ByteDance Siapkan Miliaran Dolar AS untuk Bangun Infrastruktur AI, Persaingan Makin Ketat

ByteDance Siapkan Miliaran Dolar AS untuk Bangun Infrastruktur AI, Persaingan Makin Ketat

Bisnis.com, JAKARTA — Korporasi pemilik TikTok, ByteDance, dikabarkan menyusun rencana awal belanja modal atau capital expenditure sebesar 160 miliar yuan (setara US$22,7 miliar) pada 2026 untuk membangun infrastruktur kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Dilansir dari Reuters pada Selasa (23/12/2025), hal tersebut dilaporkan oleh Financial Times, mengutip narasumber yang mengetahui masalah tersebut.

Meskipun demikian, pihak ByteDance belum memberikan respons atas informasi tersebut.

Berita ini menyusul kabar Nvidia yang menyampaikan kepada para kliennya di China bahwa perusahaan tersebut menargetkan untuk mulai mengirimkan cip AI terkuat kedua mereka, yaitu Nvidia H200, ke negara tersebut. Pengiriman akan dilakukan sebelum libur Tahun Baru Imlek pada pertengahan Februari, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (27/12/2025).

Bytedance sendiri, bersama perusahaan raksasa China lainnya, telah menyatakan minat untuk membeli chip H200. Potensi pengiriman ini akan memberikan akses ke prosesor yang kira-kira enam kali lebih kuat dibandingkan H20, yaitu chip dengan spesifikasi yang sengaja diturunkan yang dirancang khusus oleh Nvidia untuk pasar China.

Nvidia berencana memenuhi pesanan awal dari stok yang tersedia, dengan total pengiriman diperkirakan mencapai 5.000 hingga 10.000 modul chip, menurut sumber yang mengetahui hal tersebut kepada Reuters. Jumlah modul tersebut setara dengan 40.000 hingga 80.000 unit chip AI H200.

Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut menginformasikan kepada kliennya di China bahwa mereka berencana menambah kapasitas produksi baru untuk chip tersebut. pesanan untuk kapasitas baru ini akan dibuka pada kuartal II/2026.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mengizinkan Nvidia untuk mengekspor prosesor H200 ke China dengan 25% biaya tambahan atas penjualan tersebut. Kebijakan ini dilakukan setelah sebelumnya AS melarang pengiriman cip AI canggih ke China dengan alasan keamanan nasional dan keunggulan dalam industri AI.

Meski terdapat kemajuan, sebenarnya Pemerintah China belum menyetujui pembelian H200 apa pun dan jadwal tadi juga bisa saja berubah tergantung pada keputusan pemerintah. Oleh karena itu, masih terdapat ketidakpastian yang besar mengenai pergerakan dalam industri AI ini.

​”Seluruh rencana ini bergantung pada persetujuan pemerintah,” kata satu sumber kepada Reuters.

Di lain sisi, Nvidia mengatakan bahwa mereka tetap menjaga rantai pasoknya.

“Penjualan berlisensi H200 kepada pelanggan resmi di China tidak akan berdampak pada kemampuan kami untuk memasok pelanggan di Amerika Serikat,” kata Nvidia kepada Reuters.

Cip H200 yang akan dikirim, yang merupakan bagian dari lini generasi sebelumnya milik Nvidia, masih digunakan secara luas dalam AI. Walaupun begitu, H200 telah memiliki penerus, yakni chip “Blackwell” yang lebih baru. 

Nvidia kini memfokuskan produksi pada Blackwell dan lini “Rubin” yang akan datang. Oleh karena itu, pasokan H200 menjadi langka.

SoftBank gelontorkan dana untuk mendukung OpenAI

Masih dalam industri AI, SoftBank Group dikabarkan tengah berpacu untuk menyelesaikan komitmen pendanaan senilai US$22,5 miliar kepada OpenAI pada akhir tahun ini. 

Upaya tersebut dilakukan melalui serangkaian skema penggalangan dana tunai, termasuk penjualan sejumlah investasi, seperti dilaporkan oleh sumber lain kepada Reuters. SoftBank juga dapat memanfaatkan fasilitas pinjaman margin yang belum ditarik (undrawn margin loans) dengan jaminan kepemilikan berharganya di perusahaan chip Arm Holdings.

Langkah ini merupakan salah satu langkah terbesar yang pernah dilakukan oleh CEO SoftBank Masayoshi Son. Saat ini, miliarder Jepang tersebut untuk memperbaiki posisi perusahaannya dalam perlombaan AI.

Untuk mendapatkan dana tersebut, Son telah menjual seluruh saham SoftBank senilai US$5,8 miliar di Nvidia, melepas kepemilikan senilai US$4,8 miliar di T-Mobile, serta memangkas jumlah karyawan.

Son juga telah memperlambat sebagian besar kesepakatan bisnis lainnya di Vision Fund, yaitu modal ventura milik SoftBank, secara drastis. Setiap kesepakatan di atas US$50 juta kini juga dikabarkan memerlukan persetujuan langsung dari Son.

SoftBank  saat ini juga berupaya membawa operator aplikasi pembayarannya, PayPay, untuk melantai di bursa (go public). Penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) yang semula diperkirakan terjadi bulan ini, akhirnya terpaksa ditunda akibat penutupan layanan pemerintah AS selama 43 hari yang berakhir pada November 2025 lalu. Menurut sumber, debut pasar PayPay, yang kemungkinan akan menggalang dana lebih dari US$20 miliar, kini diperkirakan terjadi pada kuartal I/2026.

SoftBank pun tengah berupaya mencairkan sebagian kepemilikannya di Didi Global, yaitu operator platform transportasi daring yang dominan di China. Didi diketahui sedang berupaya mencatatkan sahamnya di Hong Kong setelah tindakan keras regulasi memaksanya keluar dari bursa AS pada 2021, menurut seorang sumber. 

Dengan semua pergerakan yang terjadi di dalam SoftBank, para manajer investasi di Vision Fund kini diarahkan untuk fokus pada kesepakatan OpenAI.

Upaya keras SoftBank untuk mengumpulkan dana ini memberikan gambaran mengenai tekanan yang dihadapi para investor saat mereka berjuang membiayai proyek pusat data AI ambisius, bahkan bagi para investor terbesar dunia. Sebagai informasi, pusat data AI bisa bernilai ratusan miliar dolar AS. (Laurensius Katon Kandela)