Category: Beritasatu.com Nasional

  • Jadwal Buka Puasa di Berbagai Kota Indonesia Hari Ini, Rabu 5 Maret 2025

    Jadwal Buka Puasa di Berbagai Kota Indonesia Hari Ini, Rabu 5 Maret 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Mengetahui jadwal buka puasa hari ini, Rabu (5/3/2025) sangat penting bagi umat muslim agar dapat menyegerakan berbuka sesuai dengan sunah. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk tidak menunda berbuka setelah azan Magrib berkumandang, sebagaimana dalam hadisnya:

    “Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim) .

    Dengan mengetahui jadwal berbuka secara akurat, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan penuh keberkahan. Berikut jadwal buka puasa hari ini di beberapa kota besar di Indonesia.

    Berikut adalah jadwal waktu Magrib atau buka puasa untuk beberapa kota besar di Indonesia pada hari ini, Rabu (5/3/2025).

    Jadwal Buka Puasa Hari Ini

    Dimulai dari Pulau Sumatera, di Kota Medan, Sumatera Utara, waktu berbuka puasa jatuh pada pukul 18.42 WIB. Sementara itu, di wilayah DKI Jakarta, waktu Magrib atau buka puasa tiba pada pukul 18.13 WIB.

    Beralih ke Kota Bandung, Jawa Barat, waktu berbuka puasa hari ini adalah pukul 18.14 WIB. Sementara itu, di Kota Semarang, Jawa Tengah, umat Muslim dapat berbuka pada pukul 17.59 WIB. Di Kota Surabaya, Jawa Timur, waktu buka puasa ditetapkan pada pukul 17.50 WIB.

    Di wilayah Indonesia bagian tengah, tepatnya di Kota Denpasar, Bali, waktu berbuka puasa adalah pukul 18.41 Wita. Sedangkan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, waktu Magrib tiba pada pukul 18.30 Wita.

    Sementara itu, di Pulau Sulawesi, khususnya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, waktu berbuka puasa jatuh pada pukul 18.22 Wita.

    Pastikan untuk menyesuaikan jadwal ini dengan lokasi masing-masing dan selalu cek sumber terpercaya untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Semoga ibadah puasa hari ini diterima dan diberkahi.

    Doa Berbuka Puasa

    Setelah memastikan waktu berbuka, umat Muslim dianjurkan untuk membaca doa berbuka puasa sebagai berikut:

    اللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلٰى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

    Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika aftartu, birahmatika ya arhamar rahimin.

    Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih”.

    Hal-hal Penting Saat Berbuka PuasaSegera berbuka: Dianjurkan untuk segera berbuka ketika waktu Magrib tiba dengan makanan ringan seperti kurma dan air putih.Menghindari makanan berat secara langsung: Sebaiknya berbuka dengan makanan ringan terlebih dahulu sebelum mengonsumsi makanan berat agar sistem pencernaan dapat beradaptasi.Memperbanyak doa: Waktu berbuka adalah salah satu waktu mustajab untuk berdoa, maka perbanyaklah doa untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain.Menjaga pola makan sehat: Konsumsi makanan bergizi seimbang agar tubuh tetap bugar selama menjalani ibadah puasa.Tetap menunaikan salat Magrib: Jangan lupa untuk segera melaksanakan salat Magrib setelah berbuka agar tetap menjalankan ibadah dengan sempurna.

    Dengan mengetahui jadwal buka puasa dan menerapkan kebiasaan baik saat berbuka, kita dapat menjalani ibadah puasa dengan lebih maksimal. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan dan mengisi bulan Ramadan dengan berbagai amalan kebaikan. Semoga kita semua mendapatkan pahala yang berlipat ganda dan keberkahan di bulan yang penuh rahmat ini. Selamat menjalankan ibadah puasa!

  • 100.000 Rumah Subsidi untuk Polri, Sahroni Minta Polisi Fokus Kerja dan Tak Korupsi

    100.000 Rumah Subsidi untuk Polri, Sahroni Minta Polisi Fokus Kerja dan Tak Korupsi

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengapresiasi langkah Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo meresmikan pembangunan 100.000 rumah subsidi bagi personel Polri di Karawang, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). Menurut Sahroni, langkah tersebut merupakan bentuk perhatian negara kepada para anggota yang telah mengabdikan dirinya.

    Sahroni berharap langkah tersebut membuat para polisi fokus bekerja dan tidak melakukan korupsi karena negara telah menyediakan fasilitas termasuk fasilitas rumah.

    “Negara menjamin kesejahteraan anggota Polri dengan memberikan rumah, pendidikan, kesehatan, dsb. Makanya anggota harus fokus kerja dan jangan berbuat yang tidak-tidak. Jangan ada lagi oknum yang coba-coba korup, berbuat intimidatif, dan hal-hal lainnya yang mencoreng nama baik institusi. Selalu jaga amanah profesi dan ayomi masyarakat secara profesional,” ujar Sahroni di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

    Sahroni juga berharap nantinya rumah subsidi tersebut dapat diterima oleh jajaran yang memang membutuhkan. Pasalnya, memang tidak sedikit polisi yang belum memiliki tempat tinggal.

    “Saya harap nantinya rumah subsidi tersebut bisa diberikan kepada jajaran yang tepat. Mereka-mereka yang memang perlu mendapat perhatian lebih secara ekonomi, tidak pernah membuat pelanggaran, dan selalu bekerja profesional,” tutur dia.

    “Yang punya catatan baik seperti itu yang harus diprioritaskan. Yang banyak tingkah nanti dulu, enak aja. Ini subsidi untuk mereka yang betul-betul mengabdi kepada masyarakat dan negara, bukan untuk mereka yang suka cari gara-gara,” kata Sahroni menambahkan.

    Lenin lanjut, Sahroni berharap pembangunan rumah untuk jajaran Polri ini dapat tersebar secara merata, hingga daerah perbatasan dan terluar.

    “Pembangunan 100.000 unit rumah ini juga harus merata, tidak boleh hanya di kota-kota besar saja. Perhatikan juga jajaran yang bertugas di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar. Pengabdian mereka besar untuk negara,” pungkas Sahroni.

    Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan program 100.000 rumah subsidi untuk jajaran polisi merupakan bagian dari kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam pembangunan 3 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Polri, kata Listyo, menargetkan pembangunan 100.000 unit rumah di seluruh Indonesia dengan 14.000 unit di antaranya akan dibangun di wilayah jajaran polda.

  • Usul IPHI terkait Pengelolaan Keuangan Haji: Harus Ada Komite Tetap

    Usul IPHI terkait Pengelolaan Keuangan Haji: Harus Ada Komite Tetap

    Jakarta, Beritasatu.com – Anggota Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Iskandar Zulkarnain menyampaikan beberapa usulan terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) Perubahan atas Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji.

    Pertama, IPHI mengusulkan terkait peran Badan Penyelenggara Haji (BPH), sehingga dibutuhkan penyelerasan peran BPH dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dalam regulasi. Kedua, pihaknya juga mengusulkan komite tetap haji.

    “Karena penyelenggaraan haji itu melibatkan beberapa kementerian dan lembaga. Tidak hanya Kementerian Agama saja, tidak hanya BPKH saja, tapi ada Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, Luar Negeri, dan sebagainya. Jadi harus ada komite tetap haji yang nanti akan melakukan orkestrasi setiap tahun tentang penyelenggaraan haji, sehingga tujuan membuat haji ini lebih baik kepada jemaah lebh terjangkau itu dapat terlaksana,” kata Iskandar saat menghadiri Rapat Panja Komisi VIII DPR di Gedung DPR Senayan, Jakarta pada Rabu (5/3/2025).

    Kemudian, IPHI mengusulkan agar BPKH sebagai lembaga keuangan memiliki modal seperti Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

    Ia juga menyinggung manajemen risiko keuangan haji. Pasalnya, kata Iskandar, investasi memiliki banyak risiko.

    “Perlu adanya cadangan risiko yang tentunya sesuai best practice lembaga-lembaga keuangan dunia, termasuk di antaranya fluktuasi pasar karena selama ini menerima dalam rupiah, membelanjakan dalam valuta asing. Kecuali bisa diubah undang-undangnya, termasuk juga bisa  menerima dalam mata uang asing, termasuk juga emas karena sudah ada bank emas di sini,” paparnya.
     

  • Ketua KPK Ingatkan Kepala Daerah Pantau Ketat Pengadaan Barang dan Jasa

    Ketua KPK Ingatkan Kepala Daerah Pantau Ketat Pengadaan Barang dan Jasa

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Setyo Budiyanto mewanti-wanti para kepala daerah periode 2024-2029 yang baru saja dilantik untuk memantau ketat pengadaan barang dan jasa di jajarannya. Tujuannya demi menutup celah potensi korupsi. 

    “Kepala daerah yang baru diharapkan bisa memberikan penekanan kepada seluruh pelaksana kegiatan pengadaan barang dan jasa untuk meningkatkan melakukan transparansi. Bahkan kami mendorong melakukan pengadaan secara konsolidasi,” kata Setyo seusai acara peluncuran indikator Monitoring Center for Prevention (MCP) tahun 2025 di Jakarta, Rabu (5/3/2025). 

    Disampaikan Setyo, indikator MCP mencakupi delapan fokus area antara lain perencanaan penganggaran, sektor perizinan, manajemen terhadap aset, pengadaan barang dan jasa, masalah anggaran, serta manajemen terhadap ASN. Pada 2024, KPK bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah melaksanakan MCP di 546 pemerintah daerah. Hasil evaluasi MCP 2024 menunjukkan total nilai capaian nasional sebesar 76.

    Namun, Setyo menyoroti soal skor dalam hal pengadaan barang dan jasa yang hanya sebesar 68. Oleh sebab itu, dia meminta para kepala daerah untuk memberikan atensinya terhadap fokus area tersebut. 

    “Skor yang menjadi perhatian, yang nilainya masih di bawah adalah terkait masalah pengadaan barang dan jasa. Skornya di angka 68. Ini sangat jauh dibandingkan 76 ke 68. Ini menjadi perhatian bagi kepala daerah,” ujar Setyo. 

  • Ini Nama 9 Anggota Dewan Pers Periode 2025-2028

    Ini Nama 9 Anggota Dewan Pers Periode 2025-2028

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pekerja Pemilihan Anggota (BPPA) Dewan Pers memilih sembilan anggota Dewan Pers periode 2025-2028. Berikut nama sembilan anggota Dewan Pers 2025-2028.

    Berita acara penyerahan laporan kerja BPPA itu disampaikan kepada Dewan Pers pada Selasa (4/3/2025) di Hall Dewan Pers.

    Berita acara diserahkan oleh Ketua BPPA Bambang Santoso dan diterima oleh Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu. Hadir dalam kesempatan tersebut beberapa anggota Dewan Pers, yaitu  Totok Suryanto, Asep Setiawan, Sapto Anggoro, dan Wakil Ketua Dewan Pers M Agung Dharmajaya (secara daring).

    Pada hari yang sama, Dewan Pers melakukan sidang pleno. Dalam pleno yang dipimpin Ninik Rahayu itu, Dewan Pers secara aklamasi menyetujui sembilan anggota Dewan Pers periode 2025-2029 yang telah dipilih BPPA sekaligus membubarkan BPPA.

    Ninik Rahayu atas nama Dewan Pers menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPPA yang telah bekerja dengan baik.

    BPPA mulai menjalankan tugas sejak Agustus 2024. Sebelum memilih sembilan anggota Dewan Pers, pada 19 Februari 2025, BPPA menyeleksi para pelamar menjadi 18 calon yang mewakili tiga unsur (wartawan, pimpinan perusahaan pers, dan tokoh masyarakat).

    Masing-masing unsur diwakili oleh enam calon. Dari 18 calon inilah kemudian terpilih sembilan anggota Dewan Pers periode 2025-2028.

    Nama sembilan anggota Dewan Pers periode 2025-2028 tersebut selanjutnya akan diajukan ke Sekretariat Negara untuk ditetapkan dalam surat keputusan presiden. Serah terima jabatan anggota Dewan Pers akan dilakukan pada pertengahan Mei 2025.

  • Ramadan sebagai Sarana Memperbaiki dan Memperbanyak Amal Ibadah

    Ramadan sebagai Sarana Memperbaiki dan Memperbanyak Amal Ibadah

    Bulan Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Pada bulan ini, kaum muslimin diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Ibadah puasa  dilaksanakan dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. 

    Aktivitas puasa ini membuat bulan Ramadan pun menjadi bulan dengan nuansa yang sangat berbeda. Bulan Ramadan merupakan bulan ibadah. Dalam keyakinan seorang muslim, ibadah pada bulan Ramadan menjanjikan banyak pahala dari Allah Swt, (Syam, 2017; Zaprulkhan, 2007). 

    Bulan Ramadan menjadi semakin istimewa, karena di dalamnya terdapat peristiwa turunnya Al-Qur’an dan  malam lailatulqadar. Dalam ajaran Islam, malam lailatulqadar adalah malam di mana rahmat  dan ampunan Allah melimpah ruah yang mampu membersihkan dosa-dosa yang telah lalu. 

    Kaum muslimin pun sangat menanti-nanti kehadiran bulan Ramadan. Saat waktunya  tiba, dengan gegap gempita semboyan “Marhaban Ya Ramadan” menyebar dalam  kesehariannya. Poster-poster dengan semboyan tersebut bertebaran, baik di jalan, di media  massa, bahkan hingga di media sosial. 

    Bulan Ramadan menawarkan hal-hal positif di  dalamnya. Adanya hal-hal positif yang menyenangkan dapat membuat seseorang merasakan  kegembiraan. 

    Nuansa gembira menyambut bulan Ramadan pun tertuang dalam salah satu hadis. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah  akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.” 

    Dalam tradisi ulama-ulama salaf terdahulu, terkenal ucapan doa yakni, “Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadan, selamatkan Ramadan untukku, dan selamatkanlah aku hingga selesai Ramadan.” 

    Dalil maupun doa yang disebutkan, secara langsung menegaskan bahwa bagi seorang muslim rasa bahagia ketika bulan Ramadan datang adalah sebuah keniscayaan. Rasa bahagia ini pun diekspresikan  dengan amalan-amalan khusus. 

    Dalam tradisi Islam, setidaknya ada tiga amalan saat  menyambut bulan Ramadan, yakni: (1) amalan hati berupa keikhlasan dan rasa gembira, (2) berziarah ke makam orang tua yang telah mendahului, dan (3) saling memaafkan antar sesama, (Hadrawy, 2012; Syam, 2017).  

    Nuansa kebahagiaan pada bulan Ramadan pun terkait dengan ibadah puasa. Aktivitas puasa ini diawali dengan makan sahur dan diakhiri dengan makan berbuka puasa. Pada banyak  keluarga muslim, aktivitas ini sering kali menjadi ajang makan bersama-sama dengan keluarga, kerabat, rekan kerja, hingga kawan lama, (Hidayat, 2016; Khozin, 2017), sehingga momen ini  menjadi salah satu momen istimewa. 

    Berbagai kemudahan diterima untuk memudahkan jalannya peristiwa makan bersama ini. Misalnya, jam kerja selama Ramadan disesuaikan, biasanya kantor-kantor memberikan kebijakan jam kerja yang lebih pendek. Jam masuk kerja  menjadi lebih lambat, sementara jam pulang kerja menjadi lebih cepat. Hal ini memudahkan  seorang muslim menjalani aktivitas makan bersama, baik pada saat sahur maupun berbuka puasa (Khozin, 2017).  

    Selain puasa, Ramadan diisi dengan beragam aktivitas ibadah rutin mulai dari tadarus Al-Qur’an, pengajian-pengajian, salat tarawih berjemaah, hingga iktikaf pada minggu terakhir bulan Ramadan. Aktivitas ibadah ini tidak sekedar dilaksanakan sendiri, tetapi dilaksanakan  secara berjemaah. 

    Tidak jarang, aktivitas ibadah pun menjadi ajang bertatap muka dengan  tetangga atau orang lainnya. Nuansa positif dapat terasa, dengan adanya pengalaman bertegur sapa atau sekedar melepas rindu orang-orang yang sudah lama tidak bertemu, (Zaprulkhan,  2007). 

    Bulan Ramadan merupakan bulan yang di mana segala amal perbuatan baik dilipatgandakan, maka dari itu umat muslim biasanya memanfaatkan waktu untuk memperbanyak amal ibadah. Bisa menggunakan waktu dengan baik merupakan hal yang  sangat baik dan beruntung dimiliki oleh seseorang. Namun hal itu hanya dapat dilakukan oleh  orang yang paham betapa pentingnya waktu sehingga mampu menggunakan, memanfaatkan  serta mengontrol waktu secara optimal dalam kehidupannya. 

    Waktu mempunyai peran penting  dalam kehidupan, sebab waktu mampu memberikan keuntungan, juga kerugian serta pengalaman yang berharga bagi kehidupan. Waktu mempunyai karakteristik yang tidak bisa diubah, berhenti, ditabung karena pada dasarkan waktu terus berjalan, berputar sesuai dengan ketentuan sehingga dikatakanlah waktu itu cepat berlalu sehingga tidak bisa diputar kembali, waktu itu mustahil kembali, dan waktu harta termahal yang tidak ada bandingannya dengan  emas, permata, takhta dan segala jenis harta apa pun.  

    Waktu cepat berlalu, dan jika berlalu ia tak mungkin kembali, maka berarti waktu adalah harta termahal bagi manusia. Rahasia mahalnya waktu itu karena ia merupakan sarana  untuk setiap aktivitas, kreativitas dan produktivitas manusia. Waktu adalah modal pokok bagi manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Waktu bukanlah emas seperti yang sering  dikatakan peribahasa selama ini, tapi waktu itu lebih mahal daripada emas, Permata, intan,  berlian, ataupun batu mulia. 

    Menurut Hasan Al Banna, “Waktu adalah kehidupan.” Kehidupan  manusia tidak lain adalah waktu yang ia lewati dari saat ia dilahirkan sampai meninggal. Hasan Al Bashri mengatakan, “Hai anak Adam, sesungguhnya (kehidupan) kamu adalah himpunan hari-hari. Setiap hari milikmu itu pergi, berarti pergilah sebagian darimu”. 

    Sebab itu, orang yang  tidak menghargai nilai waktu, kelak hidupnya akan menyesal. Suatu saat ia akan menyadari  betapa bernilai dan mahalnya waktu bagi amal dan kehidupan manusia.  

    Waktu sama halnya dengan umur manusia. Bila waktunya habis di dunia ini maka  manusia itu mati. Maka waktu merupakan salah satu nikmat yang sangat berharga bagi manusia yang diberikan oleh Allah. Semua hal yang berjalan di dunia ini mengikuti waktu, baik itu matahari berputar sesuai dengan porosnya yaitu terbit di pagi hari dan terbenam di sore hari,  begitu juga bulan yang akan muncul bila malam tiba. 

    Hal itu juga dilakukan oleh setiap ciptaan Allah lainnya. Semuanya akan melakukan aktivitas masing-masing bila waktunya telah tiba. Begitu juga dengan manusia. 

    Manusia melakukan aktivitas dan perjalanan hidupnya melalui waktu. Untuk melakukan aktivitas yang menuai hasil seperti yang diharapkan maka perlu mengatur waktu. Mengatur waktu dalam hidup adalah satu hal yang sangat penting. Menargetkan selesainya sebuah perbuatan dengan menentukan waktu sebagai batasan adalah satu hal yang  dianjurkan. Waktu mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam kehidupan. 

    Manusia diciptakan Allah dengan sebaik-baik wujud serta dikaruniakan akal pikiran supaya mampu digunakan dengan baik. Sehingga mampu membedakan yang baik dan benar,  mampu menggunakan nikmat dengan sebaik- baiknya dan memanfaatkan kesempatan dengan  optimal. Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk dijadikan sebagai tempat untuk mengumpulkan berbagai amal kebajikan guna sebagai bekal dan penolong di akhirat.  

    Mati merupakan akhir dari perjalanan manusia yang akan diperhitungan setiap pekerjaan di hari akhir nanti. Rasulullah memberi nasihat kepada seseorang supaya memanfaatkan hari-hari selama hidupnya sebelum matinya. Hidup merupakan nikmat yang besar yang dikarunia oleh Allah, maka sebaik-baik manusia adalah yang mempergunakan kehidupannya dijalan yang  diridai oleh Allah. 

    *Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Kesetaraan Manusia di Hadapan Allah

    Kesetaraan Manusia di Hadapan Allah

    Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kesetaraan di antara seluruh umat manusia. Kesetaraan yang dijunjung Islam digambarkan dengan baik dalam Al-Qur’an dan hadis. Di  dalam Al-Qur’an, Allah Swt menegaskan bahwa kesukuan, nasab, dan hal lainnya, tidak dapat  menjadi ukuran kemuliaan seseorang. Allah SWT berfirman QS Al-Hujurat ayat 13: 

     يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا​ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ‏ ١٣

    yâ ayyuhan-nâsu innâ khalaqnâkum min dzakariw wa untsâ wa ja‘alnâkum syu‘ûbaw wa qabâ’ila lita‘ârafû, inna akramakum ‘indallâhi atqâkum, innallâha ‘alîmun khabîr

    Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

    Untuk menjelaskan ayat ini, Imam Fakhruddin ar-Razi menegaskan bahwa kemuliaan agama berada di atas segala kemuliaan lainnya. Kemuliaan nasab tidak dapat mengalahkan kemuliaan agama, yakni ketakwaan. Baginya, seorang non-muslim walaupun bernasab  mulia tidak bisa dianggap lebih mulia dari seorang muslim yang tidak bernasab mulia.

    Kemuliaan nasab dan hal-hal duniawi lainnya hanya menjadi kemuliaan di mata manusia, sementara kemuliaan yang hakiki di mata Allah adalah kemuliaan dari takwa yang kuat. 

    Penegasan makna ayat ini disampaikan Rasulullah SAW dalam khotbahnya di hari tasyriq pada haji wadak. “Dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khotbah Rasulullah SAW di tengah-tengah hari tasyriq. Beliau bersabda,‘Wahai sekalian  manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada  kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang Ajam atas orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit  hitam atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?’ Mereka menjawab: iya, benar Rasulullah SAW telah menyampaikan.” 

    Setelah ayat sebelumnya menegaskan bahwa kemuliaan hakiki di hadapan Allah didapatkan dengan ketakwaan, pada hadis ini Rasulullah SAW menegaskan kepada hadirin yang mayoritas orang Arab, sekaligus menyampaikan kepada hadirin yang datang kemudian, yakni bangsa Ajam. Kepada para sahabat, Rasulullah memberikan pesan bahwa mereka yang bangsanya terpilih menjadi tempat kelahiran agama Islam tidak lantas lebih mulia daripada orang-orang yang datang kemudian dan dari bangsa non-Arab. Rasul memotivasi umatnya yang datang kemudian dan dari bangsa  non-Arab agar tidak malu dan tidak minder untuk berlomba dengan mereka yang sudah  berbahasa Al-Qur’an sejak lahir.  

    Pada hadis lain, Rasulullah lagi-lagi mengingatkan adat buruk masa jahiliah yang membanggakan nasab. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menghapus dari kalian kebanggaan jahiliah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang. (Kini hanya ada) seorang mukmin yang bertakwa atau seorang  yang durhaka dan celaka. Kalian semua adalah keturunan Adam dan Adam (diciptakan) dari  tanah. Hendaklah orang-orang yang berbangga dengan nenek moyang mereka berhenti atau  mereka akan menjadi lebih hina di sisi Allah daripada serangga kecil yang mendorong kotoran  dengan hidungnya. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi) 

    Pesan Rasulullah SAW ini disampaikan dalam konteks masyarakat Arab yang saat itu memiliki kebanggaan tinggi terhadap identitas kesukuan mereka. Hadis ini menjadi pengingat bahwa kelahiran di tanah Arab, bahkan kemampuan berbicara dalam bahasa Al-Qur’an sejak  lahir, bukanlah ukuran kemuliaan. Rasulullah memotivasi umat Islam, termasuk mereka yang  berasal dari bangsa Ajam, untuk tidak merasa rendah diri, melainkan berlomba-lomba  mencapai ketakwaan. 

    Hadis dan ayat Al-Qur’an diatas menggambarkan bagaimana Islam menjunjung tinggi  kesetaraan. Islam menjadikan sesuatu yang dapat diusahakan menjadi ukuran kemuliaan manusia, bukan menjadikan sesuatu yang merupakan pemberian atau given. Dalam hal ini, ada  beberapa hikmah yang dapat dipetik.  

    Pertama, ketika ketakwaan dijadikan sebagai tolak ukur kemuliaan manusia, hal ini membuka  peluang bagi setiap individu untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik di mata Allah Swt.  Tidak peduli dari mana asal-usulnya, keturunan, bahkan kelebihan atau kekurangan fisiknya,  semua orang memiliki kesempatan yang sama. 

    Islam mengajarkan bahwa kemuliaan di sisi Allah bukanlah tentang status sosial, kekayaan, atau penampilan fisik, melainkan tentang  seberapa besar seseorang bertakwa kepada-Nya. Rasulullah SAW bahkan menegaskan bahwa  seseorang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata akan mendapatkan dua pahala, yakni satu untuk bacaan itu sendiri dan satu lagi untuk usaha yang dilakukannya. Hal ini menunjukkan  bahwa usaha dan ketekunan sangat dihargai dalam Islam.

    Dengan demikian, tidak ada alasan  bagi siapa pun untuk merasa kurang atau lebih baik dibandingkan orang lain, karena setiap  individu memiliki peluang yang sama untuk menjadi mulia di hadapan Allah Swt. 

    Kedua, menjadikan ketakwaan sebagai standar kemuliaan mencerminkan keadilan Islam yang  luar biasa. Jika kemuliaan seseorang ditentukan berdasarkan sesuatu yang bersifat given atau karunia bawaan, seperti kecantikan atau keturunan, maka akan muncul ketidakadilan.

    Orang-orang yang tidak memiliki karunia tersebut akan merasa dirugikan, seolah-olah Tuhan Yang Maha Adil mendiskriminasi mereka. Namun, Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Adil yang  tidak pernah membedakan makhluk-Nya berdasarkan hal-hal yang berada di luar kendali  mereka.

    Ta’ala Allahu ‘an Dzalik, Allah tidak akan memberikan kelebihan kepada satu  golongan, sehingga memulai dengan poin tambahan, sementara golongan lainnya memulai dari nol. Islam memberikan kesempatan yang sama kepada setiap individu, baik Arab maupun Ajam, tanpa diskriminasi.

  • Menko AHY: Pemerintah Siapkan Mitigasi Cegah Dampak Banjir Jabodetabek Meluas

    Menko AHY: Pemerintah Siapkan Mitigasi Cegah Dampak Banjir Jabodetabek Meluas

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan pemerintah akan sigap menangani persoalan banjir di Jabodetabek.

    Salah satu hal yang diupayakan pemerintah adalah menyiapkan mitigasi untuk mencegah dampak banjir meluas.

    “Kami tentunya bersama dengan seluruh jajaran khususnya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang juga memiliki berbagai upaya untuk menghadirkan solusi langsung. Jadi kami ingin mencegah lebih buruknya banjir,” ujar AHY di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3/2025).

    Menurut AHY, banjir yang melanda sejumlah daerah di Jabodetabek terjadi akibat curah hujan yang tinggi. Untuk itu, pemerintah bekerja sama dan melakukan komunikasi intensif dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), serta berbagai instansi terkait untuk melakukan penanganan dan langkah mitigasi banjir. 

    Apalagi, menjelang periode mudik Ramadan ini sehingga infrastruktur harus dipastikan siap untuk dimanfaatkan masyarakat dengan nyaman dan aman.

    Selain menyiapkan langkah mitigasi, pemerintah melalui Kementerian PU juga sudah bergerak untuk melakukan perbaikan infrastruktur di sejumlah daerah yang terdampak banjir. Pemulihan infrastruktur itu meliputi perbaikan jalan, jembatan, hingga fasilitas umum seperti masjid.

    “Ini tanggung jawab kita semua. Mudah-mudahan dengan berbagai upaya termasuk alat-alat segera bisa kita kurangi dampak bencana banjir,” kata AHY. 

    AHY menegaskan pemerintah menaruh perhatian khusus terhadap masyarakat yang terdampak bencana banjir. Oleh karena itu, penanganan terhadap korban terdampak pun menjadi fokus utama pemerintah.

    “Pertama kita ingin meyakinkan korban terdampak ini bisa segera diamankan termasuk tentunya mencegah bencana yang lebih buruk di berbagai daerah,” tandasnya terkait banjir di Jabodetabek.

  • Pemerintah Berencana Relokasi Rumah yang Rawan Banjir

    Pemerintah Berencana Relokasi Rumah yang Rawan Banjir

    Key: Relokasi Rumah 

    Sum: 

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah berencana untuk merelokasi rumah-rumah yang berada di lokasi rawan banjir. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti sebagai respons atas banjir hebat yang melanda sejumlah titik di Jawa Barat, Jakarta, dan daerah lainnya.

    “Sekarang kan infrastrukturnya belum bisa kita pulihkan karena masih banjir. Kemarin di Cisarua saya juga sudah ke sana dan ini mesti di tata kembali untuk penempatan rumah-rumah dan izin-izin rumah, dan sebagainya,” katanya setelah mengikuti rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3/2025).

    Diana menyatakan, relokasi rumah-rumah yang rawan terdampak banjir perlu dilakukan demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat. Dia mengaku rencana relokasi rumah ini sudah dibicarakan dengan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait (Ara).

    “Perlu normalisasi, kami harus bicara dengan pemda, dan saya juga sudah bicara sama Pak Ara mungkin nanti bisa membantu juga. Pak Ara bisa membantu untuk rumah-rumah (bantaran kali) direlokasi itu salah satu yang mungkin bisa dilakukan,” ujar Diana terkait relokasi rumah rawan bencana.

    Merespons banjir hebat yang melanda sejumlah daerah, Diana menegaskan bahwa musibah ini bukan disebabkan oleh masalah infrastruktur seperti tanggul yang jebol, melainkan diakibatkan karena curah hujan yang tinggi.

    Meski begitu, pemerintah akan tetap berupaya memastikan keamanan infastruktur, termasuk memulihkan jalan nasional yang rusak. Saat ini, fokus utama pemerintah adalah melakukan evakuasi korban banjir sebagaimana yang telah diarahkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

    “Dia (presiden) merasa sedih masih banyak yang terkena banjir, tetapi ini kita tetap bersama membantu korban banjir,” pungkasnya tentang relokasi rumah rawan banjir.

  • Mengulas Hikmah Spiritual dan Kesehatan dari Ibadah Puasa Ramadan

    Mengulas Hikmah Spiritual dan Kesehatan dari Ibadah Puasa Ramadan

    Jakarta, Beritasatu.com – Sebagai orang yang beragama Islam, kita mengetahui bahwa puasa Ramadan  merupakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah Swt. Adapun makna ibadah ini adalah  melaksanakan perintah Allah Swt. untuk berpuasa dan dan memenuhi hak menyembah kepada  Allah Swt dengan tanpa mempertimbangkan hasil yang mungkin didapatkan dari ibadah  puasa tersebut. 

    Apabila seorang muslim memahami hal tersebut maka ia akan mengetahui  hikmah dan rahasia yang terkandung dalam ibadah tersebut, baik ibadah puasa maupun lainnya.  Termasuk sesuatu yang tidak diragukan lagi yaitu bahwa hukum-hukum Allah didasarkan pada  hikmah, rahasia, dan faedah atau manfaat bagi hamba-hamba-Nya, akan tetapi seorang hamba  tidaklah harus mengetahui hikmah, rahasia, dan manfaat tersebut. 

    Hikmah Spiritual 

    1. Peran Puasa dalam Meningkatkan Ketakwaan 

    Ketika seorang muslim melaksanakan ibadah puasa, dia dituntut untuk menahan  dirinya dari sesuatu yang menjadi kebutuhan esensial nafsu. Selama satu hari penuh,  seorang muslim dilatih untuk mengendalikan keinginan makan dan minum agar dia  terlatih untuk menjauhi dan menghindari godaan nafsu untuk memiliki dan  mengkonsumsi makanan dan minuman yang diperoleh dengan praktik-praktik yang tidak  dihalalkan, seperti hasil korupsi, mencuri, merampas, dan sebagainya.

    Hubungan seksual  untuk sementara waktu juga harus dikendalikan oleh seorang muslim agar dia terlatih  untuk mengendalikan nafsu libidonya sehingga terhindar dari perbuatan zina, masturbasi  (onani), dan sebagainya. Ketika kita seorang muslim berhasil menahan dirinya dari  makanan dan kebutuhan seksual semata-mata karena taat kepada Allah Swt, diharapkan  kita akan lebih mampu untuk menahan diri dari perbuatan yang diharamkan dengan  didasari ketaatan kepada-Nya.  

    Seorang muslim, dengan puasanya, mempertegas komitmennya untuk  memprioritaskan perintah Allah dan mengalahkan kesenangan nafsu. Inilah hikmah  paling substansial dari puasa yang ditandaskan oleh Al-Qur’an, yaitu mencetak generasi  umat yang bertaqwa. Predikat taqwa sendiri hanya disematkan kepada mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam  QS. Al Baqarah:183.1 

    2. Mawas Diri (Muraqabah) untuk Mewujudkan Kebaikan Bersama 

    Puasa juga bertujuan untuk menumbuhkan perasaan senantiasa diawasi oleh Allah  SWT. Ketika kita sendirian di tempat sepi merasakan lapar dan dahaga, kita memiliki  kesempatan untuk makan dan minum tanpa sepengetahuan orang lain. Namun, kita  bersikeras untuk tidak melakukannya. Keyakinan masih ada Dzat, yaitu Allah yang  memantau semua perilaku kita, mampu menumbuhkan komitmen moral untuk  menyempurnakan ibadah puasa kita selama sebulan penuh. 

    Andaikan semua orang  mempertahankan sikap seperti ini secara berkesinambungan hingga di selain bulan  Ramadan, akan tercipta sebuah tatanan sosial yang selama ini dicita-citakan. Tidak akan  terjadi tindakan melawan norma, hukum dan garis serta tatanan hidup lainnya. Semua  orang merasa diawasi oleh Allah SWT dan harus mempertanggungjawabkan seluruh amal  perbuatan dihadapan-Nya.

    Rasulullah SAW, dalam bermasyarakat, menggambarkam setiap anggota masyarakat  harus menjaga keselamatan orang lain dengan cara menahan diri dari berbuat kajahatan.  Ibarat seseorang yang menaiki perahu di tengah samudra, setiap penumpang harus  menahan diri dari melakukan hal-hal yang dapat membahayakan bersama. Ketika ada  seseorang yang melakukan kejahatan dengan cara melubangi kapal, maka benar jika yang  dikatakan salah adalah si pelaku saja. 

    Namun, bukankah yang menjadi korban adalah  semua penumpang kapal? Begitu pula dalam hidup bermasyarakat, setiap elemen  diharapkan menahan diri dari berbuat kejahatan. Ketika ia berbuat kejahatan, benar yang  salah adalah si pelaku sendiri. Namun, bukankah yang menerima dampaknya adalah  seluruh elemen masyarakat. Bukankah yang jelek adalah masyarakat di sekitar pelaku?  Maka menjadi kewajiban setiap individu masyarakat menjaga diri dan orang lain dari  perbuatan jahat di tengah kehidupan bermasyarakat.

    3. Pesan untuk Bersyukur 

    Puasa juga melatih kita agar senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan  oleh Allah SWT. Seseorang baru menyadari betapa besar nilai sesuatu pada saat dia  kehilangan. Dengan tidak merasakan makan dan minum selama berpuasa, kita akan  menyadari besar karunia Allah selama ini. Kita senantiasa diberi kesehatan dan  kelapangan rezeki sehingga bisa merasakan nikmatnya makanan dan minuman.4 

    4. Pesan untuk Bersikap Amanah 

    Dalam menjalankan puasa, seseorang tidak dapat dinilai secara lahirnya saja.  Orang yang tampak lesu di siang hari bulan Ramadan belum tentu dia benar-benar  berpuasa. Orang yang tampak segar bugar juga tidak bisa kita tuduh sebagai orang yang  tidak berpuasa. Ketika dalam keadaan sendiri, seseorang memiliki kesempatan  melakukan pelanggaran dengan cara makan dan minum tanpa sepengetahuan orang lain.  Maka, puasa dalam hal ini telah menjadi satu hal yang diamanahkan kepada seorang  hamba. Jadi, dengan berpuasa berarti seseorang telah membiasakan diri bersikap amanah  dalam hidupnya.