Category: Bisnis.com Tekno

  • XLSMART Fokus Retensi dan Monetisasi Pelanggan Existing saat Pasar Jenuh

    XLSMART Fokus Retensi dan Monetisasi Pelanggan Existing saat Pasar Jenuh

    Bisnis.com, JAKARTA– PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (XLSMART) memfokuskan strateginya pada retensi dan monetisasi pelanggan existing di tengah kondisi pasar telekomunikasi yang semakin jenuh.

    Head of External Communications XLSMART, Henry Wijayanto, mengatakan bahwa upaya tersebut dilakukan dengan terus meningkatkan pengalaman pelanggan secara menyeluruh (end-to-end).

    “Tujuannya adalah agar pada akhirnya dapat mendorong peningkatan profitabilitas,” kata Henry kepada Bisnis pada Sabtu (19/7/2025). 

    Lebih lanjut, Henry menjabarkan bahwa inisiatif yang dilakukan mencakup pengoperasian tiga brand utama, yaitu XL, Axis, dan Smartfren, yang masing-masing menyasar segmen pelanggan yang berbeda.

    Dia menambahkan setiap brand dikembangkan dengan penawaran produk dan layanan yang disesuaikan, memastikan relevansi serta daya tarik terhadap target pasarnya.

    Tidak hanya sampai disitu, Henry mengatakan strategi lainnya mencakup penguatan loyalitas pelanggan, peningkatan kualitas jaringan, penyediaan e-SIM, serta pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan digital analytics untuk memahami kebutuhan pelanggan secara lebih mendalam dan real-time.

    “Kami memanfaatkan teknologi AI untuk melakukan data analytic sehingga kami bisa lebih optimal dalam melakukan penyediaan dan penawaran produk dan layanan yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan,”katanya. 

    Dengan strategi tersebut, XLSMART berharap dapat mendorong peningkatan penggunaan layanan, yang pada akhirnya akan berdampak pada naiknya Average Revenue Per User (ARPU) atau rata-rata pendapatan per pelanggan.

    Meskipun fokus utama diarahkan pada pelanggan yang sudah ada, Henry menegaskan XLSMART tetap membuka peluang untuk pertumbuhan pelanggan baru.

    “Sedangkan untuk pelanggan baru, kami tentunya juga berharap dan berupaya untuk tetap bisa tumbuh,” katanya.

    Sebelumnya, XLSMART mencatat pertumbuhan signifikan pada kuartal I/2025 dengan penambahan 1,2 juta pelanggan mobile secara tahunan (year on year/YoY).

    Pencapaian ini sejalan dengan strategi induk perusahaan, XL Axiata, yang konsisten menumbuhkan bisnis konvergensi tetap dan bergerak (Fixed Mobile Convergence/FMC).

    Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Rajeev Sethi, menyebutkan stabilitas pada layanan Fixed Broadband (FBB) dengan lebih dari 1 juta pelanggan turut menjadi fondasi pertumbuhan FMC perusahaan ke depan.

    “Hal tersebut merupakan faktor penting untuk terus mendorong dan memperkuat pertumbuhan bisnis FMC kami saat ini dan ke depan,” kata Rajeev dalam keterangan resminya, Selasa (6/5/2025).

    Hingga akhir Maret 2025, total pelanggan XL Axiata mencapai 58,8 juta. Rata-rata pendapatan per pengguna atau ARPU campuran tercatat stabil di kisaran Rp40.000. 

    Dalam periode yang sama, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp8,6 triliun, tumbuh 2% secara tahunan, dengan EBITDA Rp4,32 triliun dan EBITDA margin 50,2%. Kontribusi layanan data dan digital bahkan mencapai lebih dari 91% terhadap total pendapatan.

  • Komdigi Tegaskan Tak Ada Rencana Blokir WhatsApp Call dan VoIP

    Komdigi Tegaskan Tak Ada Rencana Blokir WhatsApp Call dan VoIP

    Bisnis.com, JAKARTA— Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid menegaskan pemerintah tidak memiliki rencana untuk membatasi layanan panggilan suara dan video berbasis internet atau voice over internet protocol (VoIP), termasuk layanan WhatsApp Call.

    Pernyataan ini disampaikan Meutya untuk meluruskan kabar yang menyebutkan adanya rencana pemerintah membatasi layanan VoIP.

    “Saya tegaskan pemerintah tidak merancang ataupun mempertimbangkan pembatasan WhatsApp Call. Informasi yang beredar tidak benar dan menyesatkan,” kata Meutya dalam keterangan resmi yang dikutip pada Sabtu (18/7/2025).

    Dia menjelaskan Kementerian Komunikasi dan Digital memang menerima sejumlah masukan dari berbagai pihak, seperti Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) dan Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), mengenai penataan ekosistem digital.

    Salah satu poin yang disorot adalah hubungan antara penyedia layanan over-the-top (OTT) dan operator jaringan.

    Namun, Meutya menekankan masukan tersebut belum pernah dibahas dalam forum pengambilan kebijakan, serta tidak menjadi bagian dari agenda resmi kementerian.

    “Saya sudah meminta jajaran terkait untuk segera melakukan klarifikasi internal dan memastikan tidak ada kebijakan yang diarahkan pada pembatasan layanan digital,” tuturnya.

    Dia juga menyampaikan permohonan maaf jika isu ini sempat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Meutya memastikan saat ini Komdigi fokus pada agenda prioritas nasional seperti memperluas akses internet di wilayah tertinggal, meningkatkan literasi digital, serta memperkuat keamanan dan perlindungan data pribadi di ruang digital.

    Wacana pembatasan layanan VoIP sebelumnya mencuat dalam sebuah diskusi publik di Jakarta pada Rabu (16/7/2025). 

    Dalam forum tersebut, Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Denny Setiawan, menyampaikan beberapa negara telah menerapkan pembatasan pada fitur panggilan suara dan video berbasis internet, di mana layanan pesan teks seperti WhatsApp masih bisa digunakan. 

    “Contoh di Uni Emirat Arab itu teks boleh, tapi WhatsApp call, video call, tidak bisa. Jadi, yang basic service itu tetap, tapi yang call dan video yang dibatasi,” kata Denny.

    Menurutnya, potensi pengaturan ini juga bisa mencakup fitur serupa di platform lain seperti Instagram. Namun, dia menekankan akses ke media sosial secara umum tetap tidak akan terganggu.

    Denny menjelaskan usulan pembatasan layanan VoIP masih berada dalam tahap awal diskusi. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem yang adil antara penyedia OTT dan operator seluler, yang selama ini menanggung beban investasi infrastruktur.

    “Masih wacana, masih diskusi,” ujarnya.

  • Kaspersky Sebut Tren Serangan Siber Menyamar Sebagai Firma Hukum

    Kaspersky Sebut Tren Serangan Siber Menyamar Sebagai Firma Hukum

    Bisnis.com, JAKARTA – Kaspersky mendeteksi peningkatan pesat serangan siber yang menargetkan lebih dari 1.100 pengguna korporat sejak Juni 2025. Celakanya, para penyerang menyamar sebagai firma hukum dan melalui email.

    Pelaku kejahatan ini mengancam penerima dengan tuntutan hukum atas dugaan pelanggaran paten nama domain, yang bertujuan menyebarkan malware. Korban yang membuka dan meluncurkan berkas terlampir otomatis memasang malware Trojan dalam perangkat mereka.

    Selain itu, pelaku menyatakan minat pemegang paten untuk memperoleh domain tersebut dan menawarkan untuk mengetahui detail dugaan pelanggaran dengan membuka arsip terlampir yang berisi dokumen.

    Analis spam di Kaspersky Anna Lazaricheva menyebut kampanye ini sebagai perpaduan canggih antara manipulasi psikologis dan tipu daya teknis, memanfaatkan rasa takut akan pelanggaran hukum untuk memaksa bisnis mengeksekusi file berbahaya yang tersembunyi dalam arsip terlampir.

    “Kampanye ini dimulai dengan 95 email pada 11 Juni 2025 dan terus mengalami peningkatan. Kondisi ini urgensi bagi perusahaan untuk memperkuat pertahanan. Keamanan email yang mumpuni, pelatihan karyawan, dan pelaporan insiden yang cepat sangat penting untuk melawan ancaman yang terus berkembang ini,” kata Anna dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).

    Perlu dicatat, penyerang mungkin untuk menghindari deteksi, melampirkan arsip yang tidak dilindungi kata sandi, dan di dalamnya terdapat arsip lain yang dilindungi kata sandi serta sebuah berkas yang berisi kata sandi bersamanya.

    Setelah pengguna memasukkan kata sandi arsip dan mengeklik dokumen hukum yang diduga ada di dalamnya, sebuah Trojan terinstal di perangkat. Pengguna melihat pesan yang bertuliskan ‘Dokumen ini tidak dapat dibuka di perangkat ini. Coba buka di perangkat Windows lain’.

    Kemudian, secara bersamaan tor browser diunduh dan diinstal secara diam-diam. Melalui pesan tersebut, malware secara berkala mengirimkan snapshot layar pengguna kepada penyerang melalui jaringan Tor. Malware ini juga aktif secara otomatis setiap kali komputer dihidupkan ulang.

    Kaspersky merekomendasikan pengguna korporat dan individu untuk mengambil beberapa hal. Pertama, berhati-hatilah saat berinteraksi dengan lampiran. Jangan membuka arsip terlampir (termasuk yang dilindungi kata sandi) yang tampak mencurigakan. Jangan menjalankan berkas yang dapat dieksekusi, karena dapat menyebarkan malware.

    Kedua, verifikasi keaslian pengirim, konfirmasikan keabsahan klaim hukum atau entitas apa pun yang disebutkan dalam email yang tidak diminta.

    Ketiga, terapkan perlindungan titik akhir untuk mendeteksi dan memblokir upaya serangan. Keempat, edukasi staf tentang cara mengenali taktik serangan.

    Kelima, segera beri tahu tim TI atau keamanan siber jika telah membuka berkas terlampir pada email yang dicurigai sebagai phishing.

  • Laboratorium AS Kembangkan Obat Robotik Berteknologi Gravitasi Mikro

    Laboratorium AS Kembangkan Obat Robotik Berteknologi Gravitasi Mikro

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan penelitian luar angkasa, Varda Space Industries telah mengumpulkan US$187 juta atau sekitar Rp3,05 miliar (Kurs: Rp16.000) untuk teknologi pembuatan obat robotik di luar angkasa pada Kamis (10/07/25).

    Putaran pendanaan yang mencakup partisipasi sebelumnya dari perusahaan Lux Capital, hingga dana investasi oleh Khosla Ventures dan digabung dengan pendapatan terbaru menjadikan total dana yang dihimpun Varda sebesar US$329 juta atau sekitar Rp5,36 miliar.

    Suntikan modal ini akan meningkatkan kapabilitas laboratorium farmasi Varda, dan juga menjanjikan pengiriman formulasi obat pertama di dunia yang menggunakan teknologi gravitasi mikro, menurut CEO Varda Space Industries, dilansir Reuters, Jumat (18/07/25).

    Bahan-bahan seperti bahan farmasi aktif dalam obat-obatan mengkristal secara berbeda di luar angkasa karena kurangnya gaya gravitasi. Ini menciptakan formulasi obat yang khas, dengan kemurnian dan kualitas yang lebih tinggi, yang tidak mungkin dilakukan dengan cara lain.

    Kendaraan antariksa mereka saat ini juga mendukung untuk memproduksi obat-obatan secara massal di luar angkasa di kemudian hari. Perkiraannya, Varda bisa membawa sekitar 50 kilogram bahan aktif farmasi untuk diolah di luar angkasa.

    Laboratorium orbital kelima Varda (W-5) akan diluncurkan akhir tahun 2025, yang berfokus pada pengoptimalan “reaktor kristalisasi berbasis larutan untuk mengendalikan ukuran partikel dan polimorfisme obat molekul kecil.

    Pada Juni 2024, para Ilmuwan di Stasiun Luar angkasa (ISS) memanfaatkan lingkungan gravitasi rendah untuk meningkatkan efikasi terapi antibodi monoklonal dengan menghasilkan gelembung ultra-halus yang mampu mentransfer nutrisi dan molekul kecil lainnya antar sel.

    Selain itu, mereka juga berhasil meneliti efek gravitasi mikro terhadap diferensiasi sel punca pluripoten pada lingkungan gravitasi rendah, yang menunjukkan proses penuaan sel yang cepat dibanding di bumi.

    Varda menjadi perusahaan pertama yang melakukan proses biomanufaktur semacam itu di luar laboratorium ISS dengan mengusung tujuan “menjadikan pengembangan obat di luar angkasa semulus dan semudah bekerja dengan mitra di Bumi”. 

    Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan yang berkantor pusat di California, Amerika Serikat (AS), sudah terlebih dahulu meluncurkan dan mengembalikan lagi tiga kapsul (W-1, 2, dan 3), serta W-4 yang kini sedang berada di orbit. 

    Seperti peluncuran W-5 yang akan segera dilaksanakan, semua misi tersebut berfokus pada pemrosesan farmasi. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Bursa Kripto Diretas, Total Kerugian Tembus Rp440 Miliar

    Bursa Kripto Diretas, Total Kerugian Tembus Rp440 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA — Bursa aset kripto, BigONE melaporkan adanya peretasan berbagai aset digital mereka senilai US$27 juta atau sekitar Rp440,1 miliar (Kurs: Rp16.000) pada Rabu  (16/07/25).

    “Setelah penyelidikan, dipastikan bahwa ini adalah hasil serangan pihak ketiga yang menargetkan dompet panas kami,” kata pihak BigONE dalam pengumumannya mengenai peretasan tersebut, dilansir Bleeping Computer (18/07/25).

    BigONE bermitra dengan perusahaan keamanan SlowMist untuk melacak dana yang telah dicuri, serta memantau pergerakannya di seluruh blockchain. Mereka meyakinkan pengguna bahwa metode serangan siber telah diidentifikasi dan diatasi sepenuhnya.

    Platform jual beli mata uang kripto tersebut juga mengumumkan, kunci pribadi dan data pengguna tidak terpengaruh oleh peretasan tersebut, dan menjamin ganti rugi untuk pelanggan dari cadangan yang tersedia.

    Beberapa jam setelahnya, admin BigONE mengumumkan layanan penyetoran dan perdagangan mereka telah dipulihkan sepenuhnya setelah serangan yang terjadi, dan akan segera mengaktifkan kembali fungsi penarikan dan Over-The-Counter (OTC) pada waktu yang belum ditentukan.

    SlowMist tidak membagikan informasi apapun tentang cara pelaku meretas bursa dan mencuri dana tersebut. Tetapi yang jelas, bursa kripto itu sudah menjadi korban serangan berantai peretas spesialis blockchain.

    Observatorium khusus BlockChain, Lookochain melaporkan, para peretas telah terlibat dalam sejumlah pencucian uang dan menukar aset yang dicuri dengan 120 Bitcoin, 1272 Ether, 2.625 Solana, dan 23,3 juta Tron.

    Sementara itu, Investigator kejahatan bursa kripto, ZachXBT dalam akun X-nya mengomentari insiden ini dengan menggarisbawahi peran BigONE dalam memproses jumlah besar hasil yang berasal dari penipuan investasi, dengan kata lain, peretasan semacam itu dapat membantu menghadirkan “pembersihan alami” di bidang blockchain.

    Tahun 2025 Merupakan Rekor Pencurian Kripto

    Berdasarkan laporan kejahatan kripto yang dibuat Chain Analysis pada pertengahan 2025, total ada lebih dari US$2,17 miliar atau Rp44,17 triliun (Kurs: Rp16.000). Jumlah itu sudah jauh melampaui angka keseluruhan pada 2024.

    Jumlah yang sedemikian besar itu salah satunya disebabkan oleh peretasan ByBit senilai US$1,5 miliar atau Rp24,45 triliun (Kurs: Rp16.000).

    Platform tersebut juga menyoroti tren penting, yang menunjukkan peretas kini lebih berfokus pada dompet pribadi, yang juga mencakup 23,35% dari semua dana yang dicuri tahun ini.

    (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • OpenAI Luncurkan Agen ChatGPT Versi Terbaru, Terhubung ke Gmail

    OpenAI Luncurkan Agen ChatGPT Versi Terbaru, Terhubung ke Gmail

    Bisnis.com, JAKARTA — OpenAI akan segera meluncurkan agen AI serbaguna terbaru di ChatGPT yang diklaim mampu menyelesaikan berbagai tugas berbasis komputer untuk penggunanya.

    Agen AI tersebut diperkirakan mampu secara otomatis menavigasi kalender pengguna, menghasilkan presentasi dan tayangan slide yang dapat diedit, dan juga menjalankan kode.

    Dengan menggabungkan beberapa kemampuan dari alat agen OpenAI sebelumnya, termasuk kemampuan Operator mengklik situs web, dan Deep Research untuk mensintesis informasi dari puluhan web, untuk kemudian diringkas, penggunanya akan dapat berinteraksi dengan agen AI terbaru hanya dengan melakukan permintaan kepada ChatGPT dalam bahasa alami.

    Agen ChatGPT diluncurkan pada Kamis (17/07/25) untuk pelanggan paket Pro, Plus, dan Tim OpenAI itu sendiri. Cara mengaktifkannya adalah dengan memilih “Mode Agen” di menu tarik-turun ChatGPT.

    “Memperkenalkan agen ChatGPT, sistem agen terpadu yang menggabungkan peramban jarak jauh Operator untuk mengambil tindakan, sintesis web riset mendalam, dan keunggulan percakapan ChatGPT,” tulis pihak OpenAI di akun resmi X-nya, Kamis (17/07/25), dilansir Techcrunch.

    Ini menjadi upaya OpenAI untuk mengubah ChatGPT menjadi produk agen yang mampu mengambil tindakan dan mengalihkan tugas kepada pengguna, alih-alih hanya menjawab pertanyaan.

    Agen ChatGPT menurut OpenAI akan jauh lebih mumpuni dibanding penawaran sebelumnya. Fitur baru tersebut dapat mengakses konektor ChatGPT, yang memungkinkan pengguna menemukan informasi relevan dengan menghubungkan aplikasi seperti Gmail dan GitHub.

    Agen ChatGPT nantinya juga memiliki akses ke terminal, dan dapat menggunakan API untuk mengakses aplikasi tertentu.

    OpenAI menyarankan agar pengguna dapat memanfaatkan agen tersebut untuk fungsi seperti merencanakan dan membeli bahan-bahan masak, menganalisis pesaing bisnis, serta membuat slide deck.

    Artinya, Kemampuan seperti itu akan mengharuskan agen ChatGPT merencanakan tindakan, dan juga menggunakan alat, yang menjadi tugas yang jauh lebih rumit dibanding sebelumnya.

    Namun, meskipun layanan agen ChatGPT terdengar mengesankan dan akan lebih memudahkan tugas, pengguna tetap harus melihat langsung seberapa efektif agen tersebut ketika digunakan. Sebab, saat ini, teknologi agen terbukti relatif rapuh saat berinteraksi dengan dunia nyata.

    Agen-agen versi awal yang sudah dibuat perusahaan pesaing, seperti Google dan Perplexity terbukti kesulitan dalam menangani tugas-tugas kompleks, dan juga kurang menarik dibanding visi utama yang ditawarkan. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Google Gugat 25 Warga China Dalang BadBox 2.0, Peretas 10 Juta Perangkat Android

    Google Gugat 25 Warga China Dalang BadBox 2.0, Peretas 10 Juta Perangkat Android

    Bisnis.com, JAKARTA — Google menggugat 25 warga China yang diduga bertanggung jawab dalam operasi botnet global BadBox 2.0, jaringan kriminal siber yang telah menyusup ke lebih dari 10 juta perangkat pintar di seluruh dunia, mulai dari TV box Android, proyektor, tablet, hingga sistem infotaiment mobil.

    Menurut gugatan resmi Google, pada April 2025, BadBox 2.0 merupakan jaringan perangkat terinfeksi berbasis Android Open Source Project (AOSP) terbesar yang pernah terdeteksi. Botnet ini tidak hanya menjangkiti TV box, tetapi juga merambah tablet murah, proyektor digital, dan perangkat lainnya yang lazim digunakan masyarakat global.

    “Gugatan ini memungkinkan kami membongkar lebih lanjut operasi kriminal di balik botnet, memutus kemampuan pelaku berbuat kejahatan dan penipuan lebih lanjut,” tulis Google dalam pengumuman resminya.

    The Register melaporkan Google juga mengkhawatirkan dampak operasional dan reputasi akibat BadBox, yang menyebabkan gangguan terhadap hubungan dengan pengguna serta memaksa raksasa teknologi ini mengalokasikan sumber daya besar untuk menanggulangi dampaknya.

    Meski demikian, peluang pelaku bakal benar-benar diadili sangat kecil, mengingat para terdakwa berlokasi di China, negara yang jarang mengekstradisi warganya ke Amerika Serikat.

    Gugatan Google lantas membeberkan struktur bisnis kejahatan “BadBox 2.0 Enterprise” yang sangat terorganisir. Menurut Google, mereka beroperasi dengan membentuk group khusus seperti Grup Infrastruktur yang hanya fokus mengelola server dan domain pusat komando. Kemudian, Grup Backdoor Malware yang menanamkan malware dan menjual akses ke perangkat terinfeksi untuk proxy, ad fraud, dan aksi kejahatan lain.

    Ada juga Grup Evil Twin yang membuat aplikasi jahat “kembaran” aplikasi sah di Play Store untuk menjebak pengguna dengan adware dan browser tersembunyi. Aksi mereka menargetkan perangkat sebelum sampai ke tangan konsumen, dengan malware sudah diinstal dari awal.

    “Terakhir, Grup Ad Games yang mengembangkan game palsu yang diam-diam menjalankan penipuan periklanan lewat perangkat terinfeksi,” tulis Google.

    Laporan dari Human Security dan Trend Micro mengonfirmasi, BadBox 2.0 telah memungkinkan pelaku aksi peretasan, pencurian kredensial, exfiltrasi informasi sensitif, penyerangan DDoS, hingga penjualan akses proxy residential yang tetap sulit dideteksi oleh korban.

    FBI bahkan telah mengeluarkan peringatan publik atas maraknya botnet berbasis perangkat Android. Meski upaya pemblokiran server komando pernah dilakukan, struktur BadBox tetap tumbuh dan berpotensi hadir dalam versi lebih mutakhir.

    “Jaringan ini sangat besar dan terus berkembang. Kami prediksi akan ada BadBox 3 di masa depan,” kata Gavin Reid, CISO Human Security.

  • Hacker Ukraina Klaim Lumpuhkan Infrastruktur IT Pabrik Drone Rusia Gaskar Group

    Hacker Ukraina Klaim Lumpuhkan Infrastruktur IT Pabrik Drone Rusia Gaskar Group

    Bisnis.com, JAKARTA  —  Kelompok peretas (hacker) Ukraina mengklaim telah melumpuhkan infrastruktur TI milik Gaskar Integration, salah satu pemasok drone terbesar bagi militer Rusia. Selain memadamkan jaringan, mereka juga menghancurkan ribuan data teknis terkait produksi drone yang disebut penting untuk operasi militer Negeri Beruang Merah.

    Dilansir dari Register, Jumat (18/7/2025) menurut BO Team (Black Owl), kelompok peretas yang mengumumkan pelumpuhan ini melalui kanal Telegram, mereka “menembus sangat dalam” ke sistem pabrikan drone tersebut, bahkan menyamakan aksinya sebagai aksi pengurangan kekuatan militer (demiliterisasi) hingga kebagian inti.

    Para peretas mengaku sempat mengambil alih jaringan dan server Gaskar Group, mengumpulkan informasi krusial tentang produksi UAV (drone) Rusia — baik yang sedang diproduksi maupun yang baru dalam tahap pengembangan — lalu “menghancurkan semua informasi” yang ada di server, termasuk 10TB file cadangan.

    Selain meretas, BO Team juga menuduh China berperan dalam membantu produksi dan pelatihan spesialis Gaskar Group.

    Kelompok peretas Ukraina juga mengaku berhasil mencuri “seluruh source code” sebelum memusnahkan sistem dan infrastruktur Gaskar. Mereka turut mengunggah dokumen internal yang disebut sebagai kuesioner karyawan rahasia.

    Sampai berita ini dibuat, baik pihak Gaskar Integration maupun Kementerian Pertahanan Ukraina belum memberikan tanggapan atas klaim dan pertanyaan resmi dari media internasional.

    Pada Juni 2025, Perang Rusia vs Ukraina sempat memanas lagi dan membuat kekhawatiran dunia semakin tinggi. Satu hal yang perlu mendapat perhatian lebih dari memanasnya kembali hubungan dua negara tersebut adalah respons AS.

    Saat Ukraina dan Rusia saling menyerang dan mengadakan putaran kedua perundingan pada hari Senin, pemerintahan Trump tampak sangat tenang.

    Laporan ABC News bahkan menyebut bahwa hal ini menandakan adanya perubahan yang jelas namun halus dalam pendekatan AS terhadap mediasi konflik.

    Ilustrasi drone perang

    Untuk diketahui, Presiden Donald Trump tidak memberikan reaksi publik langsung terhadap serangan pesawat tak berawak Ukraina yang dramatis jauh di dalam Rusia.

    Padahal, serangan ini terjadi tepat sebelum delegasi Ukraina dan Rusia bertemu langsung di Istanbul.

    Pertemuan kali ini sebagian besar mengikuti format yang ditetapkan oleh pemerintahan Trump. Sebab sebelumnya, perwakilan dari kedua negara mengadakan pertemuan pada bulan Mei untuk pertama kalinya sejak bulan-bulan awal perang.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio hadir dalam diskusi awal, yang dengan cepat dianggap sebagai kekecewaan oleh AS.

    Hal tersebut karena Rusia memilih untuk hanya mengirim sekelompok diplomat tingkat kerja untuk mewakili kepentingannya di meja perundingan.

    Namun kali ini, Rubio dan pejabat tinggi pemerintahan Trump lainnya memainkan peran yang lebih kecil dalam pembicaraan tersebut dan memiliki ekspektasi yang lebih rendah lagi.

    Menurut Departemen Luar Negeri, Rubio melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, di mana ia “menegaskan kembali seruan Presiden Trump untuk melanjutkan perundingan langsung antara Rusia dan Ukraina guna mencapai perdamaian abadi.”

    Akan tetapi, departemen tersebut mencatat dalam pernyataan percakapan tersebut bahwa panggilan telepon tersebut dilakukan atas permintaan Lavrov.

    Putaran negosiasi kedua berlangsung singkat dan berakhir tanpa terobosan berarti.

  • 3 Pilihan Graphic Card untuk Gamers dengan Uang Pas-pasan

    3 Pilihan Graphic Card untuk Gamers dengan Uang Pas-pasan

    Bisnis.com, JAKARTA — Kartu grafis atau graphic card, menjadi salah satu komponen penting yang jadi perhatian bagi pengguna komputer, khususnya gamers.

    Di masa kini, game-game virtual semakin menawarkan grafik yang realistis, sehingga seringkali perangkat komputer yang tidak dilengkapi graphic card mumpuni akan sulit berjalan dengan baik, bahkan untuk menampilkan gambar 1080p.

    Apabila seorang pengguna masih ingin bermain game dengan persyaratan sistem cukup berat seperti EA FC, inZOI, atau Cyberpunk 2077 dengan graphic card yang ‘pas-pasan’, maka konsekuensi yang harus diterima adalah memainkannya dengan framerate rendah, atau menurunkan pengaturan grafik ke sedang, atau bahkan rendah.

    Namun, jika pengguna tidak mempermasalahkan bermain game dengan framerate rendah atau dengan grafik yang tidak bisa di-set terlalu tinggi, berikut ini adalah tiga pilihan graphic card dengan kualitas bersaing, tetapi dengan harga yang terjangkau, dikutip dari Slashgear:

    RX 9060 XT 16GB

    Kartu grafis keluaran AMD ini dapat mendukung resolusi 4K, tetapi terdapat kemungkinan batasan ini membuat beberapa game sama sekali tidak dapat dimainkan pada resolusi yang lebih tinggi. 

    Game-game seperti “Black Myth Wukong”, atau “Final Fantasy XVI” mungkin tergolong berat jika dijalankan dengan graphic card ini. Namun, RX 9060 XT 16GB sudah cukup mampu memainkan game-game terkini lainnya, meski framerate dapat turun di bawah 20 FPS.

    Kartu grafis ini dibanderol dengan kisaran harga sekitar Rp7-8 juta di sejumlah platform e-commerce.

    RTX 5060 Ti 16GB

    Produk ini merupakan besutan Nvidia, dengan performa kurang lebih sama dengan AMD 9060 XT. 

    Graphic card ini adalah kartu seri 50 termurah yang tersedia, dan mampu menangani grafik 4K dengan cukup baik. RTX 5060 Ti 16GB mampu menghindari masalah dengan 1% terendah, dan framerate yang jarang turun di bawah rata-rata 30 FPS.

    Graphic card ini dijual dengan kisaran harga Rp8-9 juta di sejumlah platform e-commerce.

    Perlu diingat bahwa pemilihan kartu grafis berbeda dengan pemilihan GPU. Ketika memilih GPU, kinerja dan harga untuk yang generasi lama pun masih cukup mumpuni, sehingga tidak masalah jika harus membeli GPU bekas.

    Namun untuk pemilihan kartu grafis, ada baiknya jika pengguna berhati-hati jika membelinya dalam kondisi bekas.

    RX 7700 XT

    Satu lagi dari AMD, RX 7700 XT sebetulnya merupakan generasi terakhir, tetapi masih bisa ditemukan dalam kondisi baru di berbagai pengecer.

    Graphic card ini dapat mengalahkan seri 5060 Ti dan 9060 XT, akan tetapi di beberapa perilisannya dinilai gagal.

    Dengan menggunakan kartu grafis ini, persyaratan minimum game 4K sudah dapat dipenuhi, harga yang ditawarkan produk ini di sejumlah e-commerce adalah sekitar Rp8 juta. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Mengembalikan Ruh Komunikasi di Era Viral

    Mengembalikan Ruh Komunikasi di Era Viral

    Bisnis.com, JAKARTA – Tiga dekade lalu, komunikasi ada­­­lah per­­­temuan batin. Ia lahir dari kebutuhan untuk dipahami, bukan hanya didengar. Saat itu, percakapan punya makna karena dilandasi keinginan untuk saling mengerti.

    Kini, dunia digital mengubah wa­­­jah komunikasi menjadi ta­­­­yangan singkat yang ber­­­kejaran di lini masa ra­­­mai, cepat, dan sering kali tak menyisakan ruang un­­­tuk perenungan. Di era me­­­­dia sosial, percakapan tak lagi sekadar tentang isi pesan, tapi tentang im­­­pre­si: berapa banyak yang me­­­nyukai, membagikan, atau mengomentari. Ruh komunikasi perlahan me­­­mu­­­dar, tergantikan oleh “ke­­­butuhan” untuk tampil, untuk viral, untuk dianggap ada.

    Secara psikologis, ini bu­­­kan gejala yang sepele. Dopamin zat kimia penghargaan di otak dilepaskan bukan hanya saat kita menerima “like,” tetapi juga ketika kita melontarkan ekspresi kemarahan yang divalidasi publik. Siklus ini seperti mematuhi skema variable ratio reinforcement pada mesin judi di mana kita terus mencoba karena tak tahu kapan unggahan kita akan “meledak”.

    Keinginan menjadi viral sesungguhnya berakar pada dua dorongan psikologis: kebutuhan akan signifikansi sosial, dan kebutuhan akan otonomi mengendalikan narasi diri. Ironisnya, demi mengejar kebebasan berekspresi, kita justru terjebak dalam mekanisme umpan balik yang ditenagai klik orang banyak.

    Dalam konteks ini, kebutuhan dasar manusia untuk merasa signifikan dan didengar bermetamorfosis menjadi kebutuhan akan validasi instan. Bahkan kemarahan pun kini dikapitalisasi: studi menunjukkan bahwa unggahan bermuatan emosi negatif, terutama kemarahan moral, cenderung lebih mudah viral dibanding konten yang bernuansa netral. Kita lebih memilih mengekspresikan kekesalan secara terbuka daripada menyelesaikannya secara personal. Ujaran kebencian pun menjadi komoditas algoritmik.

    Salah satu bentuk nyata dari pergeseran ini adalah cara masyarakat menyampaikan keluhan. Komplain yang dahulu disampaikan secara langsung kini dialihkan ke media sosial, bukan semata karena kecewa, tapi karena tahu bahwa perhatian publik akan mempercepat respons. Konsumen merasa memiliki “kuasa” saat suara mereka disaksikan ribuan mata.

    Komplain publik kini lebih “seksi” ketimbang percakapan privat, menimbulkan pergeseran makna komunikasi yang semestinya dua arah berubah menjadi pertunjukan satu arah: menyampaikan agar dilihat, bukan agar dimengerti.

    Dari perspektif teori komunikasi, media sosial menyediakan spectator audience—hadirin yang memperbesar tekanan bagi brand untuk segera merespons. Konsumen memindahkan keluhan ke ruang publik demi mempercepat solusi, tetapi juga demi merasakan kekuasaan simbolik: “brand besar itu akhirnya mendengar suara saya.” Sayangnya, proses ini sering menyingkirkan good faith assumption dan menggantikannya dengan asumsi apriori: brand bersalah sampai terbukti sebaliknya.

    MAKNA INTERAKSI

    Fenomena ini kemudian menjadi tantangan bagi dunia industri, khususnya dalam membangun relasi antara brand dan audiens. Tak heran bila muncul tren “memanusiakan brand”— sebuah upaya untuk mendekatkan institusi korporat dan kebutuhan manusiawi pelanggan.

    Namun, pendekatan ini sering kali disalahartikan. Banyak brand berlomba-lomba tampil santai, menggunakan bahasa gaul, atau membalas komentar dengan emoji dan humor sarkastik, seolah kedekatan hanya soal gaya bicara. Padahal, esensi memanusiakan merek bukan soal meniru slang warganet, melainkan menempatkan empati, kejujuran, dan kerentanan terukur sebagai poros interaksi.

    Di tengah keramaian dunia digital, industri seharusnya mulai menggeser fokus dari “viralitas” ke “vitalitas”—dari kuantitas keterlibatan ke kualitas hubungan. Pengukuran keberhasilan bukan dari seberapa sering nama brand disebut, tetapi seberapa dalam makna yang dirasakan audiens dari setiap interaksi. Komunitas daring perlu difasilitasi bukan sekadar untuk menggemakan promosi, tapi untuk membangun ruang dialog yang sehat.

    Pada akhirnya, manusia tetaplah titik pusat dari komunikasi. Media sosial hanyalah alat; tetapi pilihan untuk menyampaikan dengan hormat, mendengar dengan niat, dan merespons dengan empati, adalah tindakan sadar yang tak bisa digantikan algoritma.

    Kita mungkin tak bisa sepenuhnya membendung derasnya budaya klik, tetapi kita bisa memilih untuk tidak tenggelam di dalamnya. Bagi industri, memenangkan hati berarti terlebih dulu memenangkan martabat percakapan.

    Bagi individu, menjadi viral sekejap tidak akan pernah menandingi ketenangan batin saat didengar sepenuh hati. Ketika scrolling berhenti, tersisa interaksi nyata antar-manusia, saling bertanya, “Apa kabarmu hari ini?” Itulah ruh komunikasi yang harus kita rawat kembali.