Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan mengungkapkan jumlah penduduk miskin di wilayah nikel di Indonesia turun semenjak dilakukan hilirisasi.
Menurut Luhut, pada 2015 sebelum dilakukan hilirisasi, angka kemiskinan di Sulawesi Tengah mencapai 14,7 persen. Namun, pada 2023 berkurang menjadi hanya 12,4 persen saja orang miskin dari total penduduknya.
“Jadi turun kemiskinan di sana. Nah itu apa? ya karena pembangunan ekonomi di sana,” ungkap Luhut dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Rabu (24/1).
Selanjutnya, di Morowali, pada 2015 angka penduduk miskinnya mencapai 15,8 persen dan pada 2023 turun menjadi hanya 12,3 persen penduduk miskinnya.
“Jadi juga terjadi cukup perbaikan-perbaikan di sana,” jelasnya.
Luhut mengatakan penurunan itu memang belum signifikan. Karena itu kemudian pemerintah membangun politeknik di wilayah pertambangan di Tanah Air agar penduduknya mendapatkan pendidikan yang layak.
Ia mengatakan itu dibangun karena pemerintah menilai proses industri tak bisa lepas dari kualitas pendidikan.
“Sekali-kali berkunjung deh ke Politeknik, itu menurut saya bagus dan guru-guru nya juga kelas-kelas, ada dari ITB, UI yang kita ajak mengajar di sana dan mereka langsung praktik di industrinya dan malah ada yang dikirim ke Tiongkok untuk belajar teknologi ini yang lebih advance lagi dan mereka sekarang bekerja, menjadi bagian dari pembangunan proyek smelter di Sulawesi atau di tempat lain juga,” pungkasnya.
Kemiskinan di daerah hilirisasi tambang menjadi sorotan cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) saat debat cawapres Minggu (21/1) lalu. Imin menyebut hilirisasi yang dilaksanakan tak berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Sulteng pertumbuhan ekonominya 14 persen, tapi rakyatnya masih miskin. Hilirisasi apa yang mau akan kita lakukan? Sementara ilegal masih terus berlanjut,” kata Cak Imin.
(ldy/agt)