Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Berbagai Pemicu Ini Sebabkan Inflasi Desember 2024 Lebih Tinggi

Berbagai Pemicu Ini Sebabkan Inflasi Desember 2024 Lebih Tinggi

Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sepanjang 2024 serta inflasi Desember 2023.
 
BPS mencatat inflasi Desember 2024 ini sebesar 0,44 persen (month to month).
 
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini merupakan hal yang wajar mengingat adanya perayaan Hari Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 yang turut mendorong konsumsi masyarakat.
“Pada momen Natal Desember 2024, kembali terjadi inflasi sebesar 0,44 persen yang lebih tinggi dari Desember 2023, tetapi tidak setinggi posisi Desember pada 2020 hingga 2022,” kata Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, dilansir Antara, Kamis, 2 Januari 2025.
 
Berdasarkan data BPS, inflasi bulanan pada Desember 2023 tercatat 0,41 persen. Sementara, pada Desember 2020 sampai dengan 2022, inflasi akhir tahun tercatat di level 0,45 persen, 0,57 persen dan 0,66 persen.
 

Penyumbang inflasi
Pudji menjelaskan selama lima tahun terakhir pada setiap Desember, kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi kelompok utama penyumbang inflasi. Sementara itu, komoditas tarif angkutan udara menjadi peredam inflasi pada Desember 2024 dengan andil 0,01 persen.
 
Untuk inflasi Desember 2024, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,33 persen, dan memberikan andil inflasi sebesar 0,38 persen.
 
Adapun komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini yaitu telur ayam ras dan cabai merah yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen.
 
“Sementara itu ada komoditas lain yang memberikan andil inflasi, antara lain ikan segar, cabai rawit, bawang merah dan minyak goreng yang memberikan andil sebesar 0,03 persen, dan bawang putih, sawi hijau, daging ayam ras dan beras yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen,” jelas dia.
 
Lebih lanjut, Pudji merinci berdasarkan komponennya, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan andil inflasi 0,11 persen.
 
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen ini adalah minyak goreng, emas perhiasan dan kopi bubuk. Selanjutnya, komponen diatur pemerintah mengalami inflasi 0,03 persen dan tidak memberikan andil signifikan.
 
“Tidak ada komoditas dominan yang memberikan andil inflasi pada komponen ini,” ucap dia.
 
Kemudian, komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,04 persen dengan andil inflasi 0,33 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi dalam komponen ini adalah telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan bawang putih.
 
Lebih lanjut berdasarkan wilayah, Pudji menambahkan bahwa 35 provinsi mengalami inflasi dan tiga provinsi mengalami deflasi.
 
“Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan yaitu sebesar 2,39 persen, sementara deflasi terdalam terjadi di Maluku sebesar 0,41 persen,” ucap dia.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(ANN)