Category: Bisnis.com Tekno

  • Gundah Seller Lazada, dari Ratusan Paket Terjual hingga Turun Drastis

    Gundah Seller Lazada, dari Ratusan Paket Terjual hingga Turun Drastis

    Bisnis.com, JAKARTA — Naik turunnya sebuah penjualan tentu merupakan hal yang wajar dialami oleh seller di e-commerce. Ada masanya penjualan meningkat pesat, dan ada pula masanya penjualan menurun tajam. Panji (30), seorang seller di Lazada berbagi cerita.

    Panji khusus berjualan pakaian di e-commerce Lazada. Panji mulai berdagang melalui platform online berwarna biru itu sejak 2019 hingga sekarang. Tentu dia telah merasakan pasang surut penjualan online, terutama di era pandemi Covid-19 masa kejayaan yang pernah ia rasakan.

    Di masa jayanya, Panji mendapatkan omzet yang cukup besar, hingga ratusan paket terkirim setiap hari, tetapi itu tidak bertahan lama “Dulu waktu pandemi, penjualan tertinggi itu dari Lazada. Sehari bisa kirim 20–100 paket. Waktu itu belum ada promosi berbayar, omzet bisa Rp2 juta – Rp15 juta per hari,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (27/11/2025).

    Setelah pandemi mereda, kata Panji, transaksi penjualan mulai berubah. Terlebih dalam dua tahun terakhir, penjualan terasa semakin menurun. Berbagai cara telah diupayakan, mulai dari iklan berbayar hingga membuat konten untuk menarik pembeli. Namun apa daya, penjualan yang diharapkan melejit justru kadang berada di titik terendah.

    Penurunan ini dapat terjadi karena berbagai faktor seperti perubahan sudut pandang konsumen ke merek Lazada. Namun yang dia soroti, di tengah penurunan jumlah pengunjung, beberapa kebijakan platform dinilai memberatkan, seperti kenaikan biaya admin, keharusan menggunakan layanan promosi berbayar agar produk terlihat, serta kewajiban memakai layanan pengiriman milik Lazada (LEX).

    “Terus harus pakai promosi, kalau enggak ya nggak ada pembeli. Pengiriman juga cuma bisa lewat LEX yang titik drop point-nya masih sedikit, jadi seller sering telat kirim dan pembeli kecewa,” jelasnya. 

    Menurut Panji, penjualan dalam dua tahun terakhir merupakan yang terburuk. “Sekarang udah kayak mati suri itu akun Lazada. Nggak ada penjualan sama sekali.”

    Panji juga merasa heran mengapa kondisi tersebut bisa terjadi, padahal dahulu penjualannya sangat tinggi hingga mampu membentuk komunitas sesama pedagang online Lazada di wilayah Tangerang. 

    Tidak hanya Panji yang merasakan penurunan daya beli. Ani (22), seorang mantan karyawan perusahaan penjual perabotan bayi di BSD yang juga berjualan di Lazada, mengalami penurunan penjualan serupa. Pada 2025, Lazada menjadi platform dengan pemasukan terendah dibandingkan platform belanja online lainnya.

    Bagaimana dengan Konsumen Lazada?

    Tidak hanya penjual, konsumen pun merasakan perubahan layanan di Lazada. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, sebagian besar pengguna mengaku berhenti memakai aplikasi tersebut dalam satu hingga dua tahun terakhir. Alasannya beragam, mulai dari pengiriman, ongkos kirim, hingga branding yang dinilai kalah bersaing dengan platform lain.

    Laila (21), seorang mahasiswi di Sumatera Barat, mengatakan sudah dua tahun tidak memakai Lazada. “Aku jarang pakai soalnya ongkirnya kadang mahal banget dan pengirimannya lebih lama dari aplikasi oranye. Padahal sebenarnya harga di Lazada lebih murah,”

    Pengguna lain menyebut bahwa iklan dan branding Lazada kini tidak segencar kompetitor. “Jarang dipakai jadi dihapus, terakhir pakai satu tahun kebelakang. Lazada udah ketimpa sama Shopee, TikTok, Tokopedia. Mungkin karena promosinya nggak semenarik aplikasi lain, padahal produknya sama aja,” ujar Adel (21).

    Senadan, Rara (22), pekerja kantoran di Tangerang juga berpendapat Lazada kalah dengan kompetitor dari segi marketing hingga iklan. “Sampai diskon lebih menarik di sana. [kompetitor]” kata Rara.

    Lazada pada masanya pernah menjadi era kejayaan bagi para seller di dalamnya. Platform ini juga sempat menjadi salah satu yang paling digemari konsumen pada waktunya. Namun perubahan zaman, strategi platform, dan persaingan yang semakin ketat kini membuat posisi Lazada tidak lagi sekuat dahulu. (Nur Amalina)

  • Apple Digugat Lagi, Pasokan iPhone Dituduh Pakai Mineral Selundupan

    Apple Digugat Lagi, Pasokan iPhone Dituduh Pakai Mineral Selundupan

    Bisnis.com, JAKARTA — Raksasa teknologi Apple Inc. kembali menghadapi tekanan hukum terkait transparansi rantai pasok globalnya.

    Kelompok hak asasi manusia International Rights Advocates (IRAdvocates) mengajukan gugatan baru yang menuduh Apple menggunakan mineral konflik yang melanggar hukum perlindungan konsumen.

    Melansir dari Apple Insider Kamis (27/11/2025), IRAdvocates melalui dokumen gugatan yang dilaporkan pada November 2025, meminta pengadilan untuk memverifikasi dugaan bahwa rantai pasok Apple telah disusupi oleh material ilegal yang terhubung dengan pelanggaran hak asasi manusia di Republik Demokratik Kongo.

    Gugatan itu juga memberikan rincian spesifik yang menjadi dasar argumen hukum mereka.  IRAdvocates secara gamblang menamai tiga smelter asal China Ningxia Orient, JiuJiang JinXin, dan Jiujiang Tanbre. 

    Para penggugat menuduh bahwa ketiga smelter ini memproses coltan, bijih penghasil tantalum untuk iPhone, yang diselundupkan melalui Rwanda setelah kelompok bersenjata merebut tambang di Republik Demokratik Kongo Timur. Mineral tersebut kemudian “dicuci” melalui skema sertifikasi palsu sebelum diekspor ke Asia.

    Ini bukan pertama kalinya Apple menjadi sasaran gugatan IRAdvocates. Kelompok ini sebelumnya menggugat Apple pada 2019, bersamaan dengan  Tesla, Alphabet, Microsoft, dan Dell, atas dugaan pelanggaran terkait pengadaan kobalt. 

    Kasus tersebut akhirnya ditutup pada 2024 setelah pengadilan memutuskan bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan teknologi dalam rantai pasok kobalt global tidak dapat dikategorikan sebagai keterlibatan langsung dalam pelanggaran hak asasi manusia.

    Apple juga pernah melayangkan pernyataan resmi demi menyanggah dugaan tersebut pada 2024 terkait kasus mineral konflik. Dalam dokumen itu Apple mempertahankan posisi bahwa mereka menjalankan standar pengadaan yang ketat. 

    Perusahaan menyatakan bahwa untuk tahun kesepuluh berturut-turut, 100% pelebur dan pemurni yang teridentifikasi dalam rantai pasoknya untuk material 3TG (timah, tungsten, tantalum, dan emas) telah berpartisipasi dalam audit pihak ketiga yang independen. 

    Pernyataan resmi Apple pada 2023 juga menyoroti target tahun 2025 untuk menggunakan 100% kobalt daur ulang di semua baterai rancangan Apple dan 100% elemen tanah jarang daur ulang pada magnet.

    Rumitnya situasi di lapangan memaksa Apple mengambil langkah drastis pada pertengahan tahun lalu. Perusahaan teknologi raksasa itu mengeluarkan pemberitahuan kepada pemasok pada Juni 2024 untuk menghentikan pengadaan mineral 3TG dari Republik Demokratik Kongo dan Rwanda, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    “Menanggapi laporan tentang meningkatnya konflik regional, serta penyelundupan dan pajak ilegal, pada Juni 2024 Apple mengeluarkan pemberitahuan kepada pemasoknya untuk menghentikan pengadaan,” demikian pernyataan Apple. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

  • BRIN Bakal Bangun Pusat Penelitian Untuk Produksi Protein

    BRIN Bakal Bangun Pusat Penelitian Untuk Produksi Protein

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria mengatakan bahwa pihaknya akan membentuk pusat penelitian baru untuk memperkuat produksi protein nasional.

    Hal ini disampaikannya usai menghadap Presiden Prabowo Subianto bersama dengan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian ke Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (24/11/2025). 

    “Insyaallah kami akan segera membentuk pusat penelitian perikanan tangkap untuk bisa menunjang target peningkatan produksi untuk protein ini,” ucapnya.

    Dalam pertemuan tersebut, Arif Satria menyampaikan laporan sekaligus menerima arahan langsung Presiden Prabowo terkait masa depan riset dan inovasi nasional.

    Arif Satria mengatakan bahwa dirinya bersama Wakil Kepala BRIN melaporkan langkah-langkah jangka pendek yang telah disiapkan untuk menata ulang organisasi dan memperkuat dukungan terhadap program prioritas pemerintah. Presiden Prabowo, lanjut Arif, menegaskan pentingnya peran BRIN sebagai lembaga riset dan inovasi nasional.

    “Pak Presiden berpesan bahwa BRIN adalah sebuah institusi riset yang sangat penting buat bangsa ini dan diharapkan harus selalu memberi harapan baru dengan temuan-temuannya, dengan inovasi-inovasinya, agar berbagai masalah yang ada di bangsa ini bisa diselesaikan,” ujar Arif dalam keterangannya kepada awak media usai pertemuan.

    Arif mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo meminta BRIN memperkuat percepatan hilirisasi inovasi, termasuk kolaborasi strategis dengan kementerian dan lembaga, termasuk Danantara serta Agrinas.

    Bahkan, kata Arif, Presiden Ke-8 RI itu memberikan arahan khusus mengenai kemitraan strategis antara BRIN dan Agrinas.

    “Agrinas adalah partner yang harus benar-benar menjadi mitra dalam hilirisasi, inovasi maupun riset. Sehingga Agrinas Palma, Agrinas Pangan, Agrinas Jaladri ini bisa mendapatkan teknologi terkini untuk meningkatkan produksi pangan. Karena bagi Bapak Presiden, masalah swasembada pangan itu sesuatu yang harus benar-benar diwujudkan,” ungkap Arif.

    Dia melanjutkan bahwa Prabowo pun menekankan bahwa swasembada pangan harus diperluas, bukan hanya pada komoditas pangan seperti padi dan jagung. 

    Selain sektor pangan, Presiden Prabowo juga menugaskan BRIN untuk mendukung berbagai industri strategis yang menyerap banyak tenaga kerja. Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada garmen dan sepatu, namun perlu memperkuat kemandirian di sektor elektronik.

    Dalam kesempatan tersebut, Arif turut melaporkan kepada Presiden Prabowo bahwa BRIN telah menyiapkan sejumlah inovasi di sektor alutsista. BRIN disebut akan memperluas kolaborasi dengan PT Dirgantara Indonesia, Pindad, serta industri otomotif nasional

    “Saya kira Maung yang sudah diproduksi oleh Pindad ini terus akan diperkuat R&D-nya,” tutur Arif.

    Arif pun menilai arahan Presiden Prabowo membuka momentum besar bagi konsolidasi riset nasional.

    “Ini saya kira momentum yang sangat baik sekali untuk konsolidasi riset dan inovasi nasional, agar ini bisa menjadi pilar bagi kemajuan ekonomi kita,” pungkasnya.

  • WIFI di Pusaran Internet Rakyat, Untung atau Buntung?

    WIFI di Pusaran Internet Rakyat, Untung atau Buntung?

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) dan PT Eka Mas Republik (MyRepublic) mengemban kewajiban menghadirkan layanan internet terjangkau bagi puluhan juta masyarakat setelah mereka memenangkan pita frekuensi 1,4 GHz.

    PT Telemedia Komunikasi Pratama telah terlibat dalam penggelaran Internet Rakyat Rp100.000, sementara itu MyRepublic belum mengumumkan. 

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi Wayan Toni Supriyanto mengatakan para pemenang seleksi memiliki kewajiban untuk menyediakan layanan layanan internet dengan harga per bulan yang terjangkau.

    Perluasan layanan internet murah diarahkan ke kelompok masyarakat menengah ke bawah yang jumlahnya mencapai 34,5 juta rumah tangga serta 2,8 juta rumah tangga di segmen low-income dengan pengeluaran telekomunikasi Rp17.000 sampai Rp180.000 per bulan.

    “Ini tidak hanya wajib dilaksanakan oleh PT Telemedia Komunikasi Pratama, namun juga wajib dilaksanakan oleh PT Eka Mas Republik selaku pemenang seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz,” kata Wayan kepada Bisnis, dikutip Kamis (27/11/2025).

    Dia mengatakan langkah tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah menghadirkan internet di rumah dengan kecepatan akses sampai dengan (up to) 100 Mbps dengan harga layanan yang terjangkau dan andal.

    Pemerintah menargetkan penetrasi internet tetap  berbasis fiber to the home (FTTH) dan fixed wireless access (FWA) dapat menyentuh 30% pada 2026. 

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan layanan internet tetap yang stabil dibutuhkan sebagai menjadi fondasi utama pembelajaran digital, serta untuk memberdayakan UMKM. 

    “Jadi FTTH dan FWA tahun depan kita targetkan 30 persen rumah memiliki koneksi tetap. Pendidikan dan UMKM memerlukan koneksi yang lebih secure dan lebih stabil,” kata Meutya.

    Komdigi resmi menutup lelang frekuensi 1,4 GHz dengan PT Telemedia Komunikasi Pratama memenangkan regional I dan PT Eka Mas Republik mendapat regional II dan regional III.

    Dengan berakhirnya lelang ini, Komdigi juga akan berkontribusi terhadap pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp805,5 miliar per tahun, dengan tahun pertama 2x dari angka yang disetorkan. 

    Mengutip laman resmi, Selasa (25/11/2025),  sesuai ketentuan Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) resmi memenangkan lelang regional I yang meliput Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. Telemedia menang dengan harga penawaran Rp403,7 miliar.

    Sementara itu Eka Mas Republik, perusahaan telekomunikasi milik Sinar Mas, mendapat regional II dengan harga penawaran Rp308,8 miliar, dan regional III dengan harga penawaran Rp100,8 miliar.

    Adapun regional II meliputi Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara, sementara regional III meliputi Kalimantan dan Sulawesi.

    Menkomdigi menetapkan kemenangan mereka melalui Keputusan Menteri Komunikasi dan Digital no.489/2025, 490/2025, dan Kepmen no.491/2025 tanggal 24 November 2025.

    “Penetapan Pemenang Seleksi sebagaimana dimaksud pada angka 2 bersifat final dan mengikat,” tulis Komdigi dalam websitenya.

    Pasar luas …

  • Raksasa Teknologi Disebut Ogah Investasi di RI karena Marak Praktik Suap

    Raksasa Teknologi Disebut Ogah Investasi di RI karena Marak Praktik Suap

    Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dihadapkan risiko kehilangan momentum investasi dari raksasa teknologi global akibat tingginya biaya berbisnis atau high-cost economy hingga marak praktik suap.

    Meski atensi para CEO teknologi dunia seperti Elon Musk, Jensen Huang, dan Jeff Bezos sangat tinggi terhadap Indonesia, realisasi investasi dengan jumlah besar justru beralih ke negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, atau Vietnam.

    Pengamat Ekonomi/Peneliti LPEM UI Teuku Rifki mengatakan sejumlah investor luar menilai hambatan utama bukan terletak pada kurangnya potensi pasar, melainkan birokrasi yang rumit dan praktik korupsi.

    Faktanya, praktik pemerasan (rent-seeking) masih menjadi penghambat terbesar dalam proses perizinan. Artinya, perusahaan besar yang berniat masuk ke Indonesia sangat rentan menghadapi pemalakan.

    “Lebih dari 60% perusahaan besar (Big Firms) di Indonesia mengaku harus memberikan suap atau ‘hadiah’ hanya untuk mendapatkan izin konstruksi,” kata Rifki dalam acara Digital Economy & Telco Outlook 2026, Rabu (26/11/2025).

    Laporan tersebut juga menunjukkan ketimpangan ekstrem jika disandingkan dengan rata-rata dunia yang hanya 14%. Bahkan, suap untuk perizinan serupa di Malaysia tercatat 0%. Kesenjangan efisiensi ini menjadi alasan logis mengapa arus modal lebih deras mengalir ke negara tetangga.

    Rifki juga menjelaskan pola korupsi yang terjadi sangat ironis karena secara spesifik menyasar karakteristik perusahaan yang paling produktif. Perusahaan dengan teknologi maju, tenaga kerja high-skill, dan berorientasi ekspor adalah entitas yang paling sering menjadi sasaran pemerasan.

    “Ternyata prevalensinya itu lebih banyak eksportir yang dipalak,” jelasnya. 

    Dampak dari hambatan struktural ini sangat nyata. Ketika investor enggan membuka usaha karena risiko tinggi, penciptaan lapangan kerja terhenti dan daya beli masyarakat pun stagnan. 

    Selain itu, ketidakpastian hukum juga menjadi faktor mengapa banyak investor luar lebih memilih klausul arbitrase di Singapura dibanding pengadilan dalam negeri.

    “Mungkin banyak yang belum diketahui publik tapi banyak international companies yang invest di Indonesia itu dalam kontraknya arbitrasenya maunya di court Singapura. Enggak ada yang mau arbitrase di court Indonesia gitu. Karena legal uncertainty-nya sangat-sangat tinggi,” ujar Rifki.

    Rifki berharap pemerintah dapat perlu segera mengambil langkah strategis guna membalikkan keadaan dan menarik kembali minat investor global. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

  • Operator Telekomunikasi Belum Siap Adopsi AI, Terkendala Data Debt

    Operator Telekomunikasi Belum Siap Adopsi AI, Terkendala Data Debt

    Bisnis.com, JAKARTA — Operator telekomunikasi di kawasan Asia Pasifik dinilai belum sepenuhnya siap memaksimalkan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), salah satunya karena persoalan “data debt”.

    Temuan tersebut diungkap dalam laporan terbaru Accenture bertajuk Cracking the Code on Data Debt. 

    Laporan itu menjelaskan bahwa data debt merupakan hambatan yang timbul akibat data perusahaan yang tersebar, tidak konsisten, dan terfragmentasi sehingga sulit dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan maupun inovasi berbasis AI.

    Kondisi ini membuat 71% eksekutif operator telekomunikasi di Asia Pasifik mengaku tidak memiliki visibilitas menyeluruh terhadap jaringan dan portofolio mereka. 

    Dampaknya, pengambilan keputusan menjadi lebih lambat. Selain itu, 66% karyawan operator (CSP) justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membersihkan data dibandingkan menganalisisnya. Hanya 2% operator di kawasan ini yang telah memiliki strategi data terpadu dengan proses berbagi data lintas fungsi yang berjalan mulus.

    Accenture juga merilis laporan pendukung berjudul The Front Runner’s Guide to Scaling AI, yang menunjukkan bahwa hanya 21% perusahaan telekomunikasi di Asia Pasifik berhasil memperoleh manfaat nyata dari investasi AI. 

    Kelompok yang lebih maju ini umumnya menempatkan investasi jangka panjang pada pembaruan fondasi teknologi, pembangunan platform data yang siap untuk AI, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja.

    Selain itu, operator di kawasan APAC kini berfokus pada lima area pengembangan AI, termasuk penerapan Self-Healing Automated Network dan Field Engineer Technical Assistant dalam Network & Service Assurance, Agent Co-Pilot pada layanan pelanggan, serta Sales Co-Pilot dan Marketing Content Generation untuk mendukung penjualan dan pemasaran.

    Managing Director and Lead, Communications, Media and Technology Industry, Accenture in APAC Tore Berg mengatakan perusahaan telekomunikasi memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI, data, dan otomatisasi guna menghadirkan pengalaman pelanggan yang lebih mulus dan personal. 

    Menurutnya, inovasi tersebut juga dapat membuka peluang layanan baru agar bisnis konsumer tetap tumbuh di tengah pasar yang semakin kompetitif.

    Dia menambahkan bahwa pertumbuhan AI dan meningkatnya kebutuhan solusi berbasis cloud yang aman memberikan peluang bagi operator untuk memanfaatkan kekuatan jaringan dan kepercayaan pelanggan.

    “Ini dapat mendorong pertumbuhan bisnis B2B sekaligus memperkuat peran mereka dalam ekonomi digital,” kata Tore dalam keterangan resminya pada Rabu (26/11/2025).

    Tore juga menyoroti tumbuhnya kesadaran operator telekomunikasi terhadap potensi AI. 

    Dia mengatakan operator telekomunikasi semakin menyadari potensi kecerdasan buatan dan mulai berinvestasi karena melihat teknologi tersebut mampu meningkatkan produktivitas sekaligus profitabilitas bisnis.

    “Sebagian kecil pemimpin sudah bergerak lebih jauh dengan melakukan investasi mendalam dan konsisten untuk melakukan reinvent bisnis mereka, membuka peluang baru yang mendukung perluasan bisnis di masa depan,” katanya.

    Sementara itu, Vivek Luthra, Senior Managing Director, Data and AI Lead, APAC & South East Asia Business and Global Strategic Pursuits at Accenture, menegaskan peningkatan pemanfaatan AI membutuhkan komitmen besar dari perusahaan.

    Dia menyebut adopsi AI harus berfokus pada inti bisnis dan dipandu langsung oleh manajemen puncak serta didukung transformasi struktural yang nyata.

    “Dua area yang harus menjadi prioritas utama adalah teknologi dan talenta,” katanya. Vivek menjelaskan persoalan technical debt yang selama ini membebani operator kini berkembang menjadi data debt, terutama karena data yang terisolasi dan tidak konsisten.

    “Sistem lama menyerap anggaran namun menghambat kelincahan. Sekarang muncul pula data debt karena data yang tidak konsisten dan terisolasi menghambat inovasi berbasis AI. AI justru dapat membantu operator mempercepat modernisasi dan mengatasi masalah tersebut,” katanya.

    Menurutnya, kebutuhan keterampilan juga berubah seiring meningkatnya otomatisasi di industri telekomunikasi. Tenaga kerja yang dibutuhkan bukan hanya ahli jaringan, tetapi juga memiliki kemampuan data dan AI

    “Operator perlu strategi terarah untuk membangun keterampilan baru sekaligus menyiapkan tenaga kerja masa depan,” ungkapnya.

    Adapun Tejas Rao, Managing Director and Global Network Practice Lead, Communications Media and Technology, Accenture, menilai penerapan agentic AI menjadi kunci akselerasi menuju operasi jaringan otonom atau zero-touch.

    Dia menuturkan teknologi ini memberikan peluang transformasi besar bagi operator telekomunikasi.

    “Sebanyak 63% operator telekomunikasi global kini telah berinvestasi dalam AI agents. Sebagian besar masih pada tahap eksperimen, namun 2 dari 10 sudah mulai menerapkannya secara lebih luas di berbagai fungsi. Teknologi ini memberikan peluang besar bagi operator untuk mentransformasi konektivitas menjadi aset strategis yang mendorong pertumbuhan,” ungkapnya.

    Laporan Cracking the Code on Data Debt disusun berdasarkan survei terhadap 256 eksekutif senior dari 24 negara, termasuk 66 eksekutif asal Asia Pasifik. Adapun riset The Front Runner’s Guide to Scaling AI melibatkan 2.000 eksekutif C-suite dan pakar data dari hampir 2.000 perusahaan global berpendapatan di atas US$1 miliar di 15 negara, termasuk 38 operator telekomunikasi (CSP) di kawasan APAC. 

    Penilaian dilakukan terhadap kesiapan data, talenta, responsible AI, serta kematangan LLM operations untuk memetakan tingkat kesiapan AI perusahaan pada empat kategori, yaitu Experimenting, Progressing, Fast-Followers, dan Front-Runners.

  • Mengapa Ada Investor yang Pilih Bertahan Selamanya di Startup Zombie?

    Mengapa Ada Investor yang Pilih Bertahan Selamanya di Startup Zombie?

    Bisnis.com, JAKARTA — Pernah dengar istilah zombie ventura? Kalau belum, ini saatnya kita ulik. Salah satu contoh terbaru datang dari perusahaan Italia, Bending Spoons. 

    Sebelumnya perusahaan ini hampir tidak dikenal publik. Namun, tiba-tiba jadi sorotan ketika dalam 48 jam mereka mengumumkan akuisisi AOL sekaligus menggalang dana US$270 juta atau Rp4,05 triliun, yang langsung melipatgandakan valuasinya menjadi US$11 miliar atau Rp165 triliun, naik dari US$2,55 miliar atau Rp38,25 triliun awal 2024.

    Strategi Bending Spoons cukup unik. Mereka membeli startup atau perusahaan teknologi yang stagnan, seperti Evernote, Meetup, dan Vimeo, lalu memangkas biaya dan menaikkan harga untuk mendorong profit. 

    Mirip dengan ekuitas swasta, tapi ada satu perbedaan penting, mereka tidak berniat menjual perusahaan-perusahaan ini.

    Dalam laporan Techcrunch, Rabu (26/11/2025), Andrew Dumont pendiri dan CEO Curious, menyebut bahwa strategi beli dan pertahankan selamanya yang diterapkannya zombie ventura akan semakin populer. 

    Hal ini karena munculnya startup berbasis AI membuat bisnis perangkat lunak lama, yang didukung modal ventura menjadi kurang relevan

    Selain itu, kata Dumont, beberapa modal ventura juga tidak terlalu fokus terhadap profit dan masih melihat valuasi.

    “Ada banyak bisnis bagus yang dijual murah karena valuasinya tidak sesuai usaha yang dibutuhkan untuk mempertahankannya. Kami hadir untuk memberi likuiditas sekaligus menghidupkan kembali bisnis-bisnis ini,” kata Dumont.

    Curious sudah membeli lima perusahaan, termasuk UserVoice, startup 17 tahun yang sebelumnya mengumpulkan US$9 juta atau Rp135 miliar dari Betaworks dan SV Angel. 

    Strategi mereka sederhana memangkas biaya, menaikkan harga, dan memusatkan fungsi administrasi di seluruh portofolio. 

    Dengan begitu, margin keuntungan bisa melonjak 20–30% hampir seketika. Misalnya, bisnis senilai US$1 juta atau Rp15 miliar bisa menghasilkan US$300.000/tahun atau Rp4,5 miliar.

    Model ini memungkinkan Curious membeli lebih banyak perusahaan menggunakan pendapatan yang sama, dan mereka berencana mengakuisisi 50–75 startup dalam lima tahun ke depan. 

    Targetnya adalah perusahaan perangkat lunak yang menghasilkan US$1–5 juta per tahun, yang sering diabaikan investor besar. (Nur Amalina)

  • Siap-Siap! Harga Langganan Spotify Bakal Naik Lagi Kuartal I/2026

    Siap-Siap! Harga Langganan Spotify Bakal Naik Lagi Kuartal I/2026

    Bisnis.com, JAKARTA — Spotify mengumumkan kenaikan harga untuk pengguna Premium pada bulan Agustus lalu. Tahun depan, tarif langganan aplikasi musik ini kembali naik.

    Dilansir dari GSMA Arena, Rabu (26/11/2025), kenaikan ini berlaku bagi pelanggan di wilayah Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Eropa, Amerika Latin, dan kawasan Asia-Pasifik. Namun, Spotify belum merinci negara mana saja yang akan terdampak. 

    Pemberitahuan kenaikan harga disampaikan langsung melalui email kepada pelanggan, sehingga pengguna memiliki waktu untuk menyesuaikan anggaran langganan mereka.

    Berdasarkan informasi yang diterima dari email Spotify Premium, beberapa pasar Uni Eropa, seperti Spanyol, Italia, dan Portugal, mengalami kenaikan sekitar US$1,06/bulan atau Rp16.000. 

    Harga paket Premium kini menjadi US$12,71/bulan atau sekitar Rp192.000. Kenaikan ini dianggap sebagai langkah perusahaan untuk menyesuaikan biaya operasional di tengah inflasi dan perubahan ekonomi global.

    Selain Eropa, Spotify juga sedang bersiap menaikkan harga langganan di Amerika Serikat pada kuartal pertama 2026. 

    Informasi ini dikonfirmasi oleh tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut, seperti yang dilaporkan Financial Times. 

    Kenaikan harga di AS dilakukan sebagai respons terhadap tekanan dari label rekaman besar, yang menuntut Spotify menyesuaikan harga agar dapat mengimbangi inflasi dan biaya lisensi yang meningkat.

    Di Amerika Serikat, Spotify menawarkan tiga paket Premium tambahan, yakni Pelajar, Duo, dan Keluarga, dengan harga masing-masing: US$5,99/bulan atau Rp90.000, US$16,99/bulan atau Rp255.000, dan US$19,99/bulan atau Rp300.000. Paket-paket ini memungkinkan pengguna menikmati musik tanpa iklan, kualitas audio lebih tinggi, dan akses offline, dengan fleksibilitas sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

    Apakah Anda termasuk salah satu pengguna yang menerima notifikasi email kenaikan harga di Spotify?(Nur Amalina)

  • Cara Melacak Lokasi Pasangan via Google Maps dan Operator Seluler

    Cara Melacak Lokasi Pasangan via Google Maps dan Operator Seluler

    Bisnis.com, JAKARTA — Kebutuhan memantau keberadaan lokasi anggota keluarga, pasangan, atau kerabat kini makin mudah berkat integrasi teknologi pada smartphone. 

    Pengguna smartphone dapat memanfaatkan fitur berbagi lokasi secara langsung untuk memastikan keamanan dan estimasi waktu tiba di tujuan tanpa perlu aplikasi tambahan yang rumit.

    Saat ini, metode paling efektif dan akurat yang tersedia adalah dengan memanfaatkan fitur Location Sharing atau Berbagi Lokasi yang terdapat pada Google Maps. 

    Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membagikan titik koordinat mereka secara langsung kepada orang lain melalui tautan khusus.

    Untuk mengaktifkan fitur ini, terdapat langkah-langkah teknis yang perlu dilakukan pada perangkat yang ingin dipantau. 

    Pertama, buka aplikasi Google Maps dan ketuk ikon foto profil yang terletak di pojok kanan atas layar. Selanjutnya, pilih menu “Berbagi lokasi” dan tekan opsi “Bagikan yang baru” dan “Lanjutkan”.

    Pengguna kemudian dapat mengatur durasi pembagian lokasi sesuai kebutuhan, mulai dari 15 menit, satu jam, hingga opsi aktif terus-menerus sampai dinonaktifkan secara manual.

    Setelah durasi ditentukan, pengguna cukup memilih kontak penerima atau menyalin tautan (link) untuk dikirimkan melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp.

    Jika tautan tersebut telah diakses oleh penerima, peta digital akan menampilkan posisi terkini secara langsung. 

    Keunggulan fitur ini selain berbagi lokasi, penerima juga dapat melihat informasi status daya baterai perangkat target dan indikator apakah ponsel tersebut sedang diisi dayanya atau tidak.

    Selain mengandalkan koneksi internet dan GPS melalui Google Maps, pelacakan lokasi juga dapat dilakukan melalui layanan berbasis jaringan (USSD) yang disediakan oleh operator seluler. 

    Metode ini menjadi alternatif praktis jika pengguna tidak memiliki akses paket data yang stabil.

    Adapun bagi pelanggan Telkomsel, fitur pencari lokasi dapat diakses melalui menu panggilan dan ketik *250# atau mengirim SMS ke 5200 dengan format “Teman Nama Nomor”. Sementara itu, pengguna Indosat dapat mengakses menu pelacakan melalui *777*6*6# atau SMS ke 9111 dengan format “CARI NoHP”.

    Bagi pengguna layanan XL, fitur serupa tersedia melalui kode akses *123*573*1# atau dengan mengirimkan SMS ke 9111 menggunakan format “CARI NoHP”.

    Pemanfaatan fitur-fitur ini dirancang untuk memudahkan koordinasi dan memberikan rasa aman bagi pengguna yang ingin memastikan keberadaan orang-orang terdekat mereka secara cepat dan akurat. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

  • Harga Layanan Data RI Termahal di Asean, Internet  Rakyat Solusinya?

    Harga Layanan Data RI Termahal di Asean, Internet  Rakyat Solusinya?

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga internet Indonesia yang terbilang mahal disebut menjadi hambatan dalam mendorong ekonomi nasional. Hadirnya Internet Rakyat diharapkan dapat menjadi pembeda. 

    Pengamat Ekonomi dan Peneliti LPEM UI Teuku Rifky menyampaikan Indonesia memiliki harga internet paling mahal dengan kecepatan paling lambat di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini dinilai memberatkan efisiensi ekonomi nasional.

    Berdasarkan berbagai laporan pada 2025, rata-rata harga internet fixed broadband di Indonesia mencapai sekitar US$0,41 per Mbps (setara Rp6.806 – Rp6.809), jauh di atas negara-negara tetangga seperti Filipina (US$0,14 per Mbps), Malaysia (US$0,09 per Mbps), Vietnam (US$0,04 per Mbps), Singapura (US$0,03 per Mbps), dan Thailand (US$0,02 per Mbps).

    “Harga internet di Indonesia itu paling mahal di ASEAN dengan speed yang paling lambat juga di ASEAN. Jadi tentu enggak ideal,” katanya dalam acara Digital Economy & Telco Outlook 2026, Rabu (26/11/2025).

    Padahal, kata Rifky, kebutuhan akan efisiensi biaya produksi atau production cost sangat mendesak di tengah tantangan daya beli masyarakat yang relatif stagnan. 

    Namun, Rifky menilai sektor telekomunikasi memiliki peluang untuk membalikkan keadaan karena dianggap sebagai sektor paling lincah (agile) dalam adopsi teknologi. 

    Untuk mengatasi ketimpangan harga dan kualitas ini, strategi investasi internasional mulai dicanangkan.

    Sementara itu, Director – Tech and Durables Commercial Lead NielsenIQ Indonesia Bramantiyoko Sasmito mengungkapkan adanya komitmen investasi baru di mana Indonesia akan menggandeng Jepang untuk perbaikan infrastruktur digital.

    Harapannya dengan langkah ini harga internet makin terjangkau. 

    “Sudah ada komitmen investasi, Indonesia akan bekerja sama dengan Jepang untuk memperluas 5G dan menurunkan biaya internet,” ungkapnya dalam acara yang sama.

    Salah satu realisasi dari kerja sama strategis ini terlihat pada pengembangan layanan “Internet Rakyat”.

    Diketahui, layanan yang dikelola oleh anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) ini menggandeng OREX SAI Inc. asal Jepang untuk menghadirkan konektivitas terjangkau. 

    Melansir dari Bisnis, Internet Rakyat berencana mendisrupsi pasar dengan menawarkan paket internet berkecepatan tinggi 100 Mbps yang dibanderol hanya Rp100.000 per bulan. 

    Kehadiran layanan dengan harga ultra-kompetitif ini diprediksi bakal mengubah peta persaingan industri fixed broadband secara signifikan. Strategi harga agresif tersebut berpotensi menekan operator mainstream untuk meninjau ulang struktur tarif mereka. 

    Hal ini tentunya mendorong efisiensi lebih lanjut demi mempertahankan pangsa pasar di tengah tuntutan layanan berkualitas dengan harga terjangkau. Jika terealisasi, disrupsi ini bisa menjadi titik balik untuk mengakhiri era internet mahal dan lambat yang selama ini membebani masyarakat. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)