BRI Catat Bisnis UMKM Tetap Tumbuh di Tengah Kenaikan Inflasi

21 November 2022, 10:30

INFO BISNIS – PT Bank Rakyat Indoenesia (Persero) Tbk. mencatat sektor UMKM masih menunjukan pertumbuhan bisnis di tengah tantangan laju kenaikan inflasi. Pertumbuhan positif bisnis UMKM kuartal III-2022 tergambar dari skor indeks bisnis UMKM yang berhasil meraih skor 103,2.Capain skor tersebut diinterpretasikan dalam fase optimistis karena berada di atas level 100,0. Hasil skor diperoleh dari survei yang melibatkan 7.090 responden UMKM pada seluruh sektor ekonomi di 33 provinsi.Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan bahwa UMKM memiliki multiplier effect yang kuat terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karenanya, dirinya berkomitmen BRI akan terus fokus menumbuhkembangkan UMKM di tengah kenaikan inflasi saat ini melalui pemberdayaan dan pembiayaan yang komprehensif.“Sebanyak 60,51 persen PDB Indonesia disumbangkan dari sektor UMKM dan hal itu yang menjadi perhatian kami untuk menjaga UMKM dapat tetap tumbuh menghadapi berbagai tantangan ekonomi, termasuk inflasi. BRI terus mengalokasikan resources yang dimiliki untuk memberdayakan dan menumbuhkembangkan UMKM,” ujarnya.Sejumlah faktor menjadi penopang pertumbuhan bisnis UMKM pada kuartal III-2022. Pertama, Pandemi COVID-19 yang cenderung terkendali. Kedua, kegiatan tatap muka, baik work from office (WFO) dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang semakin meningkat. Ketiga, kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) berimplikasi positif terhadap tekanan inflasi dan daya beli masyarakat sehingga omzet pelaku UMKM masih mampu meningkat.Kendati demikian, Indeks Bisnis UMKM pada kuartal III-2022 ini mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya dengan skor 109,4. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan volume penjualan pasca-Idulfitri dan kenaikan harga BBM bersubsidi pada September 2022. Lalu, survey ini mengungkap bahwa sebagian pelaku UMKM menurunkan pembelian bahan baku akibat kenaikan harga sehingga volume produksi mengalami penurunan.Selain itu, curah hujan yang relatif tinggi menyebabkan adanya gagal panen tanaman hortikultura, nelayan terkendala melaut, dan membuat aktivitas harian pertambangan dan konstruksi mengalami hambatan. Hampir seluruh komponen penyusun Indeks Bisnis UMKM kuartal III-2022 mengalami penurunan. Hal terbesar terjadi pada komponen volume produksi/penjualan dikarenakan berlalunya periode lebaran membuat permintaan kembali ke level normal.Selain itu, rata-rata harga jual mengalami kenaikan meski tidak setinggi kuartal sebelumnya, mengingat sebagian pelaku UMKM tidak menaikkan harga jual agar volume penjualannya tidak semakin tergerus. Dengan volume penjualan yang terbatas dan kenaikan harga jual yang lebih kecil, membuat omset penjualan ikut menurun.Selanjutnya, dengan harga bahan baku yang meningkat dan penjualan yang melemah, membuat pertumbuhan pemesanan dan persediaan barang input serta persediaan barang melambat.Dilihat secara sektoral, bisnis UMKM masih mampu tumbuh terbatas, kecuali sektor pertanian. Penurunan bisnis UMKM sektor pertanian disebabkan oleh harga barang input yang relatif tinggi dan sulit didapat, adanya serangan penyakit pada ternak dan hama tanaman, faktor cuaca yang kurang kondusif, dan harga beberapa komoditas perkebunan yang menurun seperti karet dan kelapa sawit.Sementara itu, sektor hotel dan restoran mengalami perlambatan pertumbuhan karena tingkat penjualan kembali ke level normal setelah berlalunya periode lebaran serta daya beli masyarakat yang menurun.Indeks Ekspektasi dalam Fase OptimistisMeskipun pertumbuhan bisnis UMKM melambat, namun sebagian besar pelaku UMKM tetap optimistis terhadap kinerja usahanya pada kuartal IV-2022. Hal ini dapat dilihat dari indeks ekspektasi bisnis UMKM yang berada di level 126,5 atau dalam fase optimistis.Hasil survey ini menyebut efek kenaikan harga BBM bersubsidi cenderung bersifat sementara sehingga pelaku UMKM optimistis bisnisnya dapat lebih ekspansif pada kuartal IV-2022. Hal ini ditopang oleh hasil survey Ekspektasi Indeks Sentimen pebisnis UMKM yang tetap berada pada level yang tinggi yaitu 134,6, jauh diatas ambang batas 100.Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan bisnis UMKM, maka sentimen pebisnis UMKM terhadap perekonomian dan usaha secara umum juga menurun, namun masih tetap kondusif. Hal ini tercermin pada Indeks Sentimen Bisnis (ISB) UMKM dari 126,1 pada kuartal II-2022 menjadi 114,6 pada kuartal III-2022. Meski begitu, ISB UMKM pada kuartal III-2022 ini masih mampu melewati ambang batas 100,00 sehingga dapat diindikasikan masih kondusif.Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya penilaian mereka terhadap kondisi ekonomi secara umum, sektor usaha dan usahanya saat ini, seperti terlihat pada Indeks Situasi Sekarang (ISS) yang menurun dari level 109,2 menjadi 94,7. Pelaku UMKM melihat adanya kenaikan harga BBM bersubsidi yang membuat pertumbuhan bisnis UMKM melambat.Terkait dengan kemampuan pemerintah menjalankan tugas-tugas utamanya, mayoritas pelaku UMKM tetap yakin pemerintah mampu menjalankannya dengan baik, seperti tercermin pada Indeks Kepercayaan pelaku UMKM kepada Pemerintah (IKP) yang tetap berada di level yang tinggi, yakni 127,2 pada kuartal-III 2022. Pelaku UMKM terutama memberikan penilaian yang tinggi terhadap kemampuan pemerintah menciptakan rasa aman, tentram serta menyediakan dan merawat infrastruktur.Sebanyak 70 persen pelaku UMKM menilai pemerintah memiliki kinerja yang baik dalam menangani pandemi COVID-19. Namun, hasil IKP ini menurun dibandingkan kuartal sebelumnya di 133,9.Sementara itu kenaikan harga BBM bersubsidi yang menyebabkan peningkatan inflasi dan menahan pertumbuhan bisnis UMKM, namun indeks komponen ini masih cukup baik atau masih jauh di atas ambang batas 100 yaitu 111,4 pada kuartal III-2022.Selanjutnya kenaikan harga BBM bersubsidi cenderung memberikan pengaruh terhadap kinerja usaha pelaku UMKM. Meskipun cukup banyak (41,6 persen) pelaku UMKM yang melaporkan harga jual produknya meningkat, namun ada 67,7 persen pelaku UMKM yang melaporkan total biaya usahanya meningkat.Kemudian terdapat 30,3 persen yang menyatakan volume produksi atau penjualannya menurun dan 36,1 persen menyatakan nilai penjualan menurun, sehingga terdapat 41,2% pelaku UMKM menyatakan keuntungan usahanya juga menurun.Hal tersebut menyebabkan 36,6 persen pelaku UMKM menyatakan pendapatan rumah tangganya juga ikut menurun. Sementara 75,4 persen pelaku UMKM yang merasakan kenaikan pengeluaran rumah tangga karena adanya kenaikan harga-harga.Sebagai informasi, survei yang dijalankan BRI di 33 provinsi dan melibatkan 7.090 responden UMKM, menggunakan metode stratified systematic random sampling, sehingga dapat merepresentasikan sektor usaha, propinsi dan skala usaha. Survei ini dilakukan oleh BRI Research Institute pada tanggal 27 September – 17 Oktober 2022. Wawancara dilakukan melalui telepon dengan pengawasan mutu yang ketat sehingga data yang terkumpul valid dan reliable.Informasi yang dikumpulkan dalam survei ini adalah persepsi pelaku usaha UMKM terhadap perkembangan dan prospek perekonomian secara umum, sektor usaha responden serta perkembangan dan proyeksi kinerja usaha responden. Informasi ini digunakan untuk menyusun Indeks Aktivitas Bisnis (IAB), Indeks Sentimen Bisnis (ISB) serta Indeks Kepercayaan Pelaku (IKP) usaha UMKM kepada pemerintah. (*)

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi