Category: Bisnis.com Tekno

  • Deretan Calon Pembeli TikTok di AS, dari Youtuber hingga Mantan Menteri

    Deretan Calon Pembeli TikTok di AS, dari Youtuber hingga Mantan Menteri

    Bisnis.com, JAKARTA – Penangguhan hukuman untuk TikTok di Amerika Serikat (AS) sudah mulai berjalan.

    Kini menunggu waktu hingga batas yang telah ditentukan pada April 2025 untuk melihat calon-calon pembeli TikTok.

    Sebelumnya, Presiden Donald Trump sempat mengatakan bahwa Microsoft telah dalam pembicaraan untuk melakukan akuisisi.

    Kemudian sahabatnya yang juga orang terkaya di dunia, Elon Musk, ikut buka suara mengenai penangguhan TikTok di AS.

    Musk di akun media sosialnya mengatakan bahwa TikTok seharusnya tidak dilarang beroperasi di AS karena bertentangan dengan kebebasan berpendapat.

    Baru-baru ini, daftar calon pembeli TikTok mulai bermunculan mulai dari perusahaan AI hingga youtuber terkenal.

    Berikut deretan calon pembeli TikTok yang kini sedang ditangguhkan di AS:

    1. Microsoft-Oracle

    Pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump dikabarkan berencana mengakuisisi TikTok dengan melibatkan perusahaan teknologi Oracle dan Microsoft.

    Berdasarkan kesepakatan yang sedang dinegosiasikan oleh Gedung Putih, pemilik TikTok yang berbasis di China yakni ByteDance, nantinya akan memiliki saham minoritas di TikTok.

    Namun, algoritma aplikasi, pengumpulan data dan pembaruan perangkat lunak akan diawasi oleh Oracle.

    Menurut laporan National Public Radio (NPR), jika kesepakatan tersebut berjalan secara efektif, artinya investor asal Amerika Serikat akan memiliki saham mayoritas di TikTok, tetapi ketentuan kesepakatan dapat berubah dan masih dibahas.

    “Tujuannya adalah agar Oracle dapat memantau dan mengawasi secara efektif apa yang sedang terjadi dengan TikTok. ByteDance tidak akan sepenuhnya hilang, tetapi akan meminimalkan kepemilikan China,” ujar sumber anonim NPR dikutip Minggu (26/1/2025).

    2. Perusahaan AI Perplexity

    Perplexity AI, sebuah mesin pencari berbasis kecerdasan buatan, baru-baru ini mengajukan proposal terbaru mereka untuk melakukan merger dengan TikTok.

    Melansir dari Techcrunch, proposal terbaru yang diajukan akan memberikan pemerintah Amerika Serikat hingga 50% kepemilikan pada entitas baru yang terbentuk.

    Adapun tawaran terbaru ini menyusul sebuah proposal sebelumnya di mana Perplexity berencana untuk menciptakan sebuah perusahaan baru yang menggabungkan Perplexity, TikTok US, dan investor ekuitas tambahan.

    Dalam tawaran yang telah direvisi, pemerintah AS akan menerima sahamnya setelah penawaran umum perdana yang diperkirakan bernilai US$300 juta. Sementara, ByteDance perusahaan induk TikTok yang berbasis di China, kemungkinan akan mempertahankan sebagian kepemilikan.

    Sumber yang mengetahui tawaran tersebut juga mengonfirmasi kepada TechCrunch bahwa Perplexity melakukan revisi atas tawarannya setelah menerima masukan dari pemerintahan Presiden Donald Trump, yang sebelumnya menuntut agar TikTok dijual atau dilarang di AS karena masalah keamanan nasional.

    3. Youtuber MrBeast

    Youtuber MrBeast membuat konsorsium di Amerika Serikat (AS) untuk melelang pembelian TikTok.

    Di dalam grup tersebut, telah terhimpun dana sekitar US$20 miliar atau setara dengan Rp325 triliun.

    Uang tersebut ditujukan untuk membeli TikTok yang saat ini masih menanti aturan pemblokiran di AS. Kabar ini berasal dari Jesse Tinsley, seorang pengusaha teknologi dan pendiri Employer.com, mengutip Bloomberg.

    Tinsley mengonfirmasi bahwa grup tersebut juga telah merekrut dua investor terkenal lainnya seperti David Baszucki yang merupakan salah satu pendiri dan CEO Roblox dan CEO Anchorage Digital Nathan McCauley.

    Terlepas dari itu, Tinsley berkata bahwa grup MrBeast belum menjalin komunikasi langsung dengan induk TiktTok, ByteDance.

    “Kami belum mendapat tanggapan (dari ByteDance). Mereka tidak memberikan respons sama sekali,” ujar Tinsley, dikutip dari Bloomberg, Jumat (31/1/2025).

    Project Liberty hingga Mantan Menteri AS…

  • Youtuber MrBeast Buat Tawaran Rp325 Triliun untuk Beli TikTok

    Youtuber MrBeast Buat Tawaran Rp325 Triliun untuk Beli TikTok

    Bisnis.com, JAKARTA – Youtuber MrBeast membuat konsorsium di Amerika Serikat (AS) untuk melelang pembelian TikTok.

    Di dalam grup tersebut, telah terhimpun dana sekitar US$20 miliar atau setara dengan Rp325 triliun.

    Uang tersebut ditujukan untuk membeli TikTok yang saat ini masih menanti aturan pemblokiran di AS. Kabar ini berasal dari Jesse Tinsley, seorang pengusaha teknologi dan pendiri Employer.com, mengutip Bloomberg.

    Tinsley mengonfirmasi bahwa grup tersebut juga telah merekrut dua investor terkenal lainnya seperti David Baszucki yang merupakan salah satu pendiri dan CEO Roblox dan CEO Anchorage Digital Nathan McCauley.

    Dirinya juga mengatakan bahwa penawaran dalam konsorsium milik MrBeast lebih besar dari pembeli lainnya.

    Disinyalir tawaran dari grup MrBeast telah mengalahkan Project Liberty yang dibuat oleh pengusaha Frank McCourt dan Kevin O’Leary, yang juga berminat membeli TikTok.

    Meskipun proyek MrBeast masih kalah dengan proyek valuasi TikTok oleh CFRA Research. Menurut Wakil Presiden Senior CFRA Research, Angelo Zino, calon pembeli TikTok setidaknya perlu mempersiapkan dana sekitar US$40-50 miliar dollar.

    Terlepas dari tawaran itu, Tinsley berkata bahwa grup MrBeast belum menjalin komunikasi langsung dengan induk TiktTok, ByteDance.

    “Kami belum mendapat tanggapan (dari ByteDance). Mereka tidak memberikan respons sama sekali,” ujar Tinsley, dikutip dari Bloomberg, Jumat (31/1/2025).

  • China Anjlok, Asia Pasifik Naik Tipis

    China Anjlok, Asia Pasifik Naik Tipis

    Bisnis.com, JAKARTA — Apple, produsen gawai asal Amerika Serikat, mencatat penurunan nilai penjualan bersih untuk produk iPhone menjadi US$69,13 miliar pada 2024, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$69,70 miliar.  Penurunan tajam terjadi di China, sementara itu di Asia Pasifik, termasuk di dalamnya Indonesia, hanya naik tipis. 

    Dalam laporan keuangannya, Apple mengungkap penjualan di China turun 11% dari US$20,8 miliar pada 2023 menjadi US$18,51 milar pada 2024. Sementara itu di Asia Pasifik penjualan iPhone tercatat senilai US$10,29 miliar atau naik tipis dari tahun 2023 yang senilai US$10,16 miliar. 

    Sementara itu menurut laporan Canalyst, iPhone kurang laku lagi di China. Distribusi iPhone di Negeri Tirai Bambu turun 6,7% pada kuartal II/2024. Kemudian untuk Asia Pasifik, Apple masih menghadapi sanksi blokir untuk produk iPhone 16 dari pemerintah Indonesia. 

    Adapun penjualan iPhone terbesar masih berasal dari Eropa (US$33,86 miliar), Amerika Serikat (US$52,64 miliar) dan Jepang (US$8,98 miliar) pada 2024.

    Secara total pendapatan yang dibukukan Apple dari seluruh pasar tersebut sebesar Rp124,3 miliar atau naik 4% secara tahunan. Kemudian, laba per saham dilusian kuartalan yang dibukukan tercatat senilaiUS$2,40, naik 10 persen dari tahun ke tahun.

    Peningkatan pendapatan didorong oleh peningkatan layanan Apple, produk wearable, mac, dan iPad. 

    Sementara itu CEO Apple Tim Cook mengatakan Apple berkomitmen untuk terus menghadirkan jajaran produk dan layanan terbaik kepada pelanggan. 

    Melalui kekuatan silikon Apple, Apple membuka kemungkinan baru bagi pengguna kami dengan Apple Intelligence, yang membuat aplikasi dan pengalaman menjadi lebih baik dan lebih personal.

    “Apple Intelligence akan tersedia dalam lebih banyak bahasa pada bulan April ini,” kata Tim Cook dikutip dari laman resmi, Jumat (31/1/2025). 

    CFO Apple Kevan Parekh mengatakan pendapatan yang tercatat dan margin operasi yang kuat mendorong EPS ke rekor baru sepanjang masa dengan pertumbuhan dua digit dan memungkinkan perusahaan mengembalikan lebih dari US$30 miliar kepada pemegang saham. 

    “Kami juga senang bahwa basis perangkat aktif yang terpasang telah mencapai rekor tertinggi baru di semua produk dan segmen geografis,” kata Kevan. 

    Dewan direksi Apple telah mengumumkan dividen tunai sebesar $0,25 per lembar saham biasa Perusahaan. Dividen akan dibayarkan pada tanggal 13 Februari 2025 kepada pemegang saham yang tercatat pada penutupan bisnis tanggal 10 Februari 2025.

  • Pemanasan Laut 4 Kali Lebih Cepat Daripada Tahun 1980-an

    Pemanasan Laut 4 Kali Lebih Cepat Daripada Tahun 1980-an

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemanasan laut telah meningkat lebih dari empat kali lipat dalam beberapa dekade terakhir dan kemungkinan akan meningkat lebih cepat lagi jika manusia gagal mengatasi perubahan iklim, demikian temuan para ilmuwan.

    Dilansir dari Livescience, lautan bumi semakin hangat dengan kecepatan yang semakin cepat, demikian temuan para peneliti — yang menunjukkan bahwa perubahan iklim juga semakin cepat.

    Para ilmuwan menemukan bahwa pemanasan laut telah meningkat lebih dari empat kali lipat selama 40 tahun terakhir dan kemungkinan akan meningkat lebih cepat lagi di masa mendatang. Para peneliti menerbitkan temuan mereka dalam sebuah studi baru yang diterbitkan Selasa (28 Januari) di jurnal Environmental Research Letters.

    Laju pemanasan suhu permukaan laut telah meningkat dari 0,1 derajat Fahrenheit (0,06 derajat Celsius) per dekade pada tahun 1980-an menjadi 0,5 F (0,27 C) per dekade saat ini. Pemodelan tim menunjukkan bahwa jumlah pemanasan yang dipercepat ini akan terjadi lagi dalam dua dekade berikutnya dan akan semakin cepat jika kita tidak mengatasi penyebab perubahan iklim dan menjauh dari bahan bakar fosil, menurut penelitian tersebut.

    Penulis utama penelitian Christopher Merchant, seorang profesor dalam observasi laut dan Bumi di University of Reading, Inggris, mengatakan bahwa lautan secara umum menentukan laju pemanasan global secara keseluruhan karena lautan merupakan penyerap panas utama Bumi dan menyerap panas dari atmosfer. Ini berarti jika pemanasan laut semakin cepat, maka itu merupakan tanda bahwa perubahan iklim juga semakin cepat.

    “Alam mungkin akan melakukan sesuatu yang berbeda selanjutnya, tetapi berdasarkan tren saat ini, dunia memanas lebih cepat daripada yang biasa kita alami,” kata Merchant kepada Live Science melalui email. “Itu berarti semua dampaknya akan datang lebih cepat.”

    Pemanasan global mendorong naiknya permukaan air laut yang mengancam masyarakat pesisir, memicu cuaca yang lebih ekstrem, dan mengeringkan daratan, sehingga membahayakan kemampuan kita untuk menanam makanan. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa perubahan iklim yang tidak terkendali akan membawa penderitaan yang tak terkira bagi miliaran orang sekaligus menyebabkan sepertiga spesies Bumi punah.

  • Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan sejumlah peluang dan tantangan dalam mengoptimalkan pita 1,4 GHz untuk keperluang Fixed Wireless Acces (FWA) atau jaringan internet tetap cepat nirkabel 4G dan 5G. 

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot pita frekuensi 1,4 GHz memiliki banyak potensi untuk mendukung layanan FWA 4G dan 5G di Indonesia, terutama dalam meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan di area terpencil atau padat bangunan, seperti kompleks pemukiman, kampus hingga perkantoran. 

    Secara jenis frekuensinya, kata Sigit, juga cukup menarik, karena cakupannya lumayan. Sebagian besar use-case 5G ada di kelompok pita frekuensi tengah (Mid-band).  

    “Meskipun secara ketersediaan lebar pita yg disiapkan 80 MHz itu masih terbatas,” kata Sigit kepada Bisnis, Jumat (31/1/2025). 

    Untuk diketahui, beberapa laporan menyebut untuk menggelar 5G secara optimal dibutuhkan pita frekuensi sebesar 100 MHz. Dukungan frekuensi akan melahirkan inovasi-inovasi baru di 5G.

    FWA 4G dan 5G, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah akses internet di Indonesia, terutama di daerah yang belum terjangkau infrastruktur kabel. 

    Dia menuturkan di Indonesia, penetrasi akses tetap dengan fiber, perkembangannya sangat lambat, masih terus dibawah 15%. Sementara akses bergeraknya, 5G Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam konteks kompetisi 5G, baik secara infrastruktur, layanan maupun ekosistem. 

    “Di situlah FWA itu sangat potensial untuk mengisi gap tersebut, menjadi solusi broadband 5G yang secara harga lebih murah dari fiber, secara luasan cakupan lebih cepat berkembang, sehingga adopsi ke end-user bisa lebih cepat,” kata Sigit. 

    Sigit juga mengatakan sudah banyak studi tentang potensi teknologi 5G FWA ini di Indonesia. Namun, keberhasilan pengembangan FWA juga bergantung pada investasi jaringan, pemerataan akses, serta penyelesaian tantangan teknis dan regulasi. 

    “Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, FWA dapat menjadi solusi penting dalam meningkatkan konektivitas dan mendorong perkembangan ekonomi digital Indonesia,” kata Sigit. 

    Warga mengukur kecepatan internet di perkebunanPerbesar

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi tersebut. 

    BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.

    Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit. 

    Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Merek-merek tersebut kini telah tutup seiring dengan masifnya perkembangan 4G dan 5G di Indonesia. 

    Komdigi menyampaikan terobosan kebijakan tersebut nantinya akan tertuang dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz.

    Dikutip dari laman resmi, Sabtu (25/1/2025). Komdigi menyebut Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan layanan Fixed Broadband (FBB), di mana dari segi penetrasi dan kualitas saat ini hanya mencapai 21,31% rumah tangga dari sekitar 69 juta rumah tangga di Indonesia. 

    “Selain itu, harga rata-rata bulanan untuk kecepatan internet mencapai hingga 100 Mbps masih cukup mahal. Tingginya biaya internet pelanggan dan biaya penggelaran jaringan Fiber Optic (FO) terutama di daerah rural dan sub-urban, serta regulasi dan infrastruktur yang belum mendukung secara optimal, menjadi tantangan utama,” tulis Komdigi. 

    Untuk mengatasi masalah itu, Komdigi menyiapkan terobosan kebijakan guna mendorong pembangunan layanan akses internet di rumah secara masif dan cepat dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai kemampuan masyarakat. 

  • Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Mastel Ungkap Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan sejumlah peluang dan tantangan dalam mengoptimalkan pita 1,4 GHz untuk keperluang Fixed Wireless Acces (FWA) atau jaringan internet tetap cepat nirkabel 4G dan 5G. 

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot pita frekuensi 1,4 GHz memiliki banyak potensi untuk mendukung layanan FWA 4G dan 5G di Indonesia, terutama dalam meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan di area terpencil atau padat bangunan, seperti kompleks pemukiman, kampus hingga perkantoran. 

    Secara jenis frekuensinya, kata Sigit, juga cukup menarik, karena cakupannya lumayan. Sebagian besar use-case 5G ada di kelompok pita frekuensi tengah (Mid-band).  

    “Meskipun secara ketersediaan lebar pita yg disiapkan 80 MHz itu masih terbatas,” kata Sigit kepada Bisnis, Jumat (31/1/2025). 

    Untuk diketahui, beberapa laporan menyebut untuk menggelar 5G secara optimal dibutuhkan pita frekuensi sebesar 100 MHz. Dukungan frekuensi akan melahirkan inovasi-inovasi baru di 5G.

    FWA 4G dan 5G, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah akses internet di Indonesia, terutama di daerah yang belum terjangkau infrastruktur kabel. 

    Dia menuturkan di Indonesia, penetrasi akses tetap dengan fiber, perkembangannya sangat lambat, masih terus dibawah 15%. Sementara akses bergeraknya, 5G Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam konteks kompetisi 5G, baik secara infrastruktur, layanan maupun ekosistem. 

    “Di situlah FWA itu sangat potensial untuk mengisi gap tersebut, menjadi solusi broadband 5G yang secara harga lebih murah dari fiber, secara luasan cakupan lebih cepat berkembang, sehingga adopsi ke end-user bisa lebih cepat,” kata Sigit. 

    Sigit juga mengatakan sudah banyak studi tentang potensi teknologi 5G FWA ini di Indonesia. Namun, keberhasilan pengembangan FWA juga bergantung pada investasi jaringan, pemerataan akses, serta penyelesaian tantangan teknis dan regulasi. 

    “Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, FWA dapat menjadi solusi penting dalam meningkatkan konektivitas dan mendorong perkembangan ekonomi digital Indonesia,” kata Sigit. 

    Warga mengukur kecepatan internet di perkebunanPerbesar

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi tersebut. 

    BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.

    Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit. 

    Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Merek-merek tersebut kini telah tutup seiring dengan masifnya perkembangan 4G dan 5G di Indonesia. 

    Komdigi menyampaikan terobosan kebijakan tersebut nantinya akan tertuang dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz.

    Dikutip dari laman resmi, Sabtu (25/1/2025). Komdigi menyebut Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan layanan Fixed Broadband (FBB), di mana dari segi penetrasi dan kualitas saat ini hanya mencapai 21,31% rumah tangga dari sekitar 69 juta rumah tangga di Indonesia. 

    “Selain itu, harga rata-rata bulanan untuk kecepatan internet mencapai hingga 100 Mbps masih cukup mahal. Tingginya biaya internet pelanggan dan biaya penggelaran jaringan Fiber Optic (FO) terutama di daerah rural dan sub-urban, serta regulasi dan infrastruktur yang belum mendukung secara optimal, menjadi tantangan utama,” tulis Komdigi. 

    Untuk mengatasi masalah itu, Komdigi menyiapkan terobosan kebijakan guna mendorong pembangunan layanan akses internet di rumah secara masif dan cepat dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai kemampuan masyarakat. 

  • 1 Hari di Bumi Bisa Menjadi 25 Jam, Gara-gara Bulan Kian Menjauh

    1 Hari di Bumi Bisa Menjadi 25 Jam, Gara-gara Bulan Kian Menjauh

    Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan mengungkapkan waktu 24 jam dalam sehari di bumi bisa menjadi 25 jam sehari karena bulan secara bertahap menjauh dari planet bumi.

    Hal itu terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Wisconsin-Madison.

    Menurut penelitian, Bulan bergerak menjauhi Bumi dengan kecepatan sekitar 3,8 sentimeter per tahun. Pergeseran bertahap ini berarti bahwa dalam waktu sekitar 200 juta tahun, hari-hari di Bumi akan bertambah menjadi 25 jam.

    Untuk diketahui, bumi pernah menjalani waktu 18 jam sehari pada 1,4 miliar tahun yang lalu.

    Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Science mengungkapkan bahwa sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu, ketika Bulan berada lebih dekat ke Bumi, satu hari hanya berlangsung selama 18 jam.

    Seiring bertambahnya jarak antara Bumi dan Bulan, lamanya satu hari di planet kita juga bertambah, menurut para peneliti.

    David Waltham, Profesor Geofisika di Royal Holloway, Universitas London mengatakan bahwa gaya tarik pasang surut di Bumi memperlambat rotasinya dan Bulan memperoleh energi tersebut sebagai momentum sudut.

    Saat ini, jarak Bulan rata-rata 384.400 km (238.855 mil) dari Bumi, membutuhkan waktu sekitar 27,3 hari untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi planet kita.

  • Prabowo Lirik Rudal BrahMos Senilai Subsidi Motor Listrik Setahun, Apa Kehebatannya?

    Prabowo Lirik Rudal BrahMos Senilai Subsidi Motor Listrik Setahun, Apa Kehebatannya?

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto saat mengunjungi India pada 23-26 Januari lalu adalah dikabarkan tertarik memboyong rudal supersonik BrahMos seharga Rp7,3 triliun. Nilai tersebut setara dengan anggaran subsidi motor listrik selama setahun.

    Kesepakatan tersebut menjadi kesepakatan ekspor pertahanan terbesar antara India dan Indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dikabarkan tertarik bekerja sama dalam pembangunan kapal induk bersama India.

    Dilansir dari laman resmi, BrahMos merupakan rudal dengan 2 tingkat. Tingkat pertama sebagai pendorong dan tingkat selanjutnya sebagai mesin dengan kekuatan supersonic. 

    Rudal jelajah ini memiliki jangkauan 300–500 kilometer. BrahMos digunakan oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara India untuk berbagai kebutuhan. 

    BrahMos memiliki kecepatan 2,8–3,0 Mach dengan 200–300 kilogram hulu ledak semi-penembus lapis baja berdaya ledak tinggi, atau 250 kilogram hulu ledak submunisi

    Rudal ini memiliki fleksibilitas yang tinggi karena dapat diluncurkan dari kapal, kapal selam, pesawat terbang, dan peluncur bergerak berbasis darat dengan berbagai lintasan penerbangan

    BrahMos dilengkapi dengan tanda radar rendah dan perangkat lunak tertanam yang canggih yang dapat membantu alat perang ini menyasar targetnya dengan akurat dan cepat. 

    Sulit dilacak 

    BrahMos memiliki kemampuan manuver yang tinggi, termasuk kemampuan untuk terbang rendah dan menghindari deteksi radar. Kemampuan ini membuatnya sulit untuk dilacak dan dicegat oleh sistem pertahanan udara musuh. 

    Selain itu, BrahMos tidak terbang dalam garis lurus yang mudah diprediksi. Rudal ini juga memanfaatkan lekukan bumi untuk bersembunyi dari pantauan radar. BrahMos juga menggunakan material komposit khusus yang memiliki kemampuan menyerap gelombang radar. Material ini mengurangi refleksi radar dari rudal, sehingga membuatnya lebih sulit dideteksi oleh sistem radar musuh.

    Dibandingkan dengan rudal balistik, BrahMos memiliki ukuran yang relatif lebih kecil. Ukuran yang lebih kecil ini membuatnya lebih sulit dideteksi dan dilacak oleh radar musuh.

  • Dual China vs AS di Kecerdasan Buatan, DeepSeek dan Qwen Akuisisi Pasar OpenAI

    Dual China vs AS di Kecerdasan Buatan, DeepSeek dan Qwen Akuisisi Pasar OpenAI

    Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan model kecerdasan buatan memasanas pada awal tahun ini. OpenAI mendapat pesaing berat DeepSeek yang telah membuat valuasi perusahaan milik Sam Altman anjlok. Pada saat yang bersamaan, Alibaba hadir dengan model AI terbaru mereka Qwen 2.5 Max. 

    Mengutip Notebookcheck.net, Alibaba menyebut Qwen 2.5 Max melampaui model AI terkemuka dari Deepseek, OpenAI, serta Meta dalam berbagai penilaian kinerja.

    Klaim Alibaba

    Model ini disebut-sebut unggul dalam berbagai tolok ukur, termasuk Arena-Hard, LiveBench, LiveCodeBench, MMLU, dan GPQA-Diamond.

    Arena Hard merupakan benchmark yang digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan kualitas respons dari berbagai model A) terhadap pertanyaan dan permintaan yang diajukan oleh manusia. 

    Dalam konteks ini, Arena Hard menjadi tolok ukur penting untuk mengukur seberapa baik sebuah model AI dapat memahami dan menanggapi instruksi manusia.

    Sementara itu, Live Bench berkaitan dengan kemampuan model AI dalam mengerjakan berbagai tugas. Live Bench dirancang untuk mengevaluasi kemampuan kognitif dan pemahaman umum model AI.

    “Secara khusus, skornya pada MMLU dan LiveCodeBench menetapkan standar baru dalam industri, menyoroti kemampuan canggihnya,” tulis Alibaba dikutip Bisnis pada Kamis (30/1/2025).

    Pengumuman rilis produk teknologi baru ini dilakukan pada Rabu (29/1/2025). Bertepatan dengan Tahun Baru Imlek yang merupakan hari libur akbar di China ketika sebagian besar bisnis di negara itu tidak beroperasi. 

    Pengguna memakai ChatGPTPerbesar

    Pada pekan yang sama, DeepSeek pecah dan menggemparkan industri teknologi global dengan model AI yang lebih cepat, inovatif dan murah. 

    DeepSeek vs OpenAI

    Beberapa laporan menyebut bahwa DeepSeek dapat mengumpulkan dan meringkas informasi dalam hitungan detik, dengan daftar penjelasan yang lengkap. DeepSeek memberi penjelasan secara terperinci yang setara bahkan lebih bagus dibandingkan dengan ChatGPT. 

    Sementara dari sisi harga, biaya pengembangan DeepSeek 10 kali lipat murah ketimbang ChatGPT, yang kemudian membuat harga yang mereka tawarkan jauh lebih murah ke pasar. Dalam pengembangannya developer mengaku hanya membutuhkan waktu 2 bulan dengan biaya hanya US$6 juta. Sementara itu biaya pengembangan ChatGPT dilaporkan mencapai US$63 juta. 

    Biaya pembuatan DeepSeek yang lebih murah disebabkan perusahaan menggunakan cip Nvidia H800 yang lebih murah ketimbangkan H100 versi terbaru. Dengan cip murah itu, DeepSeek tertantang untuk menghadirkan solusi yang lebih baik dan mereka dianggap berhasil. 

  • Wadhwani Foundation Investasi Rp3,5 Triliun, Kembangkan Talenta Digital Bareng ISAT

    Wadhwani Foundation Investasi Rp3,5 Triliun, Kembangkan Talenta Digital Bareng ISAT

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. (ISAT) dan Wadhwani Foundation menjalin kemitraan strategis untuk memberdayakan 1 juta talenta digital dan 100.000 wirausahawan Indonesia melalui pelatihan keterampilan digital. Kerja sama tersebut juga melahirkan komitmen investasi sebesar Rp3,5 triliun untuk kemitraan 3 tahun ke depan. 

    Inisiatif ini merupakan bentuk dukungan Indosat dan Wadhwani terhadap transformasi Indonesia menjadi negara maju pada 2045.

    Penandatanganan ini berlangsung dalam Forum CEO Indonesia-India, hasil kolaborasi antara Confederation of Indian Industry (CII) dan Kadin Indonesia, bertepatan dengan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India. 

    Kerja sama ini juga menghadirkan platform pelatihan berbasis AI dari Wadhwani Foundation dengan dua program utama yaitu Job Ready dan Ignite. 

    Job Ready merupakan program yang membantu talenta digital dalam meningkatkan keterampilan soft skill yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini.

    Sementara itu Ignite adalah program yang menumbuhkan pola pikir kewirausahaan guna mencetak pemimpin bisnis dan mendorong inovasi guna  mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

    “Kemitraan Indosat dengan Wadhwani Foundation menggabungkan keunggulan global dalam pelatihan berbasis AI dengan jangkauan luas serta pemahaman mendalam tentang kebutuhan lokal,” kata President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha dikutip Jumat (31/1/2025). 

    Vikram juga menekankan. bahwa melalui kolaborasi ini, kedua perusahaan ingin menciptakan koneksi yang membuka peluang bagi setiap individu untuk maju dan berkembang. 

    President dan CEO Wadhwani Foundation Ajay Kela mengatakan kolaborasi ini adalah bukti nyata dari komitmen perusahaan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang sekaligus membuka lebih banyak peluang kerja berkualitas bagi generasi muda. 

    “Indonesia menjadi perhatian utama kami karena potensi besar generasi mudanya yang dinamis dan terus berkembang. Pemahaman Indosat tentang kebutuhan lokal dan jaringan luasnya sangat melengkapi teknologi AI kami, yang dirancang untuk membantu wirausahawan dan pencari kerja membangun keterampilan yang relevan untuk bersaing di pasar global,” kata Ajay. 

    Ajay mengatakan kolaborasi ini tidak hanya memperkuat keterampilan angkatan kerja Indonesia tetapi juga mempererat hubungan strategis antara Indonesia dan India. Dengan pemberdayaan talenta digital dan wirausahawan muda, inisiatif ini menjadi langkah nyata dalam mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih maju dan terkoneksi secara global.

    Sekadar informasi, Yayasan Wadhwani adalah organisasi nirlaba global yang didirikan oleh Dr. Romesh Wadhwani pada 2001. Yayasan ini berfokus pada penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan ekonomi melalui berbagai program di bidang kewirausahaan, keterampilan, dan inovasi.

    Beberapa program unggulan Yayasan Wadhwani antara lain Wadhwani Venture, Wadhwani Opportunity, dan Wadhwani Innovation.