Catatan Kritis Aktivis Lingkungan Perihal Pemicu Banjir Semarang, Demak, Kudus dan Grobogan, Seperti Apa?

26 March 2024, 11:55

SEMARANG, suaramerdeka.com – Banjir yang sempat melanda Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan, meninggalkan catatan kritis.  Banjir di Semarang dan sekitarnya tersebut membuat ribuan warga menjadi korban. Beberapa mereka harus mengungsi.  Tak hanya itu, banjir di Semarang dan sekitarnya menimbulkan kerugian materi dan non materi. 
Baca Juga: 5 Tahap Menjinakkan Serigala di Game Minecraft, Butuh Tulang Skeleton Bahkan di Kabupaten , banjir tersebut telah memakan korban jiwa. Di Semarang banjir menyebabkan kerugian ekonomi signifikan. 

Catatan kritis tentang banjir di Semarang dan sekitarnya datang dari aktivis lingkungan yang juga dosen Dr Nugroho Widiasmadi MEng.  Dia merupakan penerima penghargaan Kalpataru tahun 2023,dengan keahliannya di bidang perairan dan konservasi tanah. Baca Juga: Sahabat Mega Terancam Tak Masuk Skuad Utama Red Sparks di Semifinal Liga Voli Putri Korea Lawan Pink Spiders “Saya melihat terdapat masalah seperti masih lemahnya sistem pengendalian secara terintegrasi di daerah alliran sungai (DAS) yang melintasi beberapa wilayah,” kata staf pengajar Fakultas Teknik Unwahas itu seperti dikutip oleh Suaramerdeka.com. Rentang waktu 20 tahun terakhir kondisi DAS sebagai resapan air rusak berat bahkan terkesan porak poranda. Penyebabnya juga karena kebijakan salah arah yang diambil oleh berbagai pihak. Baca Juga: 9 Kuliner Legendaris Salatiga yang Masih Lestari hingga Saat Ini, Ada yang Sudah Buka Sebelum Indonesia Merdeka Walhasil daerah resapan untuk perumahan, industri, lingkungan dan lainnya hilang entah kemana. Situasi diperparah dengan pengerasan lapisan top soil, yang ditimbun aspal, beton, semen, dan sebagainya untuk mendukung aktivitas manusia. Top soil adalah lapisan tanah paling atas yang banyak sekali mengandung bahan organik seperti humus dan menjadi area subur untuk tumbuhan dan pepohonan.  Lebatnya pepohonan bermanfaat menyimpan cadangan air dan sebagainya. Di luar itu berubahnya fungsi sistem drainasi, peningkataan laju erosi permukaan, dan penurunan laju infiltrasi membuat daya dukung lingkungan terasa semakin lemah. Baca Juga: 7 Tips Meminjam Uang di Pinjaman Online Agar Tak Stres Gagal Bayar karena Pinjol Kemampuan sungai menerima limpasan air dari daratan juga ada batasnya. Kondisi ini pun memicu beban air yang sangat berlebihan (over dosis) sehingga tak mampu di tahan oleh tanggul sungai. Faktor lain pembangunan daerah yang tidak memahami lingkungan dan amburadul memperparah kondisi alam dan lingkungan. Kritik keras disampaikan atas banyaknya kebijakan pemimpin daerah yang terkesan mengeksploitasi alam secara ugal ugalan. Baca Juga: 4 Tips Agar Kredit Tanpa Anggunan Disetuji Bank, Nomor 3 Sangat Menentukan Nugroho mengaku sangat prihatin terhadap persoalan ini. “Akhirnya alam mengambil kembali apa yang pernah dikeruk manusia, hingga munculah teori hukum keseimbangan semesta,” tegas dia. Lebih dari itu yang membuat was-was situasi ini merembet pada daya dukung lahan pangan yang semakin hancur seiring rusaknya ekologi 25 tahun terakhir. Kondisi multi krisis pangan dan lingkungan akan terus membesar. Ini diperlukan tindakan nyata dan cepat melahirkan kesadaran bersama secara nasional bahkan global. Sayangnya kapasitas pikir para pejabat masih begitu lemah memahami masalah yang krusial seperti ini. Padahal keadaan sudah mencapai level darurat (SOS) diibaratkan sebentar lagi karam akibat krisis pangan akut. Sekadar mengingatkan Nugroho mendapat Penghargaan Kalpataru mendasari Surat Keputusan Nomor: SK.545/MENLHK/PSKL/PSL.3/5/2023 tanggal 25 Mei 2023 tentang Penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2023 untuk kategori pembinaan lingkungan. Dia juga tercatat menerima penghargaan dosen berprestasi nasional tahun 2007, dengan segudang karya inovasi. Baca Juga: 8 Tempat Wisata Alam Salatiga dan Kabupaten Semarang yang Wajib Dikunjungi, Hanya 60 Menit dari Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah Fokus perhatiannya tertuju pada upaya mengatasi penurunan daya dukung atau degradasi lingkungan sejak 2005. Dia menjadi pihak yang sangat peduli pelestarian sumberdaya air dan tanah agar tidak mengancam ketahanan pangan maupun kesehatan lingkungan. Nugroho bahkan menciptakan Teknologi Biosoildam MA-11 yang mampu mengkonsevasi tanah dan air untuk menciptakan daya dukung lahan berkesinambungan.***

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi