Buku Sejarah Indonesia Bakal Dirilis di Momen HUT ke-80 RI

Buku Sejarah Indonesia Bakal Dirilis di Momen HUT ke-80 RI

JAKARTA – Buku sejarah bukan sekadar rangkaian kronologi masa lalu, tetapi juga cerminan cara suatu bangsa memahami dirinya. Di tengah perubahan zaman dan temuan baru, sejarah perlu terus diperbarui agar tetap relevan dan mencerminkan identitas sejati bangsa.

Oleh karena itu, revisi terhadap buku sejarah nasional Indonesia menjadi langkah penting untuk menyusun kembali narasi kebangsaan dari perspektif yang lebih utuh dan berimbang bukan dari sudut pandang kolonial.

Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan, menyampaikan bahwa buku sejarah Indonesia versi terbaru dijadwalkan akan diluncurkan sebagai bagian dari perayaan 80 tahun kemerdekaan Indonesia.

“Peluncurannya akan bertepatan dengan 80 tahun Indonesia merdeka. Saat itu, kita akan memiliki buku sejarah nasional Indonesia yang telah diperbarui,” ungkap Restu saat ditemui di kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta, seperti dikutip ANTARA.

Meski belum menyebutkan tanggal pasti peluncuran, Restu menjelaskan bahwa naskah buku tersebut kini tengah dalam tahap penelaahan dan penyuntingan akhir. Sebelumnya, naskah tersebut telah melalui uji publik di empat kota, yakni di Universitas Indonesia (Depok), Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Negeri Padang, dan Universitas Negeri Makassar.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menekankan pentingnya keterlibatan para ahli dalam proyek penulisan ulang sejarah nasional ini. Menurutnya, proses ini harus dijalankan oleh sejarawan berkompeten agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

“Kita tidak bisa menyerahkan penulisan sejarah nasional kepada orang yang bukan ahlinya,” tegas Fadli.

Fadli juga menyampaikan bahwa buku sejarah ini tidak dimaksudkan untuk mencakup seluruh detail perjalanan bangsa, melainkan menyajikan garis besar atau inti utama sejarah Indonesia dalam 10 jilid buku. “Kalau mau memuat semuanya, mungkin butuh 100 jilid,” ujarnya sambil tersenyum.

Dalam proyek besar ini, Kementerian Kebudayaan menggandeng 112 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Penulisan ulang ini bertujuan menyajikan sejarah dari sudut pandang bangsa Indonesia sendiri, bukan dari narasi penjajahan.

Fadli menambahkan, banyak temuan baru yang perlu dimasukkan ke dalam buku sejarah terbaru ini, seperti lukisan purba berusia 51.200 tahun yang ditemukan pada 2003. Temuan seperti ini menegaskan bahwa sejarah Indonesia terus berkembang dan perlu selalu diperbarui agar tidak tertinggal oleh kemajuan ilmu pengetahuan.

Ia juga memastikan bahwa penulisan sejarah ini dilakukan secara transparan dan terbuka terhadap perdebatan ilmiah. Tidak ada upaya menutup-nutupi fakta sejarah, karena sejarah yang sehat justru terbentuk dari ruang dialog yang terbuka.

Buku ini, lanjut Fadli, tidak hanya menjadi dokumentasi perjalanan bangsa, tetapi juga alat reflektif untuk memperkuat kesadaran kolektif dan solidaritas antar generasi. Penulisan ulang ini diharapkan dapat menegaskan kembali arah perjuangan dan cita-cita bangsa sebagaimana diwariskan oleh para pendiri negara.