Category: Bisnis.com Tekno

  • Bakti Fokus Tingkatkan Talenta Digital, Sasar Disabilitas

    Bakti Fokus Tingkatkan Talenta Digital, Sasar Disabilitas

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kembali menyelenggarakan pelatihan TIK penyandang disabilitas.

    Direktur Utama BAKTI Kemkomdigi Fadhilah Mathar mengatakan peserta berasal dari berbagai yayasan, mulai dari komunitas disabilitas, lembaga pendidikan, organisasi, hingga instansi pemerintah.

    “Program ini diharapkan dapat terus mendorong potensi angkatan kerja penyandang disabilitas untuk berkarya dan meningkatkan produktivitas melalui pemanfaatan teknologi informasi,” kata Fadhilah seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (15/7/2025).

    Para peserta terpilih akan mengikuti kompetisi regional yang akan digelar di Solo, Badung, Medan, dan Makassar. 

    Pemenang dari kompetisi tersebut akan melaju ke kompetisi nasional yang rencananya akan berlangsung di Jakarta.

    Dia menambahkan pembangunan akses internet yang masif di masa Kabinet Merah Putih dengan memanfaatkan kapasitas satelit Satria 1 memungkinkan penyandang disabilitas dari seluruh Indonesia.

    Terutama dari desa-desa di wilayah terpencil   dapat turut berpartisipasi dan mengikuti pelatihan teknologi informasi dan komunikasi yang diselenggarakan oleh Bakti.

    Ketua Yayasan Paradifa Echi Pramitasari menambahkan pelatihan telah berlangsung selama 3 pekan mulai dari 24 Juni hingga 12 Juli 2025, dan terbagi ke dalam 190 kelas daring. 

    Materi pelatihan mencakup empat bidang keterampilan utama, antara lain konten kreator, digital office, digital marketing, dan digital public relation. Masing-masing diselenggarakan dalam 2 tingkatan, yaitu pengenalan dan pendalaman.

    Sebanyak 2.652 peserta dari 38 provinsi dinyatakan lulus seleksi, termasuk peserta dari wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T). 

    Kegiatan ini juga melibatkan berbagai pihak, seperti trainer, juru bahasa isyarat, pengelola kelas, dan asesor dari beragam latar belakang, termasuk lembaga pemerintah dan swasta.

    Penutupan resmi Pelatihan TIK Nasional ini diselenggarakan secara daring pada Senin, 14 Juli 2025 pukul 10.00 WIB, melalui platform Zoom dan disiarkan langsung di kanal YouTube Bakti Komdigi

  • Huawei Segera Rilis Tablet MatePad 12.2, Ini Harga dan Spesifikasinya

    Huawei Segera Rilis Tablet MatePad 12.2, Ini Harga dan Spesifikasinya

    Bisnis.com, JAKARTA – Huawei akan meluncurkan tablet flagship terbarunya yaitu Huawei MatePad Pro 12.2 pada 25 Juli 2025. Gawai ini dibanderol Rp13 juta untuk pasar Indonesia selama periode promosi 25 Juli hingga 31 Agustus tahun ini.

    Tablet flagship ini dirancang sebagai perangkat 3-in-1 yang dapat berfungsi sebagai PC, notebook, hingga artboard digital, serta dilengkapi dengan kibor inovatif yang terintegrasi dengan tempat penyimpanan dan pengisian stylus, layar Tandem OLED 12.2-inci, dan WPS Office setara laptop.

    Lebih detil menyoal spesifikasi, MatePad Pro 12.2 memiliki desain ultra-slim 5.5mm dan bobot hanya 932 gram. Kibor MatePad juga dilengkapi dengan slot tersembunyi untuk menyimpan dan mengisi daya stylus HUAWEI M-Pencil (Generasi ke-3).

    Selain itu, WPS Office perangkat ini dilengkapi berbagai fitur pengolahan data, mulai dari pembuatan dokumen word, pengelolaan data di excel, hingga penggunaan fitur-fitur lanjutan seperti Pivot Table, pembuatan grafik, dan chart.

    Pengguna juga dapat membuat presentasi di PowerPoint dengan pengaturan ukuran dan warna teks, melakukan copy-paste antar dokumen, membuka banyak dokumen sekaligus, serta menyusun urutan slide dengan fitur Slide Sorter.

    Perangkat baru ini juga didukung fitur AI Handwriting Enhancement di Huawei Notes yang memungkinkan tulisan tangan menjadi lebih rapi dan mudah dibaca. Fitur Magnifier turut membantu meningkatkan presisi saat menulis pada detail-detail kecil.

    Kemudian, ada fitur Lasso Tool yang memungkinkan pengguna dapat dengan mudah mengatur ulang elemen catatan, seperti memindahkan, mengubah ukuran, hingga menyesuaikan warna sesuai keperluan.

    Selain itu, melalui Resource Center, tersedia berbagai template, stiker, dan alat bantu visual yang dapat disesuaikan untuk berbagai keperluan, mulai dari pekerjaan profesional, aktivitas belajar, hingga proyek kreatif.

    Huawei MatePad 12.2 masih memiliki fitur-fitur tambahan seperti ekspor ke PDF, tanda tangan digital, pembuatan catatan instan, serta berbagai fitur lainnya.

    Pembelian bisa dilakukan secara online melalui Huawei Store dan di Huawei Official Store di e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Blibli.com, Lazada, TikTok, erafone.com, eraspace, dan DatascripMall.ID.

    Selain itu, gawai juga bisa dibeli secara offline di seluruh HUAWEI Authorized Experience Store, erafone, Urban Republic, BliBli Store, dan mitra ritel resmi di seluruh Indonesia.

  • Meta Bakal Tindak Tegas Akun Facebook Penyebar Konten AI, Tiru YouTube

    Meta Bakal Tindak Tegas Akun Facebook Penyebar Konten AI, Tiru YouTube

    Bisnis.com, JAKARTA — Meta akan menindak akun Facebook yang membagikan konten “tidak original”. Termasuk, akun yang berulang kali me-repost teks, foto, atau video milik orang lain.

    Sebagai langkah tindak lanjut tersebut, Mereka telah menghapus sekitar 10 juta profil yang menyamar sebagai kreator konten ternama.

    Selain itu, Facebook juga telah mengambil tindakan terhadap 500.000 akun yang terlibat dalam “perilaku spam atau interaksi palsu”. Tindakannya berupa menurunkan komentar akun dan mengurangi distribusi kontennya untuk mencegah akun tersebut dimonetisasi.

    Meta berfokus pada repost konten orang lain, baik di akun spam, maupun yang berpura-pura menjadi kreator asli.

    “Akun yang menyalahgunakan sistem dengan berulang kali menggunakan kembali konten orang lain akan kehilangan akses ke program monetisasi Facebook untuk sementara waktu dan distribusi postingan mereka akan berkurang” Kata perusahaan tersebut menjelaskan fokus utama kebijakannya, dilansir Techcrunch.

    Meta juga menambahkan, ketika Facebook mendeteksi video duplikat, distribusi salinannya akan dikurangi untuk memastikan kreator asli mendapatkan penayangan dan kredit.

    Pembaruan Meta tersebut kelihatannya hanya berfokus pada konten yang digunakan kembali, tetapi sebenarnya mereka juga mempertimbangkan kecerobohan AI.

    Pada bagian yang menawarkan “tips” untuk membuat konten original, Meta mencatat bahwa kreator sebaiknya tidak hanya menyatukan klip atau menambahkan watermark saat menggunakan konten dari sumber lain, serta harus berfokus pada penceritaan yang autentik, bukan pada video pendek yang kurang bermanfaat.

    Secara tidak langsung itu berarti Meta memang menyasar pada jenis video yang diproduksi oleh AI, sebab video-video kurang bermanfaat itu seringkali menampilkan serangkaian gambar atau klip dengan tambahan narasi AI.

    Perusahaan induk sejumlah media sosial itu juga memperingatkan kreator untuk tidak menggunakan kembali konten dari aplikasi atau sumber lain, serta memberi catatan bahwa teks video harus berkualitas tinggi, yang artinya dapat mengurangi penggunaan teks AI otomatis yang tidak diedit oleh kreator.

    Selain itu, perusahaan tersebut juga mengatakan sedang menguji sistem yang menambahkan tautan pada video duplikat yang mengarahkan penonton pada konten asli.

    Pembaruan tersebut hadir setelah Meta menghadapi kritik dari pengguna di seluruh platformnya tentang penerapan kebijakannya yang keliru dan berlebihan melalui cara otomatis.

    Meta menyatakan perubahan ini akan diterapkan secara bertahap selama beberapa bulan ke depan, sehingga para kreator bisa menyesuaikan diri. 

    Jika kreator merasa konten yang telah dibuat tidak didistribusikan, mereka dapat melihat wawasan tingkat posting baru di Dasbor Profesional Facebook untuk mengetahui alasannya, bahkan juga dapat melihat apakah mereka terkena penalti monetisasi. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Tak Ada Skrining, Tukang Tipu Bisa Ngiklan

    Tak Ada Skrining, Tukang Tipu Bisa Ngiklan

    Bisnis.com, JAKARTA— Anggota Komisi I DPR RI, Nico Siahaan, mempertanyakan lemahnya pengawasan terhadap konten iklan di platform digital seperti Instagram. 

    Hal ini disampaikan Nico dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Penyiaran bersama perwakilan dari platform digital seperti Google, YouTube, Meta (Induk dari Instagram dan Facebook), dan TikTok di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (15/7/2025) 

    Dalam forum tersebut, Nico secara terang menyuarakan kekhawatirannya terhadap iklan-iklan yang tidak melalui proses kurasi atau penyaringan yang memadai.

    “Saya jadi korban iklan Instagram, pemasangan iklan itu enggak ada skrinning, tukang tipu bisa ngiklan. Jadi mana tanggung jawabnya [platform]? Jadi kami harus melakukan seleksi sendiri,” kata Nico. 

    Nico menilai tidak adil apabila platform digital meminta agar tidak disamakan aturannya dengan televisi konvensional, sementara di sisi lain mereka tidak menjalankan tanggung jawabnya secara optimal. 

    Dia menyoroti lemahnya pengawasan terhadap iklan, yang bahkan membuka celah bagi penipuan. Menurutnya, seharusnya platform digital juga menerapkan pengawasan yang lebih ketat agar tidak merugikan konsumen.

    Politisi dari PDI Perjuangan tersebut menyebut minimnya moderasi terhadap iklan di media sosial membuat perlindungan konsumen menjadi lemah. Dia membandingkan dengan praktik kurasi yang diterapkan marketplace yang dinilai lebih bertanggung jawab.

    “Kalau enggak mau tanggung jawab, jangan mau ada iklan jual beli di situ. Ini perlindungan konsumen juga,” katanya.

    Nico juga menyinggung adanya ketimpangan regulasi antara media konvensional dan platform digital, terutama soal periklanan. 

    Dia menyebut media sosial memiliki kebebasan lebih besar, bahkan untuk produk-produk yang dilarang tayang di televisi nasional.

    Lebih jauh, Nico menyoroti dampak ketidakseimbangan regulasi tersebut terhadap industri penyiaran konvensional. 

    Dia mencontohkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa ribuan pekerja media televisi karena semakin tergerusnya porsi iklan akibat dominasi platform digital.

    “Di televisi sudah ada PHK di depan mata kami, sudah 4 ribu batch pertama. Orang bilang itu risiko bisnis. Ini kita duduk lah sama-sama temen-temen, kalau bisa ada pasal-pasal yang disampaikan. Kesannya jangan diatur sama, supaya fair,” katanya lagi.

    Nico menegaskan media sosial memang menghasilkan kontribusi ekonomi bagi Indonesia. Namun, dia mengingatkan bahwa kontribusi dari warga Indonesia kepada platform tersebut juga sangat besar, sehingga perlu ada keadilan dan penghargaan terhadap posisi masing-masing. 

    Dia juga mengkritik minimnya upaya platform digital dalam mengedukasi publik tentang konten berbahaya, termasuk judi online.

    “Sosialisasi anti judol enggak ada tuh dari platform. Temen-temen sudah melakukan tapi kurang banyak. Dampaknya udah terlalu besar. Ini sama-sama memikirkan menyelamatkan generasi muda, bagaimana yang bisa kita lakukan untuk Indonesia,” katanya.

  • TikTok Tolak Aturan Platform Digital Disamakan dengan TV Konvensional

    TikTok Tolak Aturan Platform Digital Disamakan dengan TV Konvensional

    Bisnis.com, JAKARTA— TikTok Indonesia menilai Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyiaran seharusnya tidak menyamakan pengaturan platform user-generated content (UGC) seperti TikTok dengan lembaga penyiaran konvensional. 

    Pasalnya, keduanya memiliki karakteristik dan model bisnis yang sangat berbeda. Head of Public Policy TikTok Indonesia, Hilmi Adrianto, mengatakan perbedaan antara platform digital dan lembaga penyiaran tradisional sangat signifikan, terutama dalam aspek produksi konten.

    “Kami melihat perbedaannya sangat signifikan dengan lembaga penyiaran tradisional, terutama dari sisi pembuatan isi konten. Platform UGC [user-generated content] seperti TikTok memuat konten yang dibuat oleh pengguna individu, lembaga penyiaran tradisional, maupun layanan OTT yang diunggah melalui platform,” kata Hilmi dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Penyiaran bersama perwakilan dari platform digital seperti Google, YouTube, Meta, dan TikTok di Komisi I  DPR RI, Jakarta, Selasa (15/7/2025). 

    Hilmi mengatakan dari sisi model bisnis, UGC didorong partisipasi aktif penggguna, di mana lembaga penyiaran tradisional berfokus pada konsumsi pasif dengan akses terbatas pada produsen konten profesional dan pemegang lisensi. 

    Lebih lanjut dari sisi volume konten dan pengawas, lanjut Hilmi, UGC berapapun konten dapat diunggah setiap waktu dan konten yang melanggar akan dideteksi dan dihapus oleh proses moderasi teknologi dan manusia. 

    Sementara penyiaran tradisional memiliki jumlah konten terbatas, terjadwal dan terkurasi sehingga moderasi dilakukan secara kuratif karena semua materi bisa ditinjau, diedit dan disetujui lebih dulu sebelum disiarkan ke publik.  Oleh sebab itu, Hilmi mengatakan pihaknya merekomendasikan agar aturan platform UGC tidak disamakan dengan televisi konvensional dalam hal pengawasan dan regulasi. 

    Terlebih platform UGC seperti TikTok sudah diatur di bawah kerangka moderasi konten di bawah Komdigi dan tidak dengan regulasi yang sama dengan penyiaran tradisional. 

    “Kami merekomendasikan agar platform UGC tidak diatur di bawah aturan yang sama dengan penyiaran konvensional guna menghindari ketidakpastian hukum. Kami menyarankan agar platform UGC tetap berada di bawah moderasi Komdigi,” kata Hilmi.

    Logo TikTok

    Dia juga menolak pendekatan regulasi yang seragam (one-size-fits-all) untuk media konvensional dan platform digital karena perbedaan mendasar dalam tata kelola konten.

    “Kami juga tidak merekomendasikan pendekatan regulasi one-size-fits-all bagi penyelenggara penyiaran konvensional dan layanan OTT, karena keduanya memiliki model bisnis dan tata kelola konten yang berbeda secara fundamental,” ungkapnya.

    Revisi UU Penyiaran

    Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sebelumnya menyampaikan dukungan terhadap revisi UU Penyiaran. 

    Ketua Komite Tetap Penelitian dan Kebijakan Komunikasi dan Digital Kadin Indonesia, Chris Taufik, mengatakan bahwa pembaruan regulasi harus responsif terhadap perkembangan media digital.

    “Artinya memang bisa applicable untuk media konvensional dan media-media digital yang baru berkembang di era belakangan ini,” ujar Chris dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Penyiaran dengan Komisi I DPR, Senin (14/7/2025).

    Chris juga menyoroti perlunya redefinisi istilah “penyiaran” dan keadilan regulasi antara media konvensional dan digital. Menurutnya, media konvensional dibebani berbagai aturan seperti sensor dan pengawasan isi siaran, sementara platform digital cenderung bebas dari pengawasan namun menguasai pangsa pasar iklan.

    Selain itu, dia menekankan pentingnya sinkronisasi RUU Penyiaran dengan regulasi lain seperti UU ITE dan UU Perlindungan Data Pribadi (PDP), serta membuka opsi pembentukan UU baru khusus untuk penyiaran digital guna mengatasi berbagai tantangan yang muncul.

    Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono mengatakan revisi UU Penyiaran sudah dimulai sejak 2012. 

    Namun sampai dengan hari ini belum juga kunjung selesai. Pihaknya pun menargetkan supaya revisi tersebut rampung pada periode tahun ini. 

    “Kami memang menargetkan diperiode ini akan segera rampung,” katanya. 

    Namun demikian, Dave mengatakan pihaknya belum membuat rangkaian jadwal yang ditetapkan untuk proses penyusunan, pembahasan, hingga pengesahan revisi undang-undang tersebut.

    Dave menjelaskan draf RUU Penyiaran belum dibagikan ke publik karena masih mengalami sejumlah perubahan. Dia menyebut, draf tersebut telah berubah tiga kali, salah satunya karena adanya aturan induk yang tertuang dalam Undang-Undang Cipta Kerja. 

    Beberapa ketentuan yang sebelumnya dimuat dalam RUU Penyiaran, seperti soal multiflexing, akhirnya diatur dalam UU Cipta Kerja.

    “Masih ada substansi yang juga tak kalah pentingnya yang kita putuskan di RUU Penyiaran ini,” katanya.

  • Starlink Berhenti Layani Pelanggan Baru, APJII: Pengusaha Internet Gigit Jari

    Starlink Berhenti Layani Pelanggan Baru, APJII: Pengusaha Internet Gigit Jari

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai kebijakan layanan satelit orbit rendah milik SpaceX, Starlink, yang menghentikan penerimaan pelanggan baru di Indonesia merugikan penyedia layanan internet lokal.

    Sekretaris Jenderal APJII Zulfadly Syam menilai langkah tersebut merupakan bagian dari kebijakan internal perusahaan. Namun, dia mempertanyakan apakah penghentian itu dipicu oleh upaya penertiban layanan di Indonesia atau karena adanya kendala teknis.

    “Apakah hal ini dipicu oleh keinginan mereka untuk menertibkan layanan di Indonesia atau ternyata terdapat faktor teknis yang mempengaruhi layanan di Indonesia,” kata Zulfadly saat dihubungi Bisnis pada Selasa (15/7/2025).

    Zulfadly menambahkan, saat ini pihaknya masih melakukan pemantauan untuk melihat dampak dari kebijakan tersebut terhadap ekosistem layanan internet secara keseluruhan, termasuk kepada para penyelenggara jasa internet (ISP) lokal.

    Dia menyebutkan penghentian layanan ini kemungkinan besar akan berdampak pada akses internet di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), terutama layanan untuk pengguna residensial.

    “Dan ISP yang melayani layanan ini pun terpaksa gigit jari,” katanya.

    Lebih lanjut, Zulfadly mengatakan APJII memahami distribusi bandwidth internet memiliki kompleksitas bisnis tersendiri. Dengan jumlah ISP di Indonesia yang mencapai sekitar 1.300, dia menilai penyediaan layanan di wilayah 3T seharusnya dapat dilakukan secara gotong-royong dengan konsep kolaborasi yang solid.

    “Starlink memiliki konsepnya sendiri, namun kami telah meminta Starlink untuk selalu bahu membahu dengan APJII untuk mengatasi maraknya akses internet yang didistribusikan oleh oknum-oknum tertentu,” katanya.

    Dia berharap Starlink tetap berkomitmen untuk membantu meminimalkan distribusi internet ilegal, terutama di tengah masa penghentian layanan sementara ini.

    Sebagai anggota APJII, lanjut Zulfadly, Starlink dan para ISP legal lainnya berada dalam pengawasan asosiasi. Oleh karena itu, APJII turut mencatat dan menindaklanjuti keluhan-keluhan dari para penyelenggara layanan internet.

    Menurut Zulfadly, Starlink dan APJII telah sepakat untuk bersama-sama meminimalkan distribusi internet ilegal. Namun, dengan semakin banyaknya jumlah penyelenggara layanan, dia berharap agar ISP lokal dapat tumbuh lebih kuat dan kompetitif dibandingkan dengan pemain asing.

    “Pemerintah harus memiliki tools. Tidak saja hanya berharap dari laporan-laporan kinerja semata. Tools ini akan membantu pemerintah untuk melakukan pengawasan sekaligus mempelajari potensi gangguan terhadap layanan internet Indonesia,” tandasnya.

  • Telkomsel Bidik 17 Juta Konten Kreator dan UMKM Lewat Simpati TikTok

    Telkomsel Bidik 17 Juta Konten Kreator dan UMKM Lewat Simpati TikTok

    Bisnis.com, JAKARTA— PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) bersama dengan TikTok dan GoPay meluncurkan kartu perdana khusus bertajuk SIMPATI TikTok, yang menyasar konten kreator.

    Berdasarkan data Market Insight 2024, jumlah konten kreator TikTok menyentuh angka 17 juta pada 2024. Adapun total pengguna TikTok mencapai 150 juta di Indonesia.

    Direktur Marketing Telkomsel, Derrick Heng mengatakan kerja sama tersebut merupakan wujud sinergi tiga ekosistem digital terbesar yang menyasar kreator konten, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta masyarakat luas yang aktif dalam dunia live commerce.

    “Inisiatif ini bukan hanya tentang produk, melainkan tentang memperluas peluang dalam ekonomi kreatif digital melalui kekuatan konektivitas dan kolaborasi,” kata Derrick dalam acara peluncuran di Jakarta pada Selasa (15/7/2025). 

    Derrick melanjutkan konektivitas saja tidak cukup di era saat ini. Kreativitas kini menjadi faktor utama dalam mendorong ekonomi digital, di mana live commerce menjadi panggung baru bagi para pelaku usaha dan konten kreator.

    Dia menjelaskan inisiatif ini didukung oleh empat kerangka kerja utama yang menjadi fondasi kolaborasi Telkomsel, TikTok, dan GoPay.

    Pertama enable, menyediakan konektivitas dan pengalaman digital optimal. Kedua, equip yakni memberikan akses ke jaringan, fitur live commerce, dan insentif. 

    Ketiga, empower di mana Telkomsel menghadirkan program pelatihan dan pendampingan untuk kreator. Terakhir, endorse, mendukung dengan promosi lintas platform dan ekosistem digita. 

    Di sisi lain,  Direktur Global Business Development TikTok Asia Pasifik, Vanessa Brown, menambahkan melalui kolaborasi ini, TikTok ingin semakin memperkuat ekonomi livestream di Indonesia dengan mempermudah kreator dan UMKM mengakses perangkat yang mendukung pertumbuhan mereka, baik melalui konektivitas yang stabil, fitur live-commerce, maupun insentif digital. 

    “Dengan SIMPATI TikTok, kami berharap dapat membantu lebih banyak kreator dan penjual untuk membangun kehadiran, melibatkan komunitas, dan mengembangkan bisnis mereka di dalam platform dengan cara yang lebih mudah dan mudah diakses,” katanya. 

    Sementara itu, Presiden Direktur GoTo Financial, Sudhanshu Raheja mengatakan kolaborasi ini sejalan dengan misi GoPay dalam mendorong inklusi keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. 

    SIMPATI TikTok menghadirkan akses koneksi yang unggul di seluruh wilayah Indonesia, khususnya bagi para kreator dan pelaku UMKM, sekaligus  mempermudah akses layanan keuangan digital di aplikasi GoPay bagi masyarakat luas. 

    Sebagai langkah awal, SIMPATI TikTok hadir dalam bentuk kartu perdana edisi khusus seharga Rp55.000 dengan kuota internet 5GB, dilengkapi jaringan yang unggul saat mengakses aplikasi TikTok. 

    Pelanggan juga mendapatkan voucher TikTok Shop by Tokopedia dan GoPay. Produk ini dihadirkan untuk memudahkan masyarakat luas, khususnya para kreator dan UMKM, dalam mengakses TikTok dan layanan digital lainnya secara lancar di mana pun dan kapan pun.

    Seluruh paket dirancang dengan kuota besar, harga terjangkau, dan dilengkapi voucher GoPay, TikTok Shop by Tokopedia serta MyAds, tersedia bagi seluruh pelanggan SIMPATI melalui aplikasi MyTelkomsel, UMB *363#, dan mitra ritel resmi Telkomsel di seluruh Indonesia. 

    Pelanggan dapat memilih berbagai varian, mulai dari harga Rp5.000 untuk kuota khusus TikTok 5GB, hingga Rp100.000 untuk 60GB kuota TikTok dan internet, serta akses jaringan yang unggul, sesuai dengan kebutuhan aktivitas digital mereka.

  • Tak Asal Cepat, Kini Teknologi AI Harus Bisa Dipercaya

    Tak Asal Cepat, Kini Teknologi AI Harus Bisa Dipercaya

    Bisnis.com, JAKARTA — Teknologi kecerdasan buatan (AI) dinilai tidak lagi sekadar memberikan kecepatan dalam menjawab, tetapi sudah bergeser menjadi bisa dipercaya.

    VP & GM SleekFlow Asia Tenggara, Asnawi Jufrie mengatakan teknologi AI menjanjikan kecepatan dan kemampuan dalam menjawab pertanyaan pengguna.

    Dalam laporan “AI Transformation in SEA: Aligning Consumer Demands with Business Goals”, AI masih dipercaya untuk urusan praktis seperti pelacakan pesanan atau hanya sekadar pencarian produk. Namun untuk beberapa kasus yang bersifat sensitif seperti keluhan pelanggan, pertanyaan kompleks, hingga percakapan emosional responden menyatakan lebih memilih interaksi dengan manusia.

    “Ada pertanyaan yang belum terjawab: sejauh apa kita siap menyerahkan kendali ke AI? Serta hal yang lebih penting, mampukah kita membangun AI yang bukan hanya cerdas, tapi juga bisa dipercaya,” kata Asnawi dalam keterangannya, Selasa (15/7/2025).

    Menurut laporan AI Maturity Matrix oleh Boston Consulting Group, lebih dari 70% negara termasuk Indonesia belum memiliki kesiapan struktural yang memadai dalam menghadapi disrupsi AI, termasuk dalam aspek keterampilan, kebijakan, dan investasi jangka panjang.

    SleekFlow, lanjutnya, mencoba menjawab pertanyaan itu lewat peluncuran AgentFlow sebuah sistem AI yang tidak dirancang untuk menjawab semua hal, tetapi untuk tahu kapan perlu berhenti dan menyerahkan kendalinya kembali ke manusia.

    Dia menjelaskan AgentFlow hadir menjadi sebuah pendekatan yang memastikan AI tidak asal merespons, melainkan bekerja dalam batas dan tanggung jawab yang jelas. Sistem ini dirancang dengan pendekatan multi-agent dan modul berbasis graf, serta dilengkapi dengan Knowledge Gap Detection yang memungkinkan sistem mendeteksi saat AI tidak yakin dengan jawabannya, dan memilih untuk berhenti alih-alih memberi informasi yang salah.

    Kemudian, Reviewer Agents yaitu agen pengecek yang meninjau ulang jawaban sebelum sampai ke pelanggan, untuk menghindari miskomunikasi atau halusinasi.

    Selanjutnya, Guardrails mekanisme pengaman yang menjaga agar AI tidak menjawab topik-topik sensitif atau di luar kapasitasnya, dan langsung mengarahkan ke tim manusia bila diperlukan. Terakhir, Custom Instruction per Peran yang memastikan setiap agen AI hanya menjawab sesuai peran dan konteks yang sudah ditentukan oleh bisnis, misalnya sebagai sales, support, atau admin.

    “AI yang bertanggung jawab bukanlah yang menjawab segalanya, melainkan yang tahu kapan harus berhenti. Masa depan bukan tentang memilih antara manusia atau mesin tetapi tentang membangun kolaborasi sistem yang dapat memperkuat keduanya,” ujarnya.

  • Hujan Meteor Perseid Muncul 17 Juli 2025, Jangan Lewatkan Keindahannya

    Hujan Meteor Perseid Muncul 17 Juli 2025, Jangan Lewatkan Keindahannya

    Bisnis.com, JAKARTA – Hujan meteor Perseid akan aktif mulai Kamis, 17 Juli hingga Sabtu, 23 Agustus, dan akan mencapai puncaknya tahun ini pada 12 dan 13 Agustus.

    Namun, kehadiran bulan yang hampir purnama akan membuat fenomena tahun ini mengecewakan, karena hanya bintang jatuh yang paling terang yang terlihat.

    Saran umum untuk puncak hujan meteor besar adalah pergi ke lokasi dengan tingkat polusi cahaya rendah, seperti tempat dengan langit gelap atau area yang tampak gelap pada peta polusi cahaya.

    Namun, dengan Bulan Sturgeon purnama bulan Agustus pada Sabtu, 9 Agustus, cahayanya akan memutihkan langit malam tepat saat puncak Perseid dimulai.

    Dilansir dari livescience, pada malam puncaknya, bulan gibbous yang memudar akan muncul beberapa jam sebelum tengah malam dan akan mencapai 84% cahaya, bersinar terang sepanjang malam. Cahayanya akan secara efektif mencemari langit malam, membuat perjalanan untuk menghindari polusi cahaya perkotaan menjadi sia-sia.

    Karena rencana bulan untuk mencuri perhatian, cara terbaik untuk melihat Perseid tahun ini adalah sebelum dan sesudah malam puncak. Meskipun tingkat bintang jatuh akan jauh lebih rendah, ada jendela langit gelap saat cahaya bulan minimal dari 18 hingga 28 Juli.

    Itu karena bulan seperempat terakhir yang setengah terang pada 18 Juli terbit di tengah malam, ada bulan baru pada 24 Juli, dan hanya bulan sabit yang lemah terbenam lebih awal hingga sekitar 28 Juli. Setelah itu, bulan sabit yang membesar akan mulai mengganggu bintang jatuh dan akan ada dua minggu malam terang bulan.

    Setelah puncak, bulan gibbous yang memudar akan mulai bergeser saat mencapai fase seperempat terakhirnya pada 16 Agustus. Meskipun tingkat bintang jatuh akan berkurang pada saat itu, malam yang cerah minggu itu akan menandakan setidaknya beberapa pemandangan pertunjukan cahaya langit.

    Hujan meteor Perseid dikenal karena meteornya yang cepat dan terang, yang bergerak dengan kecepatan 60 kilometer per detik. Meteor-meteor ini merupakan hasil dari partikel-partikel kecil yang tertinggal di tata surya akibat tabrakan Komet 109P/Swift-Tuttle dengan atmosfer Bumi. Saat terjadi, partikel-partikel tersebut memanas dan menguap, melepaskan energi yang terlihat sebagai garis-garis cahaya di langit malam.

    Meskipun kondisi pada tahun 2025 masih jauh dari sempurna, jika Anda mengamati bintang saat bulan terbenam — dan bahkan saat bulan terbit — Anda mungkin akan melihat satu atau dua bintang jatuh paling terkenal tahun ini.

  • Pengguna Aplikasi AI Sentuh 493 Juta Semester I/2025, Melesat 128% YoY

    Pengguna Aplikasi AI Sentuh 493 Juta Semester I/2025, Melesat 128% YoY

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengguna teknologi kecerdasan buatan (AI) di dunia melesat tajam seiring dengan munculnya aplikasi baru berbasis AI.

    Menurut laporan Business of Apps, dilansir dari DataIndonesia.id, jumlah pengguna aplikasi kecerdasan buatan global  mencapai 691 juta pengguna pada semester I/2025. Jumlah ini melesat 40,16% dibandingkan dengan semester sebelumnya yang sebanyak 493 juta pengguna.

    Jumlah pengguna aplikasi kecerdasan buatan pada semester I/2025 juga melonjak 128,05% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada semester I/2024, jumlahnya tercatat sebanyak 303 juta pengguna.

    ChatGPT menjadi aplikasi AI yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. Tercatat, jumlah pengguna aktif chatbot AI yang dikembangkan oleh OpenAI tersebut mencapai 400 juta per Maret 2025. Angka tersebut meningkat 33,33% dibandingkan Desember 2024 yang sebanyak 300 juta pengguna.

    Lebih lanjut, pendapatan aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence/AI di dunia mencapai US$4,5 miliar pada 2024. Jumlah tersebut diproyeksi melonjak 204,44% menjadi US$13,7 miliar pada 2025.

    Pendapatan aplikasi kecerdasan buatan secara global diperkirakan masih terus tumbuh hingga 2030 mendatang. Pada 2030, nilainya diramal mencapai US$156,9 miliar. 

    Melihat trennya, pertumbuhan pendapatan aplikasi kecerdasan buatan di dunia mencapai tiga digit sepanjang 2023 hingga 2026. Kemudian, pertumbuhan tersebut turun menjadi dua digit hingga tahun 2030.

    Sebelumnya, Presiden Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) Hammam Riza, menegaskan target Indonesia menjadi lima besar ekonomi dunia pada 2045 tidak akan tercapai dengan pendekatan konvensional. 

    “Kita perlu menjadikan AI sebagai akselerator. AI dapat merevolusi semua sektor strategis dan membawa kita dari ekonomi berbasis efisiensi menuju ekonomi berbasis inovasi,” kata Hammam dalam World AI Show Indonesia 2025 di Jakarta pada Selasa (8/7/2025).

    Dia  mengungkapkan berdasarkan proyeksi, kontribusi AI terhadap ekonomi Indonesia bisa mencapai US$366 miliar atau setara dengan Rp5.965,8 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.300 per dolas AS) pada 2030. 

    Namun, untuk menjadi bangsa yang tidak hanya menjadi pasar AI melainkan juga pengembang AI, diperlukan kedaulatan digital yang kuat. 

    Hammam menyebutkan empat tantangan utama yang perlu dijawab dalam perjalanan AI Indonesia menuju 2045. 

    Beberapa di antaranya yakni kesenjangan talenta, infrastruktur dan akses, keamanan dan privasi data, serta regulasi dan etika. 

    “Saat ini kita butuh 9 juta talenta digital pada 2030, tapi jumlahnya baru sekitar 200 ribu. Ini menunjukkan urgensi pengembangan talenta secara inklusif,” katanya.

    Senada dengan Hammam, Ayu Purwarianti, anggota Satuan Tugas Nasional Pengembangan Talenta AI Indonesia, menekankan pentingnya literasi AI bagi seluruh lapisan masyarakat. Menurutnya, AI harus dibagi dalam tiga pendekatan: AI untuk semua, AI untuk banyak orang, dan AI untuk sedikit orang.

    “AI untuk semua berarti setiap orang Indonesia, bahkan yang tidak menggunakan atau mengembangkan AI sekalipun, tetap perlu memiliki literasi tentang AI. Mereka perlu tahu bahwa ada risiko di balik teknologi ini, seperti deepfake atau penipuan digital,” kata Ayu.