Jakarta, Beritasatu.com — Ketersediaan obat-obatan, alat kesehatan, serta layanan medis di sejumlah daerah di Sumatera pascabanjir bandang dan longsor masih mengalami keterbatasan serius. Dampak kerusakan infrastruktur kesehatan terlihat jelas di berbagai kabupaten, terutama pada fasilitas penyimpanan obat yang runtuh atau terendam banjir.
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalucia mengungkapkan sejumlah daerah melaporkan kerusakan total pada gudang farmasi, termasuk rusaknya vaksin dan obat-obatan yang memerlukan penyimpanan khusus.
“Pada beberapa daerah, gudang farmasinya hancur, obat dan vaksin rusak semua,” ujar Rizka dalam tayangan YouTube yang dikutip Beritasatu.com, Jumat (5/12/2025).
Akibat kerusakan tersebut, pasokan obat untuk para pengungsi serta pasien dengan kondisi akut maupun kronis harus segera dikirim dari wilayah yang tidak terdampak. Tantangan semakin besar di Lhokseumawe, di mana jumlah pengungsi yang mencapai ribuan orang memicu peningkatan kasus penyakit menular.
Menurut Rizka, gejala seperti demam, batuk, pilek, dan diare mulai banyak ditemukan di lokasi pengungsian.
“Di pengungsian sudah mulai terlihat demam, batuk, pilek, diare. Itu kita suplai terus agar tidak kekurangan,” jelasnya.
Kemenkes kini memprioritaskan pengiriman obat esensial, antara lain antibiotik, obat infeksi saluran napas, obat diare, serta air bersih dan alat kesehatan dasar. Langkah ini bertujuan mencegah munculnya wabah baru, mengingat kondisi sanitasi di lokasi terdampak menurun drastis akibat genangan lumpur dan minimnya akses air bersih.
Selain kebutuhan medis dasar, Kemenkes juga memberikan perhatian khusus kepada pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan layanan rutin, termasuk pasien hemodialisis (HD). Lebih dari 5.000 pasien HD terdampak bencana ini dan banyak di antaranya harus segera mendapatkan layanan pengganti.
“Contohnya pasien cuci darah. Itu harus rutin, tidak bisa ditunda. Maka suplai kita pusatkan ke Medan. Hemodialisa enggak boleh terhenti,” ujar Rizka.
Meski sempat terputus akibat kerusakan fasilitas, pasien HD kini berhasil dipindahkan ke fasilitas kesehatan yang lebih aman dan memiliki pasokan listrik serta air yang stabil. “Alhamdulillah sudah mulai lancar pasien HD tersebut,” tambahnya.
Di sisi lain, banyak warga juga mengalami luka akibat terkena material tajam seperti seng, kayu, dan pecahan bangunan. Luka-luka terbuka tersebut sangat berpotensi menimbulkan infeksi tetanus apabila tidak segera ditangani.
Karena itu, produksi dan distribusi serum antitetanus (ATS) menjadi salah satu prioritas utama. Kemenkes memastikan ATS dikirim ke daerah yang aksesnya terbatas atau fasilitas kesehatannya lumpuh, untuk menghindari peningkatan kasus tetanus pascabencana.








