Jakarta, CNBC Indonesia – Benua Afrika mengalami fenomena retakan tanah tidak biasa yang membuat permukaannya terbelah menjadi dua.
Para ilmuwan memprediksi, retakan di Afrika akan membentuk pulau raksasa baru di wilayah tersebut di masa depan.
Retakan itu disebut sebagai East African Rift (EAR), terbentang sepanjang 6.400 kilometer, dan terlihat jelas di wilayah bagian timur Afrika.
Retakan juga diperkirakan akan terus terjadi sepanjang beberapa juta tahun sehingga pada akhirnya membuat Afrika terbelah menjadi dua bagian.
Namun retakan seismik ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena dijadwalkan akan memakan waktu puluhan juta tahun.
Fenomena ini berbeda dengan retakan yang biasanya terjadi, yakni dikarenakan pergeseran tektonik yang saling menjauh sehingga membuat lapisan kerak Bumi dan mantel Bumi atau Litosfer saling terpisah.
Sementara itu, EAR terjadi karena adanya gerakan tegak lurus dan paralel. Jadi, permukaan Bumi seperti dirobek ke semua arah, demikian dikutip CNBC Indonesia dari Science Alert, Senin (2/12/2024).
Selain itu, fenomena juga disebut akan membuat Afrika akan sering diguncang gempa. Struktur batu pada wilayah terjadi retakan juga akan sering pecah.
Namun terbelahnya sebuah daratan bukanlah cerita baru. Sebelumnya retakan pernah membelah benua dan membentuk Samudera Atlantik Selatan ratusan juta tahun lalu.
Saat itu terjadi, permukaan Afrika terpisah dari Amerika Selatan. Dengan litosfer yang kian menipis membuatnya ambruk dan membentuk lembah. Di sanalah air masuk mengisi ceruk dari magma merembes dari inti Bumi yang membeku.
Nampaknya hal serupa juga akan terjadi di Afrika di masa depan. Dalam puluhan juta tahun mendatang, dasar laut akan membentuk pada retakan tersebut. Samudra juga akan tersambung nantinya.
Pada akhirnya luas Afrika akan menyusut dan terdapat pulau besar di Samudra Hindia. Pulau itu merupakan bagian dari wilayah Ethiopia dan Somalia.
(dem/dem)