Category: Bisnis.com Tekno

  • Pengguna IM3 Platinum Indosat Tumbuh 40%, Pascabayar ISAT Makin Menarik

    Pengguna IM3 Platinum Indosat Tumbuh 40%, Pascabayar ISAT Makin Menarik

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Indosat Tbk. (ISAT) mencatat pertumbuhan jumlah pengguna produk unggulan pascabayar IM3 Platinum sebesar 40% hingga April 2025 atau 5 bulan sejak diluncurkan pada November 2024. 

    SVP Head of National Brand IM3 Indosat Essy Prita Cinta mengatakan strategi pengembangan pasar layanan pascabayar yang diterapkan IM3 Platinum mulai membuahkan hasil. 

    Sejak diluncurkan pada November 2024, Essy menuturkan IM3 Platinum telah mencatatkan pertumbuhan pengguna yang signifikan hingga 40%. Sayangnya, Essy tidak menyebutkan jumlah pasti pelanggan pascabayar IM3 Platinium. 

    Jumlah pelanggan pascabayar Indosat pada kuartal IV/2024 dibandingkan dengan kuartal III/2024 tumbuh 6,9% menjadi 1,5 juta pelanggan. 

    Pertumbuhan terjadi setelah Indosat memperkenalkan IM3 Platinium pada November 2024. 

    “Sekarang fastest players buat market Postpaid Itu adalah M3 Platinum dengan 40% pertumbuhan dari sejak launching,” ungkap Essy kepada Bisnis, Jumat (25/4/2025).

    Lebih lanjut, Essy memaparkan bahwa pertumbuhan pengguna layanan pascabayar IM3 Platinum saat ini masih terkonsentrasi di delapan kota besar, meliputi Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Bandung, dan Makassar. 

    Pertumbuhan tersebut akan meluas ke pasar Indonesia Timur, sejalan dengan tergelarnya jaringan di wilayah tersebut. 

    “Pertumbuhan memang masih di delapan kota besar sih. Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Bandung, Makassar,” ujarnya.

    Menanggapi pertanyaan mengenai penetrasi pasar di Indonesia Timur, Essy mengungkapkan bahwa permintaan layanan data di wilayah tersebut sangat tinggi. Hal ini tercermin dari tingginya penggunaan paket data besar oleh pelanggan di Indonesia Timur.

    Tingginya trafik data juga didorong oleh penetrasi jaringan Indosat yang makin merata di wilayah Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua. 

    “Jadi paket IM3 Platinium pertumbuhannya juga tinggi itu di Indonesia Timur gitu. Dan kita melihatkan kepada masyarakat sebenarnya pascabayar tidak lebih mahal daripada layanan prepaid gitu,” katanya. 

    Essy menambahkan bahwa pertumbuhan pengguna di Indonesia Timur sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, meskipun kontribusi terbesar masih berasal dari wilayah Jabodetabek.

    Selain kerja sama strategis dengan iBox dan Apple, Indosat Ooredoo Hutchison juga terus berinovasi dalam menghadirkan produk-produk IM3 Platinum yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 

    Essy menjelaskan bahwa pihaknya melakukan analisis mendalam terhadap data historis penggunaan untuk memastikan penawaran paket yang relevan.

    “Jadi kan kita punya historical, kita pastikan produk-produk yang kita tawarkan itu adalah yang dibutuhkan oleh pelanggan gitu tadi. Jadi untuk market development-nya pas,” pungkas Essy.

    Sekadar infomrasi, IM3 Platinum adalah layanan pascabayar terbaru dari Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang mengusung konsep “Simple, Next Level”.

    IM3 Platinum memiliki sejumlah keunggulan seperti kuota besar dan data rollover, akses prioritas ke jaringan Indosat yang lebih stabil dan cepat hingga SmartASK berbasis AI di aplikasi myIM3.

    Smartphone iPhone 16

    Perluas Mitra Kunci 

    Indosat menjalin kerja sama strategis bersama Apple sebagai Official Telco dalam menghadirkan bundling eksklusif IM3 Platinum dengan iPhone 16.  

    IM3 Platinum menghadirkan bundling iPhone 16 lengkap dengan kuota besar 200GB, serta cicilan terjangkau mulai dari Rp1,5 juta per bulan bersama Home Credit. 

    Director and Chief Commercial Officer Indosat Ooredoo Hutchison Ritesh Kumar Singh mengatakan kolaborasi ini adalah awal dari komitmen jangka panjang IM3 Platinum bersama Apple. 

    “Melalui bundling iPhone 16, kami menghadirkan layanan pascabayar premium yang sepadan dengan kecanggihan teknologi Apple,” kata Ritesh.

    CEO Erajaya Digital Joy Wahjudi menyampaikan kemitraan ini tidak hanya menjawab tingginya antusiasme masyarakat terhadap produk Apple, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi pelanggan melalui kombinasi teknologi canggih dari iPhone 16 dan layanan premium IM3 Platinum. 

    “Dengan dukungan jaringan iBox yang tersebar luas di seluruh Indonesia, kami optimis bundling IM3 Platinum akan mempercepat penetrasi pasar iPhone 16,” kata Joy.

  • XPANCEO Bidik Komersialisasi pada 2030

    XPANCEO Bidik Komersialisasi pada 2030

    Bisnis.com, SINGAPURA – Perusahaan rintisan (startup) yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), XPANCEO, membidik untuk bisa masuk ke pasar secara komersial pada 2030.

    Hal itu diungkapkan oleh Communication Manager XPANCEO Tatiana Feoktistova pada ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore di Marina Bay Sands, Singapura, Jumat (25/4/2025).

    Dia mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini memang terus melakukan pengembangan atas produk-produk unggulan mereka, terutama lensa kontak pintar yang transparan dan amat ringan, dengan transmisi data nirkabel. Produk ini juga memiliki kemampuan augmented reality.

    “Saat ini kami terus melakukan pengembangan. Kami harapkan dalam dua hingga lima tahun ke depan, produk kami bisa berada di pasar. [Komersial 2030] ya,” katanya saat ditemui sejumlah media asal Asia Tenggara di sela-sela ajang tersebut.

    Kendati demikian, Tatiana mengungkapkan bahwa pihaknya belum memiliki rencana khusus terkait pasar perdana yang bakal merasakan produk terobosan ini. Pemilihan pasar untuk peluncuran produk, imbuhnya, amat tergantung dari strategi dan penerimaan konsumen, termasuk dukungan dari pemerintah dan otoritas kesehatan setempat. “Saat ini kami masih berfokus kepada pengembangan produk unggulan kami.”

    Perusahaan spesialis deep tech ini telah mengumpulkan lebih dari US$40 juta pada putaran pendanaan formal pertama atau seed round. Tatiana menyebut bahwa untuk pembangunan fasilitas laboratorium dan pengembangan yang berlokasi Dubai saja, telah menyerap anggaran sekitar US$6 juta.

    Sebelumnya, Founder and Managing Director XPANCEO Roman Axelrod mengungkapkan bahwa pihaknya amat ingin tahu mengenai edisi perdana di Singapura ini. Dia mengatakan bahwa setelah berpartisipasi dalam GITEX Global di Dubai, UEA sebanyak dua kali, pihaknya telah melihat betapa kuatnya platform ini dalam menyatukan inovasi paling ambisius dan para pelopor industri.

    “Kedua kalinya, pengalamannya sangat berharga, jadi tentu saja, kami sangat ingin melihat bagaimana acara ini akan berkembang di Asia. Kami menantikan energi dari acara pertama di kawasan yang membentuk masa depan inovasi global,” katanya.

  • Kota Pintar untuk Pembangunan Masyarakat

    Kota Pintar untuk Pembangunan Masyarakat

    Bisnis.com, SINGAPURA – Pembangunan kota pintar (smartcity) di berbagai belahan dunia perlu melihat kebutuhan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Pemanfaatan teknologi tertentu hanya sebagai digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan warga di kota pintar tersebut.

    Setidaknya hal itulah yang tergambar dalam sebuah sesi diskusi di ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore di Marina Bay Sands, Singapura, Kamis (24/4/2025).

    Senior Advisor Otoritas Ibu Kota Nusantara Daniel Oscar Baskoro mengatakan bahwa pihaknya tidak hanya berfokus pada kehadiran teknologi terbaru dalam pembangunan ibu kota negara (IKN) baru. Pihaknya perlu juga melihat kebutuhan masyarakat yang tinggal di dalamnya yang ia sebut sebagai ‘pelanggan kota’.

    “Kota ini [Nusantara] bukan dibangun untuk pemerintah, tetapi orang-orang yang ada dan tinggal di dalamnya. Teknologi merupakan alat utama untuk memahami kebutuhan masyarakat tersebut,” katanya, Kamis (24/4).

    Dia menegaskan bahwa memahami apa yang dibutuhan oleh masyarakat di kota tersebut menjadi paling utama, sehingga teknologi akan dimanfaatkan untuk mendukung pencapaian kebutuhan tersebut. “Jika mereka butuh teknologi paling canggih, butuh AI [artificial intelligence], maka itu yang akan kami bangun.”

    Oleh sebab itu, pihaknya juga telah meluncurkan aplikasi khusus yang telah memeroleh pengguna sebanyak 150.000 akun hanya dalam kurun waktu tiga bulan.

    Senada, Minister of the Government of Moscow Sergey Cheremin mengungkapkan bahwa pemanfaatan aplikasi di dalam sebuah kota juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan publik, selain untuk partisipasi masyarakat.

    Dia mencontohkan bahwa platform yang ia sediakan, mos.ru, telah memberikan akses kepada 450 layanan kota yang telah menghemat dua hingga tiga hari waktu warga per tahun.

    “[Pemerintah Kota] Moskow juga telah mengintegrasikan sistem pengawasan dengan lebih dari 250.000 kamera yang telah membantu menurunkan tingkat kriminalitas hingga 90%,” ujarnya.

    Deputy Prime Minister Slovakia Peter Kmec menambahkan bahwa investasi teknolohi dan transformasi hijau merupakan salah satu lompatan untuk meningkatkan pembangunan.

    “Kami ingin menghindari ketimpangan antara kota besar dan perdesaan. [Untuk itu] pemerintah harus cerdas agar bisa membangun kota pintas,” katanya.

  • Di Dubai, Menkomdigi Pamer RI Punya AI Center Sampai ke Indonesia Timur Papua

    Di Dubai, Menkomdigi Pamer RI Punya AI Center Sampai ke Indonesia Timur Papua

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid memamerkan penetrasi kecerdasan buatan (AI) yang berjalan secara cepat dan luas hingga ke wilayahj Indonesia Timur, Papua.

    Meutya menyampaikan pencapaian tersebut di depan perwakilan para petinggi teknologi yang tengah berkumpul di acara forum internasional “Machines Can See 2025” 

    Dia mengatakan sebagai bagian dari semangat inklusivitas, Indonesia membangun pusat keunggulan AI di beberapa kota, termasuk Bandung, Surabaya, dan Papua. 

    “Menjadikan pusat keunggulan AI di Papua sangat penting bagi orang Indonesia untuk menunjukkan bahwa AI, bahwa kami percaya inklusivitas sangat penting ketika kita berbicara tentang AI,” kata Meutya dikutip Jumat (25/4/2025). 

    Diketahui, AI Center di Papua akan dibangun oleh PT Indosat Tbk. (ISAT) untuk memberdayakan manusia dan upaya demokratisasi AI. Dengan AI Center, Indosat berharap masyarakat di Indonesia Timur dapat merasakan pengalaman yang sama dengan masyarakat yang berada di Jakarta dan Surabaya.

    Di sisi lain, Meutya menyebut Indonesia sedang berada dalam fase yang sangat strategis secara demografis, digital, dan geopolitik. 

    Dengan lebih dari 212 juta pengguna internet aktif dan status sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di dunia, Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian aktif dalam membentuk masa depan teknologi global.

    Meutya juga menggarisbawahi kesamaan pendekatan yang dibangun Indonesia bersama negara-negara BRICS dalam menciptakan ekosistem AI yang bertanggung jawab. 

    Fokus utamanya mencakup kesetaraan akses, penguatan perspektif global selatan, dan pemanfaatan AI untuk menjawab tantangan nyata masyarakat.

    “Inisiatif Indonesia dengan dialog BRICS semakin mencakup isu-isu seperti menjembatani kesenjangan digital, memajukan solusi pedesaan yang cerdas, dan menjaga kedaulatan data, seperti pemantauan bencana berbasis AI, pertanian cerdas, dan diagnostik kesehatan jarak jauh,” ucap Meutya.

    Meutya mengatakan pemerintah tengah menyiapkan pelelangan spektrum frekuensi 2,6 dan 3,5 gigahertz (GHz) serta memperluas jaringan serat optik dan kabel bawah laut untuk mengakselerasi digital RI.

    Langkah lain yang sedang ditempuh termasuk konsolidasi industri telekomunikasi dan pengembangan pusat data nasional berlatensi rendah untuk mendukung integrasi kecerdasan buatan (AI) yang optimal.

    Sebab, pada bidang infrastruktur digital, politikus Partai Golkar ini menyebut tantangan besar dalam menghubungkan 17.000 pulau Indonesia secara merata. 

    “Ini sebuah kemajuan, tetapi tetap mengingatkan kita tentang skala tantangan untuk membangun konektivitas yang cepat dan andal di 17.000 pulau di Indonesia,” kata Meutya.

    Isu diaspora digital juga menjadi perhatian, Meutya menyampaikan sekitar delapan juta warga negara Indonesia kini tinggal di luar negeri, termasuk 20.000 di antaranya yang bekerja di Silicon Valley.

    Lebih lanjut, Meutya menjelaskan bahwa pendidikan, ketahanan pangan dan penyediaan layanan publik menjadi tiga aspek yang mendapat perhatian besar dari pemerintah Indonesia. 

  • Jejak Perusahaan Afiliasi Toto Sugiri (DCII) di Balik Ekspansi ByteDance Cloud ke RI

    Jejak Perusahaan Afiliasi Toto Sugiri (DCII) di Balik Ekspansi ByteDance Cloud ke RI

    Bisnis.com, JAKARTA — BytePlus, anak usaha ByteDance yang berfokus pada layanan cloud dan AI, resmi hadir ke Tanah Air. Perusahaan menggandeng sejumlah mitra dalam negeri untuk mempercepat laju ekspansi dan penetrasi layanan mereka di Indonesia. Salah satu perusahaan mitra lokal BytePlus adalah PT Sarana Pactindo.

    Sarana Pactindo adalah perusahaan yang terbentuk melalui penggabungan antara Fortress Data Services (FDS) dan PAC Group sejak Maret 2025, sebagai mitra lokal strategis di Indonesia.

    Sementara itu dalam laporan keuangan PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) Maret 2025, FDS merupakan salah satu perusahaan yang berafiliasi dengan DCII.

    Pengumuman kemitraan ini diwakili oleh Operational Director PT Sarana Pactindo, Deddy Arisanto, bersama jajaran direksi perusahaan, yaitu Sutjahyo Budiman selaku Direktur Utama, Ryan Sumadihardja, Yudi Hartono, dan Seno Purwoadi.

    BytePlus juga telah membangun infrastruktur data center di Jakarta untuk memastikan layanan cloud dan AI yang mereka tawarkan dapat memenuhi kebutuhan teknis dan regulasi pasar Indonesia. Dengan infrastruktur ini, BytePlus bertujuan untuk memberikan performa optimal dan latensi rendah bagi pelanggan di Indonesia.

    Melalui kemitraan ini, BytePlus dan PT Sarana Pactindo berharap dapat mempercepat transformasi digital di Indonesia dan memberikan solusi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasar lokal.

    Regional Lead BytePlus Leon Chen mengatakan dalam menghadirkan produk unggulannya, Byteplus tidak hanya mengandalkan harga layanan yang kompetitif, juga menggandeng mitra lokal di Tanah Air.

    Dalam jangka 3-5 tahun ke depan, BytePlus meyakini dapat merangkul sekitar 100 mitra, yang juga akan berperan sebagai perpanjangan tangan perusahaan.  Untuk jangka panjang, Byteplus berambisi untuk menjadi pemimpin pasar untuk layanan AI dan cloud di Tanah Air. BytePlus akan menghadapi pemain cloud besar lainnya seperti AWS, Microsoft, hingga Alibaba.

    “Kami ingin menjangkau 100 korporasi/mitra lokal untuk jangka menengah, karena kami melihat kebutuhan yang dapat kami penuhi bagi para mitra,” kata Leon di Jakarta, Kamis (25/4/2025).

    Leon menambahkan Perusahaan memiliki komitmen kuat untuk membantu ekosistem digital Tanah Air. 

    BytePlus juga telah menggelontorkan investasi sebesar US$10 juta yang akan dioptimalkan untuk memperluas pasar BytePlus di Timur Tengah, Eropa, dan Asia Pasifik, termasuk di Indonesia.

    “Kami telah berinvestasi US$10 juta untuk mendukung ekspansi ke ekosistem mitra lokal Indonesia dan memberikan pelatihan secara gratis,” kata Leon.  

  • CEO Indosat (ISAT) Ungkap Peran AI dalam Mengejar Target Ekonomi 8% Prabowo

    CEO Indosat (ISAT) Ungkap Peran AI dalam Mengejar Target Ekonomi 8% Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. (ISAT) menilai penggunaan kecerdasan buatan (AI) dapat mewujudkan cita-cita Presiden Prabowo Subianto pada sektor pertambangan.

    President Director and Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha mengatakan AI bisa mewujudkan keinginan Prabowo untuk pertumbuhan ekonomi 8%. 

    Dimana pada sektor pertambangan akan menyumbang US$300 miliar atau Rp5.065 triliun dan angka ini hampir 17% dari PDB nasional.

    “Ini (cita-cita Prabowo) bukan sekadar mimpi. Dengan AI sebagai intinya, ini adalah cetak biru untuk percepatan nasional,” kata Vikram dalam acara Indonesia AI Day for Mining Industry 2025, Kamis (24/4/2025).

    Di tempat yang sama, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P Roeslani menegaskan bahwa penerapan teknologi kecerdasan buatan bukan lagi pilihan, melainkan suatu keharusan yang akan menjadi fondasi penting dalam pengembangan ekonomi nasional ke depan.

    Rosan, menyebut teknologi AI dinilai memiliki peran strategis dalam mendorong efisiensi, meningkatkan produktivitas, serta menciptakan peluang kerja baru yang lebih aman dan berkelanjutan.

    “Dengan AI, kita menjadi lebih efisien, pekerjaan menjadi lebih aman, dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Rosan.

    Lebih lanjut, Rosan menjelaskan bahwa adopsi teknologi canggih seperti AI akan meningkatkan nilai perusahaan serta mendorong transformasi ekonomi secara keseluruhan. 

    Terkait dengan arus modal asing, Rosan memastikan bahwa Indonesia telah mulai menerima investasi dari sejumlah negara dalam sektor teknologi, termasuk infrastruktur pendukung penerapan AI.

    “Sudah ada investasi yang masuk, baik dari segi teknologi, infrastruktur, maupun pendukung-pendukung lain yang terkait dengan AI. Harapannya, tren positif ini akan terus berlanjut dan semakin besar di masa depan,” ujarnya.

    Pemerinta, kata Rosan terus berkomitmen untuk terus memfasilitasi masuknya investasi strategis dalam sektor teknologi, termasuk penguatan regulasi yang mendukung transformasi digital nasional.

    “Tapi memang kembali lagi PR kita juga ada, yaitu bagaimana kita meningkatkan sumber daya manusia kita, yang juga memahami secara baik dan benar penggunaan dari AI ini,” tutur Rosan.

  • XLSmart (EXCL) Bakal Tancap Gas Hadirkan 5G di Sulawesi dan Kalimantan

    XLSmart (EXCL) Bakal Tancap Gas Hadirkan 5G di Sulawesi dan Kalimantan

    Bisnis.com, MAKASSAR – PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk., entitas telekomunikasi baru dari penggabungan PT XL Axiata Tbk., PT Smartfren Telecom Tbk., dan PT Smart Telecom, langsung memasang strategi untuk menghadirkan jaringan 5G di Sulawesi dan Kalimantan.

    Dua wilayah ini menjadi sasaran utama perseroan usai merger, karena dianggap memiliki basis pengguna yang semakin besar dan cakupan infrastruktur yang semakin luas.

    Presiden Direktur dan CEO XLSmart Rajeev Sethi mengatakan aksi merger ini membuat perusahaan kian memiliki skala jangkauan dan kapabilitas yang semakin luas. Sumber daya perusahaan pun juga makin besar, termasuk sumber daya spektrum.

    Kondisi ini membuat peluang XLSmart jadi lebih meyakinkan dalam melakukan pengembangan jaringan 5G, bahkan sampai ke wilayah timur Indonesia.

    “Transformasi jaringan yang juga dilakukan akan membuat jaringan kita ready for 5G. Sulawesi dan Kalimantan paling jadi perhatian kami karena posisinya yang strategis sebagai pintu ke wilayah Indonesia Timur dan dekat dengan IKN,” ujar Rajeev dalam kunjungannya ke Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (24/4/2025).

    Dia menjelaskan pihaknya tengah memetakan berbagai strategi dalam upaya menghadirkan jaringan 5G di dua wilayah tersebut. Saat ini XLSmart sedang melakukan akses dan menyesuaikan demand yang ada di pasar Sulawesi dan Kalimantan, sembari menunggu rampungnya penyatuan jaringan. 

    Setelah itu baru perusahaan akan membangun infrastruktur pendukung jaringan 5G, untuk bisa digunakan oleh pelanggannya.

    Caretaker Sulawesi Area XLSmart Mozes H. Baottong menambahkan proses penyatuan jaringan ini kemungkinan akan rampung pada tahun ini. Artinya penetrasi jaringan 5G XLSmart di Sulawesi dan Kalimantan juga akan mulai dilakukan pada tahun ini.

    Beberapa kota seperti Makassar, Balikpapan, dan Morowali berpotensi menjadi sasaran utama pembangunan infrastruktur 5G karena memiliki basis pengguna yang besar. Setelah itu baru pihaknya akan memetakan lagi penyebaran yang lebih luas.

    “Kami lagi dalam proses menyatukan jaringan dan setelah proses penyatuan rampung tahun ini, kita mulai dengan jaringan baru yaitu 5G. Beberapa kota dengan pengguna yang besar tentu akan jadi prioritas,” tuturnya.

  • Keamanan Siber Adang Performa Korporasi

    Keamanan Siber Adang Performa Korporasi

    Bisnis.com, SINGAPURA – Sekitar 40% perusahaan mengidentifikasi keamanan siber sebagai tantangan utama dalam penerapan digitalisasi di lingkungan teknologi operasi mereka. Hal ini terungkap dalam ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore yang dilaksanakan di Marina Bay Sands, Singapura, Kamis (24/4/2025).

    Dalam sebuah sesi diskusi pada ajang tersebut, tim dari Karspersky dan VDC Research mengungkapkan temuan mereka terkait risiko-risiko utama dalam menjaga keamanan siber perusahaan a.l langkah-langkah keamanan yang tidak memadai dan sumber daya yang tidak memadai yang dialokasikan untuk keamanan siber teknologi operasi, tantangan seputar kepatuhan terhadap peraturan, serta kompleksitas integrasi teknologi informasi dan teknologi operasi.

    Temuan itu diungkapkan lewat laporan bertajuk Securing OT [Operational Technology] with Purpose-built Solutions. Laporan ini bertujuan untuk menganalisis status terkini keamanan siber OT. Selain itu, laporan ini juga memberikan wawasan berharga tentang tren bisnis dan teknis utama yang memengaruhi organisasi OT. Laporan tersebut juga mengidentifikasi praktik terbaik yang sedang diterapkan untuk mengatasi tantangan ini.

    Adapun, temuan tersebut diperoleh dari penelitian berkelanjutan di sektor keamanan siber OT yang dilakukan oleh VDC Research selama beberapa tahun. Survei laporan itu melibatkan lebih dari 250 pengambil keputusan teknologi operasi dan teknologi informasi dari berbagai industri, termasuk energi, utilitas, transportasi, logistik, dan manufaktur.

    Menurut penelitian tersebut, hampir sepertiga atau sekitar 31,1% perusahaan industri bergantung sepenuhnya pada proses manual atau baru mulai menerapkan teknologi digital untuk tugas-tugas tertentu. Sementara, sekitar hampir seperempat atau 22,7% telah mengintegrasikan beberapa teknologi digital yang terhubung.

    Kendati demikian, tingkat digitalisasi ini bervariasi. Mayoritas, atau sekitar 63,6% organisasi industri menyatakan niat mereka untuk mencapai tahap transformasi ‘sepenuhnya digital’. Hal ini ditandai dengan peningkatan kemampuan digital yang proaktif dan berkelanjutan dalam dua tahun ke depan.

    Namun, risiko keamanan siber yang melekat dalam menghubungkan sistem teknologi operasional juga dipandang dapat secara signifikan merusak manfaat transformasi digital. Hal ini lantaran makin banyaknya organisasi yang beralih ke lingkungan digital yang sepenuhnya terhubung. Tak ayal, masalah keamanan siber muncul sebagai faktor yang paling sering dikutip yang berdampak negatif pada penerapan teknologi digital dalam pengaturan OT, yang memengaruhi sekitar 39,3% responden.

    Andrey Strelkov, Kepala Lini Produk Keamanan Siber Industri di Kaspersky, mengungkapkan bahwa seiring dengan terus berkembangnya konektivitas dan ketergantungan pada teknologi digital, potensi ancaman siber juga meningkat.

    “[Untuk itu] sangat penting bagi organisasi industri untuk mengadopsi solusi keamanan siber yang tangguh guna memastikan bahwa saat mereka menerapkan sistem OT baru dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, mereka juga secara bersamaan mengurangi potensi risiko siber yang dapat mengakibatkan gangguan signifikan dan kerugian finansial,” jelasnya dalam sesi diskusi tersebut.

    Di sisi lain, laporan Karspersky dan VDC Research juga mengungkapkan bahwa responden menyoroti beberapa masalah penting ketika membahas masalah keamanan siber tertentu yang menghambat adopsi teknologi digital oleh perusahaan.

    Hasilnya, sekitar 46,6% menunjuk pada langkah-langkah keamanan yang tidak memadai dalam infrastruktur yang ada. Persentase yang sama juga menyebutkan bahwa anggaran atau personel yang tidak memadai yang didedikasikan untuk menangani keamanan siber teknologi operasional. Selain itu, sekitar 42,7% mengakui bahwa adanya tantangan kepatuhan terhadap peraturan. Adapun, sekitar 41,7% responden menekankan kompleksitas integrasi teknologi informasi dan teknologi operasional.

    Hanya saja, pelaku industri diharapkan menyadari bahwa keamanan siber berfungsi sebagai teknologi yang memungkinkan transformasi digital meskipun ada sejumlah kekhawatiran pada persoalan tersebut. Hal ini lantaran, tanpa perlindungan yang kuat untuk data dan sistem, potensi penuh teknologi digital tetap tidak terwujud. Apalagi, kekhawatiran tersebut juga dipandang dapat mengikis kepercayaan dan menghambat perjalanan digitalisasi suatu organisasi.

    SERANGAN KOREA SELATAN
    Dalam ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore, Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) Karspersky juga mengungkapkan bahwa kampanye Lazarus baru yang canggih, yang menggabungkan serangan watering hole dengan eksploitasi kerentanan dalam perangkat lunak pihak ketiga untuk menargetkan organisasi di Korea Selatan.

    Selama penelitian, para ahli Karspersky juga telah menemukan kerentanan zero-day dalam perangkat lunak Innorix Agent Korea Selatan yang banyak digunakan, yang kemudian segera ditambal. Temuan tersebut menyoroti bagaimana Lazarus -yang memanfaatkan pemahamannya yang mendalam tentang ekosistem perangkat lunak Korea Selatan- mampu mengeksekusi serangan siber multi-tahap yang sangat canggih.

    Dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa para penyerang menargetkan sedikitnya enam organisasi di sektor perangkat lunak, teknologi informasi, keuangan, semikonduktor, dan telekomunikasi di Korea Selatan. Namun, jumlah korban sebenarnya mungkin lebih tinggi. Peneliti Kaspersky menjuluki operasi ini sebagai ‘SyncHole Operation’.

    Adapun, Lazarus Group, yang aktif setidaknya sejak 2009, merupakan pelaku ancaman yang terkenal dan memiliki banyak sumber daya. Dalam operasi baru-baru ini, kelompok tersebut terlihat mengeksploitasi kerentanan satu hari di Innorix Agent, sebuah alat pihak ketiga yang terintegrasi dengan peramban yang digunakan untuk transfer berkas yang aman dalam sistem administratif dan keuangan.

    Dengan mengeksploitasi kerentanan ini, para penyerang dapat memfasilitasi pergerakan lateral, yang memungkinkan pemasangan malware tambahan pada host yang menjadi target. Hal ini pada akhirnya menyebabkan penyebaran malware khas Lazarus, seperti ThreatNeedle dan LPEClient, yang memperluas jangkauan mereka dalam jaringan internal.

    Saat menganalisis perilaku malware, pakar GReAT Kaspersky juga menemukan kerentanan zero-day unduhan file acak lainnya, yang berhasil mereka temukan sebelum pelaku ancaman menggunakannya dalam serangan mereka. Oleh sebab itu, Kaspersky juga telah melaporkan masalah pada Innorix Agent ke Korea Internet & Security Agency (KrCERT) dan vendor.

    Peneliti keamanan di GReAT Karspersky Sojun Ryu mengatakan bahwa pendekatan proaktif terhadap keamanan siber sangat penting. Dia menambahkan bahwa berkat pola pikir inilah, analisis malware mendalam Karspersky mampu mengungkap kerentanan yang sebelumnya tidak diketahui sebelum tanda-tanda eksploitasi aktif muncul.

    “Deteksi dini terhadap ancaman semacam itu adalah kunci untuk mencegah penyusupan yang lebih luas di seluruh sistem,” katanya.

    Sementara itu, Direktur GReAT Karspersky Igor Kuznetsov menjelaskan bahwa temuan-temuan ini memperkuat masalah keamanan yang lebih luas seperti plugin browser pihak ketiga dan alat bantu secara signifikan meningkatkan permukaan serangan, khususnya di lingkungan yang mengandalkan perangkat lunak khusus wilayah atau yang sudah ketinggalan zaman.

    “Komponen-komponen ini sering kali berjalan dengan hak istimewa yang lebih tinggi, tetap berada di dalam memori, dan berinteraksi secara mendalam dengan proses-proses browser, sehingga menjadikannya sangat menarik dan sering kali menjadi target yang lebih mudah bagi para penyerang daripada browser modern itu sendiri,” jelasnya.

  • ByteDance Panaskan Persaingan Pasar AI dan Cloud RI, Saingi Alibaba hingga Amazon

    ByteDance Panaskan Persaingan Pasar AI dan Cloud RI, Saingi Alibaba hingga Amazon

    Bisnis.com, JAKARTA — ByteDance melalui anak usahanya BytePlus memperluas layanan komputasi awan (cloud) dan kecerdasan buatan (AI) ke pasar Indonesia dengan menyasar pasar UMKM, startup, dan korporasi. Perusahaan tersebut akan berusaha merebut pasar Alibaba Cloud dan AWS yang telah hadir lebih dahulu.

    Regional Lead BytePlus Leon Chen mengatakan dalam menghadirkan produk unggulannya, Byteplus tidak hanya mengandalkan harga layanan yang kompetitif, juga menggandeng mitra lokal di Tanah Air.

    Dalam jangka 3-5 tahun ke depan, BytePlus meyakini dapat merangkul sekitar 100 mitra, yang juga akan berperan sebagai perpanjangan tangan perusahaan.  Untuk jangka panjang, Byteplus berambisi untuk menjadi pemimpin pasar untuk layanan AI dan cloud di Tanah Air. BytePlus akan menghadapi pemain cloud besar lainnya seperti AWS, Microsoft, hingga Alibaba.

    “Kami ingin menjangkau 100 korporasi/mitra lokal untuk jangka menengah, karena kami melihat kebutuhan yang dapat kami penuhi bagi para mitra,” kata Leon di Jakarta, Kamis (25/4/2025).

    Mitra Perusahaan Afiliasi Toto Sugiri (DCII)

    BytePlus resmi meluncurkan layanan teknologi canggihnya di Indonesia. Salah satu fitur unggulan yang dibawa oleh BytePlus adalah teknologi voice AI berbahasa Indonesia yang dapat menangkap ritme dan intonasi khas lokal, memberikan pengalaman pengguna yang lebih natural dan sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

    Sebagai bagian dari ekspansi ini, BytePlus menggandeng PT Sarana Pactindo, yang terbentuk melalui penggabungan antara Fortress Data Services (FDS) dan PAC Group sejak Maret 2025, sebagai mitra lokal strategis di Indonesia.

    Sementara itu dalam laporan keuangan PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) Maret 2025, FDS merupakan salah satu perusahaan yang berafiliasi dengan DCII.

    BytePlus juga telah membangun infrastruktur data center di Jakarta untuk memastikan layanan cloud dan AI yang mereka tawarkan dapat memenuhi kebutuhan teknis dan regulasi pasar Indonesia. Dengan infrastruktur ini, BytePlus bertujuan untuk memberikan performa optimal dan latensi rendah bagi pelanggan di Indonesia.

    Leon menambahkan Perusahaan memiliki komitmen kuat untuk membantu ekosistem digital Tanah Air. 

    Sister company dari ByteDance itu, induk TikTok, juga telah menggelontorkan investasi sebesar US$10 juta yang akan dioptimalkan untuk memperluas pasar BytePlus di Timur Tengah, Eropa, dan Asia Pasifik, termasuk di Indonesia.

    “Kami telah berinvestasi US$10 juta untuk mendukung ekspansi ke ekosistem mitra lokal Indonesia dan memberikan pelatihan secara gratis,” kata Leon.  

    Krisis Talenta

    Sebelumnya pada 2024, Amazon Web Services (AWS) mengungkap bahwa ketersediaan talenta digital merupakan tantangan sekaligus tugas terbesar Indonesia dalam mendorong dan mempercepat transformasi digital menuju ekonomi digital.

    Terlebih, AWS melihat ekonomi digital nampak seperti koin bermata dua, yang di satu sisi memiliki potensi yang besar, tetapi juga memiliki jalan yang masih panjang. Namun, jika transformasi digital terus digeber, maka ekonomi digital bisa berkembang lebih pesat.

    Country Leader AWS Indonesia Anthony Amni mengatakan bahwa ketersediaan talenta digital menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan semua pihak, termasuk perusahaan, guna menuju ekonomi digital.

    Menurutnya, jika talenta digital sudah siap, maka tahap selanjutnya adalah membangun jiwa menjadi produsen bukan hanya sekadar konsumen. Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara yang populasi lebih dari 278 juta jiwa.

    Di sisi lain, Anthony menyampaikan bahwa ekonomi digital telah berkontribusi 4,66% terhadap perekonomian Indonesia pada 2024, dan ke depan pemerintah juga telah menetapkan target sebesar 18% dari produk domestik bruto (PDB).

    “Alangkah baiknya kalau banyak lagi entrepreneur. Jadi enggak cuma kita mengonsumsi apa yang dibuat di luar, tetapi kita juga memproduksi,” kata Anthony dalam Group Media Interview, dikutip Minggu (8/9/2024).

    Untuk itu, Anthony menyampaikan bahwa AWS bertekad ingin menjadi tonggak dari Indonesia digital melalui dua cara, yakni talenta dan teknologi. Dalam hal talenta digital, dia mengungkap bahwa AWS Indonesia telah melatih lebih dari 800.000 talenta Indonesia dalam keterampilan cloud sejak 2017.

  • Dukung Ekonomi Digital, Asosiasi Sebut RI Butuh 100 Data Center Baru

    Dukung Ekonomi Digital, Asosiasi Sebut RI Butuh 100 Data Center Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) menilai tantangan Indonesia tidak hanya soal jumlah, tetapi juga kualitas infrastruktur yang mencakup kapasitas penyimpanan data, konektivitas, kesiapan regulasi, dan ekosistem digital yang mendukung data center.

    Ketua umum IDPRO Hendra Suryakusuma menjelaskan dengan jumlah penduduk mencapai 280 juta jiwa dan pertumbuhan populasi 1,2% per tahun, kebutuhan akan data center di Indonesia sangat besar. 

    Terlebih, akselerasi transformasi digital di sektor publik maupun swasta semakin masif, mencakup e-commerce, fintech, layanan kesehatan digital, hingga penggunaan machine learning dan kecerdasan buatan (AI).

    “Potensinya bisa menumbuhkembangkan lebih dari 2 sampai 3 Gigawatt dalam 10 tahun ke depan. Kalau satu data center rata-rata butuh 30 Megawatt, berarti kita butuh sekitar 100 data center baru,” kata Hendra kepada Bisnis, Kamis (24/4/2025).

    Dalam catatan Bisnis, Indonesia tercatat baru memiliki sekitar 430 data center. Angka ini masih di bawah Malaysia yang memiliki 532 fasilitas. Jumlah tersebut jauh tertinggal dari Singapura yang mengoperasikan 717 data center, meski secara geografis lebih kecil.

    Lebih lanjut, Hendra mengungkapkan tiga faktor utama yang menghambat pertumbuhan data center di Indonesia. 

    Pertama, aspek perizinan dan kepastian hukum masih menjadi tantangan besar, terutama untuk pembangunan data center skala besar (hyperscale). Prosesnya dinilai masih kompleks dan memakan waktu.

    Permasalahan kedua adalah terkait dengan isu insentif perpajakan dan biaya energi yang juga menjadi sorotan. 

    “Data center itu power hungry, butuh pasokan listrik yang besar dan stabil, ditambah konektivitas fiber optik yang handal,” ujarnya.

    Ketiga, ekosistem dan permintaan domestik belum sekuat Singapura yang telah menjadi hub data center regional untuk Asia Pasifik, melayani sektor keuangan hingga perminyakan. 

    Menurutnya, Indonesia masih dalam tahap membangun permintaan domestik maupun internasional. Namun, dirinya optimistis bahwa dengan konsep kedaulatan digital, pusat-pusat data akan semakin banyak bermigrasi ke Indonesia.

    Terkait dengan potensi kedepannya, Hendra mencatat ada sekitar 15 proyek baru yang sedang direncanakan atau dalam tahap konstruksi.

    Proyek tersebut berasa dari sejumlah perusahaan anggota IDPRO seperti DCI sampai Telkom Sigma yang sedang memperluas kapasitas data center mereka.

    Batam, kata Hendra  menjadi salah satu wilayah yang menarik perhatian. Nongsa Digital Park, misalnya, telah menarik 10 investor besar untuk membangun pusat data dengan total kapasitas hingga 400 Megawatt.

    “Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan ekonomi digital yang terus tumbuh, Indonesia seharusnya bisa menjadi digital hub Asia Pasifik,” pungkas Hendra.