PIKIRAN RAKYAT – Kantor Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu menyerang Jalur Gaza lagi, mengkhianati kesepakatan gencatan senjata. Ia menyebutkan, membawa pulang warga mereka yang ditahan Hamas, merupakan alasan utama keputusan ini.
Keterangan tersebut dilaporkan Al Jazeera dari Amman, Yordania, sebab ada larangan media masuk oleh Israel dan Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Netanyahu bersikeras perang ini satu-satunya cara menyelamatkan puluhan sandera. Namun, dengan menyulut kembali perang, Israel justru sama saja menarik diri dari negosiasi fase kedua, dari kesepakatan gencatan senjata.
Seharusnya, pada akhir fase ini, perang berakhir dan kesemua 59 tahanan Israel yang masih ditahan di Gaza dapat terbebas.
Bahkan, para tawanan besar kemungkinan dibebaskan beberapa minggu lalu melalui perundingan. Namun, Israel memilih untuk memulai kembali serangan bom bertubi di Gaza.
Negosiasi tersebut seharusnya sudah dilakukan beberapa pekan ke belakang, bahkan lebih dari sebulan lalu.
Namun, Netanyahu sebagian besar menolak untuk mengirim delegasi ke ibu kota Mesir atau ibu kota Qatar untuk bertemu dengan para mediator guna membahas langkah selanjutnya dari kesepakatan ini.
Namun, setelah tekanan dari Amerika Serikat, yang diikuti dengan kunjungan utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff, ke wilayah tersebut, Netanyahu akhirnya memutuskan untuk mengirim delegasi Israel.
Meski begitu, pejabat yang berbicara secara anonim mengatakan bahwa terlalu besar ketidaksepahaman antara kedua pihak. Ada begitu banyak ketidaksepakatan antara Israel dan Hamas sehingga para mediator tidak dapat dengan mudah menjembatani.
Hamas di sisi lain mengatakan bahwa mereka bersedia, sekali lagi, menawarkan semua tahanan mereka yang masih ada sebagai imbalan untuk mengakhiri perang.
300 Sipil Palestina Tewas Dibom
Serangan udara Israel Penjajah terbaru di Gaza menyebabkan lebih dari 300 korban tewas, termasuk banyak anak-anak dan perempuan.
Menurut laporan dari sumber medis setempat, serangan ini kembali menambah panjang daftar korban jiwa dalam genosida yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
Dalam pernyataan resmi, Hamas menyebut serangan ini sebagai tindakan pengkhianatan terhadap warga sipil yang sudah dalam keadaan terkepung dan tak berdaya.
Tujuan dari serangan ini, menurut mereka, adalah untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah tercapai sebelumnya.
Izzat al-Risheq, anggota biro politik Hamas, mengatakan bahwa Israel mengorbankan nyawa para tahanan yang masih ada di Palestina.
“Keputusan Netanyahu untuk kembali berperang adalah keputusan untuk mengorbankan para tahanan pendudukan, dan merupakan hukuman mati bagi mereka,” kata al-Risheq, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 18 Maret 2025.
“Musuh tidak akan mencapai suatu hasil menggunakan perang dan penghancuran, yang bahkan mereka gagal capai melalui negosiasi,” ucapnya menegaskan.
Kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sejak Januari 19, 2025, tampaknya tidak bertahan lama, dengan kedua pihak saling menyalahkan.
kata Smotrich dan Ben-Gvir Soal Serangan Berat ke Gaza
Kedua politikus Israel menyambut baik serangan baru ke Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan ratusan orang, termasuk banyak anak-anak.
“Kembalinya serangan intensif ke Gaza adalah proses bertahap yang telah direncanakan sejak kepala staf militer Israel yang baru dilantik awal bulan ini,” ucap Menteri Keuangan sayap kanan, Bezalel Smotrich.
Dia menambahkan bahwa kembalinya pertempuran akan “sangat berbeda” dari sebelumnya.
Sementara itu, politikus sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri keamanan nasional atas kesepakatan gencatan senjata, berpendapat bahwa kembali berperang adalah langkah yang “benar dan dibenarkan”. ***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News