Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH menekankan, pentingnya memiliki kesadaran terkait deteksi dini untuk mengetahui adanya penyakit ginjal kronik (PKG).
Diketahui PGK merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang sudah berlangsung selama minimal 3 bulan, dengan dampak pada kesehatan,walaupun sering tidak bergejala dan tidak dirasakan.
Salah satu kelompok yang paling berisiko adalah pasien dengan Diabetes Tipe 2, dengan sekitar 40 persen diantaranya mengalami komplikasi PGK ini.
Sayangnya, banyak penyandangnya tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami PGK hingga sudah mencapai tahapan lanjut.
Ia memaparkan, cara mudah dan sederhana untuk mendeteksi adalah dengan rutin memeriksa urin (UACR) dan darah (ureum, kreatinin).
“Karena masih banyak pasien diabetes tipe 2 yang belum menyadari bagaimana memelihara kesehatan ginjal dan apa yang perlu dilakukan bila kemudian fungsi ginjalnya menurun.”
“Ditekankan bahwa pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kreatinin darah dan rasio albumin-kreatinin urin (UACR) menjadi upaya penting untuk mendeteksi adanya penyakit ginjal kronik (PGK) sejak dini,” tutur dia dalam kegiatan Bayer di Jakarta, Kamis (13/3/2025).
Ada 5 tahap penyakit ginjal menjadi kronis.
Dokter Tunggul menyebut, banyak pasien yang baru mengetahui kondisi mereka ketika ginjalnya sudah mengalami kerusakan signifikan atau berada ditahap 4 – 5.
Padahal, jika dideteksi dan ditangani lebih awal, risiko progresi ke gagal ginjal bisa dikurangi.
“Faktanya, hingga 80 persen kasus PGK sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diperlambat dengan intervensi yang tepat,” kata dokter Tunggul.
Selain deteksi dini, pendekatan pengobatan yang komprehensif juga dibutuhkan untuk mencegah PGK.
Pengobatan standar PGK yaitu mengendalikan faktor-faktor resiko/penyebabnya meliputi pengaturan diet/asupan makanan (metabolik) dan pengendalian Tekanan Darah (hemodinamik).
Kemudian, perkembangan sains dan teknologi di bidang kesehatan telah menghadirkan berbagai solusi inovatif yang dapat membantu memperlambat progresi PGK, terutama pada pasien Diabetes Tipe 2.
“Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa inflamasi dan fibrosis (kerusakan) berperan besar dalam mempercepat kerusakan ginjal. Oleh karena itu, strategi terapi yang menargetkan mekanisme ini menjadi salah satu langkah penting dalam pengelolaan PGK,” lanjut dr. Tunggul.
Dokter Tunggul menjelaskan lebih lanjut bahwa Finerenone, sebagai terapi obat inovatif, dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam memperlambat progresi PGK pada pasien Diabetes Tipe 2, dengan cara menghambat reseptor mineralokortikoid.
Berdasarkan penelitian American Society of Nephrology (ASN) Kidney Week 2021, terapi obat dengan Finerenone menunjukkan penurunan risiko progresi PGK pada pasien Diabetes tipe 2 serta mampu menurunkan risiko kejadian dialisis sebesar 36 persen.