Presiden Vladimir Putin, pada 12 September lalu, mengingatkan bahwa persetujuan Barat untuk langkah itu berarti “keterlibatan langsung negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina” karena infrastruktur dan personel NATO akan dilibatkan dalam menargetkan dan menembakkan rudal.
Pada akhir Oktober lalu, Putin mengatakan Kementerian Pertahanan Rusia sedang mengupayakan cara-cara berbeda untuk merespons, jika AS dan sekutu-sekutu NATO-nya membantu Ukraina dalam menyerang Rusia dengan rudal jarak jauh buatan Barat.
“Saya kira ada beberapa orang di Amerika Serikat yang tidak mengalami kerugian apa pun karena alasan apa pun, atau yang benar-benar berada di luar jaringan sehingga mereka tidak peduli,” sindir Butina, yang pernah mendekam 15 bulan di penjara AS atas tuduhan bertindak sebagai agen Rusia tak terdaftar dan kini menjadi anggota parlemen Rusia dari Partai Rusia Bersatu yang menaungi Putin.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pidato terbarunya, menyebut rudal-rudal itu akan “berbicara sendiri” saat membahas soal izin dari AS tersebut.
“Saat ini, banyak media yang mengatakan bahwa kami telah mendapatkan izin untuk mengambil tindakan yang tepat. Namun serangan tidak akan dilakukan dengan kata-kata. Hal seperti itu tidak diumumkan,” ucapnya.
Gedung Putih dan Pentagon atau Departemen Pertahanan AS menolak untuk mengomentari secara langsung laporan media tersebut.
Sementara Trump belum diketahui secara jelas apakah dia nantinya akan membatalkan keputusan Biden itu. Trump sudah sejak lama mengkritik besarnya bantuan keuangan dan militer AS untuk Ukraina, dan berjanji mengakhiri perang secepatnya, namun tanpa menjelaskan caranya.
(nvc/ita)