Bitcoin Terus Melemah ke Rp1,7 Miliar, Analis Ungkap Penyebabnya

Bitcoin Terus Melemah ke Rp1,7 Miliar, Analis Ungkap Penyebabnya

JAKARTA – Bitcoin terus mengalami tekanan dengan penurunan lebih 8,21% dalam sepekan terakhir, ke level 104.000 (Rp1,73 miliar pada Selasa, 4 November dan jatuh lagi ke 102.000 dolar AS (Rp1,7 miliar) pada Rabu, 5 November.

Sementara itu, beberapa altcoin—khususnya AI dan RWA—mulai menunjukkan performa harga yang lebih stabil. Namun, beberapa altcoin terbesar seperti ETH, XRP, BNB, SOL, LINK, DOGE, HYPE kompak anjlok lebih dari 5% dalam 24 jam terakhir.

Merespon kondisi tersebut, analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai penurunan ini diakibatkan kondisi likuiditas pasar yang semakin ketat di tengah berkembangnya sentimen risk-off pasca paparan The Fed soal tidak pastinya pemangkasan suku bunga di Desember nanti.

“Dengan kombinasi likuiditas ketat dan gejolak makro, terlebih di tengah kondisi shutdown pemerintah AS, Bitcoin sebagai aset risk-on mengalami tekanan yang cukup serius,” jelas Fahmi dalam pernyataannya. 

Menurut Fahmi, Bitcoin saat ini memasuki zona distribusi awal dalam siklus jangka menengahnya, di mana para investor merealisasikan profit tersebut di tengah meningkatnya ketidakpastian ke depan. 

Meskipun kondisi ini belum mengindikasikan telah tercapainya level harga puncak siklus, dan potensi kenaikan lanjutan masih sangat terbuka, menurut Fahmi, investor konservatif mungkin akan lebih memilih untuk mengamankan posisi sambil menunggu kejelasan. 

Terlepas dari penurunan harga yang terjadi, Fahmi melihat ada beberapa indikator yang mengindikasikan bahwa Bitcoin masih menjadi salah satu aset yang menjanjikan potensi menarik bagi investor jangka menengah-panjang. 

“Ini didukung oleh tren akumulasi dan narasi cadangan aset institusional yang masih kuat,” jelasnya.

Sementara bagi traders atau investor yang ingin masuk ke pasar kripto sekarang untuk memanfaatkan potensi rebound, situasi ini bisa menjadi prospek menarik meskipun dengan risiko yang cukup tinggi.