Jombang (beritajatim.com) – Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LTN PCNU) Jombang menggelar Workshop dan Pelatihan Digitalisasi Informasi bertajuk Santri Melek Digital pada Sabtu hingga Minggu, 11-12 Oktober 2025.
Acara ini digelar di Aula PCNU Jombang dan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari berbagai delegasi, termasuk LTN MWCNU dan badan otonom NU seperti IPNU-IPPNU dan Fatayat NU.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan wawasan baru mengenai pentingnya literasi digital dan bagaimana memanfaatkan media sosial secara efektif, khususnya bagi kalangan santri dan generasi muda. “Pelatihan digital seperti ini penting untuk menjawab perkembangan era digital yang semakin cepat dan dinamis,” ujar Ketua LTN PCNU Jombang, Muhammad Syafi’i, Minggu (12/10/2025).
Empat narasumber andal turut memeriahkan acara ini, masing-masing memberikan materi terkait pengelolaan media sosial dan konten digital. Anik Wulansari membuka sesi dengan materi tentang literasi digital dan pengelolaan media sosial, diikuti oleh Cak Ukil, seorang YouTuber yang sedang naik daun, yang membahas konten kreator dan teknik editing video.
Sesi selanjutnya diisi oleh Achmad Fatoni dengan pembahasan mengenai dokumentasi dan design grafis, serta Gus Haidar yang menyampaikan materi bertajuk Mengembangkan media informasi dan sosmed di lingkungan NU.
Pelatihan ini juga menjadi bagian dari rangkaian memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025, dengan harapan agar para peserta dapat lebih mengembangkan kapasitasnya dalam menyampaikan pesan positif melalui platform digital.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua PCNU Jombang bidang Informasi dan Digitalisasi, Musta’in Dzul Azmi, juga memberikan pandangannya tentang peran penting media sosial. “Tantangan bagi kita adalah bagaimana menciptakan konten-konten yang bisa mengonter isu-isu miring tentang NU,” ujar Gus Azmi, panggilan akrabnya.
Dia menekankan bahwa media sosial kini menjadi alat yang efektif untuk menampilkan sisi positif pesantren, terutama pesantren NU, yang seringkali disalahpahami oleh masyarakat.
Lebih lanjut, Gus Azmi menjelaskan bahwa santri memiliki modal berharga berupa ilmu dan akhlak, yang bisa dijadikan nilai tambah dalam menciptakan konten-konten yang bermanfaat. “Dengan adanya pelatihan ini, saya berharap para peserta bisa lebih aktif berjejaring dan memperkuat nilai-nilai ke-Aswaja-an di kalangan generasi muda,” tuturnya.
Workshop ini menggarisbawahi pentingnya peran anak muda sebagai penggerak media sosial dan membuka jalan bagi mereka untuk menciptakan konten yang berkualitas, positif, dan edukatif. Dengan ilmu dan keterampilan yang diperoleh, para peserta diharapkan dapat menjadi agen perubahan di dunia maya dan berkontribusi untuk memperkuat eksistensi pesantren dalam era digital. [suf]
