Buku ini mengajak pembaca menyelami evolusi kuliner jalanan Jakarta melalui cerita yang hidup dan ilustrasi yang memikat. Mulai dari garis waktu sejarah yang menelusuri jejak makanan jalanan sejak era kolonial hingga kehadiran platform digital seperti aplikasi pesan-antar, buku ini menunjukkan bagaimana kuliner jalanan beradaptasi dengan zaman.
Wawancara mendalam dengan pedagang legendaris menghidupkan kisah di balik warung-warung sederhana, sementara studi kasus tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengungkap bagaimana beberapa di antaranya berkembang menjadi ikon nasional. Buku ini juga menawarkan panduan praktis untuk menjaga kualitas dan membangun merek, menjadikannya inspirasi bagi pelaku usaha kuliner.
“Penghargaan ini untuk para pedagang yang bangun sebelum fajar dan menyajikan makanan dengan jiwa. Ini untuk setiap warung sederhana, setiap panggangan berapi, dan setiap gerobak dengan cerita,” terang Jureke salah satu penulis di buku ini.
Kuliner jalanan Jakarta, atau yang akrab disebut “kaki lima,” adalah cerminan identitas kota yang multikultural. Dipengaruhi oleh tradisi Tionghoa, Arab, India, dan Eropa, makanan seperti soto Betawi, kerak telor, atau nasi goreng tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga menceritakan sejarah Jakarta.
Dalam kategori Street Food C15, buku The Evolution of Jakarta’s Street Food bersaing dengan ratusan judul dari seluruh dunia. Buku Guida Street Food 2025 (edisi ke-10) dari Italia, yang diterbitkan oleh Gambero Rosso, berhasil meraih posisi pertama, sementara Indonesia dengan bangga menempati posisi kedua—sebuah pencapaian pertama untuk buku yang berfokus pada kuliner jalanan Jakarta.
Sumber: Merdeka.com
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282508/original/050868000_1752477684-newsCover_2025_7_14_1752470177042-30u1y__1_.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)