Category: Beritajatim.com Politik

  • Desa Rengel Tuban Jadi Percontohan Nasional Koperasi Merah Putih

    Desa Rengel Tuban Jadi Percontohan Nasional Koperasi Merah Putih

    Tuban (beritajatim.com) – Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban resmi ditetapkan sebagai salah satu dari delapan titik percontohan nasional dalam program Koperasi Desa (Kades) Merah Putih oleh Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Penetapan ini diumumkan dalam acara soft launching program Kades Merah Putih yang dipimpin langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM RI, Budi Arie Setiadi, di Yogyakarta, Rabu (18/6/2025).

    Kepala Desa Rengel, Mundir, menyatakan bahwa keterlibatan desanya merupakan bentuk komitmen kuat dalam membangun kemandirian ekonomi desa melalui pemberdayaan koperasi berbasis potensi lokal.

    “Kami siap menjadikan koperasi desa sebagai pusat pemberdayaan ekonomi berbasis potensi lokal. Ini bukan hanya prestasi, tapi juga amanah besar,” ungkap Mundir.

    Menurut Mundir, Koperasi Desa Merah Putih Rengel kini telah memiliki 593 anggota aktif dari berbagai kelompok masyarakat. Keaktifan ini menjadi pondasi penting dalam membangun sirkulasi ekonomi desa yang berkelanjutan, partisipatif, dan berbasis gotong royong.

    Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskopumdag) Tuban, Agus Wijaya, juga mengapresiasi langkah progresif Desa Rengel. Ia menyebut bahwa dalam zoom meeting bersama Menteri Koperasi dan UKM RI, Desa Rengel dipuji sebagai contoh koperasi desa dengan struktur keanggotaan dan sistem kerja yang solid.

    “Desa Rengel menurut Menkop merupakan salah satu contoh koperasi yang sudah memiliki anggota yang luar biasa,” terang Agus.

    Agus berharap, kekompakan dan partisipasi aktif seluruh anggota koperasi dapat memperkuat posisi Koperasi Merah Putih Rengel sebagai model koperasi modern. Dengan demikian, koperasi desa ini bisa menjadi penggerak utama jejaring ekonomi antardesa yang inklusif, produktif, dan berdaya saing tinggi.

    “Karena program ini dari desa, oleh desa, dan untuk Indonesia,” pungkasnya. [dya/beq]

  • Terminal Kertajaya Mojokerto Jadi Percontohan Digitalisasi

    Terminal Kertajaya Mojokerto Jadi Percontohan Digitalisasi

    Mojokerto (beritajatim.com) – Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Timur resmi meluncurkan Sistem Terminal On System (TOS) di Terminal Kertajaya, Kota Mojokerto, Rabu (18/6/2025). Program ini menjadi tonggak baru dalam modernisasi pelayanan transportasi publik berbasis digital, sekaligus implementasi Perda Nomor 8 Tahun 2023 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

    Kepala Dishub Jatim, Nyono menegaskan bahwa kondisi angkutan umum saat ini ‘tidak baik-baik saja’, sehingga dibutuhkan langkah konkret untuk mendorong efisiensi, transparansi, dan kepatuhan. “TOS ini adalah sistem digitalisasi layanan terminal yang terintegrasi dan berbasis problem-cost. Melalui sistem ini, seluruh aktivitas terminal dapat termonitor secara otomatis,” ungkapnya.

    Dengan TOS, data kendaraan yang masuk terminal akan tercatat otomatis. Aktivitas angkutan umum dapat dipantau secara real-time, termasuk perizinan, pembayaran retribusi secara nontunai, dan evaluasi kinerja Perusahaan Otobus (PO). TOS juga dilengkapi teknologi RFID, sehingga gerbang terminal dapat terbuka otomatis saat bus berada dalam radius 25–50 meter.

    “Sistem ini sekaligus menekan praktik angkutan umum menurunkan dan menaikkan penumpang di luar terminal. Semua penumpang harus berkumpul di terminal, bukan di pinggir jalan atau depan sekolah. Kalau hanya bicara tanpa realisasi, itu omon-omon. Saya akan pastikan aturan ini ditegakkan di lapangan,” tegasnya.

    Sebagai proyek percontohan, TOS akan diterapkan di sejumlah terminal tipe B di Jawa Timur, salah satunya Terminal Kertajaya di Kota Mojokerto. Dishub Jatim juga menyampaikan apresiasi kepada DPRD Jatim, Bank Indonesia, dan Bank Jatim atas dukungan terhadap program ini.

    Dishub Jatim menetapkan retribusi terminal sebesar Rp 3.000 untuk bus besar, Rp 2.000 untuk bus sedang, dan Rp 1.000 untuk MPU/angkutan kecil. Pembayaran dilakukan secara digital melalui QRIS, e-money, serta kartu elektronik seperti e-Toll, Flazz, E-Money, Brizzi, dan TapCash.

    Sementara itu, Kepala Bidang Angkutan Jalan, Dishub Jatim, Ainur Rofiq menambahkan, bahwa sistem TOS menyimpan data PO, rute, hingga jadwal keberangkatan secara otomatis. “Dengan sistem ini, tidak ada lagi pencatatan manual. Semua langsung terekam dalam sistem yang terintegrasi,” jelasnya.

    Sebagai pelengkap, Dishub Jatim juga menyiapkan fasilitas pendukung di Terminal Kertajaya seperti ruang istirahat pengemudi, layanan kesehatan, dan area servis ringan untuk kendaraan angkutan umum. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan transportasi, mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta memperkuat ketertiban dan keamanan transportasi di wilayah Jawa Timur. [tin/but]

  • Bentangkan Poster, 3 Anggota PMII Blitar Diduga Ditangkap Paspampres Gibran

    Bentangkan Poster, 3 Anggota PMII Blitar Diduga Ditangkap Paspampres Gibran

    Blitar (beritajatim.com) – Tiga mahasiswa anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) PC Blitar diduga ditangkap oleh Paspampres Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Ketiga anggota PMII Blitar itu ditangkap saat hendak membentangkan poster kepada Gibran di wilayah Kecamatan Sananwetan Kota Blitar.

    Sekretaris PMII Blitar, Imam Taufiq menjelaskan bahwa satu dari 3 orang yang ditangkap itu merupakan Ketua PMII Blitar yakni Muhammad Thoha Ma’ruf. Hingga kini ke 3 anggota PMII yang diduga ditangkap tersebut belum diketahui keberadaannya.

    “Hendak membentangkan poster, belum sempat membentangkan poster tapi sudah ditangkap oleh petugas, hingga kini saya belum tahu lagi kabarnya,” ucap Imam Taufiq, Rabu (18/06/2025).

    Video yang diduga penangkapan anggota PMII Blitar itu pun tersebar luas di media sosial. Terlihat petugas yang diduga Paspampres berupaya merebut poster yang dibawa oleh 3 anggota PMII Blitar.

    “Ada tiga orang yang diduga ditangkap tadi, saya ini tadi bisa lolos karena sembunyi,” tegasnya.

    Sebelumnya PMII Blitar memang telah mengeluarkan rilis soal rencana pembentangan poster saat kunjungan Gibran di Blitar. Dalam rilisnya PMII Blitar menyebutkan bahwa Kedatangan Wakil Presiden (Wapres) RI, Gibran Rakabuming Raka mendapatkan sambutan dari mahasiswa. Mereka membentangkan spanduk saat putra Presiden Jokowi ini datang ke Blitar.

    Ada empat spanduk yang dibentangkan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Blitar ini pada Rabu, 18 Juni 2025. Spanduk itu bertuliskan sejumlah catatan terhadap Wapres Gibran.

    “Omon-omon 19 juta lapangan kerja?” salah satu tulisan yang berada di dalam spanduk tersebut.

    Ketua PC PMII Blitar, Muhammad Thoha Ma’ruf menyampaikan, spanduk itu bagian dari penyampaian aspirasi kepada Wapres Gibran. Mengingat saat berkampanye pada Pilpres 2024 ada sejumlah janji politik yang disampaikan.

    “Tentu ini bagian dari komitmen kami dalam mengawal jalannya pemerintahan di negeri ini. Dan kami juga punya dasar dalam menyampaikannya,” ujarnya.

    Dalam spanduk yang lain juga bertuliskan “Dinasti tiada henti”. Spanduk itu memiliki pesan terkait maraknya politik dinasti di tanah air. Apalagi, Wapres Gibran menjadi salah satu orang dalam dinasti politik.

    Menurutnya, dinasti politik memiliki bahaya yakni cenderung korup. Sehingga, kata dia, dalam negara demokrasi dinasti politik sangat membahayakan apabila dibiarkan begitu saja.

    “Jadi, jalannya pemerintahan harus kita kawal. Termasuk indikasi-indikasi penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh para pejabat yang berkuasa,” ungkapnya. [owi/beq]

  • PPU Maospati Mulai Dibongkar, Disperindag Magetan Siapkan Konsep Rest Area Ramah UMKM

    PPU Maospati Mulai Dibongkar, Disperindag Magetan Siapkan Konsep Rest Area Ramah UMKM

    Magetan (beritajatim.com) – Proses pembongkaran bangunan lama Pasar Produk Unggulan (PPU) Maospati mulai dilakukan setelah adanya pemenang lelang dari hasil kerja sama dengan KPKNL Madiun. Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Magetan, Kiki Indriyani, menyampaikan bahwa lelang bangunan berdiri tersebut mencakup 72 bedak dan seluruh bangunan harus rata dengan tanah dalam waktu 21 hari.

    “Hasil dari lelang itu bahkan terjual dua kali lipat dari nilai limit dan sudah disetor ke kas daerah pada 12 Juni 2025 kemarin,” ujar Kiki saat ditemui di kantornya, Rabu (18/6/2025)

    Menurut Kiki, setelah proses pembongkaran rampung, Disperindag akan memulai penataan landscape menggunakan anggaran APBD sebesar Rp280 juta. Pekerjaan tersebut meliputi pembangunan drainase dan trotoar di sisi barat dan selatan area pasar, pavingisasi, serta pembuatan taman baru di sekitar patung pesawat—tanpa menghilangkan taman lama.

    “Patung pesawat dan taman yang ada tetap dipertahankan. Akan kita percantik agar meski belum ada bangunan, masyarakat bisa tetap memanfaatkan area ini untuk istirahat. Jadi nanti, pekerjaan pertama ya pavingisasi, drainase dan trotoar. Bangunan sentra UMKM-nya menyusul,” tambahnya.

    Bangunan PPU Maospati yang sudah mulai kosong dari aktivitas pedagang dan sebagian sudah mulai dibongkar, Rabu (18/6/2025)

     

    Konsep utama dari revitalisasi PPU adalah menjadikannya sebagai rest area dengan desain terbuka dan ramah UMKM. Dari total luas 8.700 meter persegi, sekitar 60 persen akan digunakan untuk ruang terbuka hijau dan lahan parkir, sementara bangunan hanya menempati sekitar 40 persen.

    “Bangunan akan difungsikan sebagai sentra kuliner, etalase produk unggulan Magetan seperti Kas Magetan, dan menampung sekitar 40 UMKM. Tapi konsepnya terbuka, tanpa sekat-sekat kios seperti sebelumnya,” jelas Kiki.

    Menanggapi nasib pedagang lama, Kiki menegaskan bahwa mereka tidak memiliki alas hak atas bangunan yang ada, sehingga tidak mendapatkan ganti rugi. Namun, tetap ada peluang bagi mereka untuk mendaftar ulang sebagai pelaku UMKM dengan mengikuti persyaratan yang ditetapkan.

    “Kalau memang mereka bagian dari UMKM Magetan dan memenuhi syarat, bisa diusulkan lagi. Tapi tetap ada proses seleksi dan penataan ulang,” ungkapnya.

    Disperindag juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait mengenai bangunan liar di bantaran sungai dekat lokasi PPU. Kiki menegaskan bahwa area tersebut merupakan sempadan sungai dan tidak boleh didirikan bangunan.

    “Kemarin sudah ada peninjauan oleh PUPR SDA Kabupaten dan Provinsi, serta Pengawas Sungai Solo. Nantinya akan dilakukan penertiban sesuai aturan,” pungkasnya.

    Dengan target perataan selesai tahun ini, pembangunan lanjutan akan dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah berharap PPU Maospati dapat bertransformasi menjadi rest area modern yang fungsional sekaligus menjadi etalase potensi lokal Magetan. [fiq/beq]

  • Gibran dan Khofifah Terkesan dengan UMKM Blitar Djadoel 2025

    Gibran dan Khofifah Terkesan dengan UMKM Blitar Djadoel 2025

    Blitar (beritajatim.com) – Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengunjungi langsung gelaran Blitar Djadoel 2025 yang digelar di Alun-Alun Kota Blitar. Keduanya tampak antusias menelusuri puluhan stan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menyajikan berbagai produk unggulan khas Blitar dan sekitarnya.

    Gibran menyampaikan kekagumannya terhadap semangat pelaku UMKM dalam mempertahankan produk-produk tradisional, termasuk jenang ketan yang ia coba langsung proses pembuatannya.

    “Kita nyekar ke makamnya Pak Presiden Soekarno, sang proklamator. Kemarin kita juga berkunjung ke Gus Iqdam. Ini kita mengunjungi acara rangkaian haul Bung Karno yaitu pasar jadul di Alun-Alun Blitar. Saya kira ini luar biasa UMKM Blitar dan sekitarnya,” ujar Gibran, Rabu (18/6/2025).

    Ia mendorong Pemerintah Kota Blitar untuk terus melakukan pembinaan UMKM dan mendorong perluasan pasar melalui kemitraan digital. Salah satu UMKM yang disorot Gibran adalah produsen kendang khas Blitar, yang dinilai potensial menembus pasar ekspor.

    “Tadi saya juga mampir ke salah satu industri kendang. Saya pesan ke Pak Wali Kota Blitar untuk melebarkan sayapnya ke Afrika. Saya juga bertemu dengan owner kendang untuk penjualannya agar merangkul e-commerce,” tegasnya.

    Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga memuji kekayaan produk lokal yang ditampilkan dalam Blitar Djadoel 2025. Ia menyebut sinergi antara kearifan lokal, kreativitas anak muda, dan promosi berbasis digital sebagai kekuatan utama UMKM Jatim untuk naik kelas.

    “Saya melihat potensi luar biasa di Blitar Djadoel ini. Banyak produk yang tidak hanya berkualitas, tapi juga punya cerita dan daya tarik budaya. Ini harus terus dikembangkan,” ungkap Khofifah.

    Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin menyampaikan terima kasih atas kunjungan Wapres dan Gubernur Jatim. Ia menegaskan komitmen Pemkot Blitar dalam menjadikan UMKM sebagai tulang punggung ekonomi daerah.

    “Alhamdulillah Pak Wakil Presiden dan Bu Gubernur berkenan hadir. Ini menjadi bentuk apresiasi dan semangat bagi pelaku UMKM. Ke depan Kota Blitar akan semakin ramai dikunjungi karena bertumpu pada sektor jasa dan ekonomi kreatif,” tutur Mas Ibin, sapaan akrabnya.

    Blitar Djadoel 2025 merupakan bagian dari rangkaian haul Bung Karno yang digelar rutin setiap tahun. Acara ini menjadi panggung utama produk unggulan UMKM lokal dan momentum kebangkitan ekonomi berbasis budaya di Kota Blitar. [owi/beq]

  • Soal Sengketa 13 Pulau, DPRD Jatim Desak Pemprov Tak Lepas Tangan dan Kawal Kepentingan Trenggalek

    Soal Sengketa 13 Pulau, DPRD Jatim Desak Pemprov Tak Lepas Tangan dan Kawal Kepentingan Trenggalek

    Surabaya (beritajatim.com) – Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Deni Wicaksono, mendesak Pemerintah Provinsi tidak lepas tangan terkait sengketa batas wilayah 13 pulau di perairan selatan antara Kabupaten Trenggalek dan Tulungagung. Deni menilai polemik ini menyangkut kredibilitas tata kelola wilayah dan harus dikawal serius oleh Pemprov Jatim.

    “Pemprov tidak boleh lepas tangan. Ini soal kredibilitas tata kelola wilayah. Kalau dulu setuju pulau itu masuk Trenggalek, ya sekarang harus dikawal dong,” tegas Deni saat ditemui di Kantor DPRD Jatim, Rabu (18/6/2025).

    Ia mempertanyakan keputusan Kepmendagri No. 300 Tahun 2025 yang menetapkan 13 pulau tersebut sebagai bagian dari Kabupaten Tulungagung, padahal data dan sejarah mencatat wilayah itu selama ini masuk dalam administrasi Trenggalek. Menurutnya, keputusan terbaru tersebut mencederai kesepakatan lintas lembaga yang telah terjalin sebelumnya.

    “Kami meminta Kemendagri membuka ruang klarifikasi dan mendasarkan keputusan pada data faktual, bukan sekadar dokumen administratif,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.

    Deni mengungkapkan bahwa rapat resmi pada 11 Desember 2024 di Gedung Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri secara sah menyepakati bahwa 13 pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Trenggalek. Rapat tersebut dihadiri oleh Kemendagri, Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Pemprov Jatim.

    “Sudah ada Berita Acara Kesepakatan yang jelas dan resmi, menyatakan bahwa 13 pulau itu masuk Trenggalek. Tapi mengapa dalam Kepmendagri terbaru justru dipindahkan ke Tulungagung? Ada apa sebenarnya dengan pulau-pulau ini?” tandasnya.

    Menurut Deni, secara historis dan administratif, ke-13 pulau tersebut sejak lama masuk dalam wilayah Trenggalek, seperti tercantum dalam RTRW Provinsi Jatim maupun RTRW Kabupaten Trenggalek. Ia mencurigai adanya potensi sumber daya alam seperti minyak dan gas yang menjadi latar belakang keputusan pemindahan wilayah administratif tersebut.

    “Kalau benar ada indikasi migas, jangan sampai ini jadi ajang rebutan diam-diam yang melukai rasa keadilan masyarakat. Ini bukan soal siapa yang berkuasa, tapi siapa yang berhak,” ujarnya.

    Secara geografis dan operasional, Deni menyebut pulau-pulau itu lebih dekat dengan garis pantai Trenggalek serta masuk dalam wilayah patroli TNI AL dan Polairud Trenggalek.

    “Pulau-pulau itu lebih dekat ke Trenggalek, bahkan sudah lama menjadi bagian dari sistem pengawasan TNI AL dan Polairud Trenggalek,” jelasnya.

    Deni pun mendorong agar Kepmendagri segera direvisi. Menurutnya, Pasal 63 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan memberikan ruang koreksi terhadap keputusan pejabat tata usaha negara jika ditemukan kekeliruan atau data yang tidak sesuai.

    “Jangan sampai seperti ini terus. Pemerintah pusat harus berani mengoreksi jika ada kekeliruan. Pulau ini bisa jadi sumber konflik di masa depan jika dibiarkan,” tegasnya.

    Ia mencontohkan penyelesaian cepat dalam konflik batas wilayah antara Aceh dan Sumatera Utara, yang membuktikan bahwa pemerintah pusat bisa mengambil langkah adil jika ada kemauan politik.

    “Jika Aceh bisa mendapatkan kembali hak atas pulau-pulaunya melalui revisi Kemendagri dan keputusan presiden, maka Trenggalek pun layak diperlakukan setara. Kami di DPRD Jatim akan terus mengawal ini sampai tuntas,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, Kepmendagri Nomor 050-145 Tahun 2022 menyebut 13 pulau di perairan selatan Jawa Timur masuk wilayah Kabupaten Tulungagung. Hal ini kemudian diikuti oleh Perda RTRW Kabupaten Tulungagung Nomor 4 Tahun 2023 yang menetapkan keberadaan pulau-pulau tersebut dalam rencana tata ruang hingga 2043.

    Namun, Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2023 serta Perda Kabupaten Trenggalek Nomor 15 Tahun 2012 justru menyatakan bahwa ke-13 pulau berada dalam wilayah Kabupaten Trenggalek, memunculkan sengketa wilayah antar kedua daerah.

    Ke-13 pulau yang menjadi objek sengketa antara Trenggalek dan Tulungagung yaitu Pulau Anak Tamengan, Pulau Anakan, Pulau Boyolangu, Pulau Jewuwur, Pulau Karangpegat, Pulau Solimo, Pulau Solimo Kulon, Pulau Solimo Lor, Pulau Solimo Tengah, Pulau Solimo Wetan, Pulau Sruwi, Pulau Sruwicil, dan Pulau Tameng. [asg/beq]

  • 13 Pulau Diperebutkan Trenggalek vs Tulungagung, Apa Kata Pemprov Jatim?

    13 Pulau Diperebutkan Trenggalek vs Tulungagung, Apa Kata Pemprov Jatim?

    Surabaya (beritajatim.com) – Sengketa kepemilikan 13 pulau antara Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Tulungagung hingga kini belum menemui titik terang. Pemerintah Provinsi Jawa Timur memilih tidak mengambil sikap tegas dan menyerahkan sepenuhnya penyelesaian konflik wilayah ini kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

    Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setdaprov Jatim, Lilik Pudjiastuti, menegaskan bahwa penentuan status administratif pulau-pulau tersebut bukan kewenangan Pemprov. “Yang menentukan bukan kami, tapi Kemendagri. Kami nanti akan koordinasikan lagi dengan Kemendagri, karena hal itu kewenangan Kemendagri,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (18/6/2025).

    Lilik menyebut Pemprov Jatim telah menyampaikan laporan terkait polemik tersebut ke pemerintah pusat. Namun, hingga kini belum ada informasi resmi kapan Kemendagri akan memfasilitasi pertemuan lanjutan antara kedua pemerintah kabupaten.

    “Yang akan melakukan koordinasi adalah Kemendagri, sedangkan Pemprov sudah melaporkan,” tambahnya.

    Polemik ini bermula dari perbedaan dokumen legal antara kedua kabupaten. Dalam Keputusan Mendagri Nomor 100.1.1-6117 Tahun 2022, disebutkan bahwa 13 pulau yang disengketakan masuk wilayah Kabupaten Tulungagung. Sebaliknya, dalam Perda Provinsi Jatim Nomor 10 Tahun 2023 serta Perda Kabupaten Trenggalek Nomor 15 Tahun 2012 tentang RTRW, wilayah itu dinyatakan bagian dari Trenggalek.

    Pemkab Tulungagung bahkan telah memasukkan seluruh pulau tersebut ke dalam Perda RTRW Nomor 4 Tahun 2023 untuk periode 2023–2043. Secara geografis, ke-13 pulau itu berada di wilayah Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.

    Adapun pulau-pulau yang diperebutkan yakni: Pulau Anak Tamengan, Pulau Anakan, Pulau Boyolangu, Pulau Jewuwur, Pulau Karangpegat, Pulau Solimo, Pulau Solimo Kulon, Pulau Solimo Lor, Pulau Solimo Tengah, Pulau Solimo Wetan, Pulau Sruwi, Pulau Sruwicil, dan Pulau Tameng.

    Dalam pertemuan terakhir antara Pemprov Jatim dan Kemendagri pada Desember 2024, disebutkan dalam berita acara bahwa pulau-pulau tersebut merupakan bagian administratif Kabupaten Trenggalek. Namun hingga kini belum ada keputusan final dari pemerintah pusat. [tok/beq]

  • Polsek Krembung dan Bhayangkari Dukung Ketahanan Pangan Lewat Program P2L di Desa Lemujut

    Polsek Krembung dan Bhayangkari Dukung Ketahanan Pangan Lewat Program P2L di Desa Lemujut

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Dalam rangka mendukung Program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, Polsek Krembung bersama Pengurus Ranting Bhayangkari Krembung melaksanakan pengecekan dan perawatan Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Desa Lemujut, Kecamatan Krembung, Rabu (18/6/2025).

    Kegiatan ini menjadi bentuk sinergi nyata antara aparat kepolisian dan masyarakat untuk memperkuat ketahanan pangan melalui pemanfaatan lahan pekarangan secara maksimal. Program ini juga mendukung gerakan Pekarangan Pangan Bergizi (P2B), dengan sasaran utama optimalisasi lahan rumah tangga sebagai sumber pangan keluarga.

    Ketua Bhayangkari Ranting Krembung beserta anggotanya ikut turun langsung ke lokasi untuk memantau pertumbuhan tanaman, memastikan kondisi lahan tetap subur, serta memberikan dukungan dalam perawatan agar hasil panen meningkat. Lokasi yang ditinjau telah ditetapkan sebagai lahan percontohan P2L dan dinilai potensial untuk terus dikembangkan.

    “Dengan adanya pendampingan dari Bhabinkamtibmas dan keterlibatan aktif para Bhayangkari, kami berharap warga semakin termotivasi untuk mengelola pekarangan mereka, bukan hanya untuk konsumsi sendiri, tetapi juga untuk meningkatkan perekonomian keluarga,” ujar Kapolsek Krembung AKP Nanang Mulyono.

    Pemantauan rutin yang dilakukan meliputi perawatan tanaman hingga pemberian pakan pada budidaya hewan. Langkah ini bertujuan menjaga kualitas hasil produksi sekaligus memastikan keberlanjutan program.

    Warga menyambut positif keterlibatan Polsek dan Bhayangkari dalam program ini. Mereka merasa terbantu dan semakin percaya diri dalam mengelola pekarangan sebagai sumber pangan alternatif dan penghasilan tambahan. Program P2L ini diharapkan menjadi salah satu pilar penting dalam membangun kemandirian pangan masyarakat di tingkat lokal. [isa/beq]

  • 1.795 Lansia di Pacitan Terima Bantuan Tunai PKH Plus Tahap II Senilai Rp500 Ribu

    1.795 Lansia di Pacitan Terima Bantuan Tunai PKH Plus Tahap II Senilai Rp500 Ribu

    Pacitan (beritajatim.com) – Senyum bahagia terpancar dari ribuan lanjut usia (lansia) di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, usai menerima bantuan sosial tunai sebesar Rp500 ribu per orang. Bantuan tersebut merupakan bagian dari Program Keluarga Harapan (PKH) Plus Tahap II yang disalurkan oleh Dinas Sosial Kabupaten Pacitan.

    Total sebanyak 1.795 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tercatat menerima bantuan dalam tahap ini, dengan total anggaran yang dikucurkan mencapai Rp897.500.000. Penyaluran dilakukan melalui Bank Jatim dan diawali dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Arjosari. Penyaluran di kecamatan lainnya akan menyusul sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

    “Penyaluran Tahap II dimulai di Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Arjosari. Untuk kecamatan lain sesuai jadwal yang telah ditentukan,” ujar Plt. Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Pacitan, Luky Puspitosari, saat memantau jalannya kegiatan pada Rabu (18/6/2025).

    Luky berharap bantuan tersebut dapat meringankan beban ekonomi para lansia, terutama di tengah tekanan sosial dan ekonomi saat ini. Menurutnya, program PKH Plus menjadi bentuk nyata perlindungan sosial dari pemerintah daerah bagi kelompok rentan, khususnya lansia, agar mereka tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar secara layak.

    Program ini merupakan inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang diimplementasikan melalui pemerintah kabupaten/kota. Di Kabupaten Pacitan, seluruh penerima ditetapkan berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), hasil usulan masing-masing desa yang kemudian diverifikasi dan divalidasi oleh Dinas Sosial.

    Sebagai informasi, pada tahap I tahun 2025, jumlah penerima bantuan PKH Plus di Pacitan mencapai 1.869 orang, sementara tahap II ini melibatkan 1.795 orang. Bantuan tersebut diharapkan menjadi angin segar bagi para lansia yang selama ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. [tri/beq]

  • Gemaharjo Pacitan Targetkan Sanitasi Sehat, Warga Dapat Bantuan Jamban Modern

    Gemaharjo Pacitan Targetkan Sanitasi Sehat, Warga Dapat Bantuan Jamban Modern

    Pacitan (beritajatim.com) – Puluhan warga Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Pacitan antusias mengikuti praktik pembuatan jamban sehat hemat air di halaman belakang Kantor Desa setempat, Selasa (17/6/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari program jambanisasi yang digagas Pemerintah Desa Gemaharjo demi peningkatan sanitasi dan kesehatan lingkungan.

    Sebanyak 30 warga yang menjadi penerima bantuan jamban sehat tampak bersemangat membuat jamban dengan bimbingan langsung dari ahli sanitasi, Dr. Koen Irianto Uripan. Turut hadir dan ikut serta dalam proses pembangunan, Kepala Desa Gemaharjo, Harmanto.

    Menurut Harmanto, masih ada warganya yang menggunakan jamban cemplung yang dinilai kurang sehat dan boros air. “Program kami ini adalah jamban sehat hemat air. Karena masih ada warga yang memakai jamban cemplung, kami berupaya mengganti dengan jamban yang lebih sehat dan hemat air, bekerja sama dengan pihak SATO,” jelasnya.

    Harmanto menyebutkan bahwa pengadaan jamban sehat ini dibiayai dari APBDes. Tahun ini baru 30 unit yang bisa direalisasikan, namun ia berkomitmen akan menganggarkan lebih banyak tahun depan. “Kami ingin secara bertahap menuntaskan sanitasi di masyarakat,” tambahnya.

    Sementara itu, Koen mengapresiasi langkah Desa Gemaharjo yang mulai beralih dari jamban cemplung ke sanitasi yang lebih baik. Menurutnya, teknologi SATO sangat cocok untuk wilayah seperti Pacitan yang masih mengalami keterbatasan air bersih.

    “Closet SATO hemat air, cukup satu gayung sudah bisa menyiram. Ini cocok untuk masyarakat pedesaan, perawatannya mudah dan ekonomis. Ini teknologi tepat guna,” ungkapnya.

    Ia juga menilai, meski Desa Gemaharjo sebelumnya sudah menerapkan jamban tertutup, peningkatan kualitas ke jamban sehat sangat penting. Terlebih, Jawa Timur baru saja mendapatkan predikat Provinsi Bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan) pada tahun 2025.

    “Desa ini juga sudah memenuhi lima pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), dan ini menjadi langkah lanjutannya. Tidak banyak daerah yang setelah ODF (Open Defecation Free) masih mau melakukan peningkatan kualitas seperti ini,” puji Dr. Koen.

    SATO merupakan perusahaan berskala internasional dari Jepang yang mengembangkan sekaligus menyediakan produk-produk sanitasi dan kebersihan yang terjamin. [tri/aje]