Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Cara Menteri Amran Sulaiman Meracuni Tikus dan Melawan Korupsi di Kementerian Pertanian

Cara Menteri Amran Sulaiman Meracuni Tikus dan Melawan Korupsi di Kementerian Pertanian

Jakarta: Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, dikenal dengan pendekatan unik dan tegas dalam menjalankan tugasnya. Dari memerangi tikus di lahan pertanian hingga “tikus-tikus” korupsi di lingkungan Kementerian, Amran membuktikan bahwa integritas dan kerja keras mampu membawa perubahan nyata.

Awal Mula Penelitian Racun Tikus
Cerita Amran tentang racun tikus dimulai sejak ia menjadi mahasiswa jurusan pertanian pada akhir 1980-an. Saat itu, ia hidup pas-pasan di kos-kosan kecil, namun tekadnya untuk menciptakan solusi bermanfaat bagi petani sangat kuat.

“Kami ingat tahun 1989 waktu kuliah, hidup serba pas-pasan. Saya berpikir, kalau keluar hanya dengan IPK dan ijazah, bisa jadi saya tidak diterima kerja karena tidak punya koneksi keluarga pejabat. Jadi, saya harus menemukan sesuatu yang dibutuhkan orang banyak,” kata Amran dalam Program Kick Andy, Metro TV, yang diunggah di kanal YouTube Metro TV, Minggu 7 Desember 2024.

Baca juga: Pede Betul! Mentan Yakin Indonesia Bebas Impor Beras Tahun Depan

Ia mencoba berbagai penelitian, mulai dari pupuk, biogas, hingga racun tikus. Pilihannya jatuh pada racun tikus karena dianggap paling murah. Setelah tiga tahun penelitian, ia berhasil menciptakan formula racun tikus yang efektif dan mendapatkan hak paten pada 1995. Namun, perjuangannya tidak berhenti di situ. 

“Kami jual Rp100 per biji, tidak laku. Turunkan ke Rp50, tetap tidak laku. Bahkan saat kami kasih gratis, orang takut menerimanya,” kenangnya.

Amran terus berjuang memasarkan racun tikus itu selama 13 tahun hingga akhirnya berhasil membantu petani di seluruh Indonesia mengatasi hama tikus yang menyebabkan kerugian besar.
Berantas “Tikus” Korupsi di Kementan
Tak hanya memberantas tikus hama, Amran juga dikenal sebagai menteri yang berani memberantas “tikus-tikus” korupsi di Kementerian Pertanian. Ia menegaskan bahwa sikap ini bukan hanya perintah Presiden, tetapi juga nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuanya sejak kecil.

“Ayah saya selalu bilang, jangan pernah makan kalau bukan hakmu. Itu warisan yang tidak akan pernah saya lupakan,” ujar Amran.

Baru-baru ini bawah kepemimpinannya, Kementerian Pertanian telah menindak 11 pegawai yang terlibat korupsi. “Kami sebar nomor HP saya ke publik. Jika ada yang melapor, kerahasiaan mereka kami jaga. Baru-baru ini, seorang guru besar dan calon bupati melapor ada permainan di dalam. Hanya dalam lima menit, pelaku mengaku,” ungkap Amran.

Amran menolak anggapan bahwa pengungkapan kasus korupsi di kementeriannya menunjukkan kegagalan. “Justru kita malu di depan Tuhan jika membiarkan kejahatan. Membiarkan itu sama dengan beternak kejahatan. Negeri ini tidak akan maju kalau kita terus diam,” tegasnya.
Ketegasan yang Mengakar Sejak Kecil
Ketegasan Amran dalam menegakkan integritas ternyata berakar dari didikan keluarganya. Ia mengenang pengalaman masa kecilnya ketika menemukan uang Rp5 di pasar dan membawanya pulang.

“Ayah saya langsung mengambil kayu dan memukul tangan saya. Dia bilang itu bukan hak saya. Kami disuruh mengembalikan uang itu ke tempat semula,” cerita Amran.

Pengalaman itu menjadi nilai dasar dalam hidupnya: integritas tidak bisa dikompromikan.
Menolak Suap Hingga Menutup Perusahaan
Dalam kariernya, Amran juga mengaku pernah ditawari suap hingga Rp1 triliun. Namun, ia tegas menolak. “Jangankan itu, perusahaan racun tikus yang dulu membuat hidup saya cukup, saya tutup. Semua harus dilakukan dengan cara yang benar,” katanya.

Amran juga membiayai sendiri operasional jet pribadi yang digunakan untuk aktivitasnya sebagai menteri. “Itu kecil dibandingkan pengorbanan para pahlawan kita yang menyerahkan nyawa untuk negeri ini,” ucapnya.

Amran menyadari bahwa korupsi adalah penyakit yang menggerogoti masa depan bangsa. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pendidikan moral sejak dini.

“Negara ini tidak akan maju jika kita poco-poco, dua kali maju, dua kali mundur. Kita harus berani melakukan sesuatu sekarang untuk generasi kita,” pungkasnya.

Jakarta: Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, dikenal dengan pendekatan unik dan tegas dalam menjalankan tugasnya. Dari memerangi tikus di lahan pertanian hingga “tikus-tikus” korupsi di lingkungan Kementerian, Amran membuktikan bahwa integritas dan kerja keras mampu membawa perubahan nyata.

Awal Mula Penelitian Racun Tikus

Cerita Amran tentang racun tikus dimulai sejak ia menjadi mahasiswa jurusan pertanian pada akhir 1980-an. Saat itu, ia hidup pas-pasan di kos-kosan kecil, namun tekadnya untuk menciptakan solusi bermanfaat bagi petani sangat kuat.
 
“Kami ingat tahun 1989 waktu kuliah, hidup serba pas-pasan. Saya berpikir, kalau keluar hanya dengan IPK dan ijazah, bisa jadi saya tidak diterima kerja karena tidak punya koneksi keluarga pejabat. Jadi, saya harus menemukan sesuatu yang dibutuhkan orang banyak,” kata Amran dalam Program Kick Andy, Metro TV, yang diunggah di kanal YouTube Metro TV, Minggu 7 Desember 2024.
 
Baca juga: Pede Betul! Mentan Yakin Indonesia Bebas Impor Beras Tahun Depan
Ia mencoba berbagai penelitian, mulai dari pupuk, biogas, hingga racun tikus. Pilihannya jatuh pada racun tikus karena dianggap paling murah. Setelah tiga tahun penelitian, ia berhasil menciptakan formula racun tikus yang efektif dan mendapatkan hak paten pada 1995. Namun, perjuangannya tidak berhenti di situ. 
 
“Kami jual Rp100 per biji, tidak laku. Turunkan ke Rp50, tetap tidak laku. Bahkan saat kami kasih gratis, orang takut menerimanya,” kenangnya.
 
Amran terus berjuang memasarkan racun tikus itu selama 13 tahun hingga akhirnya berhasil membantu petani di seluruh Indonesia mengatasi hama tikus yang menyebabkan kerugian besar.

Berantas “Tikus” Korupsi di Kementan

Tak hanya memberantas tikus hama, Amran juga dikenal sebagai menteri yang berani memberantas “tikus-tikus” korupsi di Kementerian Pertanian. Ia menegaskan bahwa sikap ini bukan hanya perintah Presiden, tetapi juga nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuanya sejak kecil.
 
“Ayah saya selalu bilang, jangan pernah makan kalau bukan hakmu. Itu warisan yang tidak akan pernah saya lupakan,” ujar Amran.
 
Baru-baru ini bawah kepemimpinannya, Kementerian Pertanian telah menindak 11 pegawai yang terlibat korupsi. “Kami sebar nomor HP saya ke publik. Jika ada yang melapor, kerahasiaan mereka kami jaga. Baru-baru ini, seorang guru besar dan calon bupati melapor ada permainan di dalam. Hanya dalam lima menit, pelaku mengaku,” ungkap Amran.
 
Amran menolak anggapan bahwa pengungkapan kasus korupsi di kementeriannya menunjukkan kegagalan. “Justru kita malu di depan Tuhan jika membiarkan kejahatan. Membiarkan itu sama dengan beternak kejahatan. Negeri ini tidak akan maju kalau kita terus diam,” tegasnya.

Ketegasan yang Mengakar Sejak Kecil

Ketegasan Amran dalam menegakkan integritas ternyata berakar dari didikan keluarganya. Ia mengenang pengalaman masa kecilnya ketika menemukan uang Rp5 di pasar dan membawanya pulang.
 
“Ayah saya langsung mengambil kayu dan memukul tangan saya. Dia bilang itu bukan hak saya. Kami disuruh mengembalikan uang itu ke tempat semula,” cerita Amran.
 
Pengalaman itu menjadi nilai dasar dalam hidupnya: integritas tidak bisa dikompromikan.

Menolak Suap Hingga Menutup Perusahaan

Dalam kariernya, Amran juga mengaku pernah ditawari suap hingga Rp1 triliun. Namun, ia tegas menolak. “Jangankan itu, perusahaan racun tikus yang dulu membuat hidup saya cukup, saya tutup. Semua harus dilakukan dengan cara yang benar,” katanya.
 
Amran juga membiayai sendiri operasional jet pribadi yang digunakan untuk aktivitasnya sebagai menteri. “Itu kecil dibandingkan pengorbanan para pahlawan kita yang menyerahkan nyawa untuk negeri ini,” ucapnya.
 
Amran menyadari bahwa korupsi adalah penyakit yang menggerogoti masa depan bangsa. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pendidikan moral sejak dini.
 
“Negara ini tidak akan maju jika kita poco-poco, dua kali maju, dua kali mundur. Kita harus berani melakukan sesuatu sekarang untuk generasi kita,” pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(DHI)