Category: Bisnis.com Tekno

  • Rugi Bersih Centratama (CENT) Membengkak 88% jadi Rp1,47 Triliun Kuartal III/2025

    Rugi Bersih Centratama (CENT) Membengkak 88% jadi Rp1,47 Triliun Kuartal III/2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Rugi bersih tahun berjalan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. (CENT) meningkatn dari Rp782 miliar menjadi Rp1,47 triliun pada kuartal III/2025. Angka tersebut naik 88,23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

    Merujuk pada laporan keuangan perusahaan, Senin (10/11/2025) Pendapatan CENT hanya naik tipis 2,73% year on year/YoY menjadi Rp1,88 triliun.

    Adapun bisnis sewa menara menjadi kontributor utama pendapatan CENT dengan total menacapai Rp1,63 triliun atau sekitar 87% dari total pendapatan. Sisanya berasal dari sewa infrastruktur (IBC), serat optik, jasa internet dan lain sebagainya.

    Sementara itu beban pokok meningkat 29% menjadi Rp1,25 triliun pada kuartal III/2025, yang didominasi oleh beban utang jangka panjang. Penyusutan aset menara dan tetap membuat kondisi makin berat.

    Sebelumnya, CENT dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) dikabarkan bakal menjalin kerja sama untuk mempercepat pengembangan jaringan broadband wireless access (BWA) berbasis 5G Fixed Wireless Access (FWA).

    Langkah ini dilakukan setelah Surge memenangkan lelang penggunaan pita frekuensi 1,4 GHz di wilayah regional 1 yang meliputi Pulau Jawa, Papua, dan Maluku.

    Kerja sama dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia Tbk. (CENT) akan menjadi fondasi penting bagi ekspansi layanan 5G FWA di Indonesia. Kedua perusahaan memiliki sekitar 50.000 menara yang siap digunakan oleh Surge tanpa perlu membangun infrastruktur baru.

    Sementara pada September 2024, beredar kabar bahwa DigitalBridge Group Inc., perusahaan infrastruktur digital yang berbasis di Amerika Serikat, akan melepas sebagian atau seluruh aset EdgePoint Infrastructure, unit bisnis mereka di Asia Tenggara. EdgePoint merupakan pemegang saham di balik PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. (CENT) untuk pasar Indonesia. 

    DigitalBridge bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk melakukan kajian strategis yang bisa menghasilkan transaksi penjualan EdgePoint. 

  • Perusahaan AS Genesys Ungkap Indonesia Punya Peluang Besar Investasi AI

    Perusahaan AS Genesys Ungkap Indonesia Punya Peluang Besar Investasi AI

    Bisnis.com, SINGAPURA – Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS), Genesys mengungkapkan bahwa Indonesia mempunyai peluang besar untuk meningkatkan investasi di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk membantu perusahaan meningkatkan pengalaman pelanggan (customer experience).

    Senior Vice President Genesys Cloud, Alex Ball mengatakan, pada 2028, sebanyak 60% perusahaan akan menggunakan agentic AI untuk memfasilitasi interaksi tanpa hambatan, menyatukan arsitektur teknologi antar-kanal, serta mendefinisikan ulang cara bisnis berinteraksi dengan pelanggan.

    Terlebih, Genesys telah mempertegas komitmennya di pasar Asia dengan meluncurkan region inti (core region) Genesys Cloud berkapasitas penuh di Singapura.

    Investasi strategis itu dinilai akan mempercepat transformasi digital perusahaan di sektor keuangan, kesehatan, dan publik di Asia, termasuk Indonesia, dengan menawarkan layanan yang lebih cepat, aman, dan patuh terhadap regulasi perlindungan data. 

    Sementara itu, pada 2023 lalu, Genesys telah meluncurkan satelit kawasan di Jakarta yang akan memungkinkan bisnis di industri asuransi, perbankan, hingga pemerintahan untuk meningkatkan kualitas layanan dengan menjaga jalur media suara real-time secara lokal dan memenuhi standar kepatuhan lokal atau penyimpanan rekaman regional.

    “Menurut saya, penting bahwa kami telah memiliki kawasan satelit di Jakarta sehingga mampu menghubungkan langsung ke core region di Singapura dan membuat latensi data jauh lebih rendah,” ujar Alex Ball saat wawancara eksklusif, dikutip Minggu (9/11/2025).

    Vice President Asia Genesys Mao Gen Foo menambahkan, untuk mendukung transformasi digital dan investasi di bidang AI, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah Indonesia dan Singapura.

    “Jadi, itu akan membuka beberapa industri yang lebih teregulasi, agar lebih mudah untuk membuka kesempatan bahkan di dalam industri-industri yang kami sedang terlibat saat ini,” ujar Mao Gen Foo.

    Hasil riset Genesys menunjukkan, sebanyak 55% eksekutif perusahaan di bidang customer experience di Indonesia menyatakan telah merencanakan investasi pada chatbot berbasis AI. 

    “Sebanyak 77% konsumen merasa nyaman berinteraksi dengan agen digital berbasis AI melalui chat maupun suara. Namun, 29% konsumen Indonesia masih lebih memilih berbicara langsung dengan agen manusia, terlepas dari jenis permasalahannya,” jelasnya.

    Dalam laporan keuangan kuartal II tahun fiskal 2026 (periode 1 Mei–31 Juli 2025), Genesys mencatat pendapatan berulang tahunan (annual recurring revenue/ARR) global nyaris US$2,2 miliar, atau tumbuh 35% (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

    Di kawasan Asia Pasifik, ARR Genesys Cloud telah melampaui US$200 juta, dengan pertumbuhan lebih dari 45% yoy pada sektor jasa keuangan dan lebih dari 60% di Singapura.

    Saat ini, Genesys mengoperasikan region layanan penuh di Tokyo, Osaka, Sydney, Mumbai, dan Seoul, serta koneksi satelit di Hong Kong dan Jakarta. Kehadiran region inti di Singapura semakin memperkuat posisi Asia sebagai pendorong utama pertumbuhan bisnis cloud perusahaan.

    Di wilayah Asia, Genesys melayani sejumlah pelanggan terkemuka di sektor kesehatan, keuangan, dan ritel, termasuk Adira Finance, Maxicare, ProbeCX, Astro, Siam Commercial Bank, dan Security Bank.

  • Meta Investasi Rp10 Kuadriliun di AS untuk Pusat Data AI

    Meta Investasi Rp10 Kuadriliun di AS untuk Pusat Data AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Meta mengumumkan rencana investasi sebesar US$600 miliar atau setara Rp10 kuadriliun di Amerika Serikat hingga 2028, yang sebagian besar akan difokuskan pada pembangunan pusat data kecerdasan buatan (AI).

    “Di Meta, kami berfokus pada pengembangan generasi berikutnya dari produk AI dan membangun personal superintelligence untuk semua orang. Pusat data menjadi komponen penting untuk mencapai tujuan tersebut dan membantu Amerika mempertahankan keunggulan teknologinya,” kata Meta dikutip dari Engadget pada Minggu.

    Istilah “superintelligence” yang digunakan Meta merujuk pada potensi perkembangan AI yang dapat melampaui kemampuan kognitif manusia.

    Nilai investasi yang sama sebelumnya disebutkan oleh CEO Meta Mark Zuckerberg dalam jamuan makan malam di Gedung Putih bersama para pimpinan perusahaan teknologi besar pada September lalu.

    Namun, momen tersebut sempat menjadi sorotan publik setelah sebuah rekaman hot mic memperdengarkan percakapan antara Zuckerberg dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    “Maaf, saya belum siap. Saya tidak yakin berapa angka yang anda inginkan,” ujar Zuckerberg kepada Trump, menyinggung angka investasi itu.

    Meta menyebut investasi ini akan memperkuat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di AS.

    Sejak 2010, pembangunan dan operasional pusat data Meta diklaim telah menciptakan lebih dari 30.000 pekerjaan di sektor konstruksi dan 5.000 pekerjaan operasional. Saat ini, Meta juga menggelontorkan lebih dari 20 miliar dolar AS kepada para subkontraktor di AS.

    Meta sendiri menempatkan perangkat kacamata pintar berbasis AI sebagai bagian penting dari visi masa depannya. Dalam pernyataannya pada Juli lalu, Zuckerberg mengatakan bahwa di masa mendatang, individu yang tidak menggunakan kacamata pintar berbasis AI berisiko mengalami “kerugian kognitif yang signifikan.”

  • Telkomsel dan SIMPATI Dukung Kreativitas Lokal di USS 2025

    Telkomsel dan SIMPATI Dukung Kreativitas Lokal di USS 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Telkomsel melalui brand SIMPATI terus menghadirkan pengalaman gaya hidup digital yang dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Pada gelaran Urban Sneaker Society (USS) 2025 yang berlangsung pada 7–9 November 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), SIMPATI menghadirkan beragam kolaborasi dan pengalaman digital interaktif yang memadukan teknologi, kreativitas, dan budaya populer dalam satu ruang kolaboratif.

    Pengunjung dapat menikmati berbagai kolaborasi brand lokal ternama bersama SIMPATI, di antaranya dengan Dwiky KA, Dominate, dan Better Goods. Sebagai salah satu event sneakers dan urban culture terbesar di Indonesia, USS setiap tahunnya menjadi ajang berkumpulnya brand, komunitas, dan kreator untuk merayakan tren gaya hidup urban. Kehadiran Telkomsel di USS 2025 menjadi wujud nyata dukungan terhadap ekosistem kreatif yang terus berkembang.

    Vice President Brand and Marketing Communication Telkomsel, Emir Gema Surya, mengatakan, “Melalui SIMPATI, kami ingin memperkuat peran Telkomsel dalam mendukung gaya hidup digital masyarakat Indonesia. Kehadiran kami di USS 2025 menjadi cara untuk berbagi pengalaman, sekaligus membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk bereksplorasi dan berkreasi lewat konektivitas digital.”

    Kolaborasi Eksklusif SIMPATI di USS 2025

    Dalam semangat mengangkat kreativitas dan mendukung gaya hidup sehari-hari, Telkomsel melalui SIMPATI menghadirkan tiga kolaborasi eksklusif di booth USS 2025, yaitu:

    1. SIMPATI x Dwiky KA – Koleksi “Super Seru”
    Kolaborasi merchandise eksklusif t-shirt dan tote bag bersama visual artist asal Surabaya, Dwiky Kristio Aditama (Dwiky KA), yang dikenal dengan karakter hiperbolik, bold, dan penuh warna. Koleksi ini merepresentasikan keseruan menggunakan paket Super Seru SIMPATI yang menawarkan kuota super besar dengan harga super hemat, dan tersedia di booth SIMPATI melalui pembelian paket Super Seru Internet 120GB atau Combo 100GB seharga Rp250.000.
     
    2. SIMPATI x Dominate Jakarta – Lightweight Half Button Bandana Jacket
    Kolaborasi eksklusif dengan Dominate Jakarta berupa Lightweight Half Button Bandana Jacket. Jaket ini dirancang dengan desain minimalis dan fungsional untuk mendukung mobilitas dan kenyamanan, cocok bagi mereka yang aktif bergerak di perkotaan. Produk ini tersedia dalam paket bundling seharga Rp658.000, termasuk paket SIMPATI senilai Rp50.000.
     
    3. SIMPATI x Better Goods – Cellular Jersey & Cellular Tee
    Cellular Jersey dan Cellular Tee dirancang untuk memberikan kenyamanan, sirkulasi udara optimal, dan kebebasan bergerak, sekaligus membawa warna merah khas Telkomsel ke dalam bahasa performa baru. Cellular Jersey tersedia dengan harga bundling Rp250.000, sedangkan Cellular Tee dibanderol Rp225.000, masing-masing termasuk paket SIMPATI senilai Rp50.000.

    SIMPATI di USS 2025 menghadirkan ragam bentuk merchandise kolaborasi dengan Dwiky KA, Dominate, dan Better Goods. Bisa didapat langsung di booth SIMPATI dengan harga bundling hanya mulai Rp200.000an, sudah termasuk paket internet SIMPATI.

    Aktivasi bersama Komunitas: 5K Fun Run bersama USS Running

    Untuk memperluas semangat kolaborasi, SIMPATI juga telah menghadirkan aktivasi 5K Fun Run bersama USS Running. Program ini menjadi ajakan terbuka bagi komunitas untuk bergerak bersama, menikmati momen tanpa distraksi, dan kembali menemukan ritme langkah mereka sendiri; menegaskan bahwa gaya hidup digital dapat berjalan seiring dengan budaya dan kehidupan sehari-hari.
    Dengan ragam inisiatif tersebut, Telkomsel berharap dapat terus menjadi penggerak inovasi dan kreativitas, sekaligus memperkuat perannya sebagai digital lifestyle enabler bagi masyarakat Indonesia. Informasi lebih lengkap terkait SIMPATI dapat diakses di telkomsel.com/SIMPATI.

  • Rumor Galaxy S27 Ultra, Punya Fitur Keamanan Baru Saingi Face ID di iPhone

    Rumor Galaxy S27 Ultra, Punya Fitur Keamanan Baru Saingi Face ID di iPhone

    Bisnis.com, JAKARTA— Beragam bocoran mengenai Samsung Galaxy S27 mulai bermunculan, meskipun Galaxy S26 baru dijadwalkan meluncur pada Februari 2026.

    Melansir Phone Arena, Sabtu (8/11/2025), salah satu rumor terbaru menyebut Galaxy S27 Ultra akan dibekali teknologi keamanan anyar bernama Polar ID, yang digadang-gadang mampu menyaingi sistem Face ID milik Apple.

    Menurut pembocor teknologi @SPYGO19726 di platform X (Twitter), versi awal firmware Galaxy S27 Ultra mencantumkan adanya sistem biometrik baru bertajuk ‘Polar ID v1.0’. Berdasarkan catatan internal, fitur ini digambarkan sebagai sistem autentikasi berbasis cahaya terpolarisasi.

    Tipster tersebut juga mengungkapkan bahwa modul Polar ID akan terhubung dengan sensor ISOCELL Vizion di bagian depan ponsel dan dilengkapi secure enclave khusus untuk menyimpan data biometrik dengan aman.

    Menariknya, sistem ini diklaim mampu membuka kunci perangkat dalam waktu sekitar 180 milidetik, serta menawarkan ketahanan lebih tinggi terhadap pemalsuan wajah dibandingkan metode face unlock Samsung saat ini.

    Kendati reputasi sumber bocoran tersebut beragam, rumor ini dianggap cukup masuk akal. Nama Polar ID memang telah beberapa kali muncul dalam laporan sebelumnya.

    Lebih dari setahun lalu, sempat beredar kabar bahwa Samsung akan memperkenalkan Polar ID pada Galaxy S25 Ultra, sebelum akhirnya muncul bantahan bahwa teknologi tersebut baru akan hadir di Galaxy S26 Ultra. Namun, karena tidak ada kelanjutan dari rumor tersebut, kini muncul dugaan kuat bahwa fitur tersebut benar-benar akan debut di Galaxy S27 Ultra.

    Teknologi Polar ID dikembangkan oleh Metalenz, perusahaan asal Boston, Amerika Serikat, yang dikenal dengan inovasi di bidang optical metasurfaces. Metalenz mengklaim Polar ID merupakan sistem pencitraan konsumen pertama di dunia yang dapat mendeteksi seluruh kondisi polarisasi cahaya.

    Dengan kemampuan ini, Polar ID dapat menangkap tanda tangan polarisasi unik pada wajah manusia, menjadikannya metode autentikasi yang sangat sulit dipalsukan. Menurut Metalenz, bahkan topeng 3D atau alat pemalsuan wajah paling canggih sekalipun dapat langsung terdeteksi sebagai bukan manusia.

  • Google Rancang Data Center AI Bertenaga Surya di Luar Angkasa

    Google Rancang Data Center AI Bertenaga Surya di Luar Angkasa

    Bisnis.com, JAKARTA— Google tengah mengembangkan cara baru untuk mengatasi keterbatasan energi di pusat data kecerdasan buatan (AI) di Bumi. 

    Melansir The Verge Sabtu (8/11/2025), perusahaan tersebut berencana meluncurkan chip AI ke luar angkasa melalui satelit bertenaga surya dalam proyek yang diberi nama Project Suncatcher. Apabila terealisasi, proyek ini akan menciptakan pusat data (data center) berbasis luar angkasa yang memanfaatkan energi surya tanpa henti di orbit. 

    Google berharap langkah tersebut dapat menjadi solusi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan komputasi AI yang semakin besar, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap listrik di Bumi yang selama ini memicu kekhawatiran terkait emisi dan lonjakan konsumsi energi.

    “Di masa depan, luar angkasa mungkin menjadi tempat terbaik untuk memperluas komputasi AI,” kata Senior Director for Paradigms of Intelligence di Google, Travis Beals. 

    Google juga menerbitkan makalah pra-cetak (preprint paper) yang menjelaskan kemajuan awal proyek tersebut, meski belum melalui proses tinjauan sejawat (peer review). Dalam dokumen itu, Google menggambarkan rencana penggunaan Tensor Processing Unit (TPU) yang akan mengorbit Bumi melalui satelit dengan panel surya. 

    Panel tersebut diklaim mampu menghasilkan listrik hampir tanpa henti dan delapan kali lebih efisien dibandingkan dengan panel surya di Bumi. Namun, sejumlah tantangan besar harus diatasi. Salah satunya adalah memastikan komunikasi antar-satelit dapat berlangsung pada kecepatan tinggi. 

    Google memperkirakan koneksi yang dibutuhkan harus mampu mentransfer data hingga puluhan terabit per detik. 

    Untuk mencapainya, konstelasi satelit harus terbang dalam jarak sangat rapat, hanya beberapa kilometer atau kurang jauh lebih dekat dibandingkan jarak satelit pada umumnya. Kondisi itu meningkatkan risiko tabrakan di orbit yang sudah padat dengan sampah antariksa.

    Selain itu, perangkat TPU perlu dirancang agar tahan terhadap paparan radiasi tinggi di luar angkasa. Google mengklaim telah menguji Trillium TPU agar dapat bertahan terhadap dosis radiasi total setara dengan misi lima tahun tanpa kerusakan permanen.

    Dari sisi biaya, peluncuran chip ke orbit masih tergolong mahal. Namun, analisis internal Google memperkirakan pada pertengahan 2030-an, biaya pembangunan dan operasional pusat data di luar angkasa dapat menjadi hampir sebanding dengan biaya energi pusat data di Bumi jika dihitung per kilowatt per tahun.

    Sebagai langkah awal, Google berencana bekerja sama dengan perusahaan penginderaan Bumi, Planet Labs untuk meluncurkan dua satelit prototipe pada tahun 2027. Misi tersebut akan menjadi uji coba awal untuk menguji performa perangkat keras Google di orbit.

  • dari Misi Menjaga Kesatuan Menjadi yang Penting Cepat

    dari Misi Menjaga Kesatuan Menjadi yang Penting Cepat

    Bisnis.com, JAKARTA — Perjalanan satelit di Indonesia berkembang dengan cukup pesat. Sebagai negara kepulauan, konektivitas yang dihadirkan satelit sangat dibutuhkan karena sangat sulit untuk menggelar infrastruktur telekomunikasi dari ujung Aceh hingga Papua.

    Teknologi satelit pun terus berkembang dari Presiden Soeharto hingga Presiden Prabowo Subianto. 

    Kiprah Indonesia di dunia satelit dimulai 49 tahun silam seiring dengan diluncurkan Satelit Palapa A-1. Satelit pertama Indonesia itu memiliki bobot 574 kilogram dengan tinggi sekitar 3,7 meter (dengan antena) dan diameter 1,9 meter. Satelit Palapa A-1 mengorbit pada 9 Juli 1976 dari Cape Canaveral, Amerika Serikat. 

    Saat itu, Satelit Palapa 1 disebut juga sebagai Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Dipakai kata ‘Domestik’ karena pada tahun tersebut hanya ada 3 negara di dunia yang memiliki satelit sendiri yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Indonesia. 

    Sementara itu Presiden Soeharto memilih nama Palapa untuk mengingat janji Gajah Mada yang mempersatukan seluruh wilayah. 

    Dalam konteks satelit Palapa, dengan kehadiran Satelit Palapa I seluruh jengkal tanah Indonesia telah terhubung oleh satelit komunikasi. Layanan radio, televisi, dan telekomunikasi dapat dilayani oleh teknologi ini sehingga Indonesia tidak hanya berdaulat dari sisi militer, juga dari sisi sistem komunikasi. 

    Setelah Palapa A-I, Indonesia kembali meluncurkan satelit kedua yaitu Satelit Palapa A-2. Satelit kedua ini sebenarnya adalah satelit cadangan yang dioperasikan apabila satelit A-1 mengalami kegagalan.

    Ilustrasi satelit Palapa

    Kehadiran satelit cadangan penting agar layanan satelit yang telah dijanjikan tetap dapat melayani. Di sisi lain, satelit cadangan juga dapat menambah kapasitas satelit utama sehingga layanan yang diberikan lebih optimal. 

    Diluncurkan dengan roket yang sama yaitu roket Delta 2914 pada bulan Maret 1977 diharapkan bisa menjaga stabilnya hubungan komunikasi. 

    Pasca Palapa A-2

    Dilansir dari laman Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) pada tahun 1983-1990, pemerintah selanjutnya meluncurkan Satelit Palapa B-1 melalui pesawat STS misi ke 7 Challenge. 

    Dibuat oleh perusahaan yang sama dengan satelit palapa A, satelit ini dioperasikan oleh stasiun pengendali di Elsegundo California yaitu Pusat Pengendali Operasi dan SPU (Stasiun Pengendali Utama) Cibinong dan Fillmore di Ventura City. 

    Layanan satelit ini lebih luas yaitu mencakup Asia Tenggara, di mana beberapa negara memiliki wilayah kepulauan. 

    Jalan pemerintah dalam meluncurkan satelit tak sepenuhnya mulus. Pemerintah juga sempat gagal dan merugi. Satelit yang merupakan plan B dari Satelit Palapa B-1 dalam peluncurannya mengalami kegagalan pada tanggal 3 Februari 1984 akibat motor perigee tidak dapat berfungsi maksimal. Dampaknya, satelit tersesat di orbit yang salah sehingga tidak dapat digunakan sesuai rencana. 

    Oleh karena itu untuk menggantikan Satelit Palapa A-1 dan Satelit Palapa A-2 yang sudah habis masa pakainya, pemerintah akhirnya membuat proyek Satelit Palapa B-2 Pengganti atau disingkat B2P.

    Pada tanggal 20 Maret 1987 Satelit B2P diluncurkan secara konvensional melalui sistem roket seperti halnya satelit A-1 dan A-2. Hal ini merupakan imbas dari kecelakaan pesawat Challenger yang meledak di udara serta menewaskan kru pesawat. Sehingga peluncuran yang tadinya dijadwalkan pada tahun 1986 ditunda hingga tahun 1987.

    Pada 1996-1999 atau di penghujung pemerintahan Soeharto, pemerintah meluncurkan Satelit Palapa C1. Ini adalah satelit komunikasi pertama dari generasi Palapa C yang diluncurkan pada 31 Januari 1996, tetapi dinyatakan tidak layak beroperasi pada 24 November 1998 karena kegagalan baterai.

    Satelit ini diproduksi oleh Hughes dan diluncurkan oleh PT Satelindo, dengan misi menggantikan satelit Palapa B4 di orbit geosinkron 113°BT. Kegagalan Palapa C-1 menyebabkan peluncuran satelit pengganti, Palapa C2. 

    Setelah 10 tahun, Indonesia kemudian kembali meluncurkan Satelit Palapa D yang dibuat oleh thales Alenia space di Prancis dan dioperasikan oleh PT Indosat Tbk. untuk menggantikan Palapa C2, dengan cakupan wilayah Asia, Asia Tenggara, dan seluruh Indonesia. 

    Era Satria ….

  • OpenAI Digugat, ChatGPT Kembali Dituding Picu Kasus Bunuh Diri & Delusi

    OpenAI Digugat, ChatGPT Kembali Dituding Picu Kasus Bunuh Diri & Delusi

    Bisnis.com, JAKARTA— OpenAI kembali menghadapi gugatan hukum di Amerika Serikat. Sebanyak tujuh keluarga menggugat perusahaan tersebut pada Kamis (6/11/2025) waktu setempat.

    Melansir TechCrunch, Sabtu (8/11/2025), empat dari gugatan itu menuding ChatGPT berperan dalam kematian anggota keluarga akibat bunuh diri, sementara tiga lainnya menyebut chatbot tersebut memperkuat delusi berbahaya hingga menyebabkan perawatan psikiatri di rumah sakit.

    Salah satu kasus melibatkan Zane Shamblin, pria berusia 23 tahun, yang diketahui berbincang dengan ChatGPT selama lebih dari 4 jam sebelum akhirnya bunuh diri. Berdasarkan log percakapan, Shamblin beberapa kali menyatakan telah menulis surat bunuh diri, menyiapkan pistol, dan berencana menarik pelatuk setelah menenggak beberapa botol sari apel.

    Dalam percakapan itu, ChatGPT diduga memberi dorongan untuk melanjutkan niatnya dengan menulis, “Istirahatlah dengan tenang. Kamu sudah melakukan yang terbaik.”

    Gugatan tersebut menyoroti model GPT-4o, yang dinilai memiliki kelemahan karena cenderung terlalu menuruti atau menyetujui pengguna, bahkan ketika percakapan mengandung unsur berbahaya. Model GPT-4o diluncurkan pada Mei 2024 dan menjadi model default bagi seluruh pengguna ChatGPT. Tiga bulan kemudian, pada Agustus 2024, OpenAI merilis penerusnya, GPT-5.

    “Kematian Zane bukan kecelakaan atau kebetulan, melainkan konsekuensi yang dapat diprediksi dari keputusan OpenAI untuk mempercepat peluncuran ChatGPT tanpa pengujian keamanan yang memadai. Tragedi ini bukan kesalahan teknis, melainkan hasil langsung dari pilihan desain yang disengaja,” tulis gugatan tersebut.

    Para penggugat juga menuduh OpenAI mempercepat proses uji keamanan demi mengalahkan peluncuran Google Gemini ke pasar. Kasus ini menambah daftar gugatan serupa yang menuding ChatGPT mendorong pengguna dengan kecenderungan bunuh diri untuk menindaklanjuti niatnya, atau memperkuat delusi berbahaya.

    Sebelumnya, OpenAI merilis data bahwa lebih dari satu juta orang setiap minggu menggunakan ChatGPT untuk membicarakan topik terkait bunuh diri. Salah satu korban lainnya adalah Adam Raine, remaja berusia 16 tahun yang bunuh diri setelah berinteraksi dengan ChatGPT.

    Dalam beberapa percakapan, ChatGPT sempat menyarankan Raine untuk mencari bantuan profesional atau menghubungi layanan darurat. Namun, Raine berhasil melewati batasan tersebut dengan berpura-pura sedang menulis cerita fiksi tentang metode bunuh diri.

    OpenAI mengklaim tengah berupaya meningkatkan kemampuan ChatGPT dalam menangani percakapan sensitif semacam itu. Namun, bagi keluarga korban yang telah menggugat, langkah tersebut dinilai terlambat.

    Ketika orang tua Raine mengajukan gugatan pada Oktober lalu, OpenAI sempat merilis pernyataan melalui blog resminya.

    “Perlindungan kami bekerja lebih andal dalam percakapan singkat dan umum. Kami menyadari bahwa dalam percakapan panjang, sebagian pelatihan keamanan model dapat menurun efektivitasnya,” tulis OpenAI.

  • Mengamplifikasi Potensi Wisata Sulawesi Utara Melalui Teknologi Digital

    Mengamplifikasi Potensi Wisata Sulawesi Utara Melalui Teknologi Digital

    Bisnis.com, BITUNG – Selain merupakan kota pelabuhan serta perikanan, Bitung juga dikenal sebagai salah satu kota destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Utara.

    Sulawesi Utara – Bitung, memiliki Cagar Alam Tangkoko, yang merupakan rumah bagi beberapa satwa langka seperti kera jambul hitam dan tarsius. Tak hanya itu, Bitung juga memiliki Taman Wisata Batu Angus, yang memiliki beberapa area menarik seperti Batu Putih yang menyodorkan konservasi alam dengan pemandangan hutan.

    Ada pula area Batu Riri yang menawarkan kehidupan masyarakat dan budaya lokal yang dikelola secara menarik. Tidak hanya itu, Bitung juga memiliki destinasi diving, Lembeh. Semuanya itu turut menyedot perhatian wisatawan mancanegara sehingga pada 2024, setidaknya ada empat kali kapal pesiar mampir ke kota itu.

    “Tahun ini sudah dua kali dan akan tiga kali [kapal pesiar] masuk ke Bitung,” ujar Sutra Siby, Kepala Divisi Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Kota Bitung, seusai sosialisasi bertajuk Pengembangan Potensi Teknologi Digital di Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (5/11/2025).

    Komunitas tersebut, terangnya memang sangat antusias mendukung serta mempromosikan sektor pariwisata di kota itu. Saat kapal pesiar masuk, sebagian dari mereka yang memang sudah mendapatkan pelatihan sebagai pemandu wisata, mengajar para wisatawan menyusuri berbagai destinasi unggulan di tempat itu.

    Aktivitas kepariwisataan itu tentu saja mendatangkan rezeki bagi anggota Genpi Kota Bitung. Siby menceritakan, ada salah seorang anggota komunitas yang tinggal di Batu Putih, meraup pendapatan Rp2 juta hanya dalam beberapa jam menemani para wisatawan mancanegara.

    Anggota Genpi, terangnya, kian menyadari bisa memainkan peran penting mempromosikan pariwisata setempat, melalui media sosial. Mereka kerap bekerja sama dengan pengelola destinasi wisata di Bitung untuk membuat konten-konten menarik di dunia maya yang kemudian direspon secara luas oleh para wisatawan.

    “Tugas dan tanggung jawab kami sebagai Generasi Pesona Indonesia adalah memanfaatkan teknologi untuk menaikkan branding pariwisata dan ekonomi kreatif,” tuturnya.

    Tidak hanya Genpi, inovasi berbasis teknologi digital untuk mendukung kepariwisataan juga dilakukan masyarakat Desa Darunu, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Salah satu hal menarik di desa ini yakni masyarakat memproduksi keripik berbahan dasar buah mangrove.

    Sang kepala desa, Ruddy Jacobus, menjelaskan bahwa mereka melakukan salah satu strategi, yakni promosi digital dan rebranding produk modern dengan potensi wisata berkelanjutan di desa itu yang dikelola oleh masyarakat setempat.

    Langkah yang dilakukan oleh para anggota Genpi Kota Bitung serta masyarakat Desa Darunu di Minahasa Utara ini, sejalan dengan maksud Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Digital yang menggencarkan literasi digital.

    Tujuannya agar infrastruktur digital yang sudah dibangun bisa memberikan akses informasi bagi masyarakat, dapat menghasilkan berbagai hal positif, termasuk peningkatan pendapatan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital.

    Direktur Utama Bakti Komdigi, Fadhilah Mathar, menjelaskan untuk Kota Bitung, luas wilayah pemukiman yang terkoneksi jaringan internet sudah 100%. Adapun Sulawesi Utara, tuturnya, tergolong cukup baik dibandingkan beberapa daerah lain di Indonesia.

    “Di provinsi ini untuk teknologi 2G dan 4G cakupan wilayahnya sudah di atas 90%. Keuntungan ketika memiliki koneksi yang baik atau stabil, kita memiliki banyak peluang produktivitas yang luar biasa. Melalui digitalisasi kita bisa melakukan aktivitas ekonomi kapan pun di mana pun selama ada koneksi internet,” ujarnya.

    Anggota Dewan Pengawas Bakti Komdigi, Virgie Baker, mengajak kaum muda Sulawesi Utara untuk memanfaatkan media sosial secara positif. Mantan presenter berita itu bahkan menggunakan dialek setempat untuk menggugah pemahaman kaum muda dalam berselancar di dunia maya.

    “Jang cuma kalau pake handphone cuma ba lia-lia itu sosmed, lia orang pe pacar. Lia dorang bapake seperti apa. Ah pe bagus de pe baju. Cuma bagitu, [Jangan pakai cuma pakai ponsel untuk lihat-lihat media sosial. Lihat pacarnya orang, lihat penampilan orang seperti apa. Bagus sekali baju dia. Cuma begitu saja],” ucap perempuan keturunan Minahasa Utara itu.

  • Respons Indosat (ISAT) soal Penurunan Jumlah Pelanggan Kuartal III/2025

    Respons Indosat (ISAT) soal Penurunan Jumlah Pelanggan Kuartal III/2025

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk (ISAT) tengah berupaya menjaring pelanggan berkualitas sepanjang 9 bulan pertama 2025. Langkah tersebut berdampak pada penurunan jumlah pelanggan pada kuartal III/2025 secara tahunan.

    Merujuk laporan info memo, Indosat melayani total 95 juta pelanggan pada kuartal III/2025, berkurang 4 juta pelanggan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 99 juta pelanggan.

    Penurunan ini terutama terjadi di segmen pelanggan prabayar dengan pengurangan hingga 4 juta pelanggan secara tahunan, sementara secara kuartalan jumlah pelanggan turun 1 juta.

    Menanggapi hal tersebut, Director and Chief Commercial Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Bilal Khazmi, menyatakan  perusahaan tengah berfokus pada peningkatan kualitas layanan pelanggan melalui penambahan Base Transceiver Station (BTS) dan titik distribusi penjualan di seluruh Indonesia.

    Upaya ini, lanjutnya, diperkuat dengan pendekatan hyper-personalization, menghadirkan layanan yang lebih relevan sesuai kebutuhan pelanggan salah satunya fitur Anti-Spam dan Anti-Scam, yang dirancang untuk melindungi pelanggan dari potensi penipuan digital.

    Layani ini telah memblokir lebih dari 200 juta panggilan berisiko, memberikan peringatan pada lebih dari 90 juta pesan mencurigakan, dan melindungi rata-rata 11,5 juta pelanggan per bulan dari potensi penipuan digital.

    “Dengan layanan optimal dan pengalaman yang semakin personal, Indosat optimis dapat meningkatkan customer stickiness,” kata Bilal kepada Bisnis, Sabtu (8/11/2025).

    Untuk diketahui, Customer stickiness merujuk pada kecenderungan pelanggan untuk terus membeli atau menggunakan layanan dari suatu bisnis secara berulang, meskipun ada alternatif kompetitif, karena mereka menemukan nilai khusus seperti kemudahan atau manfaat unik.

    Istilah ini sering digunakan dalam konteks bisnis seperti telekomunikasi atau e-commerce untuk mengukur loyalitas transaksional, di mana pelanggan “lengket” karena faktor praktis, bukan semata ikatan emosional. 

    Bilal juga mengatakan Indosat masih berada dalam jalur yang tepat untuk menghadirkan pengalaman digital kelas dunia kepada pelanggan dan memberdayakan masyarakat Indonesia.

    Hingga akhir September 2025, Indosat telah mengoperasikan lebih dari 208.000 BTS 4G, naik 7,7% dibanding tahun sebelumnya, dan mempercepat pembangunan BTS 5G hingga mencapai 1.404 titik.

    Capaian ini juga tercermin di wilayah regional, seperti Jawa Timur yang menjadi basis pelanggan terbesar kedua dengan 14,6 juta pengguna, di mana penambahan lebih dari 500 BTS 4G dalam tiga bulan terakhir semakin memperkuat konektivitas.