Namun demikian, ia menilai Prabowo menunjukkan kecerdasan dan ketegasan politiknya dengan tidak memberikan ruang yang terlalu besar bagi Projo.
“Saya melihat Prabowo juga pintar, cerdas, dan saya yakin banyak masyarakat masukan-masukan yang memberikan nilai dan juga prioritas beserta urgensi memberikan perhatian lebih dan panggung terhadap Projo,” Heru menuturkan.
“Dan saya yakin dengan tidak hadirnya Prabowo ke penutupan rakernas Projo yang ketiga tersebut menunjukkan bahwa hegemoni atau pengaruh dan juga upaya-upaya pemerkosaan terhadap Prabowo yang dilakukan Budi Arie gagal total,” tambahnya.
Heru menegaskan, kegagalan itu terjadi meski Projo sudah berusaha keras mengubah identitasnya agar terlihat mendukung Prabowo secara penuh.
“Projo gagal total, kendati Projo sudah melakukan maksimal bergening posisi dengan memberikan peluang, mungkin memberikan peluang logo Projo akan diganti dengan gambarnya Prabowo. Bahkan mungkin juga singkatan dari Projo akan diganti sedemikian rupa hingga dukungannya kelihatan mendukung Prabowo,” kata Heru.
Ia juga mengungkap adanya rencana politik yang lebih ekstrem dalam tubuh relawan tersebut.
“Yang lebih penting lagi bahwa sepertinya dalam rekomendasi politik disebutkan Projo akan mendukung Prabowo dua periode tanpa Gibran,” terangnya.
Heru menuturkan, langkah tersebut justru memperlihatkan bahwa Budi Arie dan kelompoknya kini kehilangan arah dan kekuatan politik.
“Ini sudah jelas bagaimana upaya-upaya maksimal dan saya sebutkan sebagai pemerkosaan politik yang dilakukan Projo terhadap Prabowo gagal total dan bahkan juga sepertinya Projo dan Budi Arie betul-betul akan menjadi gelandangan relawan. Pada akhirnya sudah disingkirkan dari lingkungan Jokowi dan bahkan tidak diberi kesempatan di internal Prabowo,” imbuhnya.
