E-Paper Bisnis Indonesia merupakan replika digital edisi cetak Harian Bisnis
Indonesia. Dan bisa mengakses E-Paper Bisnis Indonesia melalui alat-alat digital
seperti telepon pintar (smartphone), komputer genggam tablet, laptop, atau
komputer
meja (desktop). Untuk memperoleh informasi lebih detail tentang berlanganan
E-Paper
Bisnis Indonesia, kunjungi https://epaper.bisnis.com/. Konten
Premium adalah konten yang dapat diakses dengan sistem berlangganan pada situs
dalam
jaringan (online). Konten Premium disajikan dengan artikel yang lebih mendalam.
Category: Bisnis.com Tekno
-

Internet Tetap Nirkabel (FWA)100 Mbps, Lawan atau Kawal RT/RW Net Ilegal?
-

Membandingkan Target Surge (WIFI) dan Remala (DATA) Garap Internet Rumah
E-Paper Bisnis Indonesia merupakan replika digital edisi cetak Harian Bisnis
Indonesia. Dan bisa mengakses E-Paper Bisnis Indonesia melalui alat-alat digital
seperti telepon pintar (smartphone), komputer genggam tablet, laptop, atau
komputer
meja (desktop). Untuk memperoleh informasi lebih detail tentang berlanganan
E-Paper
Bisnis Indonesia, kunjungi https://epaper.bisnis.com/. Konten
Premium adalah konten yang dapat diakses dengan sistem berlangganan pada situs
dalam
jaringan (online). Konten Premium disajikan dengan artikel yang lebih mendalam. -

Pengusaha Satelit Minta Prabowo Terapkan Persaingan yang Adil Lokal vs Starlink
Bisnis.com, JAKARTA —Asosiasi Satelit Indonesia (Assi) meminta pemerintah turun tangan untuk menerapkan peta persaingan yang adil antara pemain lokal dan Starlink.
Adapun saat ini Starlink telah hadir di Indonesia lebih dari 9 bulan. Sejauh ini kualitas layanan satelit tersebut mengalami sedikit penurunan.
Kepala Bidang Media Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Firdaus Adinugroho mengatakan penurunan kecepatan internet Starlink merupakan hal yang wajar imbas jumlah pengguna yang makin padat dan cuaca.
“Mengingat makin banyaknya pelanggan starlink di Indonesia, dan juga cuaca beberapa bulan terakhir di Indonesia yang kurang kondusif untuk teknologi yang digunakan oleh starlink,” kata Firdaus kepada Bisnis, Selasa (25/2/2025).
Starlink, layanan internet satelit dari SpaceX milik Elon Musk, memulai operasinya di Indonesia pada Mei 2024 setelah mendapatkan izin dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebagai penyedia layanan internet untuk konsumen ritel.
Peluncuran ini dilakukan oleh Elon Musk bersama Presiden Joko Widodo di Bali, bertepatan dengan World Water Forum ke-10 pada 19 Mei 2024.
Pada awal kehadirannya, Starlink hanya menggelontorkan investasi sebesar Rp30 miliar di Indonesia, yang belum terungkap secara jelas pemanfaatannya. Hal ini kemudian dinilai sebagai ‘karpet merah’ oleh sejumlah pihak, karena Starlink mengeruk untung di Indonesia hanya dengan menggelontorkan sedikit dana.
Berbeda dengan investasi yang telah dilakukan oleh pemain lokal, yang telah membangun kantor, menyerap pekerja, hingga memberi masukan kepada negara, setelah 9 bulan beroperasi di Indonesia tidak nampak tambahan investasi yang digelontorkan Elon Musk.
Peluncuran StarlinkPerbesar
Asosiasi berharap pemerintah menerapkan perlakuan yang setara antara Starlink dengan penyelenggara satelit. Pemerintah juga seharusnya berpihak pada penyelenggara existing yang sudah memberikan komitmen pembangunannya.
Sebagaimana diketahui, penyelenggara telekomunikasi memiliki komitmen pembangunan terhadap pemerintah, yang memiliki dampak ekonomi langsung terhadap masyarakat.
“Komitmen ini akan sulit diwujudkan jika ekosistem satelit tidak kita jaga bersama,” kata Firdaus.
Alat AS
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mengancam menutup akses sistem internet satelit milik Elon Musk, Starlink, di Ukraina jika kesepakatan mengenai mineral penting tidak tercapai.
Reuters melaporkan, tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut menyampaikan bahwa negosiator AS yang mendesak Kyiv untuk mengakses mineral penting Ukraina telah mengumumkan kemungkinan pemotongan akses Ukraina ke Starlink.
“Akses berkelanjutan Ukraina ke Starlink milik SpaceX diangkat dalam diskusi antara pejabat AS dan Ukraina setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menolak proposal awal dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent,” kata sumber tersebut, melansir Reuters, Minggu (23/2/2025).
Sebagai informasi, Starlink menyediakan konektivitas internet bagi Ukraina di tengah perang yang sedang berlangsung.
Masalah tersebut kembali muncul selama pertemuan antara utusan khusus AS untuk Ukraina Keith Kellogg dan Zelenskiy pada Kamis (20/2/2025) waktu setempat.
Selama pertemuan tersebut, AS menyebut bahwa pihaknya akan menghentikan layanan Starlink dalam waktu dekat jika tidak mencapai kesepakatan mineral penting jika tidak mencapai kesepakatan mengenai mineral penting.
Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya itu, kehilangan Starlink akan menjadi pukulan telak bagi Starlink, mengingat sistem internet satelit milik Elon Musk.
“Ukraina menggunakan Starlink. Kehilangan Starlink akan menjadi pukulan telak,” ujar sumber tersebut.
Usai Reuters mengunggah beritanya, Musk melalui unggahannya pada platform media sosial X menyebut bahwa artikel tersebut salah dan menyebut Reuters berbohong. Namun saat dihubungi oleh Reuters, Musk tidak segera menanggapi.
Sementara itu, Zelensky telah menolak tuntutan pemerintahan Presiden Donald Trump sebesar $500 miliar dalam bentuk kekayaan mineral dari Ukraina untuk membayar kembali Washington atas bantuan selama perang, dengan mengatakan AS tidak menawarkan jaminan keamanan khusus.
Pada Jumat (21/2/2025), Zelensky mengatakan bahwa tim AS dan Ukraina sedang menggodok kesepakatan dan Trump mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan kesepakatan akan segera ditandatangani.
Adapun, Musk segera mengirimkan ribuan terminal Starlink ke Ukraina untuk menggantikan layanan komunikasi yang dihancurkan Rusia setelah invasinya pada Februari 2022.
Musk yang saat itu dipuji sebagai pahlawan di Ukraina, kemudian membatasi akses setidaknya satu kali pada musim gugur 2022 karena dia menjadi lebih kritis terhadap penanganan perang oleh Kyiv.
-

Kaspersky Blokir 893 Juta Upaya Phising sepanjang 2024
Bisnis.com, JAKARTA — Lebih dari 893 juta upaya phising diblokir oleh Kaspersky pada 2024. Angka percobaan phising ini meningkat 26% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 710 juta.
Berdasarkan keterangan resmi Kaspersky, lonjakan percobaan phising terjadi pada media Mei—Juli dan dikatakan memiliki keterkaitan dengan musim liburan, di mana penjahat siber kerap mengincar wisatawan yang melakukan pemesanan tiket pesawat atau hotel.
Pakar keamanan Kaspersky Olga Svistunova menjelaskan penyerang terus menyempurnakan penyamaran meskipun mekanisme inti phising yang digunakan tidak berubah.
“Mereka memanfaatkan berita yang sedang tren, topik yang sedang digembar-gemborkan, dan bahkan menggabungkan pencitraan merek dari beberapa perusahaan pada satu halaman phishing untuk meningkatkan efisiensi kampanye mereka,” kata Svistunova dalam keterangan resmi, Senin (24/2/2025).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) oleh pelaku sebagai alat bantu pembuatan situs web palsu yang meyakinkan sehingga penipuan kian sulit dideteksi. Taktik ini, lanjutnya, memperbesar risiko baik dari segi finansial maupun pelindungan data pribadi.
Akibatnya, kata Svistunova, kewaspadaan dan penggunaan solusi keamanan siber yang tangguh harus menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Lebih jauh, para ahli mengamati berbagai skema phishing dan penipuan yang bertujuan mencuri data, uang, dan pemasangan perangkat lunak berbahaya.
Pada 2024, pelaku kejahatan dunia maya seringkali meniru situs web merek terkenal seperti Booking, Airbnb, TikTok, Telegram, dan lainnya.
Salah satu kampanye yang sedang berlangsung telah menargetkan pengguna TikTok Shop. Pelaku kejahatan dunia maya membuat halaman login palsu yang dirancang untuk mencuri kredensial penjual.
Selain itu, para penipu memanfaatkan berita yang sedang tren, mengatur skema penipuan yang melibatkan topik yang sedang menjadi perbincangan, misalnya permainan aset kripto Hamster Kombat dan dompet TON.
Menurut data Kaspersky, baik pengguna perorangan maupun perusahaan telah menghadapi lampiran email berbahaya lebih dari 125 juta kali pada tahun 2024. Penjahat dunia maya menggunakan berbagai taktik dalam kampanye email yang menargetkan bisnis.
Caranya, termasuk mengirim email dengan arsip yang dilindungi kata sandi yang berisi konten berbahaya dan gambar SVG yang disamarkan sebagai grafik yang aman, dan banyak skema lainnya.
Penyerang memikat korban untuk mengeklik konten berbahaya melalui banding pengadilan palsu, transaksi palsu, pemberitahuan resmi palsu, dan banyak lagi.
-

Paylabs Kenalkan Sistem Pembayaran QRIS untuk UMKM
Bisnis.com, JAKARTA – PT Wahana Pembayaran Digital (Paylabs), perusahaan payment gateway, memperkenalkan sistem pembayaran QRIS untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ataupun pelaku usaha lainnya.
Direktur Utama Paylabs QRIS Bimo menyebutkan produknya membawa tema ‘Pilihan SULTAN untuk UMKM’. Sultan sendiri merupakan akronim dari Satu QR Untuk Layanan Transaksi Aman & Nyaman.
“Paylabs QRIS hadir untuk mendukung masyarakat dengan berbagai kebutuhannya. Menjadi komitmen kami untuk terus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk memudahkan masyarakat luas,” jelas Bimo dalam keterangan pers, Senin (24/2/2025).
Dia mengatakan QRIS Paylabs saat ini telah hadir di seluruh Indonesia hingga ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan beberapa negara lainnya.
“Cakupan kami sudah skala nasional dan juga beberapa negara lainnya. Sedangkan kerja sama dengan Rans Entertainment kami lakukan secara khusus. Dan kami akan selalu saling mensupport dengan tujuan mempermudah masyarakat dalam bertransaksi,” ucapnya.
Dengan visi mewujudkan ekosistem solusi pembayaran berbasis teknologi digital di Indonesia, Paylabs optimtis dapat membantu lebih menaikkan keuntungan bagi para entrepreneur atau pemilik usaha di Indonesia.
Para UMKM ataupun business owner bisa mendapatkan beberapa manfaat QRIS yang didapat seperti satu kode QR untuk semua pembayaran, mudah dan efisien dan transaksi super cepat, riwayat akurat.
“Saya dari UMKM Estetik mewakili UMKM sudah lama menggunakan Paylabs QRIS ini. Intinya sangat membantu kami pelaku UMKM, cepat, aman dan transparan,” tukas Fauzan, salah satu pelaku UMKM.
-

Internet 100 Mbps Seharga Rp100.000 Realistis? Komdigi: Asal Punya Backhaul
Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyampaikan infrastruktur backhaul atau jaringan pengalur menjadi komponen penting dalam menghadirkan layanan internet 100 Mbps seharga Rp100.000.
Backhaul adalah jaringan yang menghubungkan jaringan inti ke jaringan lokal. Backhaul dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti telekomunikasi, logistik, dan menara seluler
Koordinator Kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur Digital Komdigi, Benny Elian, menegaskan bahwa seleksi spektrum 1,4 GHz akan digunakan untuk menghadirkan layanan internet berkualitas dengan harga terjangkau.
“Kami ingin menghadirkan internet yang lebih murah bagi masyarakat, dengan tarif berkisar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per bulan untuk kecepatan hingga 100 Mbps,” kata Benny dalam agenda Morning Tech di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Namun, salah satu syarat penting yang harus dipenuhi adalah keberadaan infrastruktur backhaul yang memadai.
Tanpa adanya backhaul yang kuat dan stabil, penggelaran internet akan mengalami kendala serius dalam hal kualitas dan kecepatan koneksi.
Benny menilai bagi penyelenggara layanan internet (ISP) harus memiliki infrastruktur jaringan kabel, terutama fiber optik (FO), yang menjadi basis utama dalam mendukung pergelaran internet.
Tanpa jaringan kabel yang solid, upaya untuk membangun jaringan akan menjadi sangat sulit dan mungkin tidak efisien.
“Makanya syaratnya adalah backhaul-nya. Jaringan utama itu harus udah ada dulu. Harus yang punya jaringan kabel,” ujarnya.
Diketahui, PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (Surge/WiFi) menjadi satu-satunya perusahaan telekomunikasi yang melakukan terobosan dengan menawarkan layanan internet berkecepatan 100 Mbps seharga Rp100.000 lewat paket Starlite.
Paket StarlitePerbesar
Paket tersebut diikat dengan gimik pemasaran gratis instalasi, gratis layanan 1 bulan, dan tanpa fair usage policy atau pemakaian batas wajar. Layanan tersebut dapat hadirnyam salah satunya karena dukungan teknologi fixed wireless acces (FWA) atau jaringan internet cepat nirkabel.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, biaya menghadirkan layanan FWA tidak jauh berbeda dengan menghadirkan layanan seluler lewat base transceiver station (BTS).
Perbedaannya terletak pada spektrum yang digunakan. Layanan 4G/5G di Indonesia saat ini menggunakan pita frekuensi 1,8 GHz, 2,1 GHz, dan 2,3 GHz. Sementara itu, FWA yang dikembangkan di Indonesia, kemungkinan menggunakan pita 1,4 GHz.
Dari sisi ongkos, biaya penggelaran per titik BTS bisa mencapai Rp1,5 miliar hingga Rp4 miliar, tergantung kapasitas sistem BTS dan menara. Pengelaran di pita 1,4 GHz kemungkinan menelan biaya yang lebih rendah sedikit karena secara cakupan lebih luas. Namun, secara kapasitas berada di bawah pita 1,8 GHz.
Bisnis coba menggali informasi dan bertanya kepada Surge mengenai biaya yang dihabiskan untuk menggelar layanan internet 100 Mbps seharga Rp100.000. Hingga berita ini diturunkan, Surge tidak menjawab.
Sementara itu, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mengkhawatirkan konsistensi kecepatan internet dalam program internet murah 100 Mbps seharga Rp100.000. Dari sisi ongkos dan teknologi, terdapat beberapa hal yang perlu diselesaikan.
Sekjen APJII Zulfadly Syam mengatakan harga paket Rp100.000 untuk 100 Mbps hanya akan dapat tercapai dengan instalasi infrastruktur di tempat yang tepat.
Masyarakat dengan daya beli rendah, akan sulit mendapat layanan tersebut meski harganya terbilang relatif murah dibandingkan harga layanan internet lainnya.
Di sisi lain, operator pemenang lelang harus mencari pelanggan sebanyak-banyaknya agar tetap cuan dengan harga layanan yang berkisar Rp100.000-Rp150.000.
“Kuantiti yang sedemikian besar akan melemahkan dari frekuensi itu sendiri. Nah, jadi apakah ini akan tercapai? Jawaban saya ya dan tidak. Tetapi apakah akan bisa sustain dan menguntungkan provider? Nah, ini kita masih belum tahu,” kata Zul kepada Bisnis, Rabu (19/2/2025).
-

FWA Alternatif Layanan Internet Rumah, Bukan Pesaing Seluler
Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menilai Fixed Wireless Access (FWA) atau jaringan tetap nirkabel dapat menjadi alternatif layanan internet rumah yang selama ini penetrasinya bergantung pada serat optik. Teknologi FWA bukan pesaing seluler.
Sebab, model ini menawarkan dua keunggulan utama, yakni affordability atau keterjangkauan harga dan kecepatan dalam penggelaran jaringan.
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel, Sigit Puspito Wigati Jarot menyampaikan seleksi pita frekuensi 1,4 GHz yang diperuntukan untuk FWA bisa menjadi opsi yang untuk membuat jaringan internet semakin meningkat.
“FWA ini nanti perbandingannya dengan Fiber to the Home (FTTH) dengan kabel dan seterusnya,” kata Sigit dalam agenda Morning Tech di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Sigit menjelaskan, FWA menggunakan perangkat yang dikenal sebagai CPE (Customer Premise Equipment) yang menyerupai router.
Namun, ada pertimbangan penting terkait dampaknya terhadap pasar seluler. Jika FWA didesain dan diterapkan dengan baik, dengan kebijakan serta desain jaringan yang tepat, teknologi ini tidak akan mengganggu pasar seluler.
Sehingga, penerapan FWA ini justru dapat mendorong perluasan jaringan Fiber Optik (FO), yang memiliki potensi untuk memperkuat infrastruktur komunikasi secara keseluruhan.
“Tapi ketika ini dilepas dengan mekanisme pasar gitu, bisa jadi dia mengganggu pasarnya seluler bisa jadinya akan menambah justru penetrasi FO,” ujarnya.
Maka dari itu, Sigit meminta agar jaringan dari FWA ini berada dalam model 5G dan memiliki kecepatan minimal 100 Mbps agar tidak mengganggu pasar seluler.
“Demikian juga disini kalau tidak diikat dengan dia harus 100 Mbps maka nanti yang dapet lelang frekuensi. Karena 4G itu masih bisa juga Meskipun gak sampai 100 Mbps,” ucap Sigit.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge Yune Marketatmo menyampaikan bahwa untuk mendorong 5G, pemerintah perlu memperbanyak FWA untuk mempercepat penetrasi tersebut.
Yune menuturkan, FWA sangat sukses digunakan di negara lainnya seperti Amerika untuk mendorong penetrasi penggunaan internet.
“Nah kalau kita mau pakai 5G untuk FWA itu akan berhasil sih. Karena itu nanti lebih terkonsentrasi gitu loh. Kalau mobile itu biayanya besar sekali,” kata Yune di Jakarta, Jumat (21/2/2025).
-

Pakar Hukum Singgung Kasus Bolt, Berharap BHP Frekuensi 1,4 GHz Terjangkau
Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) diminta menetapkan harga yang terjangkau pada lelang spektrum frekuensi 1,4 GHz. Tutupnya Bolt dapat jadi pelajaran.
Layanan internet 4G Bolt (Internux) di Indonesia resmi ditutup pada 28 Desember 2018. Penutupan ini dilakukan karena pemerintah mencabut izin frekuensi yang dimiliki Bolt.
Bolt sempat menunggak pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) spektrum frekuensi radio kepada negara dan tidak mampu membayar. Alhasil, pemerintah mencabut izin frekuensi 2,3 GHz untuk Bolt, PT First Media, dan PT Jasnita Telekomindo.
Pakar hukum sekaligus Dekan Fakultas Hukum Universitas Mitra Bangsa (UMIBA), Kamilov Sagala meminta kepada pemerintah untuk menetapkan tarif dasar frekuensi yang terjangkau.
Tarif yang terlalu mahal dinilai akan membebani perusahaan telekomunikasi sehingga mereka sulit untuk bernapas.
“Bagaimana frekuensi di lelang ternyata tinggi sekali nilainya. Akhirnya mereka jualnya juga yang tidak mampu dan akhirnya dikembalikan lagi,” kata Kamilov dalam agenda Morning Tech di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Pengembalian jaringan tersebut, kata Kamilov membuat masalah lainnya. Karena ada Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi atau BHP yang yang harus dibayarkan.
Namun, yang menjadi masalah apakah saat ini Bolt sudah membayarkan BHP tersebut atau belum ke pihak Komdigi.
“Karena ada uang yang belum dikembalikan. Dan pemilik frekuensi tidak mampu membayar kepada negara,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kamilov menyoroti banyaknya Jartaplok atau Jaringan Tetap Lokal yang dapat berpartisipasi dalam seleksi 1,4 GHz.
Sehingga, akan banyak yang berminat untuk mendapatkan frekuensi 1,4 GHz dan Kamilov mengkhawatirkan kasus Bolt akan terulang.
“Ya ujung-ujungnya berjualan lagi. Kayak Bolt lagi nanti kasusnya,” ucap Kamilov.
Diketahui, Komdigi berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi pemanfaatan seleksi tersebut.
BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.
Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit.
Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Keduanya akhirnya tutup karena tak mampu bersaing dan kesulitan modal.
-

Komdigi Sebut 7 Penyelenggara Telekomunikasi Berminat Ikut Seleksi Pita 1,4 GHz
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyebut sudah ada tujuh penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berminat ikut andil dalam seleksi pita frekuensi 1,4 GHz.
Adapun, spektrum 1,4 GHz adalah bagian dari spektrum frekuensi radio yang digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk telekomunikasi dan penyiaran. Frekuensi ini berada dalam rentang Ultra High Frequency (UHF).
Koordinator Kebijakan Penyelenggara Infrastruktur Digital Komdigi Benny Elian amenyampaikan, dari 10 penyelenggara yang ada tujuh penyelenggara berminat ikut seleksi pita 1,4 GHz.
“Nah, kita sudah melakukan penjaringan minat, lebih dari 10 dari penyelenggara, dan setidaknya 7 penyelenggara sekarang sudah menyatakan berminat. Jadi, kita akan beralih ke mekanisme seleksi,” kata Benny dalam agenda Morning Tech di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Meski terdapat tujuh penyelenggara, Benny menuturkan bahwa masih ada kemungkinan terdapat penyelenggara yang berminat mengikuti seleksi ini.
Apalagi, Benny mengakui bahwa masih ada penyelenggara yang belum memberikan pernyataan untuk ikut dalam proses seleksi spektrum 1,4 GHz.
Lebih lanjut, terkait dengan siapa saja penyelenggara yang berminat ikut seleksi ini, Benny enggan menjawab lebih detail.
“Untuk yang tujuh itu, saya tidak ingat jelas, tapi cuma yang pasti, beberapa selular ada, dan sisanya itu penyelenggara FO itu yang saya hafal,” ujarnya.
Diketahui, Komdigi berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi pemanfaatan seleksi tersebut.
BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.
Laporan Global Momentum and Economic Impact yang dikeluarkan oleh Plum untuk GSMA pada 2015 menyebutkan bahwa pita 1,4 GHz – 1,5 GHz telah digunakan di sejumlah negara Eropa dan Asia.
Jepang menjadi salah satu negara yang telah memanfaatkan pita 1427-1518 MHz untuk internet sejak 2015. Sementara itu, di Eropa disebut terdapat 28 negara pada 2015, yang telah menggunakan pita frekuensi 1452-1492 MHz untuk internet, dengan konsultasi lelang di Prancis, Italia, dan Irlandia.
Brasil menjadi negara perwakilan di Amerika Latin, sementara itu Asia Pasifik, India masih sebatas rencana untuk memanfaatkan spektrum tersebut.
Pita 1,4 GHz menjadi pita tambahan bagi layanan internet seluler dengan cakupan luas, cocok untuk pedesaan dan dalam gedung. Frekuensi tersebut juga dapat mengantarkan internet dengan baik karena penggunaannya masih minim.
Bahkan, 1 dekade lalu memperkirakan potensi manfaat ekonomi global mencapai dalam memanfaatkan 1,4 GHz untuk FWA dapat mencapai US$50 miliar dari penggunaan 40 MHz (downlink), dengan tambahan 20% jika 40 MHz lagi tersedia 5 tahun kemudian.
-

Alibaba China Investasi Rp826 Triliun Kembangkan AI, Siap Saingi Eropa dan AS
Bisnis.com, JAKARTA — Alibaba mengumumkan rencana investasi US$53 miliar atau Rp826 triliun selama 3 tahun ke depan untuk membangun pusat data AI generasi baru, pengembangan chip khusus AI (Hanguang 900), dan komputasi awan canggih.
Langkah ini merupakan bagian dari transformasi strategis perusahaan dari e-commerce ke teknologi AI dan komputasi awan.
Melansir Bloomberg pada Senin (24/2/2025), perusahaan internet yang didirikan oleh Jack Ma itu berencana untuk mengeluarkan lebih banyak dana untuk AI dan jaringan komputasi awan dibandingkan dekade terakhir.
Dalam blog resminya, Alibaba menyebut perusahaan mempunyai visi untuk menjadi mitra utama bagi perusahaan-perusahaan yang mengembangkan dan menerapkan AI di dunia nyata seiring dengan berkembangnya model-model dan kebutuhan daya komputasi yang semakin meningkat.
Alibaba memperbaiki bisnisnya yang terpuruk akibat tindakan keras pemerintah yang dimulai pada tahun 2020, dengan memfokuskan kembali ambisinya pada e-commerce dan AI.
Pekan lalu, Chief Executive Officer Eddie Wu menyatakan bahwa Artificial General Intelligence, atau AGI, kini menjadi tujuan utamanya, mengikuti perlombaan yang sejauh ini dipimpin oleh perusahaan-perusahaan seperti OpenAI dan perusahaan-perusahaan besar AS mulai dari Microsoft Corp. hingga Alphabet Inc.
Komitmen ini menandakan persaingan yang makin panas antara negara-negara berkembang dalam pengembangan kecerdasan buatan.
Prancis (Rp1.830 Triliun)
Pada 10 Januari 2025, Presiden Prancis Emmanuel Macron dikabarkan akan mengumumkan rencana investasi jumbo swasta senilai US$112,5 miliar atau Rp1.830 triliun untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Pendanaan tersebut mencakup rencana perusahaan investasi Kanada Brookfield untuk menginvestasikan US$20,61 miliar dalam proyek AI di Prancis dan pendanaan dari Uni Emirat Arab yang dapat mencapai US$51,52 miliar pada tahun-tahun mendatang.
Reuters melaporkan Istana Elysee mengatakan investasi UEA akan mencakup pembiayaan untuk pusat data 1 gigawatt. Surat kabar La Tribune de Dimanche melaporkan bahwa sebagian besar investasi Brookfield akan digunakan untuk pusat data.
Masayoshi Son (Rp1.600 Triliun)
Sementara itu di penghujung 2024, Pendiri dan CEO dari SoftBank Group Corp. Masayoshi Son berencana untuk mengembangkan cip semikonduktor untuk kecerdasan buatan (AI) dan akan. berinvestasi US$100 miliar di Amerika Serikat selama 4 tahun mendatang.
Kepastian investasi ini diumumkan saat Son melakukan pertemuan dengan presiden terpilih AS Donald Trump di Mar-a-Lago pada pekan lalu.
Son berinvestasi di Amerika dinilai jauh lebih ambisius dan strategis. Menurut beberapa sumber yang mengetahui rencananya, Son tengah fokus pada pengembangan cip semikonduktor untuk kecerdasan buatan, dengan tujuan besar membangun cip AI yang dapat bersaing dengan Nvidia.