Lebih jauh, Reza menjelaskan bahwa bahaya mikroplastik semakin meningkat seiring dengan ukuran partikel yang semakin kecil. Jika ukurannya di bawah 50 mikron, partikel tersebut bisa lebih mudah menembus saluran pernapasan dan bahkan masuk ke sistem peredaran darah.
“Kalau itu terjadi, partikel mikroplastik bisa masuk ke jantung dan mengganggu fungsi organ. Indikasinya memang ke arah sana semua,” ungkap Reza.
Tingkat peradangan yang ditimbulkan akibat paparan mikroplastik, kata dia, bisa berbeda pada setiap individu tergantung pada kondisi fisik dan daya tahan tubuh masing-masing.
Reza menekankan bahwa penanganan ancaman mikroplastik tidak bisa dilakukan oleh peneliti saja. Diperlukan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah daerah, kementerian, dan lembaga riset untuk memetakan sumber kontaminasi dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
“Kami berkolaborasi dengan Pemprov DKI dan Kementerian Lingkungan Hidup. Setiap kali kami akan merilis hasil penelitian, kami selalu menginformasikan dulu kepada para pemangku kepentingan,” tutur Reza.
Ia menegaskan, peningkatan kesadaran publik dan pengawasan lingkungan harus menjadi prioritas bersama untuk mencegah dampak jangka panjang dari mikroplastik yang kini mulai terdeteksi di air hujan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5390222/original/058068800_1761268958-Mikroplastik_di_udara.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)