpantau halaman muka situs youtube.com masih dapat dibuka, namun ketika mengklik salah satu video, muncul pesan eror ”Anda sedang offline.”

    Seorang pengguna, Fahmi, mengatakan layanan video tidak dapat diakses sejak pukul 06.00 WIB. “Enggak bisa buka ,” terangnya kepada Bisnis.

    Situs Downdetector mencatat ada lonjakan hingga lebih dari 300.000 laporan pengguna yang tidak dapat mengakses Youtube sejak pukul 06.00 WIB.

    Platform streaming YouTube Music dan YouTube TV juga mengalami masalah yang sama. Lebih dari 4.800 pengguna mengaku mengalami kendala di YouTube Music, sementara lebih dari 2.300 pengguna menghadapi masalah di YouTube TV, menurut DownDetector.

    Secara keseluruhan, lebih dari 200.000 pengguna melaporkan gangguan YouTube pagi ini. Hingga kini, YouTube belum memberikan pernyataan resmi terkait masalah tersebut. Namun, akun dukungan YouTube di platform X terlihat aktif menanggapi keluhan para pengguna, meski belum menjelaskan penyebab gangguan.

    ”Jika Anda mengalami masalah dengan aplikasi ini, cobalah ini: hapus dan instal ulang, dan jangan lupa untuk menyalakan ulang perangkat Anda! Semoga ini bisa mengatasi masalah Anda. Jika tidak, beri tahu kami!” ungkap akun X @TeamYouTube.

    Sebagian besar laporan gangguan berasal dari wilayah Amerika Serikat. Data DownDetector menunjukkan gangguan terjadi di sejumlah kota besar, termasuk Seattle, San Francisco, Los Angeles, Phoenix, Chicago, New York, Washington, dan Detroit.

    Di Indonesia, DownDetector mencatat sebagian besar laporan gangguan terdapat di pulau Jawa, sedangkan sebagian sisanya terpusat di Sumatra Utara.

     

  • WIFI Menang Regional I Frekuensi 1,4 GHz, Ini Kinerjanya

    WIFI Menang Regional I Frekuensi 1,4 GHz, Ini Kinerjanya

    Bisnis.com, JAKARTA— PT Solusi Sinergi Digital Tbk. atau Surge (WIFI) melalui entitas anaknya, PT Telemedia Komunikasi Pratama menenangkan lelang frekuensi 1,4 Ghz untuk layanan akses nirkabel pita lebar atau broadband wireless access (BWA) Tahun 2025 yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). 

    Perusahaan memenangkan lelang untuk regional I yang meliputi Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. WIFI memenangkan lelang dengan penawaran tertinggi yakni Rp403,7 miliar. Mengalahkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang sebesar Rp399 miliar, dan Eka Mas yang sebesar Rp331 miliar.

    Adapun WIFI membukukan laba bersih sebesar Rp227,9 miliar hingga akhir Juni 2025. Berdasarkan laporan keuangannya, WIFI mencatatkan pendapatan sebesar Rp513,4 miliar hingga semester I/2025. 

    Pendapatan ini naik 66,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp309 miliar. Pendapatan ini diperoleh dari iklan sebesar Rp232,8 miliar, bandwidth sebesar Rp241,2 miliar, pendapatan sewa core sebesar Rp31,4 miliar, colocation sebesar Rp1,15 miliar, dan manage telco service senilai Rp7,5 miliar. Kemudian beban pokok pendapatan WIFI turun 6,59% secara tahunan. 

    Beban pokok pendapatan WIFI turun menjadi Rp121,1 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp129,6 miliar.

    Alhasil, laba bruto WIFI meningkat menjadi Rp392,3 miliar pada semester I/2025. Laba bruto ini naik 118,76% dari semester I/2024 yang sebesar Rp179,3 miliar. Raihan tersebut membuat laba bersih WIFI melesat hingga 153,62% menjadi Rp227,9 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp89,8 miliar secara tahunan.

    Adapun sampai akhir Juni 2025, WIFI mencetak total aset sebesar Rp5,25 triliun, meningkat dari akhir Desember 2024 yang sebesar Rp2,9 triliun. 

    Total liabilitas WIFI juga naik menjadi Rp3,05 triliun di akhir semester I/2025, dari sebelumnya sebesar Rp1,93 triliun pada akhir 2024. Sementara itu, total ekuitas WIFI juga naik menjadi Rp2,19 triliun pada semester I/2025, dari sebelumnya sebesar Rp969,3 miliar pada akhir 2024.

  • Indonet Perluas Jaringan Serat Optik Bawah Tanah, Perkuat Data Center di Jakarta

    Indonet Perluas Jaringan Serat Optik Bawah Tanah, Perkuat Data Center di Jakarta

    Bisnis.com, JAKARTA— PT Indointernet Tbk. (Indonet/EDGE), penyedia layanan infrastruktur digital terintegrasi, terus memperkuat langkahnya dalam mendukung transformasi digital nasional dengan memperluas jaringan serat optik di sekitar Jakarta.

    Perseroan memperoleh fasilitas kredit senilai Rp5,5 triliun dari PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), yang akan digunakan untuk mempercepat dua agenda strategis utama.

    Direktur Indonet Donauly Situmorang menjelaskan fasilitas kredit tersebut akan difokuskan untuk mendukung perluasan jaringan serat optik bawah tanah (underground fiber) di wilayah Jakarta dan sekitarnya, serta penyelesaian tahap akhir pembangunan data center EDGE2.

    “Fasilitas kredit ini akan digunakan untuk mendukung beberapa agenda strategis Indonet, termasuk perluasan jaringan serat optik bawah tanah [underground fiber] di wilayah Jakarta dan sekitarnya, serta penyelesaian tahap akhir pembangunan data center EDGE2,” kata Donauly kepada Bisnis pada Rabu (15/10/2025). 

    Menurut Donauly, kedua proyek tersebut memiliki peran penting dalam memperkuat fondasi infrastruktur digital nasional. Dia mengatakan melalui perluasan jaringan metro fiber, pihaknya memastikan konektivitas antar data center dan pelanggan korporasi semakin andal dan efisien. 

    Sementara itu, lanjut Donauly, EDGE2 akan menjawab permintaan kapasitas yang terus meningkat, terutama dari sektor Artificial Intelligence (AI), hyperscale, dan enterprise yang membutuhkan kapasitas besar dan konektivitas berlatensi rendah. 

    Dia menambahkan, langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Indonet dalam mendukung percepatan transformasi digital dan hilirisasi ekonomi digital di Indonesia.

    “Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Indonet dalam mendukung percepatan transformasi digital dan hilirisasi ekonomi digital di Indonesia,” kata Donauly.

    Adapun fasilitas kredit Rp5,5 triliun tersebut tidak hanya diberikan kepada Indonet, tetapi juga mencakup anak perusahaannya, PT Ekagrata Data Gemilang (EDGE DC), yang berfokus pada layanan pusat data. Sebelumnya, CEO EDGE DC Stephanus Oscar menyebutkan EDGE2 dirancang dengan kapasitas hingga 23 MW IT load untuk mendukung kebutuhan hyperscale maupun enterprise di Indonesia.

    “Dengan tambahan fasilitas baru ini, EDGE DC memperkuat posisi sebagai market leader untuk data center di pusat kota Jakarta. Komitmen kami jelas, yaitu menghadirkan infrastruktur yang aman, efisien, dan berkelanjutan untuk mendukung percepatan transformasi digital nasional,” ungkap Oscar.

  • Perusahaan RI Ngebet Adopsi Agen AI, Sayang Fondasi Belum Siap

    Perusahaan RI Ngebet Adopsi Agen AI, Sayang Fondasi Belum Siap

    Bisnis.com, JAKARTA — Cisco mengeluarkan laporan AI Readiness Index yang mengungkap ambisi perusahaan di Indonesia untuk mendekatkan agen kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaan sehari-hari karyawannya tahun depan tidak berjalan mulus akibat infrastruktur pendukung yang kurang siap.

    Cisco AI Readiness Index adalah studi global yang melibatkan 8.000 pemimpin IT senior yang bertanggung jawab atas strategi AI di organisasi, dengan lebih dari 500 karyawan di 26 industri. Salah satu negara yang menjadi obyek studi tersebut adalah Indonesia.

    Khusus di Indonesia, masalah utama dalam implementasi AI adalah kesiapan yang kurang matang di tengah ambisi besar.  

    Index ini menunjukkan bahwa 97% organisasi di Indonesia berencana menerapkan agen AI, dan hampir 45% mengharapkan agen AI tersebut akan bekerja berdampingan dengan karyawan di tahun depan. Namun bagi mayoritas perusahaan-perusahaan tersebut, agen AI tidak dapat diterapkan karena fondasi perusahaan yang lemah.

    Cisco menyebut sistem perusahaan nyaris tidak mampu menangani AI reaktif berbasis tugas, apalagi sistem AI nantinya berpikir, bertindak secara otonom, dan belajar terus-menerus. Fondasi infrastruktur jaringan diakui belum cukup matang. 

    “Sebanyak 29% responden mengatakan jaringan mereka tidak bisa ditingkatkan untuk mengatasi kompleksitas atau volume data, dan hanya 27% yang menyebutkan bahwa jaringan mereka fleksibel atau bisa beradaptasi,” kata Country Leader Interim Cisco Indonesia Sheldon Chen, Rabu (15/10/2025).

    Sheldon mengatakan meski demikian, kondisi tersebut tidak berlaku bagi Pacesetters, kelompok yang menjadikan AI sebagai bagian bisnis bukan sampingan. Pendekatan mereka yang disiplin dan sistematis  membantu membangun fondasi untuk adopsi AI.

    Sheldon mengatakan secara menyeluruh, perusahaan-perusahaan yang siap memanfaatkan AI, yaitu para Pacesetters, telah membuktikan hal ini. Mereka tiga kali lebih mungkin untuk membawa uji coba AI ke tahap produksi/implementasi penuh, dan 20% lebih mungkin untuk mendapatkan nilai yang terukur.

    “Ketika banyak organisasi berupaya menerapkan agen AI, kesuksesan mereka tergantung pada kesiapan, disiplin dan tindakan mereka,” kata Sheldon.

    Riset Cisco juga mengungkap hampir semua perusahaan dalam kategori Pacesetters ini (99%) di tingkat global sudah memiliki peta jalan AI yang jelas (vs 78% di Indonesia) dan 91% (vs 51% di Indonesia) memiliki rencana manajemen perubahan.

    Anggaran sesuai dengan tujuan, dengan 79% menjadikan AI sebagai prioritas investasi teratas (vs 37% di Indonesia) dan 96% dengan strategi pendanaan jangka pendek dan panjang (vs 69% di Indonesia).

    Mereka mendesain infrastruktur untuk era AI yang terus-menerus aktif. 71% dari Pacesetters di tingkat global mengatakan bahwa jaringan mereka yang sepenuhnya fleksibel dan bisa segera ditingkatkan untuk proyek AI apa pun (vs 27% di Indonesia), dan 77% berinvestasi di pusat data dengan kapasitas baru dalam 12 bulan mendatang (vs 55% di Indonesia)

    Di tingkat global, 62% memiliki proses inovasi yang matang dan bisa diulangi untuk menghasilkan dan meningkatkan kasus penggunaan AI (vs 19% secara keseluruhan di Indonesia), dan tiga perempat (77%) sudah merampungkan kasus penggunaan tersebut (vs 26% di Indonesia) 

    “Para Pacesetters mendapatkan hasil yang lebih luas dibandingkan rekan-rekannya karena pendekatan ini: di tingkat global, 90% melaporkan peningkatan dalam profitabilitas, produktivitas, dan inovasi, dibandingkan dengan 81% secara keseluruhan di Indonesia,” kata Sheldon.  

  • Telkom (TLKM) Kalah di 3 Regional dari WIFI dan DSSA

    Telkom (TLKM) Kalah di 3 Regional dari WIFI dan DSSA

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi satu-satunya peserta lelang yang tidak membawa frekuensi baru dari pita 1,4 GHz. Dari 3 Regional yang disediakan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pada lelang 1,4 GHz, Telemedia Komunikasi, usaha WIFI) unggul di regional I. Sementara Eka Mas, unggul di  regional II dan regional III.

    Regional I meliputi Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. WIFI memenangkan lelang dengan penawaran tertinggi yaitu Rp403,7 miliar. Mengalahkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang sebesar Rp399 miliar, dan Eka Mas yang sebesar Rp331 miliar.

    Regional II meliputi Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara. Eka Mas memenangkan regional tersebut dengan penawaran sebesar Rp300,8 miliar. Lebih tinggi dibandingkan dengan Telkom yang sebesar Rp259 miliar, dan Telemedia yang sebesar Rp136 miliar.

    Eka Mas juga memenangkan regional III dengan harga penawaran Rp100 miliar, lebih tinggi dari Telkom (Rp80 miliar) dan Telemedia (Rp64 miliar).

    Pada tahun pertama, para pemenang lelang harus membayar 3x dari harga penawaran. Setelah itu, 9 tahun ke depan, perusahaan akan membayar sesuai dengan nilai penawaran. 

    Sebelumnya, VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko mengatakan, TelkomGroup senantiasa mematuhi seluruh ketentuan yang berlaku dalam proses lelang dan telah menyiapkan berbagai hal sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

    “Pada prinsipnya, Telkom senantiasa mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah serta melakukan kajian secara menyeluruh untuk memastikan setiap langkah yang diambil sejalan dengan strategi perusahaan dalam memperkuat layanan digital dan memberikan nilai terbaik bagi masyarakat,” kata Andri kepada Bisnis, Minggu (5/10/2025).

    Sekadar informasi, fokus utama Telkom Indonesia di bidang digital pada  2025 meliputi transformasi dan penguatan portofolio bisnis teknologi, adopsi kecerdasan buatan (AI), pengembangan layanan cloud, serta digitalisasi ekosistem B2B dan B2C.

    Secara ringkas, Telkom berupaya memaksimalkan seluruh bisnis mulai dari layanan konsumer melalui Telkomsel hingga layanan korporasi seperti jaringan fiber, kabel bawah laut, hingga satelit.