Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan penting memulai toilet training pada anak.
Meski, dalam proses ini kerap menjadi tantangan tersendiri, baik bagi orang tua maupun anak itu sendiri.
Toilet training sendiri adalah proses mengajarkan anak untuk menggunakan toilet dengan benar dan teratur, sekaligus mengenali sinyal tubuhnya untuk buang air kecil dan besar.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang IDAI, Meitha PE Togas mengatakan, keterlambatan dalam memulai toilet training dapat berpotensi menyebabkan stres.
Tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi lingkungan seperti tempat penitipan anak dan sekolah.
Lebih lanjut, Meitha pun menjelaskan faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai toilet training.
Pertama, melihat usia usia perkembangan anak.
Dokter Meitha menjelaskan jika pelatihan menggunakan toilet bisa dilakukan pada rentang usia 12-36 bulan.
“Pada usia toddler, di mana periode usia 12 sampai 36 bulan. Pada periode ini anak akan mengeksplorasi lingkungannya dengan sangat cepatnya,” ungkapnya pada Media Briefing dengan topik: Mengenalkan Toilet Training pada Anak yang akan diadakan secara virtual, Selasa (24/12/2024).
Menurut dr Meitha, pada fase ini juga akan muncul fase anal.
Yaitu fase yang tepat mengenalkan anggota tubuh pada anak dengan tujuan memudahkan penggunaan toilet.
“Dan dikatakan bahwa pada usia 24 bulan, anak memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dr Meitha menjelaskan bahwa pada usia 18-30 bulan, kemampuan fisiologis,kognitif dan emosional anak sudah jauh berkembang.
Dan kemampuan ini sangat dibutuhkan untuk menjalani toilet training
Kedua, anak diketahui sudah mampu menahan kencingnya selama 60 sampai 90 menit.
Ketiga, anak sudah mengenal sensasi kandung kemihnya penuh atau tidak.
Keempat, anak harus dapat duduk terus menerus di toilet selama sekitar 15 menit.
Kelima, tentu anak sudah harus mampu menemukan kamar mandi secara mandiri.
“Atau dia mampu mengkomunikasikan kebutuhannya ke toilet,” imbuhnya.
Keenam, anak sudah harus mampu melepas pakaian, menyeka, menyiram, merapikan, dan mencuci tangan setelah melakukan toilet.
“Penting diingat di sini bahwa tidak hanya melihat usianya atau usia perkembangannya. Tapi untuk memulai toilet training, kita juga tidak melakukannya di saat anak dalam keadaan sakit ataupun anak dalam keadaan tegang,”paparnya.
Misalnya, toilet training tidak dilakukan saat baru pindah rumah atau mungkin pindah day care.
“Atau pindah sekolah atau malah ada kelahiran adiknya. Dan toilet training ini juga harus dilakukan dalam kondisi anak senang.. Sehingga dengan suka rela anak akan belajar untuk kemandirian,” tutupnya.