Category: Bisnis.com Tekno

  • SpaceX Bantu Israel Luncurkan Satelit Geostasioner Khusus Komunikasi Dror-1

    SpaceX Bantu Israel Luncurkan Satelit Geostasioner Khusus Komunikasi Dror-1

    Bisnis.com, JAKARTA — Israel Aerospace Industries (IAI) mengumumkan bahwa satelit komunikasi baru negara itu, ‘Dror-1’, telah diluncurkan ke luar angkasa pada Minggu (13/7/2025), menggunakan peluncur buatan SpaceX, perusahaan milik Elon Musk.

    Satelit buatan Israel ini lepas landas pukul 08.00 pagi waktu setempat dari Cape Canaveral, Florida. peluncuran Dror-1 itu bersamaan dengan roket SpaceX Falcon 9.

    Dror-1 dirancang untuk memenuhi kebutuhan komunikasi nasional Israel. Satelit itu memiliki berat 4,5 ton dan lebar sayap 18 meter.

    “Dror 1 adalah satelit komunikasi tercanggih yang pernah dibangun di Israel, yang dirancang untuk mempertahankan kapabilitas strategis nasional di negara ini sekaligus menyediakan kapabilitas komunikasi satelit penting bagi Israel untuk tahun-tahun mendatang,” kata Presiden IAI Boaz Levy dilansir dari KNS, Selasa (15/7/2025).

    Dror-1 terpisah dari peluncurnya sekitar 40 menit setelah lepas landas dan mulai mengorbit Bumi secara independen.

    Satelit ini diperkirakan akan mencapai orbit geostasioner terakhirnya, 36.000 km di atas khatulistiwa, dalam waktu sekitar dua minggu setelah serangkaian manuver.

    Adapun Dror-1 dikembangkan dan diproduksi oleh IAI untuk memastikan kemandirian industri dan teknologi Israel di sektor yang vital secara strategis tersebut.

    Posisi geostasionernya akan memungkinkan jangkauan komunikasi yang berkelanjutan dan fleksibel untuk berbagai sistem pemerintahan.

    “Israel Aerospace Industries telah memimpin program luar angkasa negara ini sejak tahun 1980-an, ketika satelit observasi pertama, Ofek-1, diluncurkan. Sejak saat itu, IAI telah mengembangkan, memproduksi, dan meluncurkan satelit komunikasi dan observasi tambahan untuk misi nasional, sipil, dan ilmiah, baik di Israel maupun di luar negeri,” kata perusahaan tersebut.

    Selama beberapa pekan mendatang, para insinyur IAI akan melakukan serangkaian uji coba yang dirancang untuk memverifikasi keberhasilan operasi satelit tersebut.

    Sejak saat itu, satelit ini akan memulai perjalanan multi-tahunnya di luar angkasa sebagai satelit komunikasi nasional Israel.

  • Indonesia Gaet Investasi Rp6 Triliun untuk Data Center Quantum AI, Perdana di Asia

    Indonesia Gaet Investasi Rp6 Triliun untuk Data Center Quantum AI, Perdana di Asia

    Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia bakal menjadi negara pertama di Asia yang memiliki Quantum AI Data Center. Pusat data yang akan dibangun di Batam itu akan menelan investasi sebesar US$400 juta atau setara Rp6 triliun untuk proyek tahap awal.

    Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu mengatakan, investasi itu akan menjadikan Indonesia sebagai pusat komputasi mutakhir berbasis kecerdasan buatan dan teknologi kuantum di Asia. 

    Menurutnya, ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang membidik pertumbuhan ekonomi sebesar 8% menuju Indonesia Emas 2045.

    “Ekonomi digital, khususnya pusat data, adalah pilar utama untuk mencapainya. Indonesia memiliki potensi luar biasa di sektor ini, dan kami siap menjadi mitra utama dalam membangun masa depan digital Asia,” kata Todotua dalam keterangannya, dikutip Selasa (15/7/2025).

    Rencana investasi itu terungkap dalam penandatanganan kerjasama strategis antara Worldvuer iByond Limited, perusahaan teknologi berbasis Silicon Valley, dengan Tunas Prima Industrial Estate yang dilakukan di Jakarta.

    Pusat data tersebut rencananya akan dibangun di kawasan Tunas Prima, sebuah kawasan industri hijau berlokasi di Batam, Kepulauan Riau. Lokasi itu telah menerapkan infrastruktur berbasis energi terbarukan seperti solar panel dan fasilitas pengolahan air mandiri. 

    Kawasan ini sebelumnya juga telah menarik investasi dari produsen global seperti Apple Iphone dan AirTags.

    Worldvuer iByond Limited merupakan pengembang Vovea iByond Operating System. Ini adalah sebuah sistem yang menggabungkan berbagai jenis teknologi komputasi canggih – termasuk komputasi kuantum, kecerdasan buatan, dan big data analytics – untuk menghasilkan kecepatan dan kapasitas pemrosesan yang jauh melampaui pusat data konvensional. 

    Seiring masuknya investasi tersebut, Indonesia akan menjadi basis pertama teknologi ini di Asia, setelah sebelumnya dikembangkan di Silicon Valley dan Timur Tengah.

    Selain membangun pusat data, Worldvuer iByond Limited tengah menjajaki potensi kerja sama di sektor energi melalui pendekatan serupa dengan kolaborasi mereka bersama Aramco di Arab Saudi, serta eksplorasi teknologi telekomunikasi dengan Telkom Group dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    Todua mengatakan, pemerintah menyediakan berbagai macam insentif fiskal seperti tax holiday, super tax deduction untuk riset dan pengembangan SDM, serta pembebasan bea masuk untuk peralatan untuk mendukung investasi tersebut.

    “Ini bentuk komitmen kami untuk mendukung investasi berkualitas seperti proyek ini,” ujarnya.

    Adapun sebagai tindak lanjut, Worldvuer iByond Limited akan menyampaikan proposal resmi insentif dan dokumen pendukung kepada Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM. Perusahaan juga membuka pintu kolaborasi lebih luas dengan sektor pendidikan dan pertambangan, khususnya dalam pengembangan rantai pasok microchip berbasis emas.

  • Xiaomi Disebut Bakal Luncurkan Produk Baru Pesaing iPhone dan Samsung

    Xiaomi Disebut Bakal Luncurkan Produk Baru Pesaing iPhone dan Samsung

    Bisnis.com, JAKARTA – Xiaomi dikabarkan sedang menyiapkan peluncuran ponsel baru yang dirancang untuk mengalahkan iPhone dan Samsung. Perangkat ini dikatakan berpeluang diluncurkan paling banter pada September 2025.

    Mengutip T3.com pada Selasa (15/7/2025), perangkat ini diberi label internal Q200 dengan nama kode Pandora. Fitur ini disebut merupakan tambahan baru dalam lini produk Xiaomi dan akan mengusung desain layar ganda (dual screen design).

    Detail ponsel baru ini ditemukan dalam kode HyperOS yang menunjukkan perangkat tersebut sudah dalam tahap pengembangan lanjutan. Ha tersebut juga dipandang memperkuat dugaan bahwa peluncurannya bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.

    Informasi tambahan juga datang dari Digital Chat Station, yang menggambarkan perangkat ini memiliki layar sekunder penuh berukuran besar dengan orientasi horizontal. Sementara itu, sumber lain menyebut kehadiran kamera telefoto periskop sebagai fitur standar ponsel kelas atas Xiaomi.

    Xiaomi dikatakan ingin melanjutkan eksperimen yang pernah dimulai dengan Xiaomi 11 Ultra, yaitu menghadirkan layar belakang (rear display).

    Fitur layar belakang ini dimungkinkan hanya bersifat dekoratif seperti yang dilakukan Nothing Phone 3. Namun, hingga saat ini belum ada bocoran visual yang mengungkap seperti apa tampilan ponsel baru Xiaomi ini.

    Adapun, peluncuran perangkat ini kemungkinan besar akan ditujukan untuk pasar China terlebih dahulu. Pengumuman pada September dinilai cukup masuk akal karena Xiaomi biasanya menyelaraskan peluncuran produknya dengan kehadiran perangkat keras Snapdragon terbaru.

    Dalam hal ini, Qualcomm telah memajukan acara Snapdragon Summit-nya ke September, dan Xiaomi tampaknya akan mengikuti langkah tersebut — agar dapat memperkenalkan perangkat baru yang menggunakan Snapdragon Elite Gen 2.

     

  • Pengguna Nvidia Diimbau Terapkan Mitigasi Terhadap Serangan Rowhammer

    Pengguna Nvidia Diimbau Terapkan Mitigasi Terhadap Serangan Rowhammer

    Bisnis.com, JAKARTA – Nvidia mengimbau para pelanggannya untuk menerapkan langkah mitigasi terhadap serangan Rowhammer setelah salah satu GPU kelas workstation perusahaan ditemukan dalam kondisi rentan.

    Sebagai informasi, Rowhammer adalah metode untuk merusak memori dengan cara menghantam baris-baris sel memori secara berulang melalui operasi baca atau tulis intensif. 

    Hal ini dapat menciptakan interferensi listrik antarbaris sel memori yang berpotensi mengganggu kinerja sistem.

    Mengutip The Register, Selasa (15/7/2025), Nvidia menyebut peneliti dari Universitas Toronto berhasil mendemonstrasikan eksploitasi Rowhammer pada GPU NVIDIA A6000 dengan memori GDDR6, di mana Error Correcting Code (ECC) tingkat sistem tidak diaktifkan.

    Terkait dengan hal itu, perusahaan merekomendasikan pelanggan agar memastikan ECC tingkat sistem (System-Level ECC) diaktifkan di berbagai model produk, termasuk seri Blackwell, Ada, Hopper, Ampere, Jetson, Turing, serta Volta.

    Sebelumnya, serangan berantai Rowhammer yang memanfaatkan empat celah eksploitasi bluetooth membuat kendaraan-kendaraan roda empat dari perusahaan seperti Mercedes-Benz, Volkswagen, dan Skoda rentan terhadap serangan melalui sistem hiburan (infotainment) mereka.

    Selain itu, ide salah satu pendiri Twitter Jack Dorsey untuk menciptakan jaringan komunikasi aman yang tidak bergantung pada jaringan ponsel tradisional atau Wi-Fi — yang disebut Bitchat — juga menghadapi sejumlah masalah terkait bluetooth.

    Tak berhenti di situ, Bitcoin Depot yang mengklaim mengoperasikan jaringan ATM bitcoin terbesar di dunia mengajukan pemberitahuan pelanggaran data serta memberi tahu sekitar 27.000 pengguna bahwa peretas telah mengakses nama, nomor telepon, dan nomor SIM mereka.

    Termasuk, kemungkinan juga alamat, tanggal lahir, serta alamat email para pengguna.

  • Uni Eropa Desak Perusahaan AI Bayar Pemilik Karya

    Uni Eropa Desak Perusahaan AI Bayar Pemilik Karya

    Bisnis.com, JAKARTA – Makalah riset terbaru usungan Parlemen Uni Eropa mendorong pemberlakuan undang-undang yang mewajibkan pembayaran kepada penulis, musisi, dan seniman yang karyanya telah digunakan untuk melatih model AI generatif.

    Mengutip The Register, studi tersebut menyebut pengecualian untuk penambangan teks dan data dalam hukum di kawasan tidak dirancang untuk mengakomodasi sifat ekspresif dan sintetis dari pelatihan AI generative.

    Selain itu, penerapannya pada sistem seperti ini dinilai berisiko mendistorsi tujuan serta batas dari pengecualian hak cipta di Uni Eropa.

    Makalah itu – yang dibuat atas penugasan Departemen Kebijakan Parlemen Eropa untuk Urusan Kehakiman, Kebebasan Sipil, dan Urusan Kelembagaan atas permintaan Komite Urusan Hukum – membantah argumen perusahaan pendukung GenAI tentang prinsip fair use.

    “Meski sering dikatakan sistem AI ‘belajar’ dengan cara yang mirip dengan manusia — seperti membaca buku atau mempelajari lukisan — analogi ini menyesatkan dari perspektif hukum,” bunyi makalah tersebut, dikutip Bisnis, Selasa (15/7/2025).

    Dalam hukum hak cipta Uni Eropa, studi ini menemukan perbandingan tersebut tidak berlaku. Pembuatan salinan dan prosesi ekspresi aktual dalam karya yang dipelajari AI dinilai melampaui batas yang diizinkan oleh pengecualian hukum.

    Selain itu, AI disebut tidak ‘memahami’ apa yang diproses sebagaimana manusia. Adapun, makalah tersebut mengusulkan pengecualian baru dalam hukum hak cipta di tingkat Uni Eropa untuk tujuan spesifik pelatihan sistem AI generative.

    Namun, juga merekomendasikan pengenalan hak tak dapat dicabut atas remunerasi yang adil bagi para penulis dan pemegang hak yang karyanya digunakan dalam pelatihan tersebut.

    Lebih jauh, makalah itu berpendapat meskipun hasil yang sepenuhnya dihasilkan oleh mesin sebaiknya tetap tidak dilindungi hak cipta, karya yang dibantu oleh AI tetap memerlukan kriteria perlindungan yang diselaraskan.

    Sekadar informasi, Kepala Kantor Hak Cipta Amerika Serikat, Shira Perlmutter, dicopot dari jabatan setelah lembaganya menyimpulkan penggunaan materi berhak cipta oleh pengembang AI telah melampaui batas-batas doktrin fair use (penggunaan wajar) yang ada, pada Mei 2025.

    Studio-studio besar seperti Disney dan Universal juga menggugat penyedia AI generatif Midjourney atas tuduhan terkait dengan plagiarisme. Gugatan tersebut menuduh bahwa Midjourney menyalin beberapa karakter paling terkenal dari portofolio film mereka yang luas.

  • YouTube Tegaskan Konten AI Tidak Dapat Dimonetisasi, Berlaku Mulai Hari Ini

    YouTube Tegaskan Konten AI Tidak Dapat Dimonetisasi, Berlaku Mulai Hari Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — YouTube, platform berbagai video, memperbarui kebijakannya bagi kreator untuk memonetisasi konten “tidak autentik”. 

    Konten yang dimaksud tersebut termasuk video yang diproduksi massal, serta jenis konten berulang lainnya, yang kini lebih mudah dihasilkan berkat AI. Konten tersebut mulai hari ini tidak dapat dimonetisisasi. 

    Perusahaan tersebut akan memperbarui kebijakan Monetisasi Program Mitra YouTube (YPP) dengan pedoman yang lebih terperinci terkait jenis konten apa yang dapat menghasilkan uang untuk kreator dan yang tidak.

    Dilansir dari laman Youtube, Selasa (15/07/25), disebutkan bahwa kreator selalu diwajibkan untuk mengunggah konten yang asli dan autentik. Nantinya, pembaruan kebijakan tersebut akan membantu kreator lebih memahami seperti apa konten “tidak autentik” yang dimaksudkan.

    Ini menjadi kekhawatiran bagi sejumlah konten kreator YouTube. 

    Mereka takut apabila pembaruan tersebut nantinya malah membatasi kemampuan mereka untuk memonetisasi jenis video tertentu, misalnya video ‘reaction’ atau video yang menampilkan klip.

    Menanggapi kekhawatiran itu, Kepala Editorial & Penghubung Kreator YouTube, Rene Ritchie mengatakan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi.

    “Ini adalah pembaruan kecil pada kebijakan YPP Youtube yang telah lama berlaku untuk membantu mengidentifikasi dengan lebih baik konten yang diproduksi massal dan repetitif,” kata Ritchie, mengklarifikasi kebingungan yang terjadi dalam sebuah unggahan video, dilansir Techcrunch.

    Kepala Editorial YouTube tersebut juga menyampaikan betapa mudahnya membuat video repetitif dengan memanfaatkan AI. Misalnya, suara AI yang digunakan untuk membuat voiceover pada sejumlah konten, yang dihasilkan dengan fitur AI text-to-video. 

    Sejumlah channel di YouTube yang dipenuhi musik AI memiliki jutaan subscriber, ada pula video palsu yang dihasilkan AI tentang suatu berita seperti persidangan P Diddy, yang telah ditonton jutaan kali.

    Konten-konten tersebut membanjiri YouTube dengan kualitas mereka yang tidak bermutu, seringkali penonton menganggap konten semacam itu sebagai spam.

    Di sisi lain, ini juga menandakan bahwa channel-channel yang memuat konten bertema reaction atau kompilasi harus menambahkan nilai bermakna mereka sendiri pada konten yang sudah ada. 

    Dikutip dari Times of India, selain pembaruan, terdapat pula kebijakan YouTube yang tetap dipertahankan, seperti ambang batas kelayakan bagi suatu konten.

    Sebuah kanal perlu memiliki 1.000 subscribers, dan 4.000 jam tonton publik yang valid dalam 12 bulan terakhir atau 10 juta tayangan shorts yang valid dalam 90 hari terakhir.

    Langkah yang dilakukan YouTube ini dilakukan dengan harapan agar mereka bisa membawa kembali era kreator yang autentik, terpercaya, dan penuh semangat. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • 8 Fitur Ini Dinonaktifkan, Umur Baterai Smartphone Samsung Anda Makin Panjang!

    8 Fitur Ini Dinonaktifkan, Umur Baterai Smartphone Samsung Anda Makin Panjang!

    Bisnis.com, JAKARTA — Samsung menawarkan berbagai varian smartphone yang mampu menjangkau semua lapisan masyarakat. Ada seri flagship-nya dengan harga tinggi, dan ada juga seri dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

    Fitur-fitur fisik smartphone yang mereka tawarkan juga dapat dikatakan lengkap, dengan kamera yang resolusinya baik, Slot untuk dual-SIM card, sampai dengan ketahanan baterainya. 

    Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, dengan semakin seringnya juga pembeli menggunakan smartphone-nya, ketahanan baterai perangkat biasanya juga ikut menurun. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh beberapa pengaturan, yang membuat perangkat bekerja jauh lebih keras dibanding saat awal pemakaian.

    Menonaktifkan beberapa pengaturan berikut ini dapat memperkuat ketahanan baterai harian smartphone Samsung, dilansir makeuseof.com: 

    1.Always-On Display (AOD)

    Always-On Display hadir berupa jam redup dengan latar belakang hitam pada layar smartphone mati. Mungkin sebagian pengguna berpikir, ini tidak akan menghabiskan banyak daya, yang ternyata sebaliknya.

    AOD membuat sebagian layar tetap menyala dan prosesor sedikit bekerja untuk menampilkan jam, notifikasi, dan status baterai. 

    Fitur itu sebenarnya berguna jika pengguna terus-menerus membuka handphone saat diletakkan di meja atau di tempat lain. 

    Cara menonaktifkannya adalah seperti berikut:

    -Buka Pengaturan

    -Ketuk Layar Kunci dan AOD,

    -Pilih Always On Display, lalu nonaktifkan

    Terdapat pula opsi untuk mengatur konsumsi baterai tanpa harus menonaktifkannya, seperti:

    -Ketuk untuk menampilkan: AOD hanya aktif saat mengetuk layar

    -Otomatis: Tetap menyala kecuali ponsel mendeteksi pengguna sedang tidur, menghadap ke bawah, atau di tempat gelap dan tidak bergerak selama lima menit

    -Selalu: Biarkan menyala 24/7, ini yang paling banyak menghabiskan daya

    -Sesuai jadwal: Hanya muncul pada jam-jam yang ditetapkan, misalnya saat bekerja 

    -Untuk pemberitahuan baru: Lampu ini hanya menyala saat pengguna menerima pemberitahuan baru.

    Pengguna swafoto dengan menggunakan smartphone Samsung

    RAM Plus

    Menurut Samsung, fitur ini berfungsi sebagai peningkat performa perangkat. RAM Plus bekerja dengan cara menggunakan sebagian besar penyimpanan ponsel sebagai RAM virtual.

    Nyatanya, fitur ini malah membuat handphone tidak bisa menjalankan banyak aplikasi sekaligus. RAM Plus malah hanya menghabiskan ruang penyimpanan, dan menciptakan proses latar belakang tambahan, yang membuat daya baterai mudah terkuras.

    Cara menonaktifkannya adalah seperti berikut:

    -Buka Pengaturan

    -Gulir layar ke bawah untuk Perawatan Perangkat,

    -Ketuk Memori, RAM Plus ada di bagian bawah menu

    -Ketuk RAM Plus untuk menonaktifkan, atau mengurangi ukurannya

    Pemindaian Perangkat Terdekat

    Fitur ini menjaga pemindaian Bluetooth dan Wi-Fi tetap aktif untuk menemukan perangkat terdekat, dirancang untuk mempercepat proses pemasangan headphone, atau juga perangkat SmartThings.

    Menonaktifkan pemindaian perangkat terdekat pun tidak akan mempengaruhi koneksi Bluetooth yang sudah ada.

    Cara menonaktifkannya adalah seperti berikut:

    -Buka Pengaturan

    -Ketuk Koneksi

    -Pilih Setelan Koneksi Lainnya, di sana pengguna akan menemukan opsi Pemindaian Perangkat di Sekitar

    -Nonaktifkan opsi tersebut

    Bixby ….

  • Starlink Stop Layani Pelanggan Baru di RI, Kontrol Pemerintah jadi Sorotan

    Starlink Stop Layani Pelanggan Baru di RI, Kontrol Pemerintah jadi Sorotan

    Bisnis.com, JAKARTA — Langkah SpaceX, perusahaan dirgantara milik Elon Musk, menghentikan layanan internet Starlink dinilai sebagai tanda Indonesia belum memiliki kontrol kuat atas satelit orbit rendah tersebut. 

    Melalui laman resminya, perusahaan menyebut kapasitas Starlink sudah habis terjual di seluruh wilayah Indonesia. Starlink melayani wilayah rural dan perkotaan, termasuk kota-kota yang telah terjangkau serat optik. 

    Kondisi ini kembali memicu sorotan terhadap kebijakan pemerintah Indonesia yang dinilai terlalu longgar dalam mengatur kehadiran Starlink

    Kepala Bidang Media Asosiasi Satelit Indonesia (Assi) Firdaus Adinugroho mengatakan pelaku usaha mendorong agar pemerintah bersikap lebih tegas kepada Starlink.

    Mereka berharap pemerintah dapat memastikan kapasitas yang tersedia dari penyedia layanan satelit global, seperti Starlink, diprioritaskan untuk mendukung konektivitas di wilayah-wilayah yang belum terlayani, khususnya di daerah 3T.

    Dengan hadir di daerah tertinggal, misi pemerataan digital akan lebih maksimal. Adapun yang terjadi saat ini, Starlink 

    “Prinsip keadilan akses dan pemerataan digital tetap harus menjadi pegangan utama dalam setiap kebijakan konektivitas nasional,” kata Daus kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025).

    Assi juga mendorong perlindungan dan pemberdayaan industri satelit nasional agar tetap memiliki ruang tumbuh yang adil dan berkelanjutan, demi menjaga kedaulatan dan ketahanan infrastruktur digital Indonesia.

    Kedaulatan Data

    Sementara itu, Syauqillah dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG UI) memberi peringatan keras atas dampak dari operasional layanan luar angkasa Starlink tanpa kontrol ketat dari dalam negeri. 

    Dalam kajian yang disusun SKSG UI pada 2023, disebutkan Starlink bisa beroperasi di wilayah-wilayah sensitif seperti Papua tanpa melewati jaringan nasional. 

    Hal ini dinilai berpotensi mengganggu kontrol informasi dan keamanan negara.

    “Ini bukan sekadar soal koneksi, ini soal siapa yang mengendalikan informasi di wilayah rawan separatisme,” tulis Syauqillah.

    Syauqillah juga menyoroti lemahnya pengawasan terhadap lalu lintas data Starlink yang tidak melewati gateway nasional, serta tidak tunduk pada aturan hukum lokal. 

    “Apakah data intelijen, data kesehatan, dan komunikasi strategis kita boleh begitu saja terbang ke luar angkasa dan kembali tanpa melewati kontrol nasional? Ini preseden yang sangat berbahaya,” tegas Syauqillah. 

    Komdigi

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) merespons langkah Starlink yang menghentikan layanan untuk pelanggan baru di Indonesia

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni Supriyanto menilai keputusan ini merupakan inisiatif dari penyedia layanan internet berbasis satelit tersebut karena keterbatasan kapasitas jaringan yang mereka miliki saat ini. 

    “Karena memang inisiatif mereka karena kapasitas jaringan mereka sudah habis untuk pelanggan eksisting,” kata Wayan saat dihubungi Bisnis.

    Wayan juga menekankan pasar layanan satelit Indonesia tidak hanya bergantung pada Starlink. Kehadiran Starlink sebelumnya digadang-gadang sebagai solusi konektivitas di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

    “Masih banyak layanan satelit lainnya misalnya seperti milik Telkomsat, PSN, OneWeb, dan lain-lain,” kata Wayan.

  • DPR Bakal Atur Konten Digital di Seluruh Platform

    DPR Bakal Atur Konten Digital di Seluruh Platform

    Bisnis.com, JAKARTA— Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta agar konten yang terdapat di platform digital diatur sebagaimana yang terjadi pada siaran terestrial.

    Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Penyiaran dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Sahabat Peradaban Bangsa, dan Asosiasi Konten Kreator Seluruh Indonesia (AKKSI), Anggota Komisi I DPR RI Nico Siahaan mengungkapkan perlunya membuat aturan terhadap konten digital. 

    “Kalau konten terestrial sudah jelas ada aturan, tapi konten digital belum. Bagaimana pengaturannya? Ini tetap harus kita atur. Kita atur,“ kata Nico ditemui usai RDPU di kompleks parlemen Jakarta  Senin (14/7/2025). 

    Nico menekankan pentingnya percepatan revisi UU Penyiaran agar semua pihak memiliki kesadaran yang sama bahwa konten perlu diatur secara jelas dan tegas.

    Dia juga menekankan definisi “siaran” tidak bisa begitu saja diubah. Apabila seseorang membantu dalam proses penyebarluasan konten, maka bisa tetap dikenai ketentuan dalam undang-undang tersebut, meskipun mengklaim bukan sebagai pihak yang menyiarkan.

    Menurutnya, kemungkinan besar bagian “ketentuan umum” akan banyak mengalami perubahan. Terkait opsi pemisahan antara penyiaran konvensional dan media digital dalam bentuk UU yang berbeda, hal itu memungkinkan. 

    Namun, jika ingin dipisahkan, maka perlu disusun sebagai undang-undang baru yang terpisah.

    “Kalau memisahkan ya bisa saja. Artinya kita bisa pisahkan dengan judul yang lain. UU yang lain nanti kita bikin,” katanya. 

    Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono mengatakan revisi UU Penyiaran sudah dimulai sejak 2012. 

    Namun sampai dengan hari ini belum juga kunjung selesai. Pihaknya pun menargetkan supaya revisi tersebut rampung pada periode 2024–2029. 

    “Kami memang menargetkan di periode ini akan segera rampung,” katanya. 

    Namun demikian, Dave mengatakan pihaknya belum membuat rangkaian jadwal yang ditetapkan untuk proses penyusunan, pembahasan, hingga pengesahan revisi undang-undang tersebut.

    Dave menjelaskan draf RUU Penyiaran belum dibagikan ke publik karena masih mengalami sejumlah perubahan. Dia menyebut, draf tersebut telah berubah tiga kali, salah satunya karena adanya aturan induk yang tertuang dalam Undang-Undang Cipta Kerja. 

    Beberapa ketentuan yang sebelumnya dimuat dalam RUU Penyiaran, seperti soal multiflexing, akhirnya diatur dalam UU Cipta Kerja.

    “Masih ada substansi yang juga tak kalah pentingnya yang kita putuskan di RUU Penyiaran ini,” katanya. 

  • Ini Masukan Kadin Terkait Revisi UU Penyiaran

    Ini Masukan Kadin Terkait Revisi UU Penyiaran

    Bisnis.com, JAKARTA— Kamar Dagang Indonesia (Kadin) mendukung revisi Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 (UU Penyiaran). 

    Ketua Komite Tetap Penelitian dan Kebijakan Komunikasi dan Digital Kadin Indonesia, Chris Taufik mengatakan pihaknya mendorong adanya pembaruan regulasi penyiaran yang responsif terhadap konvergensi media. 

    “Artinya apa? Artinya memang bisa applicable untuk media konvensional dan media-media digital yang baru berkembang di era-era belakangan ini,” kata Chris dalam RDPU Panja Penyiaran dengan Komisi I DPR di Jakarta pada Senin (14/7/2025). 

    Chris menambahkan pihaknya juga menyoroti perlunya jaminan kesetaraan dalam perlakuan terhadap pelaku usaha penyiaran di era digital. Hal ini karena terjadi ketimpangan regulasi antara media konvensional dan platform digital yang kini mendominasi pasar iklan dan konten di Indonesia.

    Menurutnya apabila siaran itu definisinya adalah segala sesuatu yang ditonton oleh masyarakat maka ketidakadilannya adalah untuk media konvensional

    “Satu karena kena kebijakan sensor lalu kedua kena kebijakan pengawasan isi siaran lalu ketiga kena peraturan-peraturan yang lain tetapi di satu sisi penyedia konten yang lain itu bebas merdeka untuk melakukan apapun, dimanapun, dan terhadap siapapun,” ungkapnya. 

    Dalam kesempatan tersebut, Chris juga membeberkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan KADIN pada 17 April 2025. Adapun FGD tersebut melibatkan pemangku kepentingan lintas sektor seperti akademisi dari Universitas Indonesia (UI) dan Binus, perwakilan pemerintah, asosiasi industri, serta penyedia platform digital.

    Dari unsur akademisi, Chris menyebut masukan penting disampaikan terkait perlunya redefinisi terhadap istilah “penyiaran” yang dinilai sudah tidak relevan dengan lanskap media saat ini. Akademisi UI juga menyoroti pergeseran dari model “one to many” menjadi “many to many”, sementara Binus mengusulkan adanya UU terpisah untuk penyiaran digital karena kompleksitas substansinya.

    Sementara dari pelaku industri, muncul kekhawatiran atas tidak meratanya beban regulasi. Media konvensional harus tunduk pada batasan iklan, sensor, dan kewajiban lainnya, sedangkan platform digital, terutama yang berbasis user generated content (UGC), lepas dari pengawasan serupa, namun meraup pangsa pasar iklan yang besar.

    “Kami semakin melihat ada perbedaan ini, kalau boleh kita pakai istilah, ada perbedaan penanganan kedaulatan antara penyedia-penyedia konten yang merasa berdaulat terhadap platformnya sendiri dengan kita-kita yang di sini, yang merasa bahwa NKRI ini negara yang berdaulat,” kata Chris.

    Dia menambahkan sistem penyiaran saat ini telah bergeser dari ketergantungan pada spektrum frekuensi menuju penyiaran berbasis internet, termasuk lewat WiFi. Ini berdampak pada tidak relevannya lagi pendekatan regulasi lama terhadap platform video on demand maupun layanan streaming dan UGC.

    Masalah kepemilikan dan keragaman konten juga turut disorot. Menurutnya, konsep diversity of ownership dan diversity of content tidak lagi berlaku karena tren global menunjukkan konten yang seragam meski diproduksi oleh entitas yang berbeda.

    Chris juga menekankan perlunya harmonisasi antara RUU Penyiaran dengan undang-undang lain seperti UU ITE dan UU PDP. Bahkan, dia membuka kemungkinan perlunya pembentukan UU baru khusus untuk penyiaran digital.

    “Apakah mungkin diperlukan pembentukan undang-undang yang baru? Mungkin bukan undang-undang penyiaran yang baru tapi betul-betul undang-undang baru yang terkait dengan digital saja supaya bisa fokus kita menyelesaikan semua permasalahan digital itu,” ungkap Chris.

    Dua juga menyoroti ketimpangan yang dirasakan operator telekomunikasi, yang jaringannya dimanfaatkan oleh OTT berskala global tanpa adanya kontribusi beban yang setara. Selain itu, isu pembajakan konten yang kian marak juga memerlukan perhatian khusus dalam bentuk perlindungan hak cipta dan infrastruktur pengawasan.

    Di sisi lain, platform video streaming luar negeri dinilai lepas dari aturan sensor, berbeda dengan penyedia lokal yang tetap tunduk pada aturan KPI dan lembaga sensor film.

    “Pengawasan konten pada platform digital itu tidak seketat media konvensional atau bahkan tidak ada sama sekali. Terutama ini untuk penyedia platform yang video streaming yang berasal dari luar,” kata Chris.