JAKARTA – Botox disebut dapat mempengaruhi kehidupan seksual seseorang, baik secara positif maupun negatif. Hal tersebut tergantung pada area yang disuntik botox dan tujuan perawatannya.
Seperti diketahui, suntik botox bekerja dengan cara menghambat sinyak saraf ke otot. Botox dapat membatasi gerakan wajah, yang pada akhirnya bisa mengorbankan kemampuan untuk mengekspresikan diri.
Kemudian jika botox dilakukan dengan dosis terlalu tinggi dan penempatan tidak tepat, maka dapat membuat ekspresi wajah lebih buruk. Hal ini juga dapat menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot wajah.
“Botox terutama ketika digunakan di bagian atas wajah (dahi atau alis) cenderung membatasi jangkauan gerakan wajah. Ketika ekspresi non-verbal ini hilang, itu menciptakan disonansi emosional,” kata terapis dan konselor hubungan, Ruchi Ruuh, dikutip dari The Established, pada Jumat, 18 Juli 2025.
“Terlalu banyak menyuntikkan botox, terlalu cepat, dapat melumpuhkan otot-otot wajah Anda,” tambahnya.
Dengan otot-otot wajah yang tidak bekerja dengan baik akibat botox tersebut, wajah kurang ekspresif yang bisa menyulitkan saat berhubungan seksual. Ekspresi yang tidak tergambarkan dengan baik membuat pasangan Anda sulit menerka perasaan Anda saat berhubungan seksual.
“Jika wajah Anda menjadi kurang ekspresif akan sulit bagi pasangan Anda untuk membaca bagaimana perasaan Anda saat berhubungan seksual,” tuturnya.
Seks memang kegiatan bersifat fisik, tetapi emosional yang mengalir dari ekspresi wajah juga sangat berpengaruh. Perasaan emosional yang tidak diekspresikan dengan baik melalui wajah dapat membuat seks kurang bermakna.
“Mengekspresikan bagaimana perasaan Anda pada saat itu, melalui kontak mata, senyum, suara, atau bahkan sedikit tertawa adalah bagian besar dari membuat seks terasa terhubung dan bermakna,” pungkasnya.
